SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 121
Bab 8
Pendeteksian Tepi (Edge Detection)
eningkatan kualitas citra (image enhancement) bertujuan menghasilkan citra
dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan citra semula. Langkah
selanjutnya dalam pengolahan citra adalah analisis citra (image analysis).
Analisis citra bertujuan mengidentifikasi parameter-parameter yang diasosiasikan
dengan ciri (feature) dari objek di dalam citra, untuk selanjutnya parameter
tersebut digunakan dalam menginterpretasi citra. Analisis citra pada dasarnya
terdiri dari tiga tahapan: ekstrakasi ciri (feature extraction), segmentasi, dan
klasifikasi.
Faktor kunci dalam mengekstraksi ciri adalah kemampuan mendeteksi keberadaan
tepi (edge) dari objek di dalam citra. Setelah tepi objek diketahui, langkah
selanjutnya dalam analisis citra adalah segmentasi, yaitu mereduksi citra menjadi
objek atau region, misalnya memisahkan objek-objek yang berbeda dengan
mengekstraksi batas-batas objek (boundary). Langkah terakhir dari analisis citra
adalah klasifikasi, yaitu memetakan segmen-segmen yang berbeda ke dalam kelas
objek yang berbeda pula.
8.1 Definisi Tepi
Yang dimaksud dengan tepi (edge) adalah perubahan nilai intensitas derajat
keabuan yang mendadak (besar) dalam jarak yang singkat (Gambar 8.1).
Perbedaan intensitas inilah yang menampakkan rincian pada gambar. Tepi
biasanya terdapat pada batas antara dua daerah berbeda pada suatu citra. Tepi
dapat diorientasikan dengan suatu arah, dan arah ini berbeda-beda pada
bergantung pada perubahan intensitas.
P
122 Pengolahan Citra Digital
jarak
perubahan intensitas
α = arah tepiα
derajat
keabuan
x0 x0
derajat
keabuan
x0
derajat
keabuan
Gambar 8.1 Model tepi satu-matra
Perhatikan Gambar 8.2. Ada tiga macam tepi yang terdapat di dalam citra digital.
Ketiganya adalah:
1. Tepi curam
Tepi dengan perubahan intensitas yang tajam. Arah tepi berkisar 90°.
2. Tepi landai
Disebut juga tepi lebar, yaitu tepi dengan sudut arah yang kecil. Tepi landai
dapat dianggap terdiri dari sejumlah tepi-tepi lokal yang lokasinya berdekatan.
3. Tepi yang mengandung derau (noise)
Umumnya tepi yang terdapat pada aplikasi computer vision mengandung
derau. Operasi peningkatan kualitas citra (image enhancement) dapat dilakukan
terlebih dahulu sebelum pendeteksian tepi.
(a) Tepi curam (b) tepi landai (c) tepi curam dengan derau
x
derajatkeabuan
(d) break down tepi landai
















88888444
88888444
88888444
88888444
88888444
(e) citra dengan tepi
curam
















88876544
88876544
88876544
88876544
88876544
(f) citradengantepilandai
Gambar 8.2 Jenis-jenis tepi
Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 123
8.2 Tujuan Pendeteksian Tepi
Pendeteksian tepi merupakan langkah pertama untuk melingkupi informasi di
dalam citra. Tepi mencirikan batas-batas objek dan karena itu tepi berguna untuk
proses segmentasi dan identifikasi objek di dalam citra.
Tujuan operasi pendeteksian tepi adalah untuk meningkatkan penampakan garis
batas suatu daerah atau objek di dalam citra. Karena tepi termasuk ke dalam
komponen berfrekuensi tinggi, maka pendeteksian tepi dapat dilakukan dengan
penapis lolos-tinggi.
Terdapat beberapa teknik yang digunakan untuk mendeteksi tepi, antara lain:
1. Operator gradien pertama (differential gradient)
2. Operator turunan kedua (Laplacian)
3. Operator kompas (compass operator)
8.3 Pendeteksian Tepi dengan Operator Gradien
Pertama
Perubahan intensitas yang besar dalam jarak yang singkat dipandang sebagai
fungsi yang memiliki kemiringan yang besar. Kemiringan fungsi biasanya
dilakukan dengan menghitung turunan pertama (gradient). Karena citra f(x,y)
adalah fungsi dwimatra dalam bentuk diskrit, maka turunan pertamanya adalah
secara parsial, masing-masing dalam arah-x dan dalam arah-y, sebagai berikut:






=












∂
∂
∂
∂
=∇
y
x
G
G
y
f
x
f
f (8.1)
yang dalam hal ini,
x
yxfyxxf
x
yxf
Gx
∆
−∆+
=
∂
∂
=
),(),(),(
(8.2)
y
yxfyyxf
y
yxf
Gy
∆
−∆+
=
∂
∂
=
),(),(),(
(8.3)
Biasanya 1=∆=∆ yx , sehingga persamaan turunan pertama menjadi:
),(),1(
),(
yxfyxf
x
yxf
Gx −+=
∂
∂
= (8.4)
),()1,(
),(
yxfyxf
y
yxf
Gy −+=
∂
∂
= (8.5)
124 Pengolahan Citra Digital
x
y
(x,y) (x+1,y)
(x ,y+1)
(x,y-1)
(x-1,y)
(x+1,y+1)
(x+ 1,y-1)
(x-1,y+1)
(x-1,y-1)
Titik-titik yang terlibat dalam perhitungan turunan pertama diperlihatkan pada
Gambar 8.3.
Gambar 8.3 Titik-titik yang dilibatkan dalam perhitungan gradien
Kedua turunan tersebut dapat dipandang sebagai dua buah mask konvolusi
sebagai berikut:
[ ]11)(1 −=xG dan 





−
=
1
1
)(1 yG
Contoh 8.1. [LOW91] Misalkan terdapat sebuah 5 × 5 citra dengan dua derajat
keabuan sebagai berikut:
















00011
00011
00111
11111
11111
Hasil perhitungan gradien setiap pixel di dalam citra adalah sebagai berikut:
Citra Gradien-x Gradien-y Arah gradien
















00011
00011
00111
11111
11111
*0010
*0010
*0100
*0000
*0000
−
−
−
*****
00000
00100
11000
00000
****
****
****
***
*****
↔
↔
bb
¾
Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 125
Berdasarkan konvolusi dengan kedua mask tersebut, kita menghitung kekuatan
tepi, G[f(x,y)], yang merupakan magnitudo dari gradien, dan arah tepi, α(x,y),
untuk setiap pixel:
G[f(x,y)]=
22
yx GG + (8.6)
α(x,y) = tan-1
x
y
G
G
(8.7)
Karena menghitung akar adalah persoalan rumit dan menghasilkan nilai riil, maka
dalam praktek kekuatan tepi biasanya disederhanakan perhitungannya dengan
menggunakan salah satu dari alternatif rumus berikut [DUL97]:
(i) G[f(x,y)] = 22
yx GG + , atau
(ii) G[f(x,y)] = yx GG + , atau
(iii) G[f(x,y)] = },max{ 22
yx GG , atau
(iv) G[f(x,y)] = max{ }, yx GG .
Dalam praktek, persamaan (ii) dan (iv) biasanya lebih disukai dan lebih mudah
dikerjakan karena mengandung jumlah operasi aritmetika yang lebih sedikit.
Hasil pendeteksian tepi adalah citra tepi (edges image) g(x,y), yang nilai setiap
pixel-nya menyatakan kekuatan tepi:
)],([),( yxfGyxg =
Keputusan apakah suatu pixel merupakan tepi atau bukan tepi dinyatakan dengan
operasi pengambangan berikut:


