SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kewenangan Klinis (Clinical Privilege)
2.1.1 Pengertian
Pada dasarnya semua pelayanan kesehatan yang terjadi di sebuah
rumah sakit dan akibatnya menjadi tanggung jawab institusi rumah sakit
itu sendiri, hal ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang perumahsakitan. Oleh karenanya rumah sakit
harus mengatur seluruh pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga
keperawatan sedemikian rupa agar aman bagi pasien.
Dengan demikian, bila seorang perawat telah diizinkan melakukan
pelayanan kesehatan dan prosedur klinis lainnya di sebuah rumah sakit
berarti yang bersangkutan telah diistimewakan dan diberikan hak khusus
(privilege) oleh rumah sakit. Hak perawat tersebut disebut sebagai
kewenangan klinis (clinical privilege).
Kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga keperawatan adalah
kewenangan yang diberikan oleh kepala rumah sakit kepada tenaga
keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan dalam lingkungan
rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan
penugasan klinis. Penugasan klinis adalah penugasan kepala/direktur
rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan
9
10
keperawatan atau asuhan kebidanan di rumah sakit tersebut berdasarkan
daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.
Kewenangan klinis diberikan kepada perawat dengan tujuan agar
tidak menimbulkan konflik di antara tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
lain dapat merasa bahwa lahan pekerjaan yang dimilikinya dicampuri atau
diambil alih oleh pihak lain. Konflik yang timbul tentunya akan
mempengaruhi kualitas pelayanan dari perawat dan rumah sakit yang
bersangkutan.
Dengan diaturnya kewenangan klinis tersebut maka setiap perawat
akan mempunyai batas yang jelas dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien. Pemberian kewenangan klinis juga bertujuan untuk
melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga
keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan
memiliki kompetensi dan kewenangan klinis yang jelas (Permenkes,
2011).
2.1.2 Kredensial
Pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) kepada seorang
perawat dilakukan dengan melakukan suatu proses yang disebut
kredensial. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan
untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis. Proses
kredensial mencakup tahapan review, verifikasi dan evaluasi terhadap
11
dokumen – dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga
keperawatan.
Proses kredensial dilakukan oleh sub komite kredensial di komite
keperawatan rumah sakit. Komite keperawatan adalah wadah non-
struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan
dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan etika dan
disiplin profesi sehingga pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan
kebidanan kepada pasien diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standar
yang baik (etis) sesuai kode etik profesi serta hanya diberikan oleh tenaga
keperawatan yang kompeten dengan kewenangan yang jelas (Permenkes,
2011).
Komite Keperawatan merupakan kelompok profesi tenaga
keperawatan yang secara struktur fungsional berada di bawah
kepala/direktur rumah sakit dan bertanggungjawab langsung kepada
kepala/direktur rumah sakit. Komite Keperawatan dibentuk melalui
mekanisme yang disepakati dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Permenkes, 2011).
Komite Keperawatan hendaknya dapat memberikan jaminan
kepada kepala/direktur rumah sakit, bahwa tenaga keperawatan memiliki
kompetensi kerja yang tinggi sesuai standar pelayanan dan berperilaku
baik sesuai etika profesinya. Komite Keperawatan bertugas membantu
kepala/direktur rumah sakit dalam melakukan kredensial, pembinaan
12
disiplin dan etika profesi tenaga keperawatan serta pengembangan
profesional berkelanjutan (Permenkes, 2011).
Kredensial secara umum merupakan istilah yang memayungi
lisensi, sertifikasi, akreditasi dan pendaftaran/registrasi yaitu :
a. Sertifikasi
Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kompetensi seorang tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan
praktik dan/atau pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia setelah
lulus uji kompetensi (PMK 1796, pasal 1).
Untuk memperoleh sertifikat kompetensi, sebelumnya
dilakukan uji kompetensi. Uji kompetensi adalah suatu proses untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan
sesuai dengan standar profesi (PMK 1796, pasal 1).
Pelaksanaa uji kompetensi dilaksanakan oleh MTKP (Majelis
Tenaga Kesehatan Propinsi). Setelah dinyatakan lulus, yang
bersangkutan akan memperoleh Sertifikat Kompetensi yang
ditetapkan oleh ketua MTKP.
b. Registrasi
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan
yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah memenuhi
kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum untuk menjalankan
praktik dan/atau pekerjaan profesinya (PMK 1796, pasal 1).
13
Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi
setelah memiliki sertifikat kompetensi. Penjelasan tersebut tertuang
dalam Permenkes RI No. 1796 tahun 2011, pasal 9.
c. Akreditasi
Aspek kredensial yang terkait dengan akreditasi meliputi ijasah
yang dikeluarkan oleh institusi pendidikan. Hal ini berhubungan
dengan persyaratan untuk memperoleh STR dimana salah satu
syaratnya memiliki ijasah. Ijasah tersebut akan diberikan atau
dikeluarkan oleh institusi pendidikan yang telah terakreditasi oleh
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
2.1.3 Tahapan Pemberian Kewenangan Klinis
Secara garis besar tahapan pemberian kewenangan klinis yang
harus diatur lebih lanjut oleh rumah sakit adalah sebagai berikut :
a. Tenaga keperawatan mengajukan permohonan kewenangan klinis
kepada kepala atau direktur rumah sakit dengan mengisi formulir
daftar rincian kewenangan klinis yang telah disediakan rumah sakit
dengan dilengkapi bahan-bahan pendukung.
b. Berkas permohonan tenaga perawat yang telah lengkap disampaikan
oleh kepala atau direktur rumah sakit kepada komite keperawatan.
c. Kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah
diisi oleh pemohon.
14
d. Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk
panel atau panitia ad-hoc dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin
yang sesuai dengan kewenangan klinis yang diminta berdasarkan buku
putih (white paper).
e. Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau
panitia ad-hoc dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik
kepentingan, bidang disiplin dan kompetensi yang bersangkutan.
f. Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen :
1) Kompetensi
a) berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang
disahkan oleh lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu
b) kognitif
c) afektif
d) psikomotor
2) Kompetensi fisik
3) Kompetensi mental/perilaku
4) Perilaku etis (ethical standing)
g. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan
cakupan praktik.
h. Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege)
diperoleh dengan cara :
1) menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta
masukan dari setiap Kelompok Staf Medis.
15
2) mengkaji kewenangan klinis bagi Pemohon dengan
menggunakan daftar rincian kewenangan klinis (delineation of
clinical privilege).
3) mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi tenaga
perawat dilakukan secara periodik.
i. Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite
keperawatan berdasarkan masukan dari subkomite kredensial.
j. Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap perawat
yang mengajukan permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku
surat penugasan klinis (clinical appointment), dengan rekomendasi
berupa :
1) kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan
2) kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah
3) kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi
4) kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu
tertentu
5) kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi
6) kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri
k. Bagi perawat yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang
dikurangi atau menambah kewenangan klinis yang dimiliki dapat
mengajukan permohonan kepada komite keperawatan melalui
kepala/direktur rumah sakit. Selanjutnya, komite keperawatan
16
menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme
pendampingan (proctoring).
l. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi
kewenangan klinis :
1) Pendidikan
a) lulus dari sekolah keperawatan yang terakreditasi atau dari
sekolah keperawatan luar negeri dan sudah diregistrasi
b) menyelesaikan program pendidikan konsultan.
2) Perizinan (lisensi)
a) memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang
profesi
b) memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang
masih berlaku.
3) Kegiatan penjagaan mutu profesi
a) menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian
kompetensi bagi anggotanya
b) berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis.
4) Kualifikasi personal
a) riwayat disiplin dan etik profesi
b) keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui
c) keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat
penggunaan obat terlarang dan alkohol, yang dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien
17
d) riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan
e) memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity
insurance).
5) Pengalaman dibidang keprofesian
a) riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi
b) riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama
menjalankan profesi.
m. Berakhirnya kewenangan klinis
Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis
(clinical appointment) habis masa berlakunya atau dicabut oleh kepala
atau direktur rumah sakit. Surat penugasan klinis untuk setiap tenaga
perawat memiliki masa berlaku untuk periode tertentu, misalnya dua
tahun. Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah
sakit harus melakukan rekredensial terhadap tenaga perawat yang
bersangkutan. Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan
dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan di atas karena
rumah sakit telah memiliki informasi setiap staf medis yang
melakukan pelayanan medis di rumah sakit tersebut.
n. Pencabutan, perubahan/modifikasi dan pemberian kembali
kewenangan klinis.
Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu oleh
kepala atau direktur rumah sakit didasarkan pada kinerja profesi di
lapangan, misalnya perawat yang bersangkutan terganggu
18
kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain itu, pencabutan
kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan kerja
yang diduga karena inkompetensi atau karena tindakan disiplin dari
komite keperawatan. Namun demikian, kewenangan klinis yang
dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila tenaga perawat tersebut
dianggap telah pulih kompetensinya. Dalam hal kewenangan klinis
tertentu seorang perawat diakhiri, komite medik akan meminta
subkomite mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan
agar kompetensi yang bersangkutan pulih kembali. Komite
keperawatan dapat merekomendasikan kepada kepala/direktur rumah
sakit pemberian kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui
proses pembinaan.
2.2 Perawat
2.2.1 Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan
fisiologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada
klien karena ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan klien
19
dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu baik aktual maupun
potensial.
Fokus keperawatan adalah respons klien terhadap penyakit,
pengobatan dan lingkungan. Tanggung jawab perawat yang sangat
mendasar adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan dan mengurangi penderitaan. Tanggung jawab ini bersifat
universal.
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui
oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan
untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Perawat profesional adalah tenaga profesional yang mandiri,
bekerja secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah
menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan, terdiri dari ners
generalis, ners spesialis dan ners konsultan. Jika telah lulus uji kompetensi
yang dilakukan oleh badan regulatori yang bersifat otonom, selanjutnya
disebut Registered Nurse (RN). Menurut PPNI perawat profesional adalah
tenaga keperawatan yang berasal dari jenjang pendidikan tinggi
keperawatan (ahli madya, ners, ners spesialis, ners konsultan).
Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai
kewenangan untuk melakukan praktik dengan batasan tertentu dibawah
supervisi langsung maupun tidak langsung oleh perawat profesional
20
dengan sebutan Licensed Vocational Nurse (LVN). Menurut PPNI
perawat vokasional adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan
Diploma III Keperawatan yang diakui pemerintah dan diberi tugas penuh
oleh pejabat yang berwenang.
2.2.2 Standar Kompetensi Perawat Indonesia
Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati,
sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang
dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja
(performance) yang ditetapkan.
Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan
keperawatan. Menghadapi era globalisasi, standar tersebut harus
ekuivalen dengan standar-standar yang berlaku pada sektor industri
kesehatan di negara lain serta dapat berlaku secara internasional. Standar
kompetensi disusun dengan tujuan :
a. Bagi lembaga pendidikan dan pelatihan keperawatan
1) Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan
kurikulum pendidikan keperawatan
2) Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan
kurikulum pelatihan keperawatan
21
b. Bagi dunia usaha/industri kesehatan dan pengguna, sebagai acuan
dalam
1) Penetapan uraian tugas bagi tenaga keperawatan.
2) Rekruitmen tenaga perawat.
3) Penilaian unjuk kerja
4) Pengembangan program pelatihan yang spesifik
c. Bagi institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi perawat
1) Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program
sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan jenis.
2.2.3 Struktur Organisasi Perawat di Ruangan
Berdasarkan model praktek keperawatan profesional (MPKP),
pengorganisasian di ruangan menggunakan pendekatan sistem atau metode
penugasan tim. Tenaga perawat diorganisasikan dengan menggunakan
metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi.
Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien di ruangan. Jumlah
pasien untuk tiap tim 8-10 orang dan jumlah perawat antara 6-10 orang,
untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan daftar pasien.
Struktur organisasi ruang MPKP menggunakan sistem penugasan
tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang yang
membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat
primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok klien.
22
Uraian tugas masing – masing perawat di ruangan menurut MPKP
antara lain :
a. Kepala ruangan
1) Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.
2) Mengorganisir pembagian tim dan pasien.
3) Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya.
4) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya.
5) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan
yang lainnya.
6) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di
ruangannya, kemudian menindak lanjutinya.
7) Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya.
