Geologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia Bab 9 - RR. Koesoemadinata
1.
2. Outline
Pendahuluan
Kerangka Tektonik Cekungan Minyak Indonesia
Sedimentasi, Stratigrafi, dan Terdapatnya Minyak Bumi
Daerah Cekungan Minyak
Terdapatnya Minyak Bumi
Kerangka Tektonik
3. Pendahuluan
Bagaimana awal mula terbentuk minyak bumi?
Tiga faktor utama dalam pembentukan minyak atau gas bumi, yaitu:
1. Ada batuan asal (source rock) yang secara geologis memungkinkan terjadinya
pembentukan minyak dan gas bumi.
2. Adanya perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari batuan asal menuju kebatuan
reservoir (reservoir rock), umumnya sandstone atau limestone yangberpori-pori
(porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon tersebut.
3. Adanya jebakan (entrapment) geologis. Struktur geologis kulit bumi yang tidak
teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya gempa bumi
dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara terus menerus, dapat
menciptakan suatu “ruangan” bawah tanah yang menjadi jebakan hidrokarbon.
Jika jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang impermeable, maka hidrokarbon tadi
akan diam di tempat dan tidak dapat bergerak kemana-mana lagi.
4. Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi,
merupakan faktor penting lainnya dalam pembentukan hidrokarbon.
Hidrokarbon jarang terbentuk pada temperatur kurang dari 65oC dan
umumnya terurai pada suhu di atas 260oC. Hidrokarbon kebanyakan
ditemukan pada suhu moderat, dari 107 ke 177oC.
Komponen-komponen pembentuk minyak bumi merupakan campuran
rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya tersusun atas
85% karbon (C) dan 15% hidrogen (H). Selain itu, juga terdapat bahan
organik dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur (S) atau
nitrogen (N).
5. Ada 4 macam yang digolongkan menurut umur dan letak kedalamannya, yaitu:
• young-shallow,
• old-shallow,
• young-deep dan
• old-deep.
Minyak bumi youngshallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak
bahan aromatik, sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi.
Minyak old-shallow biasanya kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai
parafin yang lebih pendek.
Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik didihnya
paling rendah dan juga viskositasnya paling encer. Sulfur yang terkandung dapat
teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas, sehingga old-deep adalah minyak mentah
yang dikatakan paling “sweet”. Minyak semacam inilah yang paling diinginkan karena
dapat menghasilkan bensin (gasoline) yang paling banyak.
7. Indonesia merupakan suatu negara yang termasuk produsen minyak bumi
yang cukup penting. Hal ini bukan merupakan akibat dari segi besarnya produksi,
tetapi lebih karena posisi geografinya. Sampai kini, indonesia merupakan produsen
paling besar di Asia, kecuali Timur Tengah.
Arti penting ini terutama disebabkan karena letaknya di antara negara
konsumen, antara lain Jepang yang sangat kekurangan bahan bakar. Produksi
Indonesia dewasa ini telah mencapai 800.000 barrel perhari, Namun dibandingkan
dengan produksi harian dunia, yaitu 40 juta barrel perhari, sangatlah kecil (2,5%).
Produsen terbesar adalah Amerika serikat (kira-kira 12 juta barrel/hari) setelah itu Uni
Soviet (Rusia). Berbagai negara seperti Arab saudi, Abu Dhabi, dan sebagainya, telah
melampaui 2 juta barrel/hari. Salah satu keuntungan minyak bumi Indonesia adalah
kadar belerangnya yang rendah(< 1%) di bandingkan dengan Timur tengah (2%).
8. SEDIMENTASI, STRATIGRAFI DAN TERDAPATNYA MINYAK BUMI
Sekitar 30 juta tahun di pertengahan jaman Cretaceous, pada akhir zaman
dinosaurus, lebih dari 50% dari cadangan minyak dunia yang sudah diketahui
terbentuk. Cadangan lainnya bahkan diperkirakan lebih tua lagi. Dari sebuah fosil
yang diketemukan bersamaan dengan minyak bumi dari jaman Cambrian,
diperkirakan umurnya sekitar 544 sampai 505-juta tahun yang lalu.
Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk selama
jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang
hidup di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar
lautan lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik
yang akhirnya akan menjadi batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini berulang
terus, satu lapisan menutup lapisan sebelumnya. Lalu selama jutaan tahun
berikutnya, lautan di bumi ada yang menyusut atau berpindah tempat.