 ≥
=
lainnya,0
)],([jika,1
),(
TyxfG
yxg (8.8)
yang dalam hal ini T adalah nilai ambang, pixel tepi dinyatakan putih sedangkan
pixel bukan tepi dinyatakan hitam. Gambar 8.4 adalah contoh hasil deteksi
semua tepi citra Lena, citra Camera, dan citra botol.
126 Pengolahan Citra Digital
Gambar 8.4 Deteksi semua tepi citra Lena, camera, dan botol
Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 127
Selain operator gradien yang sudah disebutkan di atas, masih ada beberapa
operator gradien pertama yang lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi tepi
di dalam citra, yaitu:
(a) Operator gradien selisih-terpusat (center-difference):
2
),1(),1(),(
),(
yxfyxf
x
yxf
yxDx
−−+
=
∂
∂
= (8.9)
2
)1,()1,(),(
),(
−−+
=
∂
∂
=
yxfyxf
y
yxf
yxDy (8.10)
yang ekivalen dengan mask berikut:
[ ]101)(2 −=xD dan










−
=
1
0
1
)(2 yD
(b) Operator Sobel
Tinjau pengaturan pixel di sekitar pixel (x,y):










456
37
210
),(
aaa
ayxa
aaa
Operator Sobel adalah magnitudo dari gradien yang dihitung dengan
M = 22
yx ss +
yang dalam hal ini, turunan parsial dihitung dengan
)()( 670432 acaaacaasx ++−++= (8.11)
)()( 4562210 acaaacaasy ++−++= (8.12)
dengan konstanta c = 2. Dalam bentuk mask, sx dan sy dapat dinyatakan
sebagai










−
−
−
=
101
202
101
xS dan










−−−
=
121
000
121
yS
128 Pengolahan Citra Digital
Arah tepi dihitung dengan persamaan
α(x,y) = tan-1






x
y
S
S
(8.13)
Contoh 8.2. Contoh berikut ini memeperlihatkan pendeteksian tepi dengan
operator Sobel. Konvolusi pertama dilakukan terhadap pixel yang bernilai 1 (di
titik pusat mask):
















23152
17524
31753
24612
15243
















18*
*****
(i) citra semula (ii) hasil konvolusi
Nilai 18 pada citra hasil konvolusi diperoleh dengan perhitungan berikut:
Sx = (3)(-1) + (2)(-2) + (3)(-1) + (2)(1) + (6)(2) + (7)(1) = 11
Sy = (3)(1) + (4)(2) + (2)(1) + (3)(-1) + (5)(-2) + (7)(-1) = -7
M = 22
yx ss + = 22
)7(11 −+ ≅ yx SS + = 711 −+ = 18
Pada contoh ini, nilai M = 22
yx ss + dihampiri dengan menghitung
M ≅ yx SS + . ¾
Contoh 8.3. Di bawah ini contoh lain pendeteksian tepi dengan operator Sobel,
dimana hasil konvolusi diambangkan dengan T = 12.
Citra: yx -gradien-gradien + :


















3444332100
2342334010
3333433100
3233420200
3420001000
3302000000


















**********
*8642212122*
*42421014104*
*061216201086*
*414121410464*
**********
Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 129
Hasil pengambangan dengan T = 12:


















**********
*8642212122*
*42421014104*
*061216201086*
*414121410464*
**********
¾
(c) Operator Prewitt
Persamaan gradien pada operator Prewitt sama seperti operator Sobel, tetapi
menggunakan nilai c = 1:










−
−
−
=
101
101
101
xP dan










−−−
=
111
000
111
yP
(d) Operator Roberts
Operator Roberts sering disebut juga operator silang (gambar 8.5). Gradien
Roberts dalam arah-x dan arah-y dihitung dengan rumus:
),()1,1(),( yxfyxfyxR −++=+ (8.14)
),1()1,(),( yxfyxfyxR +−+=− (8.15)
f(x, y) f(x + 1, y)
f(x + 1, y+1)f(x, y+1)
x
Gambar 8.5 Operator silang
130 Pengolahan Citra Digital
Operator R+ adalah hampiran turunan berarah dalam arah 45°, sedangkan R-
adalah hampiran turunan berarah dalam arah 135°.
Dalam bentuk mask konvolusi, operator Roberts adalah:






−
=+
10
01
R dan 





−
=−
01
10
R
Khusus untuk operator Roberts, arah tepi dihitung dengan rumus
),( yxα = )(tan
4
1
+
−−
+
R
Rπ
(8.17)
Sedangkan kekuatan tepi umumnya dihitung dengan rumus
G[f(x,y)] = −+ + RR
Contoh 8.4. Contoh berikut ini memeperlihatkan pendeteksian tepi dengan
operator Roberts.
















23152
17524
31753
24612
15243
















*****
*7811
*4452
*2875
*6334
(i) citra semula (ii) hasil konvolusi
Nilai 4 pada pojok kiri atas pada citra hasil konvolusi diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut:
f ’[0,0] = ¦ 3 – 1 ¦ + ¦ 4 – 2 ¦ = 4
8.4 Pendeteksian Tepi dengan Operator Turunan
Kedua
Operator turunan kedua disebut juga operator Laplace. Operator Laplace
mendeteksi lokasi tepi lebih akurat khususnya pada tepi yang curam. Pada tepi
yang curam, turunan keduanya mempunyai persilangan nol (zero-crossing), yaitu
titik di mana terdapat pergantian tanda nilai turunan kedua (Gambar 8.6),
Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 131
sedangkan pada tepi yang landai tidak terdapat persilangan nol. Persilangan nol
merupakan lokasi tepi yang akurat.
Turunan kedua fungsi dengan dua peubah adalah:
2
2
2
2
2
y
f
x
f
f
∂
∂
+
∂
∂
=∇ (8.18)
f(x)
∂f /∂x
∂2
f /∂x2
•
(a) Tepi landai (b) Tepi curam
Gambar 8.6 Deteksi tepi dengan operator turunan kedua
Dengan menggunakan definisi hampiran selisih-mundur (backward difference
approximation):
x
yxxfyxf
x
yxf
xG
∆
∆−−
=
∂
∂
=
),(),(),(
)(3 (8.19)
y
yyxfyxf
y
yxf
yG
∆
∆−−
=
∂
∂
=
),(),(),(
)(3 (8.20)
132 Pengolahan Citra Digital
maka
2
2
2
2
2
y
f
x
f
f
∂
∂
+
∂
∂
=∇
))(())(( 3131 yGGxGG +=
)),(()),((
1
)),(()),((
1
1111 yyxfGyxfG
y
yxxfGyxfG
x
∆−−
∆
+∆−−
∆
=
}
),(),(),(),(
{
1
}
),(),(),(),(
{
1
y
yyxfyxfyxfyyxf
y
x
yxxfyxfyxfyxxf
x
∆
∆−+−−∆+
∆
+
∆
∆−+−−∆+
∆
=
2
)(
),(),(2),(
x
yxxfyxfyxxf
∆
∆−+−∆+
=
2
)(
),(),(2),(
y
yyxfyxfyyxf
∆
∆−+−∆+
+
Dengan mengasumsikan ∆x = ∆y = 1, maka diperoleh:
)1,(),(2)1,(),1(),(2),1(),(2
−+−++−+−+=∇ yxfyxfyxfyxfyxfyxfyxf
)1,(),1(),(4),1()1,( ++++−−+−= yxfyxfyxfyxfyxf
(8.21)
atau dapat dinyatakan sebagai mask:










−
010
141
010
Selain mask di atas, masih ada dua hampiran operator Laplace yang lain, yaitu










−−−
−−
−−−
111
181
111
dan










−
−−
−
121
242
121
Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 133
Kadang-kadang diinginkan memberi bobot yang lebih pada pixel tengah di antara
pixel tetangganya. Operator Laplace yang digunakan untuk tujuan ini adalah










−
141
4204
141
Operator Laplace termasuk ke dalam penapis lolos-tinggi sebab jumlah seluruh
koefisiennya nol dan koefisiennya mengandung nilai negatif maupun positif.
Contoh 8.5. [GAL90] Contoh berikut ini memperlihatkan pendeteksian tepi
vertikal dengan operator Laplace:
















8888444
8888444
8888444
8888444
8888444
0
4
8
-4
0
+4
















−+
−+
−+
*******
*00440*
*00440*
*00440*
*******
(i) Citra semula (ii) Hasil konvolusi
Satu baris dari hasil pendeteksian tepi:
0 +4 –4 0 0
Pada contoh di atas, persilangan nol bersesuaian dengan tepi pada citra semula,
yang terdapat pada titik tengah antara dua buah pixel yang bersesuaian. Pixel tepi
seharusnya ditandai secara konsisten, apakah pixel di sebelah kiri atau di sebelah
kanan garis “|”. ¾
134 Pengolahan Citra Digital
Contoh 8.6. [GAL90] Pendeteksian tepi diagonal (miring) dengan operator Laplace:
















88444444
88844444
88884444
88888444
88888844
















−+
−+
−+
********
*048000*
*004800*
*000480*
********
(i) Citra semula (ii) Hasil konvolusi
¾
Contoh 8.7. Pendeteksian tepi landai dengan operator Laplace:
















88885222
88885222
88885222
88885222
88885222
















−+
−+
−+
********
*003030*
*003030*
*003030*
********
(i) Citra semula (ii) Hasil konvolusi
Satu baris dari hasil pendeteksian tepi:
0 +3 0 –3 0
Pada contoh di atas tidak terdapat persilangan nol; lokasi tepi yang sesungguhnya
ditentukan secara interpolasi. ¾
Kadangkala pendeteksian tepi dengan operator Laplace menghasilkan tepi-tepi
palsu yang disebabkan oleh gangguan pada gambar [DUL97]. Untuk mengurangi
kemunculan tepi palsu, citra disaring dulu dengan fungsi Gaussian (Gambar 8.7).
Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 135
f(x,y)
dihaluskan dengan
fungsi Gauss, G(x,y)
h(x,y)
operator Laplace,
2
∇
k(x,y)
Gambar 8.7 Skema pendeteksian tepi untuk citra yang mengalami gangguan.
Berdasarkan skema pada Gambar 8.7:
),(),( 2
yxhyxk ∇= (8.22)
dan
),(*),(),( yxGyxfyxh = (8.23)
maka dapat dibuktikan bahwa
),(*),()],(*),([ 22
yxGyxfyxGyxf ∇=∇ (8.24)
Jadi,
),(*),(),( 2
yxGyxfyxk ∇= (8.25)
yang dalam hal ini,
2
22
2
)(
4
222
2 2
),( σ
σ
σ
yx
e
yx
yxG
+
−





 −+
=∇ (8.26)
136 Pengolahan Citra Digital
Fungsi ∇2
G(x,y) merupakan turunan kedua dari fungsi Gauss, kadang-kadang
disebut juga fungsi Laplacian of Gaussian (LoG) atau fungsi topi orang Mexico
(Mexican Hat), karena bentuk kurvanya seperti topi Meksiko.
Jadi, untuk mendeteksi tepi dari citra yang mengalami gangguan, kita dapat
melakukan salah satu dari dua operasi ekivalen di bawah ini:
1. Konvolusi citra dengan fungsi Gauss G(x,y), kemudian lakukan operasi
Laplacian terhadap hasilnya, atau
2. Konvolusi citra dengan penapis LoG.
Contoh penapis LoG yang berukuran 5 × 5:
















−
−−−
−−−−
−−−
−
00100
01210
121621
01210
00100
Hasil pendeteksian tepi dengan operator Laplace dan Laplacian of Gaussian
diperlihatkan pada Gambar 8.8.
(a) (b)
Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 137
(c) (d)
Gambar 8.8 (a) citra botol; (b) Laplace; (c) Laplace dengan bobot lebih; (d) Laplacian of Gaussian
(LoG)
8.5 Pendeteksian Tepi dengan Operator Kompas
Operator kompas (compass operator) digunakan untuk mendeteksi semua tepi
dari berbagai arah di dalam citra. Operator kompas yang dipakai untuk
pendeteksian tepi menampilkan tepi dari 8 macam arah mata angin: Utara, Timur
Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, dan Barat Laut. Pendeteksian tepi
dilakukan dengan mengkonvolusikan citra dengan berbagai mask kompas, lalu
dicari nilai kekuatan tepi (magnitude) yang terbesar dan arahnya. Jika misalnya
digunakan sebanyak p buah mask kompas dan nilai kekuatan tepi pada pixel (x, y)
untuk semua mask adalah G1[f(x,y)], G2[f(x,y)], …, Gp[f(x,y)], maka besar
kekuatan tepi adalah:
},...,2,1)],([{max)],([ piyxfGyxfG i
i
== (8.27)
Jika mask k adalah mask yang memberikan kekuatan terbesar, maka arah tepi
ditentukan dari mask k tersebut.
Operator kompas yang dipakai untuk pendeteksian tepi menampilkan tepi dari 8
macam arah mata angin:
138 Pengolahan Citra Digital
Utara Timur Laut Timur Tenggara










−−−
−
111
121
111










−−
−−
111
121
111










−
−−
−
111
121
111










−−
−−
111
121
111
Selatan Barat Daya Barat Barat Laut










−
−−−
111
121
111










−−
−−
111
121
111










−
−−
−
111
121
111










−−
−−
111
121
111
Operator kompas yang tersedia dapat juga digunakan untuk mendeteksi tepi
dalam arah tertentu saja. Misalnya diinginkan mendeteksi tepi dalam arah
horizontal dan vertikal, seperti hasil pendeteksian tepi citra San Fransisco
(Gambar 8.9) dan citra WTC1109.
Tepi horizontal Tepi vertikal
Gambar 8.9 Deteksi tepi horizontal dan vertikal dari citra San Fransisco
Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 139
Gambar 8.10. Citra WTC1109
Tepi vertikal
140 Pengolahan Citra Digital
Tepi horizontal
Gambar 8.10 (lanjutan).