b. Wakil Kepala Ruangan
1) Sebagai pembantu utama di ruangan dalam melaksanakan tugas
ketatausahaan, mengawasi serta mengendalikan keperawatan
diruangan yang menjadi tanggung jawabnya
2) Mewakili Kepala ruangan bila kepala ruangan berhalangan
c. Perawat Primer (Primary Nurse)
1) Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.
2) Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan
kepala ruangan.
23
3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya.
4) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan.
5) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
6) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung
jawab timnya.
7) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.
d. Perawat Asosiet (Associate Nurse)
1) Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi
tanggungjawabnya.
2) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi
dengan pasien dan keluarganya.
3) Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
2.3 Implementasi Kebijakan
2.3.1 Pengertian
Terdapat beberapa konsep mengenai implementasi kebijakan yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara etimologis, implementasi menurut
kamus Webster yang dikutib oleh Solichin Abdul Wahab adalah sebagai
berikut :
24
Konsep implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to
implement. Dalam kamusbesar Webster, to implement
(mengimplementasikan) yang berarti to provide the means for carrying out
(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) dan to give practical
effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu) (Wahab,
2006).
Pengertian implementasi selain menurut Webster di atas dijelaskan
juga menurut Van Meter dan Van Horn dalam Wahab bahwa implementasi
adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-
individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta
yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan
dalam keputusan kebijakan (Wahab, 2006).
Definisi lain juga diutarakan oleh Daniel Mazmanian dan Paul
Sabatier yang menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan
bahwa hakikat utama implementasi kebijakan adalah memahami apa yang
seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau
dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup usaha-usaha untuk
mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada
masyarakat atau kejadian-kejadian (Widodo, 2010).
Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan para ahli di atas,
disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan atau usaha
yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan
25
memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu
kebijakan itu sendiri.
2.3.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Untuk mengkaji lebih baik suatu implementasi kebijakan publik
maka perlu diketahui variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Untuk itu, diperlukan suatu model kebijakan guna menyederhanakan
pemahaman konsep suatu implementasi kebijakan. Terdapat banyak model
yang dapat dipakai untuk menganalisis sebuah implementasi kebijakan,
salah satunya adalah model implementasi yang dikemukakan oleh George
Edward III.
Edward melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang
dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu
ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap implementasi. Faktor – faktor tersebut yaitu komunikasi
(communications), sumber daya (resources), sikap (dispositions atau
attitudes) dan struktur birokrasi (bureucratic structure).
a. Komunikasi (communications)
Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan
tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang
bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan
ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan
26
secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman
dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga
implementors mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan
kebijakan itu.
Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang
amat kompleks dan rumit. Sumber informasi yang berbeda dapat
melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi
berjalan efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah
keputusan harus mengetahui apakah mereka dapat melakukannya.
Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh
semua personil dan harus mengerti secara jelas dan akurat mengenai
maksud dan tujuan kebijakan. Jika para aktor pembuat kebijakan
telah melihat ketidakjelasan spesifikasi kebijakan sebenarnya mereka
tidak mengerti apa sesungguhnya yang akan diarahkan. Para
implementor kebijakan bingung dengan apa yang akan mereka
lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil yang
optimal. Tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor
secara serius mempengaruhi implementasi kebijakan.
b. Sumber Daya (resources)
Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari
para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk
mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber
terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang
27
menjamin bahwa program dapat diarahkan sebagaimana yang
diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat
dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana
prasarana.
Sumberdaya manusia yang tidak memadai (jumlah dan
kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara
sempurna karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan
baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang
harus dilakukan meningkatkan kemampuan/ketrampilan para
pelaksana untuk melakukan program.
Untuk itu perlu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat
meningkatkan kinerja program. Informasi merupakan sumber daya
penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu
informasi mengenai bagaimana cara menyelesaikan
kebijakan/program serta bagi pelaksana harus mengetahui tindakan
apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung
kepada peraturan pemerintah dan undang-undang.
Sumberdaya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk
menentukan bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk
membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang,
pengadaan staf, maupunpengadaan supervisor. Fasilitas yang
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan/program harus terpenuhi
seperti kantor, peralatan, serta dana yang mencukupi.
28
c. Sikap (dispositions atau attitudes)
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi
kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan
bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan
dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan
pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami
banyak masalah. Disamping itu dukungan dari pejabat pelaksana
sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program.
Wujud dari dukungan pimpinan ini diantaranya adalah
menempatkan kebijakan menjadi prioritas program dan penyediaan
dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana
program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam
melaksanakan kebijakan/program.
d. Struktur Birokrasi (bureucratic structure)
Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat
dilepaskan dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah
karakteristik, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi
berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai
hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka
miliki dalam menjalankan kebijakan. Kebijakan yang kompleks
membutuhkan kerjasama banyak orang. Unsur yang mungkin
berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam implementasi kebijakan
29
diantaranya tingkat pengawasan hierarkhis terhadap keputusan-
keputusan sub unit dan proses-proses dalam badan pelaksana.