9. Deposit yang membentuk batuan endapan umumnya tidak cukup
mengandung oksigen untuk mendekomposisi material organik tadi secara komplit.
Bakteri mengurai zat ini, molekul demi molekul, menjadi material yang kaya hidrogen
dan karbon. Tekanan dan temperatur yang semakin tinggi dari lapisan batuan di
atasnya kemudian mendestilasi sisa-sisa bahan organik, lalu secara perlahan
mengubahnya menjadi minyak bumi dan gas alam. Batuan yang mengandung minyak
bumi tertua diketahui berumur lebih dari 600-juta tahun. Yang paling muda berumur
sekitar 1-juta tahun. Secara umum batuan dimana diketemukan minyak berumur
antara 10-juta dan 270-juta tahun.
Sedimentasi dimulai pada permulaan Tersier, biasanya Oligosen, tetapi pada
beberapa tempat (Kalimatan) dimulai pada Eosen. Pada Akhir Mesozoikum, seluruh
daerah cekungan telah dilipat, diintrusi, diangkat dan didenudasi, sehingga seluruh
batuan yang berumur pra-tersier dianggap sebagai batuan dasar (Basement).
Walaupun tidak seluruhnya terdiri dari batuan beku atau dimetamorfasekan, akan
tetapi batuan tersebut telah tertektonisasi, sehingga kecil kemungkinan untuk
terdapatnya minyakbumi.
10. Pematahan bongkah terjadi
pada permulaan tersier, sehingga
terjadi relief lagi dan sedimentasi
dimulai biasanya bersifat non-marin,
kadang-kadang dimulai dengan
aktifitas volkanik (Jawa Barat).
Permulaan sedimentasi ini biasanya
terjadi pada Oligosen, tetapi pada
beberapa tempat misalnya Kalimantan
dimulai pada Eosen.
Untuk itu adanya daur (cyclus)
terestris yang mendahului daur marin,
yang merupakan pula lapisan penghasil
paparan sunda. Biasanya daur
sedimentasi ini terbatas pada basinal
deeps (grabens), tidak merata, dan
terisolir di sana sini. Minyak yang
terdapat di sini bersifat parafin berat.
Gambar 9.2 Pengolahan Minyak Bumi
11. Di atas daur ini terdapat suatu transgresi marin dengan sedimentasi lebih luas
kecuali beberapa peninggian batuan dasar. Biasanya terdapat suatu pasir dasar, yang
berasal dari paparan sunda, akan tetapi peninggian batuan dasar merupakan sumber
yang baik dari sedimen detritus. Lapisan reservoir ini biasanya menumpang (on-
Lapping) terhadap peninggian batuan dasar terhadap paparan sunda.
Permulaan miosen yaitu pembentukan lapisan gamping yang sangat luas,
terutama di laut jawa. Periode ini rupanya merupakan tergenangnya seluruh daerah
cekungan, dari sabang sampai ke tarakan. Tidak banyak lagi peninggian batuan dasar
yang masih menonjol di permukaan laut (kekecualian antara lain terdapat di daerah
tinggi Lampung, lengkung Karimun Jawa). Perkembangan terumbu (reef
development) terjadi pada bagian yang tinggi, seperti daerah Baturaja, paparan
seribu dan lain-lain. Nama formasi gamping ini adalah formasi Baturaja, formasi
kujung, dan formasi Berai.
13. Di Sumatra gamping ini tidak begitu terkembang secara luas, hanya terisolir di
beragam tempat seperti misalnya: Baturaja di Cekungan Palembang, Gamping kubu
di Sumatra tengah, formasi telaga. Di Kalimantan Timur, perkembangan gamping itu
tidak diketahui terbatas pada jazirah mangkalihat. Gamping ini terbukti pula
produktif seperti misalnya: Lapangan Kitty (cekungan sunda), Lapangan raja (Gas
sumatra selatan). Minyak yang dihasilkan bersifat aspal.