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Algoritma Pemrograman Modul VI-GUI
Laporan Praktikum Algoritma Pemrograman Modul VI-GUILaporan Praktikum Algoritma Pemrograman Modul VI-GUI
Laporan Praktikum Algoritma Pemrograman Modul VI-GUIShofura Kamal
 
Mekanika fluida
Mekanika fluidaMekanika fluida
Mekanika fluidaliska dewi
 
IDS with Artificial Intelligence
IDS with Artificial IntelligenceIDS with Artificial Intelligence
IDS with Artificial IntelligenceConferencias FIST
 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaIbad Ahmad
 
Induksi matematika kls xii
Induksi matematika kls xiiInduksi matematika kls xii
Induksi matematika kls xiiMedi Harja
 
Sistem pertidaksamaan linear-kuadrat x-tkj
Sistem pertidaksamaan linear-kuadrat x-tkjSistem pertidaksamaan linear-kuadrat x-tkj
Sistem pertidaksamaan linear-kuadrat x-tkjRahman Nul Hakim
 
Limit kontinu
Limit kontinuLimit kontinu
Limit kontinuyuyuneka
 
geometri analitik - ellips
geometri analitik - ellipsgeometri analitik - ellips
geometri analitik - ellipsLois Tulangow
 
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-keduaPersamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-keduadwiprananto
 
Tugas contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Tugas contoh soal dan penyelesaian metode biseksiTugas contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Tugas contoh soal dan penyelesaian metode biseksiagusadibudiarto98
 
Penjelasan tentang kontur dan representasi citra
Penjelasan tentang kontur dan representasi citraPenjelasan tentang kontur dan representasi citra
Penjelasan tentang kontur dan representasi citraIztHo'ell Shoerento
 
elastisitas dan patahan
elastisitas dan patahanelastisitas dan patahan
elastisitas dan patahanzakiyah koto
 
Sistem bilangan kompleks
Sistem bilangan kompleksSistem bilangan kompleks
Sistem bilangan komplekstejowati
 
Matematika Diskrit - 09 graf - 02
Matematika Diskrit - 09 graf - 02Matematika Diskrit - 09 graf - 02
Matematika Diskrit - 09 graf - 02KuliahKita
 
SISTEM OPERASI DAN S[ESIFIKASI
SISTEM OPERASI DAN S[ESIFIKASI SISTEM OPERASI DAN S[ESIFIKASI
SISTEM OPERASI DAN S[ESIFIKASI Budi Wicaksono
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Algoritma Pemrograman Modul VI-GUI
Laporan Praktikum Algoritma Pemrograman Modul VI-GUILaporan Praktikum Algoritma Pemrograman Modul VI-GUI
Laporan Praktikum Algoritma Pemrograman Modul VI-GUI
 
Chap 6 histogram dan operasi dasar
Chap 6 histogram dan operasi dasarChap 6 histogram dan operasi dasar
Chap 6 histogram dan operasi dasar
 
Mekanika fluida
Mekanika fluidaMekanika fluida
Mekanika fluida
 
IDS with Artificial Intelligence
IDS with Artificial IntelligenceIDS with Artificial Intelligence
IDS with Artificial Intelligence
 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unila
 
Induksi matematika kls xii
Induksi matematika kls xiiInduksi matematika kls xii
Induksi matematika kls xii
 
Sistem pertidaksamaan linear-kuadrat x-tkj
Sistem pertidaksamaan linear-kuadrat x-tkjSistem pertidaksamaan linear-kuadrat x-tkj
Sistem pertidaksamaan linear-kuadrat x-tkj
 
Limit kontinu
Limit kontinuLimit kontinu
Limit kontinu
 
Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Sistem Pendukung Keputusan (SPK)Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
 
geometri analitik - ellips
geometri analitik - ellipsgeometri analitik - ellips
geometri analitik - ellips
 
Graf 1
Graf 1Graf 1
Graf 1
 
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-keduaPersamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
 
final_project
final_projectfinal_project
final_project
 
Tugas contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Tugas contoh soal dan penyelesaian metode biseksiTugas contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Tugas contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
 
DIGITAL IMAGE PROCESSING
DIGITAL IMAGE PROCESSINGDIGITAL IMAGE PROCESSING
DIGITAL IMAGE PROCESSING
 
Penjelasan tentang kontur dan representasi citra
Penjelasan tentang kontur dan representasi citraPenjelasan tentang kontur dan representasi citra
Penjelasan tentang kontur dan representasi citra
 
elastisitas dan patahan
elastisitas dan patahanelastisitas dan patahan
elastisitas dan patahan
 
Sistem bilangan kompleks
Sistem bilangan kompleksSistem bilangan kompleks
Sistem bilangan kompleks
 
Matematika Diskrit - 09 graf - 02
Matematika Diskrit - 09 graf - 02Matematika Diskrit - 09 graf - 02
Matematika Diskrit - 09 graf - 02
 
SISTEM OPERASI DAN S[ESIFIKASI
SISTEM OPERASI DAN S[ESIFIKASI SISTEM OPERASI DAN S[ESIFIKASI
SISTEM OPERASI DAN S[ESIFIKASI
 

Similar to TEPI OPTIMAL

Bab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepiBab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepiSyafrizal
 
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdfASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdfDikywahyu5
 
Bab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraBab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraSyafrizal
 
Komputr grafika
Komputr grafikaKomputr grafika
Komputr grafikaRos Dania
 
TitikdanGaris.pptx
TitikdanGaris.pptxTitikdanGaris.pptx
TitikdanGaris.pptxbahankuliah1
 
01-Pengantar-Pengolahan-Citra-Bag1-2021.pptx
01-Pengantar-Pengolahan-Citra-Bag1-2021.pptx01-Pengantar-Pengolahan-Citra-Bag1-2021.pptx
01-Pengantar-Pengolahan-Citra-Bag1-2021.pptxGabrielChristian14
 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)khaerul azmi
 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)khaerul azmi
 
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIRBAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIRAmrih Prayogo
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiPeople Power
 
Aplikasi integral-luas-volume
Aplikasi integral-luas-volumeAplikasi integral-luas-volume
Aplikasi integral-luas-volumeSMPNegeri12
 

Similar to TEPI OPTIMAL (20)

Bab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepiBab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepi
 
Pcd 4
Pcd 4Pcd 4
Pcd 4
 
Pcd 4
Pcd 4Pcd 4
Pcd 4
 
Pcd 8
Pcd 8Pcd 8
Pcd 8
 
Pcd 10
Pcd 10Pcd 10
Pcd 10
 
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdfASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
 
Bab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraBab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citra
 