More Related Content

What's hot

10911297 nambah-ilmu-tentang-manajemen-rumah-sakit
10911297 nambah-ilmu-tentang-manajemen-rumah-sakit10911297 nambah-ilmu-tentang-manajemen-rumah-sakit
10911297 nambah-ilmu-tentang-manajemen-rumah-sakitSuripto Wahono
 
Regulasi Keperawatan
Regulasi KeperawatanRegulasi Keperawatan
Regulasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
Buku pedoman rm
Buku pedoman rmBuku pedoman rm
Buku pedoman rm142508
 
Bahan presentasi tentang pemahaman akreditasi
Bahan presentasi tentang pemahaman akreditasiBahan presentasi tentang pemahaman akreditasi
Bahan presentasi tentang pemahaman akreditasiKhamid Arif
 
telusur PMKP
telusur PMKPtelusur PMKP
telusur PMKPAi Risa
 
komite_keperawatan rumah sakit
komite_keperawatan rumah sakitkomite_keperawatan rumah sakit
komite_keperawatan rumah sakitFeinaRSKasihGroup
 
Contoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrsContoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrskhusnuleza
 
Bab i pmkp (kelompok standart manajemen akreditasi rs)
Bab i pmkp (kelompok standart manajemen akreditasi rs)Bab i pmkp (kelompok standart manajemen akreditasi rs)
Bab i pmkp (kelompok standart manajemen akreditasi rs)Singgih Pudjirahardjo
 
62221 pmk no_46_2015_ttg_akreditas_puskesmas_klinik-pratama_tempat_praktik_ma...
62221 pmk no_46_2015_ttg_akreditas_puskesmas_klinik-pratama_tempat_praktik_ma...62221 pmk no_46_2015_ttg_akreditas_puskesmas_klinik-pratama_tempat_praktik_ma...
62221 pmk no_46_2015_ttg_akreditas_puskesmas_klinik-pratama_tempat_praktik_ma...merrysta saccarum
 
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakitPedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakitdentalid
 
Regulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah SakitRegulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah SakitSariana Csg
 
Slide akreditasi ppk
Slide akreditasi ppkSlide akreditasi ppk
Slide akreditasi ppkdike1
 
Standar Praktik Keperawatan
Standar Praktik KeperawatanStandar Praktik Keperawatan
Standar Praktik Keperawatanpjj_kemenkes
 
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik pratama, te...
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik  pratama, te...Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik  pratama, te...
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik pratama, te...Adelina Hutauruk
 

What's hot (17)

10911297 nambah-ilmu-tentang-manajemen-rumah-sakit
10911297 nambah-ilmu-tentang-manajemen-rumah-sakit10911297 nambah-ilmu-tentang-manajemen-rumah-sakit
10911297 nambah-ilmu-tentang-manajemen-rumah-sakit
 
Regulasi Keperawatan
Regulasi KeperawatanRegulasi Keperawatan
Regulasi Keperawatan
 
Buku pedoman rm
Buku pedoman rmBuku pedoman rm
Buku pedoman rm
 
Manajemen rs
Manajemen rsManajemen rs
Manajemen rs
 
Bahan presentasi tentang pemahaman akreditasi
Bahan presentasi tentang pemahaman akreditasiBahan presentasi tentang pemahaman akreditasi
Bahan presentasi tentang pemahaman akreditasi
 
telusur PMKP
telusur PMKPtelusur PMKP
telusur PMKP
 
komite_keperawatan rumah sakit
komite_keperawatan rumah sakitkomite_keperawatan rumah sakit
komite_keperawatan rumah sakit
 
Contoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrsContoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrs
 
Bab i pmkp (kelompok standart manajemen akreditasi rs)
Bab i pmkp (kelompok standart manajemen akreditasi rs)Bab i pmkp (kelompok standart manajemen akreditasi rs)
Bab i pmkp (kelompok standart manajemen akreditasi rs)
 
Sistem penjaminan mutu
Sistem penjaminan mutuSistem penjaminan mutu
Sistem penjaminan mutu
 
62221 pmk no_46_2015_ttg_akreditas_puskesmas_klinik-pratama_tempat_praktik_ma...
62221 pmk no_46_2015_ttg_akreditas_puskesmas_klinik-pratama_tempat_praktik_ma...62221 pmk no_46_2015_ttg_akreditas_puskesmas_klinik-pratama_tempat_praktik_ma...
62221 pmk no_46_2015_ttg_akreditas_puskesmas_klinik-pratama_tempat_praktik_ma...
 
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakitPedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
 
Regulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah SakitRegulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah Sakit
 
Slide akreditasi ppk
Slide akreditasi ppkSlide akreditasi ppk
Slide akreditasi ppk
 
Standar Praktik Keperawatan
Standar Praktik KeperawatanStandar Praktik Keperawatan
Standar Praktik Keperawatan
 
Ark
ArkArk
Ark
 
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik pratama, te...
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik  pratama, te...Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik  pratama, te...
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik pratama, te...
 