Transgresi maksimal terjadi di miosen tengah, dimana pada umumnya serpih
marin agak dalam diendapkan dan pada umumnya sering dianggap batuan induk
minyakbumi antara lain formasi Gumai, Sumatera Selatan. Ketidakselarasan intra-
Miosen pada umumnya tidak didapatkan. Sedimentasi berlangsung terus sewaktu
bukit barisan dan pegunungan Jawa selatan mulai diangkat dan tererosi. Pada akhir
miosen terjadi suatu regresi yang berlangsung terus selama pliosen. Regresi ini
menghasilkan lapisan reservoir penting, yang bersifat paralis/ litoral, seperti formasi
keutapang (di Sumatra Utara), formasi air benakat (Sumatra Selatan), formasi
ngrayong (Jawa Timur) dan formasi Balikpapan/ palubalang di Kalimantan Timur.
14. Minyakbumi yang dihasilkan dari formasi regresi ini
bersifat parafin ringan (400 -600 API Gravity) atau aspal
(Mangunjaya, Sumatra Selatan, Tarakan/Bunyu,
Kalimantan). Regresi ini berlangsung dengan sedimentasi
non-marin dan diikuti dengan perlipatan pada zaman Plio-
Pleistosen. Di laut Jawa (Bagian barat) regresi ini tidak
mencapai sedimentasi non marin dan suatu lapisan
gamping diendapkan yaitu formasi parigi. Sering pula
pengendapan ini dikatakan sebagai daur sedimentasi kedua
(Transgresi kedua).
Waktu perlipatan utama dari lapisan tersier adalah
zaman Plio-Pleistosen. Akan tetapi pematahan-tumbuh
pada batuan dasar juga mempengaruhi pelipatan pada
Oligosen dan Miosen bawah, sehingga sering struktur pada
lapisan atas tidak sesuai dengan lipatan pada lapisan
sebelah bawah. Adanya ketidakselarasan dalam Oligosen
(antara daur non-marin dan marin) diperkirakan terdapat di
Sumatera tengah dan di Laut Jawa sebelah barat. Sampai
kini lipatan dengan patahan yang mengikutinya merupakan
perangkap utama minyakbumi. Perangkap stratigrafi mulai
ditemukan di Sumatra Selatan. Sejumlah lipatan biasanya
mengelompok dalam antiklinorium, yang sering pula
merupakan peninggian batuan dasar atau pengangkatan.
Gambar 9.4 Antiklinorium
15. DAERAH CEKUNGAN MINYAK
Potensi sektor energi terutama minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia saat
ini 70 persen diantaranya terdapat di cekungan-cekungan Tersier lepas pantai dan
lebih dari separuhnya terletak di laut dalam (Badan Penelitian dan Pengembangan
(Litbang) Energi Sumber Daya Mineral).
Saat ini terindikasi sedikitnya 66 cekungan migas di seluruh Indonesia,
sebagian besar berada di darat dan laut dangkal perairan territorial dan hanya
beberapa cekungan yang berada pada landas kontinen (cekungan busur muka), 16
cekungan sudah berproduksi, 8 cekungan berpotensi, dan 42 cekungan belum
dieksplorasi.
16. Beberapa daerah di Indonesia memiliki cekungan-cekungan dan berpotensi sebagai
penghasil minyak seperti tang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 9.5 Penyebaran daerah cekungan Minyak Di Indonesia
17. Dari beberapa daerah cekungan minyak yang terdapat di Indonesia, beberapa
diantaranya diuraikan sebagai berikut :
• Daerah cekungan Sumatra Utara
Daerah ini meliputi suatu jalur sempit yang terbentang dari Medan sampai ke
Banda Aceh. Di sebelah barat jalur ini jelas dibatasi oleh singkapan-singkapan pra-
tersier. Dikatakan bahwa yang dikenal sebagai lempung hitam (black clay) dan
batupasir bermika (micaceous sandstone), mungkin merupakan pengendapan non-
marin. Trangresi baru dimulai dengan batu pasir peunulin atau batupasir Belumai,
yang tertindih oleh formasi telaga yang merupakan lapisan reservoir utama. Daerah
cekungan ini terdiri dari cekungan yang dikendalikan oleh patahan batuan dasar.
Semua cekungan tersebut adalah pendalaman paseh ( paseh deep). Di sini juga letak
daerah terangkat blok Arun, yang dibatasi oleh patahan yang menjurus ke utara
selatan. Cekungan paseh membuka ke arah utar lepaspantai, ke sebelah selatan
terdapat depresi tamiang dan depresi medan. Di antara kedua depresi tersebut
terdapat daerah tinggi, dan disana formasi peunulin/telaga/ Belumai langsung
menutupi batuan dasar. Minyak ditemukan dalam formasi Diski Batumandi, lebih ke
selatan lagi terdapat depresi siantar dan kemudian daerah cekungan dibatasi oleh
lengkung asahan (sebagai bagian paparan sunda yang menjorok) dari daerah
cekungan sumatra tengah.