Komputr grafika
Komputr grafikaKomputr grafika
Komputr grafika
 
TitikdanGaris.pptx
TitikdanGaris.pptxTitikdanGaris.pptx
TitikdanGaris.pptx
 
01-Pengantar-Pengolahan-Citra-Bag1-2021.pptx
01-Pengantar-Pengolahan-Citra-Bag1-2021.pptx01-Pengantar-Pengolahan-Citra-Bag1-2021.pptx
01-Pengantar-Pengolahan-Citra-Bag1-2021.pptx
 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
 
Pcd 8
Pcd 8Pcd 8
Pcd 8
 
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIRBAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
 
LN s06-machine vision-s2
LN s06-machine vision-s2LN s06-machine vision-s2
LN s06-machine vision-s2
 
Thinning belajar
Thinning belajarThinning belajar
Thinning belajar
 
Aplikasi integral-luas-volume
Aplikasi integral-luas-volumeAplikasi integral-luas-volume
Aplikasi integral-luas-volume
 
Bab 05
Bab 05Bab 05
Bab 05
 
LN s07-machine vision-s2
LN s07-machine vision-s2LN s07-machine vision-s2
LN s07-machine vision-s2
 

More from dedidarwis

Cv dedi darwis
Cv dedi darwisCv dedi darwis
Cv dedi darwisdedidarwis
 
Manajemen pengetahuan
Manajemen pengetahuanManajemen pengetahuan
Manajemen pengetahuandedidarwis
 
Metadata pada Data Warehouse
Metadata pada Data WarehouseMetadata pada Data Warehouse
Metadata pada Data Warehousededidarwis
 
Siklus Pendapatan
Siklus PendapatanSiklus Pendapatan
Siklus Pendapatandedidarwis
 
Pengendalian SIA Berbasis Komputer
Pengendalian SIA Berbasis KomputerPengendalian SIA Berbasis Komputer
Pengendalian SIA Berbasis Komputerdedidarwis
 
Sistem Pengendalian Internal
Sistem Pengendalian InternalSistem Pengendalian Internal
Sistem Pengendalian Internaldedidarwis
 
Model data dan desain database
Model data dan desain databaseModel data dan desain database
Model data dan desain databasededidarwis
 
Pengantar e-business
Pengantar e-businessPengantar e-business
Pengantar e-businessdedidarwis
 
Siklus sistem informasi akuntansi
Siklus sistem informasi akuntansiSiklus sistem informasi akuntansi
Siklus sistem informasi akuntansidedidarwis
 
Konsep Dasar Sistem Informasi Akuntansi
Konsep Dasar Sistem Informasi AkuntansiKonsep Dasar Sistem Informasi Akuntansi
Konsep Dasar Sistem Informasi Akuntansidedidarwis
 
Pert 14 publikasi hasil penelitian
Pert 14 publikasi hasil penelitianPert 14 publikasi hasil penelitian
Pert 14 publikasi hasil penelitiandedidarwis
 
Pert 13 pengujian hasil penelitian
Pert 13  pengujian hasil penelitianPert 13  pengujian hasil penelitian
Pert 13 pengujian hasil penelitiandedidarwis
 
Pert 13 pengujian hasil penelitian
Pert 13  pengujian hasil penelitianPert 13  pengujian hasil penelitian
Pert 13 pengujian hasil penelitiandedidarwis
 
Pert 12 metode eksperimen
Pert 12   metode eksperimenPert 12   metode eksperimen
Pert 12 metode eksperimendedidarwis
 
Pert 11 kesalahan penelitian
Pert 11  kesalahan penelitianPert 11  kesalahan penelitian
Pert 11 kesalahan penelitiandedidarwis
 
Slide trik skripsi ftik s1
Slide trik skripsi ftik s1Slide trik skripsi ftik s1
Slide trik skripsi ftik s1dedidarwis
 
Pert 9 proposal penelitian
Pert 9 proposal penelitianPert 9 proposal penelitian
Pert 9 proposal penelitiandedidarwis
 
Pert 6 literatur review
Pert 6 literatur reviewPert 6 literatur review
Pert 6 literatur reviewdedidarwis
 
Pert 5 pengolahan data
Pert 5 pengolahan dataPert 5 pengolahan data
Pert 5 pengolahan datadedidarwis
 
Pert 5 pengumpulan-data
Pert 5 pengumpulan-dataPert 5 pengumpulan-data
Pert 5 pengumpulan-datadedidarwis
 

More from dedidarwis (20)

Cv dedi darwis
Cv dedi darwisCv dedi darwis
Cv dedi darwis
 
Manajemen pengetahuan
Manajemen pengetahuanManajemen pengetahuan
Manajemen pengetahuan
 
Metadata pada Data Warehouse
Metadata pada Data WarehouseMetadata pada Data Warehouse
Metadata pada Data Warehouse
 
Siklus Pendapatan
Siklus PendapatanSiklus Pendapatan
Siklus Pendapatan
 
Pengendalian SIA Berbasis Komputer
Pengendalian SIA Berbasis KomputerPengendalian SIA Berbasis Komputer
Pengendalian SIA Berbasis Komputer
 
Sistem Pengendalian Internal
Sistem Pengendalian InternalSistem Pengendalian Internal
Sistem Pengendalian Internal
 
Model data dan desain database
Model data dan desain databaseModel data dan desain database
Model data dan desain database
 
Pengantar e-business
Pengantar e-businessPengantar e-business
Pengantar e-business
 
Siklus sistem informasi akuntansi
Siklus sistem informasi akuntansiSiklus sistem informasi akuntansi
Siklus sistem informasi akuntansi
 
Konsep Dasar Sistem Informasi Akuntansi
Konsep Dasar Sistem Informasi AkuntansiKonsep Dasar Sistem Informasi Akuntansi
Konsep Dasar Sistem Informasi Akuntansi
 
Pert 14 publikasi hasil penelitian
Pert 14 publikasi hasil penelitianPert 14 publikasi hasil penelitian
Pert 14 publikasi hasil penelitian
 
Pert 13 pengujian hasil penelitian
Pert 13  pengujian hasil penelitianPert 13  pengujian hasil penelitian
Pert 13 pengujian hasil penelitian
 
Pert 13 pengujian hasil penelitian
Pert 13  pengujian hasil penelitianPert 13  pengujian hasil penelitian
Pert 13 pengujian hasil penelitian
 
Pert 12 metode eksperimen
Pert 12   metode eksperimenPert 12   metode eksperimen
Pert 12 metode eksperimen
 
Pert 11 kesalahan penelitian
Pert 11  kesalahan penelitianPert 11  kesalahan penelitian
Pert 11 kesalahan penelitian
 
Slide trik skripsi ftik s1
Slide trik skripsi ftik s1Slide trik skripsi ftik s1
Slide trik skripsi ftik s1
 
Pert 9 proposal penelitian
Pert 9 proposal penelitianPert 9 proposal penelitian
Pert 9 proposal penelitian
 
Pert 6 literatur review
Pert 6 literatur reviewPert 6 literatur review
Pert 6 literatur review
 
Pert 5 pengolahan data
Pert 5 pengolahan dataPert 5 pengolahan data
Pert 5 pengolahan data
 