Similar to KlinisKewenangan

Kredensial tenaga medik ( baru )
Kredensial tenaga medik ( baru )Kredensial tenaga medik ( baru )
Kredensial tenaga medik ( baru )Erwin santosa
 
Instrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdfInstrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdfwindyarlin
 
2. Materi Administrasi TTK di Rumah Sakit (RUSMIN).pptx
2. Materi Administrasi TTK di Rumah Sakit (RUSMIN).pptx2. Materi Administrasi TTK di Rumah Sakit (RUSMIN).pptx
2. Materi Administrasi TTK di Rumah Sakit (RUSMIN).pptxyumiibeaar
 
Kewenangan Tenaga Medis dalam rumah sakit
Kewenangan Tenaga Medis dalam rumah sakitKewenangan Tenaga Medis dalam rumah sakit
Kewenangan Tenaga Medis dalam rumah sakitssuser67e2c8
 
Medical staff bylaws revisi 2
Medical staff bylaws revisi 2Medical staff bylaws revisi 2
Medical staff bylaws revisi 2ANAS MULDER
 
Paparan Juknis Paparan Kredensial 22 Agustus 2022.pptx
Paparan Juknis Paparan Kredensial 22 Agustus 2022.pptxPaparan Juknis Paparan Kredensial 22 Agustus 2022.pptx
Paparan Juknis Paparan Kredensial 22 Agustus 2022.pptxPatenPisan1
 
Akreditasi puskesmas-dan-klinik-ihqn-2013
Akreditasi puskesmas-dan-klinik-ihqn-2013Akreditasi puskesmas-dan-klinik-ihqn-2013
Akreditasi puskesmas-dan-klinik-ihqn-2013SUKMADINI WIRATNAWATI
 
KMK No. HK.01.07-MENKES-1983-2022 ttg Standar Akreditasi Klinik-signed (3)-8.pdf
KMK No. HK.01.07-MENKES-1983-2022 ttg Standar Akreditasi Klinik-signed (3)-8.pdfKMK No. HK.01.07-MENKES-1983-2022 ttg Standar Akreditasi Klinik-signed (3)-8.pdf
KMK No. HK.01.07-MENKES-1983-2022 ttg Standar Akreditasi Klinik-signed (3)-8.pdfEcaKenken
 
Pelaksanaan Sidang etik dan disiplin Komite Medik.pptx
Pelaksanaan Sidang etik dan disiplin Komite Medik.pptxPelaksanaan Sidang etik dan disiplin Komite Medik.pptx
Pelaksanaan Sidang etik dan disiplin Komite Medik.pptxGalih Endradita M
 
PEDOMAN TENTANG PENGELOLAAN KONTRAK.docx
PEDOMAN TENTANG PENGELOLAAN KONTRAK.docxPEDOMAN TENTANG PENGELOLAAN KONTRAK.docx
PEDOMAN TENTANG PENGELOLAAN KONTRAK.docxmifaulazmi
 
Regulasi Keperawatan
Regulasi KeperawatanRegulasi Keperawatan
Regulasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
Pedoman survey akreditasi_puskesmas_dan
Pedoman survey akreditasi_puskesmas_danPedoman survey akreditasi_puskesmas_dan
Pedoman survey akreditasi_puskesmas_danyuli anggraeni
 
legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan endahtri2110
 
Standar Klinik PKP astuti.terbaru akrepptx
Standar Klinik PKP astuti.terbaru akrepptxStandar Klinik PKP astuti.terbaru akrepptx
Standar Klinik PKP astuti.terbaru akrepptxDNAAysa
 
PPT-UEU-Audit-Klinis-Pertemuan-8 (2).ppt
PPT-UEU-Audit-Klinis-Pertemuan-8 (2).pptPPT-UEU-Audit-Klinis-Pertemuan-8 (2).ppt
PPT-UEU-Audit-Klinis-Pertemuan-8 (2).pptFitriArkhamFauziah
 

Similar to KlinisKewenangan (20)

Kredensial tenaga medik ( baru )
Kredensial tenaga medik ( baru )Kredensial tenaga medik ( baru )
Kredensial tenaga medik ( baru )
 
Komite Perawatan.pptx
Komite Perawatan.pptxKomite Perawatan.pptx
Komite Perawatan.pptx
 
Instrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdfInstrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdf
 
2. Materi Administrasi TTK di Rumah Sakit (RUSMIN).pptx
2. Materi Administrasi TTK di Rumah Sakit (RUSMIN).pptx2. Materi Administrasi TTK di Rumah Sakit (RUSMIN).pptx
2. Materi Administrasi TTK di Rumah Sakit (RUSMIN).pptx
 
Kewenangan Tenaga Medis dalam rumah sakit
Kewenangan Tenaga Medis dalam rumah sakitKewenangan Tenaga Medis dalam rumah sakit
Kewenangan Tenaga Medis dalam rumah sakit
 
Medical staff bylaws revisi 2
Medical staff bylaws revisi 2Medical staff bylaws revisi 2
Medical staff bylaws revisi 2
 
Paparan Juknis Paparan Kredensial 22 Agustus 2022.pptx
Paparan Juknis Paparan Kredensial 22 Agustus 2022.pptxPaparan Juknis Paparan Kredensial 22 Agustus 2022.pptx
Paparan Juknis Paparan Kredensial 22 Agustus 2022.pptx
 
Akreditasi puskesmas-dan-klinik-ihqn-2013
Akreditasi puskesmas-dan-klinik-ihqn-2013Akreditasi puskesmas-dan-klinik-ihqn-2013
Akreditasi puskesmas-dan-klinik-ihqn-2013
 