18. Struktur daerah cekungan sumatra utara diwakili oleh berbagai lipatan yang relatif ketat yang
membujur barat-laut-tenggara yang dibarengi oleh sesar naik. Di sini diketahui bagian barat relatif
naik terhadap bagian timur. Perlipatan terjadi di plio-plistosen.
Semua unsur struktur yang lebih tua direfleksikan pada paleotopografi batuan dasar, Seperti
misalnya blok arun yang menjurus utara-selatan. Di daerah tersebut terdapat beberapa lapangan
minyak, rantau ditemukan pada tahun 1929 dengan kedalaman reservoir antara 300 sampai 1500
meter dalam formasi keutapang. Mimyak yang dihasilkan bersifat parafin ringan (API 48.50 ).
Lapangan ini memperlihatkan waterdrive yang sangat kuat. Produksi kumulatif sampai tahun 1970
telah melampui 100 juta barrel. Diski dan Batumandi minyak ditemukan di sumur explorasi diski dan
batumandi sebelah barat medan dalam formasi peunulin (Telaga limestone). Namun sampai kini
belum dapat diproduksikan, karena sifat reservoirnya yang kurang baik. Lapangan gas arun yang
terletak di propinsi Aceh 225 kilometer sebelah baratlaut medan ditemukan oleh mobil oil pada tahun
1971. Lapangan ini terletak di antara pegunungan barisan dan selat malaka. Gas dan kondensat
terdapat dalam terumbu dan batuan karbonat yang bersekutu, tebalnya melebihi 300 meter dan
berumur miosen bawah dan tengah. Formasi ini sesuai dengan anggota telaga. Atap reservoir
terdapat pada kedalaman kira-kira 3000 meter. Terumbu karbonat ini terdapat pada peninggian
paleotopografi yang membujur utara selatan dan membawahi sutu lapisan batupasir (Belumai),
perangkap akumulasi ini merupakan perangkap stratigrafi murni dengan gasnya yang terjebak dalam
fasies terumbu yang berpori-pori dan tertutup serpih dari formasi Baong. Potensi laoangan ini
ditujukkan oleh produktifitas sumur yang melebihi setengah milyar kaki per kubik. Cadangan terbukti
17 trillion gas mengandung 15 persen CO2 dan sedikit nitrogen. Luas reservoir 42000 acres. Lapangan
gas lainnya lho sukon sebelah timur lapangan arun.
19. • Cekungan Sumatera Selatan
Cekungan Sumatera Selatan terletak
memanjang berarah Barat laut - Tenggara di bagian
Selatan Pulau Sumatera. Luas cekungan ini sekitar
85.670 km2 dan terdiri atas dua sub cekungan yaitu:
sub cekungan Jambi dan sub cekungan Palembang. Sub
cekungan Jambi berarah Timur laut - Barat daya
sedangkan Sub cekungan Palembang berarah Utara -
Barat Laut - Selatan - Tenggara dan diantara keduanya
dipisahkan oleh sesar normal Timur laut - Barat daya.
Stratigrafi daerah cekungan ini pada umumnya
dapat dikenal satu daur besar yang terdiri dari suatu
transgresi yang diikuti regresi. Formasi yang terbentuk
dalam fase transgresi dikelompokan menjadi kelompok
Telisa (Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja dan
Formasi Gumai). Sedangkan yang terbentuk dalam fase
regresi dikelompokan menjadi kelompok Palembang
(Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, dan
Formasi Kasai).
Gambar 9.6 Peta lokasi cekungan
Sumatera Selatan (Hadipandoyo,
2007)
20. Formasi Talang Akar merupakan transgresi marin yang sebenarnya dan
dipisahkan dari Formasi Lahat oleh suatu ketidakselarasan yang memiliki
pengangkatan regional dalam oligosen Tua Atas dan Oligosen Tengah. Sebagian dari
formasi Talang Akar adalah fluviatil sampai delta dan marine dangkal. Di beberapa
tempat, batupasir terlokalisasi pada daerah tinggi atau dekat paparan sunda. Formasi
ini merupakan lapisan reservoir yang utama di Sumatera Selatan.