Pert 5 pengumpulan-data
Pert 5 pengumpulan-dataPert 5 pengumpulan-data
Pert 5 pengumpulan-data
 

Recently uploaded

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 

Recently uploaded (9)

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 

TEPI OPTIMAL

  • 1. Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 121 Bab 8 Pendeteksian Tepi (Edge Detection) eningkatan kualitas citra (image enhancement) bertujuan menghasilkan citra dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan citra semula. Langkah selanjutnya dalam pengolahan citra adalah analisis citra (image analysis). Analisis citra bertujuan mengidentifikasi parameter-parameter yang diasosiasikan dengan ciri (feature) dari objek di dalam citra, untuk selanjutnya parameter tersebut digunakan dalam menginterpretasi citra. Analisis citra pada dasarnya terdiri dari tiga tahapan: ekstrakasi ciri (feature extraction), segmentasi, dan klasifikasi. Faktor kunci dalam mengekstraksi ciri adalah kemampuan mendeteksi keberadaan tepi (edge) dari objek di dalam citra. Setelah tepi objek diketahui, langkah selanjutnya dalam analisis citra adalah segmentasi, yaitu mereduksi citra menjadi objek atau region, misalnya memisahkan objek-objek yang berbeda dengan mengekstraksi batas-batas objek (boundary). Langkah terakhir dari analisis citra adalah klasifikasi, yaitu memetakan segmen-segmen yang berbeda ke dalam kelas objek yang berbeda pula. 8.1 Definisi Tepi Yang dimaksud dengan tepi (edge) adalah perubahan nilai intensitas derajat keabuan yang mendadak (besar) dalam jarak yang singkat (Gambar 8.1). Perbedaan intensitas inilah yang menampakkan rincian pada gambar. Tepi biasanya terdapat pada batas antara dua daerah berbeda pada suatu citra. Tepi dapat diorientasikan dengan suatu arah, dan arah ini berbeda-beda pada bergantung pada perubahan intensitas. P
  • 2. 122 Pengolahan Citra Digital jarak perubahan intensitas α = arah tepiα derajat keabuan x0 x0 derajat keabuan x0 derajat keabuan Gambar 8.1 Model tepi satu-matra Perhatikan Gambar 8.2. Ada tiga macam tepi yang terdapat di dalam citra digital. Ketiganya adalah: 1. Tepi curam Tepi dengan perubahan intensitas yang tajam. Arah tepi berkisar 90°. 2. Tepi landai Disebut juga tepi lebar, yaitu tepi dengan sudut arah yang kecil. Tepi landai dapat dianggap terdiri dari sejumlah tepi-tepi lokal yang lokasinya berdekatan. 3. Tepi yang mengandung derau (noise) Umumnya tepi yang terdapat pada aplikasi computer vision mengandung derau. Operasi peningkatan kualitas citra (image enhancement) dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum pendeteksian tepi. (a) Tepi curam (b) tepi landai (c) tepi curam dengan derau x derajatkeabuan (d) break down tepi landai                 88888444 88888444 88888444 88888444 88888444 (e) citra dengan tepi curam                 88876544 88876544 88876544 88876544 88876544 (f) citradengantepilandai Gambar 8.2 Jenis-jenis tepi
  • 3. Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 123 8.2 Tujuan Pendeteksian Tepi Pendeteksian tepi merupakan langkah pertama untuk melingkupi informasi di dalam citra. Tepi mencirikan batas-batas objek dan karena itu tepi berguna untuk proses segmentasi dan identifikasi objek di dalam citra. Tujuan operasi pendeteksian tepi adalah untuk meningkatkan penampakan garis batas suatu daerah atau objek di dalam citra. Karena tepi termasuk ke dalam komponen berfrekuensi tinggi, maka pendeteksian tepi dapat dilakukan dengan penapis lolos-tinggi. Terdapat beberapa teknik yang digunakan untuk mendeteksi tepi, antara lain: 1. Operator gradien pertama (differential gradient) 2. Operator turunan kedua (Laplacian) 3. Operator kompas (compass operator) 8.3 Pendeteksian Tepi dengan Operator Gradien Pertama Perubahan intensitas yang besar dalam jarak yang singkat dipandang sebagai fungsi yang memiliki kemiringan yang besar. Kemiringan fungsi biasanya dilakukan dengan menghitung turunan pertama (gradient). Karena citra f(x,y) adalah fungsi dwimatra dalam bentuk diskrit, maka turunan pertamanya adalah secara parsial, masing-masing dalam arah-x dan dalam arah-y, sebagai berikut:       =             ∂ ∂ ∂ ∂ =∇ y x G G y f x f f (8.1) yang dalam hal ini, x yxfyxxf x yxf Gx ∆ −∆+ = ∂ ∂ = ),(),(),( (8.2) y yxfyyxf y yxf Gy ∆ −∆+ = ∂ ∂ = ),(),(),( (8.3) Biasanya 1=∆=∆ yx , sehingga persamaan turunan pertama menjadi: ),(),1( ),( yxfyxf x yxf Gx −+= ∂ ∂ = (8.4) ),()1,( ),( yxfyxf y yxf Gy −+= ∂ ∂ = (8.5)
  • 4. 124 Pengolahan Citra Digital x y (x,y) (x+1,y) (x ,y+1) (x,y-1) (x-1,y) (x+1,y+1) (x+ 1,y-1) (x-1,y+1) (x-1,y-1) Titik-titik yang terlibat dalam perhitungan turunan pertama diperlihatkan pada Gambar 8.3. Gambar 8.3 Titik-titik yang dilibatkan dalam perhitungan gradien Kedua turunan tersebut dapat dipandang sebagai dua buah mask konvolusi sebagai berikut: [ ]11)(1 −=xG dan       − = 1 1 )(1 yG Contoh 8.1. [LOW91] Misalkan terdapat sebuah 5 × 5 citra dengan dua derajat keabuan sebagai berikut:                 00011 00011 00111 11111 11111 Hasil perhitungan gradien setiap pixel di dalam citra adalah sebagai berikut: Citra Gradien-x Gradien-y Arah gradien                 00011 00011 00111 11111 11111 *0010 *0010 *0100 *0000 *0000 − − − ***** 00000 00100 11000 00000 **** **** **** *** ***** ↔ ↔ bb ¾