KMK No. HK.01.07-MENKES-1983-2022 ttg Standar Akreditasi Klinik-signed (3)-8.pdf
KMK No. HK.01.07-MENKES-1983-2022 ttg Standar Akreditasi Klinik-signed (3)-8.pdfKMK No. HK.01.07-MENKES-1983-2022 ttg Standar Akreditasi Klinik-signed (3)-8.pdf
KMK No. HK.01.07-MENKES-1983-2022 ttg Standar Akreditasi Klinik-signed (3)-8.pdf
 
Mi 6 akreditasi
Mi 6 akreditasiMi 6 akreditasi
Mi 6 akreditasi
 
Mi 5 Materi perijinan
Mi 5 Materi perijinanMi 5 Materi perijinan
Mi 5 Materi perijinan
 
Pelaksanaan Sidang etik dan disiplin Komite Medik.pptx
Pelaksanaan Sidang etik dan disiplin Komite Medik.pptxPelaksanaan Sidang etik dan disiplin Komite Medik.pptx
Pelaksanaan Sidang etik dan disiplin Komite Medik.pptx
 
PEDOMAN TENTANG PENGELOLAAN KONTRAK.docx
PEDOMAN TENTANG PENGELOLAAN KONTRAK.docxPEDOMAN TENTANG PENGELOLAAN KONTRAK.docx
PEDOMAN TENTANG PENGELOLAAN KONTRAK.docx
 
Regulasi Keperawatan
Regulasi KeperawatanRegulasi Keperawatan
Regulasi Keperawatan
 
Kelompok 1 komite etik
Kelompok 1 komite etikKelompok 1 komite etik
Kelompok 1 komite etik
 
Pedoman survey akreditasi_puskesmas_dan
Pedoman survey akreditasi_puskesmas_danPedoman survey akreditasi_puskesmas_dan
Pedoman survey akreditasi_puskesmas_dan
 
legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan
 
Standar Klinik PKP astuti.terbaru akrepptx
Standar Klinik PKP astuti.terbaru akrepptxStandar Klinik PKP astuti.terbaru akrepptx
Standar Klinik PKP astuti.terbaru akrepptx
 
PPT-UEU-Audit-Klinis-Pertemuan-8 (2).ppt
PPT-UEU-Audit-Klinis-Pertemuan-8 (2).pptPPT-UEU-Audit-Klinis-Pertemuan-8 (2).ppt
PPT-UEU-Audit-Klinis-Pertemuan-8 (2).ppt
 