Formasi Baturaja terdiri dari batugamping yang merupakan terumbu yang
tersebar di berbagai daerah. Formasi ini tidak terbentuk dalam Cekungan Jambi,
begitu pula dalam bagian tertentu dari Cekungan Palembang. Terumbu Formasi
Baturaja langsung diendapkan diatas batuan dasar Pra-Tersier.
Formasi Gumai yang terdapat diatasnya mempunyai penyebaran yang luas,
pada umumnya terdiri dari serpih dalam. Formasi Gumai sebagai batuan induk untuk
semua minyak di Sumatera Selatan. Hal ini berdasarkan extraksi hidrokarbon dari
serpih formasi tersebut. Minyak bumi terbentuk setelah pengendapan maka akan
bermigrasi secara lateral ke Formasi Talang Akar, sehingga minyak bumi dalam
formasi ini bersifat parafin berat. Pelipatan Pliopleistosen menyebabkan minyak bumi
tersebut diubah menjadi parafin ringan dan migrasi vertikal ke dalam Formasi Air
Benakat dan Formasi Muara Enim.
21. Formasi Lahat terdapat sebelum regresi utama dan pada umumnya
merupakan sedimentasi non-marin. Formasi ini diendapkan dalam bongkahbongkah
yang terpatahkan ke bawah. Sedimen terdiri dari kipas aluvial, fluvial dan sebagian
terbentuk di delta. Pada bagian atasnya adalah lempung tufaan dan batupasir tufaan
yang berasal dari transgresi marine.
Formasi Air Benakat merupakan permulaan endapan regresi dan terdiri dari
lapisan pasir pantai. Penyebarannya jauh lebih luas dari formasi sebelumnya. Lapisan
batupasir disini juga merupakan lapisan reservoir yang penting.
Formasi Muara Enim lebih merupakan endapan rawa sebagai fasa akhir
regresi dan pada formasi ini terdapat batubara yang penting, seperti yang ditemukan
di Bukit Asam (Koesoemadinata, 1980).
23. Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan yang produktif. Hal ini disebabkan
terdapat beberapa formasi yang dapat bertindak sebagai batuan induk yang baik, batuan
reservoir yang memadai dan batuan penutup. Jalur migrasinya diperkirakan sesar-sesar yang
terjadi di cekungan itu.
Batuan induk yang potensial berasal dari batulempung Formasi Lahat, batulempung
Formasi Talang Akar dan batulempung Formasi Gumai. Formasi yang paling banyak
menghasilkan minyak hingga saat ini adalah Formasi Talang Akar, dengan kandungan material
organik yang tinggi berkisar antara 0,5-1,5%. Lapisan batupasir yang terdapat dalam Fomasi
Lahat, Talang Akar, Gumai, Air Benakat, dan Muara Enim dapat merupakan batuan reservoir.
Selain itu batubatugamping Formasi Baturaja juga berlaku sebagai batuan reservoir.
Batuan tudung pada umumnya merupakan lapisan batulempung yang tebal dari
Formasi Gumai, Air Benakat, Muara Enim. Disamping itu, terjadinya perubahan facies kearah
lateral dari Formasi Talang Akar dan Baturaja.
Pada umumnya perangkap hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan merupakan
perangkap struktur antiklin. Struktur sesar, baik normal maupun geser dapat bertindak
sebagai perangkap minyak. Perangkap stratigrafi terjadi pada batugamping terumbu
berbentuk membaji, bentuk kipas dan lensa dari batupasir karena perubahan facies. Migrasi
pada umumnya terjadi kearah up-dip serta melalui sesar-sesar yang ada (Hadipandoyo,
2007)
24. • Daerah Cekungan Jawa Barat Utara
Daerah cekungan jawa barat utara meliputi daerah dataran rendah Jawa Barat
utara (dataran rendah jakarta) dan laut Jawa Barat utara daerah dapat dikenal
beberapa unsur tektonik sebagai berikut
a. Daerah angkatan Lampung yang memisahkan daerah cekungan palembang
dengan daerah jawa barat Utara.
b. Paparan sunda di utara.
c. Jalur peerlipatan bogor di selatan.
d. Daerah pengangkatan Karimun jawa di sebelah timur.