  • 5. Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 125 Berdasarkan konvolusi dengan kedua mask tersebut, kita menghitung kekuatan tepi, G[f(x,y)], yang merupakan magnitudo dari gradien, dan arah tepi, α(x,y), untuk setiap pixel: G[f(x,y)]= 22 yx GG + (8.6) α(x,y) = tan-1 x y G G (8.7) Karena menghitung akar adalah persoalan rumit dan menghasilkan nilai riil, maka dalam praktek kekuatan tepi biasanya disederhanakan perhitungannya dengan menggunakan salah satu dari alternatif rumus berikut [DUL97]: (i) G[f(x,y)] = 22 yx GG + , atau (ii) G[f(x,y)] = yx GG + , atau (iii) G[f(x,y)] = },max{ 22 yx GG , atau (iv) G[f(x,y)] = max{ }, yx GG . Dalam praktek, persamaan (ii) dan (iv) biasanya lebih disukai dan lebih mudah dikerjakan karena mengandung jumlah operasi aritmetika yang lebih sedikit. Hasil pendeteksian tepi adalah citra tepi (edges image) g(x,y), yang nilai setiap pixel-nya menyatakan kekuatan tepi: )],([),( yxfGyxg = Keputusan apakah suatu pixel merupakan tepi atau bukan tepi dinyatakan dengan operasi pengambangan berikut:    ≥ = lainnya,0 )],([jika,1 ),( TyxfG yxg (8.8) yang dalam hal ini T adalah nilai ambang, pixel tepi dinyatakan putih sedangkan pixel bukan tepi dinyatakan hitam. Gambar 8.4 adalah contoh hasil deteksi semua tepi citra Lena, citra Camera, dan citra botol.
  • 6. 126 Pengolahan Citra Digital Gambar 8.4 Deteksi semua tepi citra Lena, camera, dan botol
  • 7. Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 127 Selain operator gradien yang sudah disebutkan di atas, masih ada beberapa operator gradien pertama yang lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi tepi di dalam citra, yaitu: (a) Operator gradien selisih-terpusat (center-difference): 2 ),1(),1(),( ),( yxfyxf x yxf yxDx −−+ = ∂ ∂ = (8.9) 2 )1,()1,(),( ),( −−+ = ∂ ∂ = yxfyxf y yxf yxDy (8.10) yang ekivalen dengan mask berikut: [ ]101)(2 −=xD dan           − = 1 0 1 )(2 yD (b) Operator Sobel Tinjau pengaturan pixel di sekitar pixel (x,y):           456 37 210 ),( aaa ayxa aaa Operator Sobel adalah magnitudo dari gradien yang dihitung dengan M = 22 yx ss + yang dalam hal ini, turunan parsial dihitung dengan )()( 670432 acaaacaasx ++−++= (8.11) )()( 4562210 acaaacaasy ++−++= (8.12) dengan konstanta c = 2. Dalam bentuk mask, sx dan sy dapat dinyatakan sebagai           − − − = 101 202 101 xS dan           −−− = 121 000 121 yS
  • 8. 128 Pengolahan Citra Digital Arah tepi dihitung dengan persamaan α(x,y) = tan-1       x y S S (8.13) Contoh 8.2. Contoh berikut ini memeperlihatkan pendeteksian tepi dengan operator Sobel. Konvolusi pertama dilakukan terhadap pixel yang bernilai 1 (di titik pusat mask):                 23152 17524 31753 24612 15243                 18* ***** (i) citra semula (ii) hasil konvolusi Nilai 18 pada citra hasil konvolusi diperoleh dengan perhitungan berikut: Sx = (3)(-1) + (2)(-2) + (3)(-1) + (2)(1) + (6)(2) + (7)(1) = 11 Sy = (3)(1) + (4)(2) + (2)(1) + (3)(-1) + (5)(-2) + (7)(-1) = -7 M = 22 yx ss + = 22 )7(11 −+ ≅ yx SS + = 711 −+ = 18 Pada contoh ini, nilai M = 22 yx ss + dihampiri dengan menghitung M ≅ yx SS + . ¾ Contoh 8.3. Di bawah ini contoh lain pendeteksian tepi dengan operator Sobel, dimana hasil konvolusi diambangkan dengan T = 12. Citra: yx -gradien-gradien + :                   3444332100 2342334010 3333433100 3233420200 3420001000 3302000000                   ********** *8642212122* *42421014104* *061216201086* *414121410464* **********
  • 9. Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 129 Hasil pengambangan dengan T = 12:                   ********** *8642212122* *42421014104* *061216201086* *414121410464* ********** ¾ (c) Operator Prewitt Persamaan gradien pada operator Prewitt sama seperti operator Sobel, tetapi menggunakan nilai c = 1:           − − − = 101 101 101 xP dan           −−− = 111 000 111 yP (d) Operator Roberts Operator Roberts sering disebut juga operator silang (gambar 8.5). Gradien Roberts dalam arah-x dan arah-y dihitung dengan rumus: ),()1,1(),( yxfyxfyxR −++=+ (8.14) ),1()1,(),( yxfyxfyxR +−+=− (8.15) f(x, y) f(x + 1, y) f(x + 1, y+1)f(x, y+1) x Gambar 8.5 Operator silang
  • 10. 130 Pengolahan Citra Digital Operator R+ adalah hampiran turunan berarah dalam arah 45°, sedangkan R- adalah hampiran turunan berarah dalam arah 135°. Dalam bentuk mask konvolusi, operator Roberts adalah:       − =+ 10 01 R dan       − =− 01 10 R Khusus untuk operator Roberts, arah tepi dihitung dengan rumus ),( yxα = )(tan 4 1 + −− + R Rπ (8.17) Sedangkan kekuatan tepi umumnya dihitung dengan rumus G[f(x,y)] = −+ + RR Contoh 8.4. Contoh berikut ini memeperlihatkan pendeteksian tepi dengan operator Roberts.                 23152 17524 31753 24612 15243                 ***** *7811 *4452 *2875 *6334 (i) citra semula (ii) hasil konvolusi Nilai 4 pada pojok kiri atas pada citra hasil konvolusi diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: f ’[0,0] = ¦ 3 – 1 ¦ + ¦ 4 – 2 ¦ = 4 8.4 Pendeteksian Tepi dengan Operator Turunan Kedua Operator turunan kedua disebut juga operator Laplace. Operator Laplace mendeteksi lokasi tepi lebih akurat khususnya pada tepi yang curam. Pada tepi yang curam, turunan keduanya mempunyai persilangan nol (zero-crossing), yaitu titik di mana terdapat pergantian tanda nilai turunan kedua (Gambar 8.6),
  • 11. Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 131 sedangkan pada tepi yang landai tidak terdapat persilangan nol. Persilangan nol merupakan lokasi tepi yang akurat. Turunan kedua fungsi dengan dua peubah adalah: 2 2 2 2 2 y f x f f ∂ ∂ + ∂ ∂ =∇ (8.18) f(x) ∂f /∂x ∂2 f /∂x2 • (a) Tepi landai (b) Tepi curam Gambar 8.6 Deteksi tepi dengan operator turunan kedua Dengan menggunakan definisi hampiran selisih-mundur (backward difference approximation): x yxxfyxf x yxf xG ∆ ∆−− = ∂ ∂ = ),(),(),( )(3 (8.19) y yyxfyxf y yxf yG ∆ ∆−− = ∂ ∂ = ),(),(),( )(3 (8.20)