Akreditasi ppt
Akreditasi pptAkreditasi ppt
Akreditasi ppt
 

Recently uploaded

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 

KlinisKewenangan

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) 2.1.1 Pengertian Pada dasarnya semua pelayanan kesehatan yang terjadi di sebuah rumah sakit dan akibatnya menjadi tanggung jawab institusi rumah sakit itu sendiri, hal ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perumahsakitan. Oleh karenanya rumah sakit harus mengatur seluruh pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan sedemikian rupa agar aman bagi pasien. Dengan demikian, bila seorang perawat telah diizinkan melakukan pelayanan kesehatan dan prosedur klinis lainnya di sebuah rumah sakit berarti yang bersangkutan telah diistimewakan dan diberikan hak khusus (privilege) oleh rumah sakit. Hak perawat tersebut disebut sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga keperawatan adalah kewenangan yang diberikan oleh kepala rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis. Penugasan klinis adalah penugasan kepala/direktur rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan 9
  • 2. 10 keperawatan atau asuhan kebidanan di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya. Kewenangan klinis diberikan kepada perawat dengan tujuan agar tidak menimbulkan konflik di antara tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan lain dapat merasa bahwa lahan pekerjaan yang dimilikinya dicampuri atau diambil alih oleh pihak lain. Konflik yang timbul tentunya akan mempengaruhi kualitas pelayanan dari perawat dan rumah sakit yang bersangkutan. Dengan diaturnya kewenangan klinis tersebut maka setiap perawat akan mempunyai batas yang jelas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pemberian kewenangan klinis juga bertujuan untuk melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan memiliki kompetensi dan kewenangan klinis yang jelas (Permenkes, 2011). 2.1.2 Kredensial Pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) kepada seorang perawat dilakukan dengan melakukan suatu proses yang disebut kredensial. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis. Proses kredensial mencakup tahapan review, verifikasi dan evaluasi terhadap
  • 3. 11 dokumen – dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga keperawatan. Proses kredensial dilakukan oleh sub komite kredensial di komite keperawatan rumah sakit. Komite keperawatan adalah wadah non- struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi sehingga pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan kepada pasien diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standar yang baik (etis) sesuai kode etik profesi serta hanya diberikan oleh tenaga keperawatan yang kompeten dengan kewenangan yang jelas (Permenkes, 2011). Komite Keperawatan merupakan kelompok profesi tenaga keperawatan yang secara struktur fungsional berada di bawah kepala/direktur rumah sakit dan bertanggungjawab langsung kepada kepala/direktur rumah sakit. Komite Keperawatan dibentuk melalui mekanisme yang disepakati dan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku (Permenkes, 2011). Komite Keperawatan hendaknya dapat memberikan jaminan kepada kepala/direktur rumah sakit, bahwa tenaga keperawatan memiliki kompetensi kerja yang tinggi sesuai standar pelayanan dan berperilaku baik sesuai etika profesinya. Komite Keperawatan bertugas membantu kepala/direktur rumah sakit dalam melakukan kredensial, pembinaan
  • 4. 12 disiplin dan etika profesi tenaga keperawatan serta pengembangan profesional berkelanjutan (Permenkes, 2011). Kredensial secara umum merupakan istilah yang memayungi lisensi, sertifikasi, akreditasi dan pendaftaran/registrasi yaitu : a. Sertifikasi Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi (PMK 1796, pasal 1). Untuk memperoleh sertifikat kompetensi, sebelumnya dilakukan uji kompetensi. Uji kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi (PMK 1796, pasal 1). Pelaksanaa uji kompetensi dilaksanakan oleh MTKP (Majelis Tenaga Kesehatan Propinsi). Setelah dinyatakan lulus, yang bersangkutan akan memperoleh Sertifikat Kompetensi yang ditetapkan oleh ketua MTKP. b. Registrasi Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah memenuhi kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya (PMK 1796, pasal 1).
  • 5. 13 Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat kompetensi. Penjelasan tersebut tertuang dalam Permenkes RI No. 1796 tahun 2011, pasal 9. c. Akreditasi Aspek kredensial yang terkait dengan akreditasi meliputi ijasah yang dikeluarkan oleh institusi pendidikan. Hal ini berhubungan dengan persyaratan untuk memperoleh STR dimana salah satu syaratnya memiliki ijasah. Ijasah tersebut akan diberikan atau dikeluarkan oleh institusi pendidikan yang telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). 2.1.3 Tahapan Pemberian Kewenangan Klinis Secara garis besar tahapan pemberian kewenangan klinis yang harus diatur lebih lanjut oleh rumah sakit adalah sebagai berikut : a. Tenaga keperawatan mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada kepala atau direktur rumah sakit dengan mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah disediakan rumah sakit dengan dilengkapi bahan-bahan pendukung. b. Berkas permohonan tenaga perawat yang telah lengkap disampaikan oleh kepala atau direktur rumah sakit kepada komite keperawatan. c. Kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah diisi oleh pemohon.
  • 6. 14 d. Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk panel atau panitia ad-hoc dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis yang diminta berdasarkan buku putih (white paper). e. Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau panitia ad-hoc dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan, bidang disiplin dan kompetensi yang bersangkutan. f. Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen : 1) Kompetensi a) berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang disahkan oleh lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu b) kognitif c) afektif d) psikomotor 2) Kompetensi fisik 3) Kompetensi mental/perilaku 4) Perilaku etis (ethical standing) g. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan praktik. h. Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) diperoleh dengan cara : 1) menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta masukan dari setiap Kelompok Staf Medis.
  • 7. 15 2) mengkaji kewenangan klinis bagi Pemohon dengan menggunakan daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege). 3) mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi tenaga perawat dilakukan secara periodik. i. Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite keperawatan berdasarkan masukan dari subkomite kredensial. j. Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap perawat yang mengajukan permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis (clinical appointment), dengan rekomendasi berupa : 1) kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan 2) kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah 3) kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi 4) kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu 5) kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi 6) kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri k. Bagi perawat yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi atau menambah kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan permohonan kepada komite keperawatan melalui kepala/direktur rumah sakit. Selanjutnya, komite keperawatan
  • 8. 16 menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme pendampingan (proctoring). l. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi kewenangan klinis : 1) Pendidikan a) lulus dari sekolah keperawatan yang terakreditasi atau dari sekolah keperawatan luar negeri dan sudah diregistrasi b) menyelesaikan program pendidikan konsultan. 2) Perizinan (lisensi) a) memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi b) memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku. 3) Kegiatan penjagaan mutu profesi a) menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi anggotanya b) berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis. 4) Kualifikasi personal a) riwayat disiplin dan etik profesi b) keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui c) keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat terlarang dan alkohol, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien
  • 9. 17 d) riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan e) memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity insurance). 5) Pengalaman dibidang keprofesian a) riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi b) riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi. m. Berakhirnya kewenangan klinis Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis (clinical appointment) habis masa berlakunya atau dicabut oleh kepala atau direktur rumah sakit. Surat penugasan klinis untuk setiap tenaga perawat memiliki masa berlaku untuk periode tertentu, misalnya dua tahun. Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus melakukan rekredensial terhadap tenaga perawat yang bersangkutan. Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan di atas karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap staf medis yang melakukan pelayanan medis di rumah sakit tersebut. n. Pencabutan, perubahan/modifikasi dan pemberian kembali kewenangan klinis. Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu oleh kepala atau direktur rumah sakit didasarkan pada kinerja profesi di lapangan, misalnya perawat yang bersangkutan terganggu