e. Paparan pulau seribu. Unsur yang disebut terakhir ini membagi daerah cekungan
daerah jawa barat menjadi :
25. Cekungan Sunda
Di cekungan ini batu pasir talang akar dalam bagian-bagian danau yang
dinamai Banuwati shale. Formasi talang akar yang menutupinya sangat tebal dalam
bagian-bagian yang dalam akan tetapai menipis ataupun menghilang kearah paparan
Sunda ataupun kedaerah tinggi seperti paparan pulau seribu. Beberapa lapangan
minyak bumi didapatkan dalam formasi talang akar yang bersifat transgresif dan
formasi baturaja. Sifat minyak dari kedua formasi ini berbeda formasi baturaja
bersifat aspal tetapi berkadar belerang rendah. Cekungan jawa barat utara dibagi
dalam beberapa cekungan kecil atau depresi yaitu depresi Jatibarang, depresi pasir
putih, depresi arjuna, depresi ciputat. Depresi ciputat dibatasi sebelah timur pulau
seribu paling bawah ditemukan formasi jatibarang yang terdiri bahan-bahan vulkanik
seperti lava, basalt, tufa dan breksi yang kemudian tertutup oleh lapisan trangresif
dari formasi Cibulakan. Formasi batugamping baturaja tidak terkembangkan dengan
baik dan di wakili sebagi suatu anggota gamping. Kelihatannya transgresi di sini tidak
pernah mencapai laut dalam, dan ekuivalen formasi gumai di sini diwakili cibulakan
bagian atas yang bersifat pasiran. Transgresi formasi parigi yang terdiri dari
batugamping yang bersifat terumbu. Regresi terakhir diwakili oleh formasi Cisubu
yang umumnya bersifat marin. Minyak terdapat dalam formasi jati barang dan
formasi cibulakan dan juga dalam formasi ekuivalen baturaja.
26. Lapangan jatibarang
a. Lapangan randengan : lapangan ini mewmproduksi dari lapidsan Cibulakan dari
perangkap suatu kubah kecil lapangan-lapangan lain yang ditemukan pada tahun
1978-1979 adalah lapangan Camara, kandanghaur dan tugu (dari formasi parigi).
b. Lapangan kompleks arjuna (lepas pantai) : kompleks ini merupakn kumpulan
lapangan minyak yang mulai dengan diketemuannya struktur e pada tahun 1969
dan disusul oleh struktur b dan k. minyak ditemukan terutama dalam lapisan
pasir Cibulakan atas dengan beberapa interval.
c. Lapangan arimbi terletak di utara Cirebon dan menghasilkan dari terubu gamping
formasi batu raja.
Struktur Jumlah Lapisan Pasir Kedalaman (kaki)
e 4 2300-3200
b 7 2900-3800
k 3 2700-3800
27. Daerah Cekungan Jawa Timur
Derah cekungan ini meliputi pulau jawa dan palung jawa timur utara Madura. Daerah
cekungan yang pertama lebih merupakan epikontinental dan beberapa unsur tektonik.
Pencekungan laut Jawa timur
a. Daerah pengangkatan Karimun Jawa disebelah jawa barat
b. Monoklin selatan kelanjutan selatan karimun jawa
c. Palung pati, yang berkelanjutan ke pertelukan florence barat dan berorentasi timur
laut barat daya.
d. Lengkung (kubat) bawean merupakan daerah positif
e. Cekungan florens timur sebelah tenggara lengkung bawean dan mencekubg
florence cekung sendiri merupakan setengah grabean.
f. Arah positif merupakan cekungan florence timur dan batasnya bersifatpatahan
g. Depresi masalombo suatu cekungan terdpatdisebelah timurarah positif JSI trend.
Depresi membuka ke depresi Madura utara.
h. daerah tinggi masalembo merupakan elemen tektonik paling timur daerah
cekungan daerah Jawa timur dan membatasi dari dalam laut flores.
i. Pertelukan JS 20 merupakan suatu depresi yang penting yang membuka ke barat ke
graben tuban utara ke cekungan Madura.
28. Cekungan Jawa Timur Madura
Daerah cekungan ini lebih merupakan geosinklin, dengan ketebalan sedimen
tersier mungkin melebihi 6000 meter. Suatu hal khas dari cekungan ini adalah Timur-
Barat, dan kelihatannya merupakan gejala tektonik tersier muda. Di sebelah selatan,
cekungan yang memanjang timur-barat ini dibatasi oleh pegunungan kendeng, yang
menerus ke pantai Selatan Madura, dengan sedimen Tersier terlipat sangat ketat,
yang dibarengi sesar-sesar naik.