  • 12. 132 Pengolahan Citra Digital maka 2 2 2 2 2 y f x f f ∂ ∂ + ∂ ∂ =∇ ))(())(( 3131 yGGxGG += )),(()),(( 1 )),(()),(( 1 1111 yyxfGyxfG y yxxfGyxfG x ∆−− ∆ +∆−− ∆ = } ),(),(),(),( { 1 } ),(),(),(),( { 1 y yyxfyxfyxfyyxf y x yxxfyxfyxfyxxf x ∆ ∆−+−−∆+ ∆ + ∆ ∆−+−−∆+ ∆ = 2 )( ),(),(2),( x yxxfyxfyxxf ∆ ∆−+−∆+ = 2 )( ),(),(2),( y yyxfyxfyyxf ∆ ∆−+−∆+ + Dengan mengasumsikan ∆x = ∆y = 1, maka diperoleh: )1,(),(2)1,(),1(),(2),1(),(2 −+−++−+−+=∇ yxfyxfyxfyxfyxfyxfyxf )1,(),1(),(4),1()1,( ++++−−+−= yxfyxfyxfyxfyxf (8.21) atau dapat dinyatakan sebagai mask:           − 010 141 010 Selain mask di atas, masih ada dua hampiran operator Laplace yang lain, yaitu           −−− −− −−− 111 181 111 dan           − −− − 121 242 121
  • 13. Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 133 Kadang-kadang diinginkan memberi bobot yang lebih pada pixel tengah di antara pixel tetangganya. Operator Laplace yang digunakan untuk tujuan ini adalah           − 141 4204 141 Operator Laplace termasuk ke dalam penapis lolos-tinggi sebab jumlah seluruh koefisiennya nol dan koefisiennya mengandung nilai negatif maupun positif. Contoh 8.5. [GAL90] Contoh berikut ini memperlihatkan pendeteksian tepi vertikal dengan operator Laplace:                 8888444 8888444 8888444 8888444 8888444 0 4 8 -4 0 +4                 −+ −+ −+ ******* *00440* *00440* *00440* ******* (i) Citra semula (ii) Hasil konvolusi Satu baris dari hasil pendeteksian tepi: 0 +4 –4 0 0 Pada contoh di atas, persilangan nol bersesuaian dengan tepi pada citra semula, yang terdapat pada titik tengah antara dua buah pixel yang bersesuaian. Pixel tepi seharusnya ditandai secara konsisten, apakah pixel di sebelah kiri atau di sebelah kanan garis “|”. ¾
  • 14. 134 Pengolahan Citra Digital Contoh 8.6. [GAL90] Pendeteksian tepi diagonal (miring) dengan operator Laplace:                 88444444 88844444 88884444 88888444 88888844                 −+ −+ −+ ******** *048000* *004800* *000480* ******** (i) Citra semula (ii) Hasil konvolusi ¾ Contoh 8.7. Pendeteksian tepi landai dengan operator Laplace:                 88885222 88885222 88885222 88885222 88885222                 −+ −+ −+ ******** *003030* *003030* *003030* ******** (i) Citra semula (ii) Hasil konvolusi Satu baris dari hasil pendeteksian tepi: 0 +3 0 –3 0 Pada contoh di atas tidak terdapat persilangan nol; lokasi tepi yang sesungguhnya ditentukan secara interpolasi. ¾ Kadangkala pendeteksian tepi dengan operator Laplace menghasilkan tepi-tepi palsu yang disebabkan oleh gangguan pada gambar [DUL97]. Untuk mengurangi kemunculan tepi palsu, citra disaring dulu dengan fungsi Gaussian (Gambar 8.7).
  • 15. Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 135 f(x,y) dihaluskan dengan fungsi Gauss, G(x,y) h(x,y) operator Laplace, 2 ∇ k(x,y) Gambar 8.7 Skema pendeteksian tepi untuk citra yang mengalami gangguan. Berdasarkan skema pada Gambar 8.7: ),(),( 2 yxhyxk ∇= (8.22) dan ),(*),(),( yxGyxfyxh = (8.23) maka dapat dibuktikan bahwa ),(*),()],(*),([ 22 yxGyxfyxGyxf ∇=∇ (8.24) Jadi, ),(*),(),( 2 yxGyxfyxk ∇= (8.25) yang dalam hal ini, 2 22 2 )( 4 222 2 2 ),( σ σ σ yx e yx yxG + −       −+ =∇ (8.26)
  • 16. 136 Pengolahan Citra Digital Fungsi ∇2 G(x,y) merupakan turunan kedua dari fungsi Gauss, kadang-kadang disebut juga fungsi Laplacian of Gaussian (LoG) atau fungsi topi orang Mexico (Mexican Hat), karena bentuk kurvanya seperti topi Meksiko. Jadi, untuk mendeteksi tepi dari citra yang mengalami gangguan, kita dapat melakukan salah satu dari dua operasi ekivalen di bawah ini: 1. Konvolusi citra dengan fungsi Gauss G(x,y), kemudian lakukan operasi Laplacian terhadap hasilnya, atau 2. Konvolusi citra dengan penapis LoG. Contoh penapis LoG yang berukuran 5 × 5:                 − −−− −−−− −−− − 00100 01210 121621 01210 00100 Hasil pendeteksian tepi dengan operator Laplace dan Laplacian of Gaussian diperlihatkan pada Gambar 8.8. (a) (b)
  • 17. Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 137 (c) (d) Gambar 8.8 (a) citra botol; (b) Laplace; (c) Laplace dengan bobot lebih; (d) Laplacian of Gaussian (LoG) 8.5 Pendeteksian Tepi dengan Operator Kompas Operator kompas (compass operator) digunakan untuk mendeteksi semua tepi dari berbagai arah di dalam citra. Operator kompas yang dipakai untuk pendeteksian tepi menampilkan tepi dari 8 macam arah mata angin: Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, dan Barat Laut. Pendeteksian tepi dilakukan dengan mengkonvolusikan citra dengan berbagai mask kompas, lalu dicari nilai kekuatan tepi (magnitude) yang terbesar dan arahnya. Jika misalnya digunakan sebanyak p buah mask kompas dan nilai kekuatan tepi pada pixel (x, y) untuk semua mask adalah G1[f(x,y)], G2[f(x,y)], …, Gp[f(x,y)], maka besar kekuatan tepi adalah: },...,2,1)],([{max)],([ piyxfGyxfG i i == (8.27) Jika mask k adalah mask yang memberikan kekuatan terbesar, maka arah tepi ditentukan dari mask k tersebut. Operator kompas yang dipakai untuk pendeteksian tepi menampilkan tepi dari 8 macam arah mata angin:
  • 18. 138 Pengolahan Citra Digital Utara Timur Laut Timur Tenggara           −−− − 111 121 111           −− −− 111 121 111           − −− − 111 121 111           −− −− 111 121 111 Selatan Barat Daya Barat Barat Laut           − −−− 111 121 111           −− −− 111 121 111           − −− − 111 121 111           −− −− 111 121 111 Operator kompas yang tersedia dapat juga digunakan untuk mendeteksi tepi dalam arah tertentu saja. Misalnya diinginkan mendeteksi tepi dalam arah horizontal dan vertikal, seperti hasil pendeteksian tepi citra San Fransisco (Gambar 8.9) dan citra WTC1109. Tepi horizontal Tepi vertikal Gambar 8.9 Deteksi tepi horizontal dan vertikal dari citra San Fransisco
  • 19. Bab 8_Pendeteksian Tepi (Edge Detection) 139 Gambar 8.10. Citra WTC1109 Tepi vertikal
  • 20. 140 Pengolahan Citra Digital Tepi horizontal Gambar 8.10 (lanjutan).