  • 10. 18 kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain itu, pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan kerja yang diduga karena inkompetensi atau karena tindakan disiplin dari komite keperawatan. Namun demikian, kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila tenaga perawat tersebut dianggap telah pulih kompetensinya. Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang perawat diakhiri, komite medik akan meminta subkomite mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan agar kompetensi yang bersangkutan pulih kembali. Komite keperawatan dapat merekomendasikan kepada kepala/direktur rumah sakit pemberian kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui proses pembinaan. 2.2 Perawat 2.2.1 Pengertian Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada klien karena ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan klien
  • 11. 19 dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu baik aktual maupun potensial. Fokus keperawatan adalah respons klien terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan. Tanggung jawab perawat yang sangat mendasar adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan dan mengurangi penderitaan. Tanggung jawab ini bersifat universal. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perawat profesional adalah tenaga profesional yang mandiri, bekerja secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan, terdiri dari ners generalis, ners spesialis dan ners konsultan. Jika telah lulus uji kompetensi yang dilakukan oleh badan regulatori yang bersifat otonom, selanjutnya disebut Registered Nurse (RN). Menurut PPNI perawat profesional adalah tenaga keperawatan yang berasal dari jenjang pendidikan tinggi keperawatan (ahli madya, ners, ners spesialis, ners konsultan). Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan untuk melakukan praktik dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung maupun tidak langsung oleh perawat profesional
  • 12. 20 dengan sebutan Licensed Vocational Nurse (LVN). Menurut PPNI perawat vokasional adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan yang diakui pemerintah dan diberi tugas penuh oleh pejabat yang berwenang. 2.2.2 Standar Kompetensi Perawat Indonesia Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja (performance) yang ditetapkan. Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan keperawatan. Menghadapi era globalisasi, standar tersebut harus ekuivalen dengan standar-standar yang berlaku pada sektor industri kesehatan di negara lain serta dapat berlaku secara internasional. Standar kompetensi disusun dengan tujuan : a. Bagi lembaga pendidikan dan pelatihan keperawatan 1) Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan kurikulum pendidikan keperawatan 2) Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan kurikulum pelatihan keperawatan
  • 13. 21 b. Bagi dunia usaha/industri kesehatan dan pengguna, sebagai acuan dalam 1) Penetapan uraian tugas bagi tenaga keperawatan. 2) Rekruitmen tenaga perawat. 3) Penilaian unjuk kerja 4) Pengembangan program pelatihan yang spesifik c. Bagi institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi perawat 1) Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan jenis. 2.2.3 Struktur Organisasi Perawat di Ruangan Berdasarkan model praktek keperawatan profesional (MPKP), pengorganisasian di ruangan menggunakan pendekatan sistem atau metode penugasan tim. Tenaga perawat diorganisasikan dengan menggunakan metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi. Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien di ruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10 orang dan jumlah perawat antara 6-10 orang, untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan daftar pasien. Struktur organisasi ruang MPKP menggunakan sistem penugasan tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang yang membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok klien.
  • 14. 22 Uraian tugas masing – masing perawat di ruangan menurut MPKP antara lain : a. Kepala ruangan 1) Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian. 2) Mengorganisir pembagian tim dan pasien. 3) Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya. 4) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya. 5) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya. 6) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak lanjutinya. 7) Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya. b. Wakil Kepala Ruangan 1) Sebagai pembantu utama di ruangan dalam melaksanakan tugas ketatausahaan, mengawasi serta mengendalikan keperawatan diruangan yang menjadi tanggung jawabnya 2) Mewakili Kepala ruangan bila kepala ruangan berhalangan c. Perawat Primer (Primary Nurse) 1) Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian. 2) Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan.
  • 15. 23 3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya. 4) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan. 5) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. 6) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya. 7) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan. d. Perawat Asosiet (Associate Nurse) 1) Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawabnya. 2) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan pasien dan keluarganya. 3) Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim. 2.3 Implementasi Kebijakan 2.3.1 Pengertian Terdapat beberapa konsep mengenai implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara etimologis, implementasi menurut kamus Webster yang dikutib oleh Solichin Abdul Wahab adalah sebagai berikut :
  • 16. 24 Konsep implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to implement. Dalam kamusbesar Webster, to implement (mengimplementasikan) yang berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu) (Wahab, 2006). Pengertian implementasi selain menurut Webster di atas dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn dalam Wahab bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu- individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan (Wahab, 2006). Definisi lain juga diutarakan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier yang menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa hakikat utama implementasi kebijakan adalah memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup usaha-usaha untuk mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian (Widodo, 2010). Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan para ahli di atas, disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan
  • 17. 25 memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri. 2.3.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Untuk mengkaji lebih baik suatu implementasi kebijakan publik maka perlu diketahui variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu, diperlukan suatu model kebijakan guna menyederhanakan pemahaman konsep suatu implementasi kebijakan. Terdapat banyak model yang dapat dipakai untuk menganalisis sebuah implementasi kebijakan, salah satunya adalah model implementasi yang dikemukakan oleh George Edward III. Edward melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap implementasi. Faktor – faktor tersebut yaitu komunikasi (communications), sumber daya (resources), sikap (dispositions atau attitudes) dan struktur birokrasi (bureucratic structure). a. Komunikasi (communications) Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan
  • 18. 26 secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga implementors mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu. Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit. Sumber informasi yang berbeda dapat melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi berjalan efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus mengetahui apakah mereka dapat melakukannya. Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personil dan harus mengerti secara jelas dan akurat mengenai maksud dan tujuan kebijakan. Jika para aktor pembuat kebijakan telah melihat ketidakjelasan spesifikasi kebijakan sebenarnya mereka tidak mengerti apa sesungguhnya yang akan diarahkan. Para implementor kebijakan bingung dengan apa yang akan mereka lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor secara serius mempengaruhi implementasi kebijakan. b. Sumber Daya (resources) Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang
  • 19. 27 menjamin bahwa program dapat diarahkan sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana. Sumberdaya manusia yang tidak memadai (jumlah dan kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan kemampuan/ketrampilan para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu perlu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program. Informasi merupakan sumber daya penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenai bagaimana cara menyelesaikan kebijakan/program serta bagi pelaksana harus mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepada peraturan pemerintah dan undang-undang. Sumberdaya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk menentukan bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf, maupunpengadaan supervisor. Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan/program harus terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta dana yang mencukupi.
  • 20. 28 c. Sikap (dispositions atau attitudes) Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah. Disamping itu dukungan dari pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program. Wujud dari dukungan pimpinan ini diantaranya adalah menempatkan kebijakan menjadi prioritas program dan penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan kebijakan/program. d. Struktur Birokrasi (bureucratic structure) Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan. Kebijakan yang kompleks membutuhkan kerjasama banyak orang. Unsur yang mungkin berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam implementasi kebijakan
  • 21. 29 diantaranya tingkat pengawasan hierarkhis terhadap keputusan- keputusan sub unit dan proses-proses dalam badan pelaksana.