Pada umumnya di sini dapat dibedakan dua jalur sedimentasi di sini :
a. Jalur Rembang-madura.
Di sini fasa regresi didapatkan dalam sedimen klastik yang merupakan
reservoir minyak.
29. b. Jalur randublatung-selat madura, yang pada umumnya terdiri dari sedimen halus
seperti serpih napal, dengan tekanan lebih (over pressure), sehingga
mengakibatkan diapair serpih. Dalam arah utaraselatan terjadi perubahan fasies
dari sedimen cekungan epikontinen ke geosinklin. Dalam hal ini terutama formasi
Kujung menjadi gamping cekungan. Dasar cekungan ini belum pernah ditembus
oleh pemboran, demikian pula lapisan dasarnya. Lapisan tertua adalah formasi
Kujung yang terdapat dalam fasies cekunganyang berumur Te. Di atasnya
terdapat formasi tuban (Tf1-2) yang pada bagian atasnya terdapat dalam fasa
regresif dan terkembangkan dalam fasies pasir (anggota Ngarong), yang
merupakan reservoir minyakpenting. Formasi ini dibatasi dari formasi yang ada di
atasnya, yaitu formasi kawengan, oleh suatu ketidakselasan yang menghilang
berwujud sedimentasi menerus dalam jalur randublatung selat Madura
c. Formasi Kawengan yang terdiri dari anggota Wonocolo, anggota ledok dan
anggota mundu merupakan lapisan reservoir penting, dan berumur Miosen atas
Pliosen. Formasi paling atas adalah formasi Lidah, yang berumur Pliosen sampai
pleistosen. Formasi Lidah dan formasi Kewengan berubah fasies menjadi gamping
terumbu formasi madura.
30. TERDAPATNYA MINYAK BUMI
Di cekungan Jawa Timur Utara ini minyak terutama ditemukan dalam fasa
regresif anggota ngarayong dan formasi kawengan yang transgresif di atasnya,
terutama dalam anggota wonocolo. Di formasi fasa transgresif sampai kini belum
ditemukan. lapangan minyak di Jawa timur dapat dikelompokkan ke dalam 2 daerah
minyak yaitu daerah cepu, dan daerah Kruka-surabaya.
Daerah Cepu
Lapisan reservoir terutama didapatkan dalam batupasir anggota ngrayom.
Tujuhpuluh tiga persen produksi daerah ini didapatkan dari interval ini. Porositas
rata-rata adalah 18 % dan berkurang ke arah ESE. Ketebalan bersih lapisan minyak
Lapangan semanggi 35-45 meter, Nglob : 100-110 meter dan Kawengan : 40 meter.
Lapisan minyak lain adalah anggota wonocolo yang terdiri dari sisipan
gamping pasiran, dan batupasir gamping halus di bagian bawahnya. Secara total
telah ditemukan 11 lapis minyak. Juga anggota ledok yang terdiri dari kalkrenit
pasiran yang ditandai glaukonit dan perlapisan silang siur kadang-kadang merupakan
reservoir.
31. Perangkap di daerah ini teutama merupakan struktur lipatan yamg menjurus
baratlaut-tenggara yang disebabkan pelipatan akhir pliosen dan barattimur yang
disebabkan gerakan pleistosen sampai resen. Struktur antiklin pada umumnya
disertai sesar naik yang miring ke arah utara, malahan pada kedua belah sayatnya
(lapangan kawengan) minyak yang didapatkan pada umumnya bersifat parafin,
terutama kawengan yang bersifat parafin berat. Lapangan minyak yang penting ialah
keawean. Lapangan ini merupakan kulminasi antiklin kidangan, wonocolo, kawengan.
Lapangan ini ditemukan pada tahun 1984 dan dewasa ini masih diproduksikan.
Minyak ditemukan dalam lapisan pasir anggota ngrayong dan womocolo dan
terdapat dalam antiklin asimetri dengan sesar naik pada sayap selatannya. Yang
termasuk kawengan yaitu: Kidangan,Dandangil, Wonocolo.
Daerah minyak surabaya
Pada daerah ini minyak didapatkan dalam anggota wonocolo. Sangat khas
adalah anggota mundu yang berkembang sebagai lapisan pasir yang terdiri dari
cangkang giobigerina.
32. Daerah cekungan kalimantan timur
Daerah cekungan tersier kalimantan timur dibatasi di sebelah barat oleh
paparan stabil sunda dari kalimantan barat yang merupakan suatu kompleks batuan
dasar pra-tersier, batuan beku dan metamorf yang telah stabil, di bagian barat laut
oleh daerah tinggi kucing yang juga terdiri dari batuan pra-tersier yang terlipat ketat.
Dibagian selatan daerah cekungan ini bersambungan dengan cekungan epikontinen
laut jawa timur. Unsur tektonik berikut membagi daerah kalimantan beserta leoas
pantai lepasnya menjadi beberapa cekungan Yaitu:
a. Daerah tinggi meratus
b. Paparan paternoster
c. Punggung Mangkalihat.
Ketiga unsur ini membagi cekungan sebagai berikut:
a. Cekungan barito sebelah barat punggung Meratus
b. Cekungan kutai di sebelah utara punggungan meratus
c. Cekungan pasir antara punggung meratus dan paparan paternoster
d. Cekungan tarakan dipisahkan di sebelah selatan oleh punggung mangkalihat.
33. Daerah cekungan laut cina selatan
Daerah cekungan Laut Cina selatan merupakan suatu propinsi minyak dan
gasbumi yang baru. Explorasi di daerah ini mulai tahun 1970, pada tahun 1979
lapangan minyak pertama di wilayah Indonesia diresmikan. Beberapa lapangan gas
dan minyakbumi sebelumnya telah diketemukan di wilayah Malaysia.
34. KERANGKA TEKTONIK
Daerah ini terdapat dua unsur tektonik utama, yaitu daerah paparan sunda
dan cekungan (geosyncline) Borneo Barat Laut. Cekungan borneo Barat laut ini, yang
juga disebut cekungan natuna Timur, merupakan suatu cekungan busurmuka (fore-
arc basin) di tepi timurlaut Paparan Sunda yang stabil semenjak Tersier. Cekungan
yang besar ini membujur dari lepas pantai Vietnam melalui Utara kepulauan natuna
ke Serawak-brunei, dan ke arah timurlaut membuka ke dasar laut berkedalaman
abisal dan bergerak samudra tapi cekungan terhadap paparan adalah sangat terjal.
Cekungan ini bersifat suatu palung jalur penekukan kerak samudra ke bawah Paparan
Sunda pada jaman Kapur-Eosen (eugeosyncline) dan pada zaman Oligo-miosen lebih
bersifat miogeosyncline atau mungkin dapat diklasifikasikan sebagi tepi benua yang
tertarik-pisah. Batas paparan cekungan ini adalah merupakan terusan garis sesar
Lupar yang berarahkan barat-laut sampai perbatasan Indonesia-malaysia di
kalimantan. Struktur pada cekungan ini terdiri dari diapair lempung dan tingian
batuan dasar. Kapur-eosen diwakili oleh filit dan turbidit yang diperkirakan sebagai
melange, disusul oleh pengendapan marin dangkal dan laut dalam pada zaman
Miosen dan Pliosen.
35. Cekungan natuna barat merupakan suatu depresi yang disebabkan penipisan
kerak kontinen pada penarik-pisahan yang disebabkan penipisan kerak kontinen pada
penarik pisahan yang terjadi setelah jaman oligosen. Cekungan ini berarahkan
baratlaut-tenggara, sedangkan Cekungan natuna barat berarahkan timurlaut-
baratdaya, cekungan thailand ini dipisahkan dari cekungan natuna timur (Geosinklin
serawak) oleh tinggian khorat-Natuna Swell) yang merupakan suatu busur bathlit
Mesozikum atas, cekungan ini disebut juga sebagai “inter bathlik basin” oleh white
dan wing Mesozoikum. Tinggian khorat-natuna merupakan suatu ambang yang
memisahakan Cekungan natuna barat dari laut terbuka, sehingga sedimentasi di
cekungan ini dari Oligosen sampai Miosen tengah bersifat nonmarin sampai paralis.
Daerah ini mengalami pematahan pada orogonesis Miosen bawah/Pliosen dan
sementara ini terdapat transgresi marin sampai dengan pliosen dimana terjadi
pengendapan lumpur di laut terbuka. Struktur di cekungan natuna Barat
menunjukkan aspek tarik-pisahan (pull-apart) dan”transcurrent” (wrench) yang
bersifat sinistral, yang menyebabkan gerakan-gerakan vertikal yang membentuk
tutupan berarahkan timurlaut-baratdaya.