2. Outline
• Jenis Citra
• Citra Berwarna
• Citra Berskala Keabuan
• Citra Biner
• Konversi Citra
3. Jenis Citra Digital
• Citra Berwarna
• Citra Berskala Keabuan (Grayscale)
• Citra Biner
4. Citra Berwarna
• Citra berwarna, atau biasa dinamakan citra RGB,
merupakan jenis citra yang menyajikan warna dalam
bentuk komponen R (merah), G (hijau), dan B (biru)
• Setiap komponen warna menggunakan 8 bit (nilainya
berkisar antara 0 sampai dengan 255).
• Maka kemungkinan warna yang bisa disajikan mencapai
255 x 255 x 255 atau 16.581.375 warna.
5. Warna dan Nilai Penyusun Warna
Warna R G B
Merah 255 0 0
Hijau 0 255 0
Biru 0 0 255
Hitam 0 0 0
Putih 255 255 255
Kuning 0 255 255
7. Citra Berwarna dan Representasi Warnanya.
Sebuah warna tidak
hanya dinyatakan
dengan komposisi R,
G, dan B tunggal.
biasanya warna
merah mempunyai
R=255, G=0, dan
B=0. Namun,
komposisi R=254,
G=1, B=1 juga
berwarna merah.
8. Citra Berskala Keabuan (Grayscale)
• Sesuai dengan nama yang melekat, citra jenis ini
menangani gradasi warna hitam dan putih, yang tentu
saja menghasilkan efek warna abu-abu.
• Pada jenis gambar ini, warna dinyatakan dengan
intensitas
• Dalam hal ini, intensitas berkisar antara 0 sampai dengan
255.
• Nilai 0 menyatakan hitam dan nilai 255 menyatakan putih.
• Setiap piksel membutuhkan 8 bit memori.
10. Citra Biner
• Citra biner adalah citra dengan setiap piksel hanya
dinyatakan dengan sebuah nilai dari dua buah
kemungkinan (yaitu nilai 0 dan 1)
• Nilai 0 menyatakan warna hitam dan nilai 1 menyatakan
warna putih
• Citra jenis ini banyak dipakai dalam pemrosesan citra,
misalnya untuk kepentingan memperoleh tepi bentuk
suatu objek
• Citra biner hanya membutuhkan 1 bit memori
12. Konversi Jenis Citra
• Dalam penerapannya, seringkali diperlukan utuk
mengkonversi citra berwarna ke dalam bentuk citra
berskala keabuan mengingat banyak pemrosesan citra
yang bekerja pada skala keabuan
• Namun, terkadang citra berskala keabuan pun perlu
dikonversikan ke citra biner, mengingat beberapa operasi
dalam pemrosesan citra berjalan pada citra biner.
13. Konversi Jenis Citra
• Bagaimana cara mengubah citra berwarna ke dalam citra
berskala keabuan?
• Secara umum citra berwarna dapat dikonversikan ke citra
berskala keabuan melalui persamaan :
• R menyatakan nilai komponen merah, G menyatakan nilai
komponen hijau, dan B menyatakan nilai komponen biru
𝑰 = 𝒂 𝒙 𝑹 + 𝒃 𝒙 𝑮 + 𝒄 𝒙 𝑩, 𝒂 + 𝒃 + 𝒄 = 𝟏
14. Konversi Jenis Citra
• Misalnya, sebuah piksel mempunyai komponen R, G, B
sebagai berikut:
• R = 50
• G = 70
• B = 60
• Jika a, b, dan c pada Persamaan sebelumnya dibuat
sama, akan diperoleh hasil seperti berikut:
• I = (50 + 70 + 60) / 3 = 60
• Salah satu contoh rumus yang biasa dipakai untuk
mengubah ke skala keabuan yaitu :
𝑰 = 𝟎, 𝟐𝟗𝟖𝟗 𝒙 𝑹 + 𝟎, 𝟓𝟖𝟕𝟎 𝒙 𝑮 + 𝟎, 𝟏𝟏𝟒𝟏 𝒙 𝑩
15. Membaca Citra
Format
Gambar
Ekstensi Keterangan
TIFF .tif, .tiff Tagged Image File Format merupakan format citra yang mula-mula dibuat
boleh Aldus. Kemudian, dikembangkan oleh Microsoft dan terakhir oleh
Adobe.
JPEG .jpg, .jpeg Joint Photographics Expert Group adalah format citra yang dirancang agar
bisa memampatkan data dengan rasio 1:16.
GIF .gif Graphics Interface Format merupakan format yang memungkinkan
pemampatan data hingga 50%. Cocok untuk citra yang memiliki area yang
cukup besar dengan warna yang sama.
BMP .bmp Windows Bitmap merupakan format bitmap pada Windows.
PNG .png Portable Network Graphics biasa dibaca ‘ping’. Asal mulanya
dikembangkan sebagai pengganti format GIF karena adanya penerapan
lisensi GIF. Mendukung pemampatan data tanpa menghilangkan informasi
aslinya.
16. Elemen-elemen Citra Digital
1. Kecerahan (brightness).
• Kecerahan adalah kata lain untuk intensitas cahaya.
• kecerahan pada sebuah titik (pixel) di dalam citra
bukanlah intensitas yang riil, tetapi sebenarnya
adalah intensitas rata-rata dari suatu area yang
melingkupinya.
• Sistem visual manusia mampu menyesuaikan dirinya
dengan tingkat kecerahan (brightness level) mulai
dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi
dengan jangkauan sebesar 1010
17. Elemen-elemen Citra Digital
2. Kontras (contrast).
• Kontras menyatakan sebaran terang ( lightness) dan
gelap(darkness) di dalam sebuah gambar.
• Citra dengan kontras rendah dicirikan oleh sebagian
besar
• komposisi citranya adalah terang atau sebagian besar
gelap. Pada citra dengan kontras yang baik, komposisi
gelap dan terang tersebar secara merata.
18. Elemen-elemen Citra Digital
3. Kontur (contour)
• Kontur adalah keadaan yang ditimbulkan oleh
perubahan intensitas pada pixel-pixel yang
bertetangga.
• Karena adanya perubahan intensitas inilah mata kita
• mampu mendeteksi tepi -tepi (edge) objek di dalam
citra
19. Elemen-elemen Citra Digital
4. Warna (color)
• Warna adalah persepsi yang dirasakan oleh sistem visual
manusia terhadap panjang gelombang cahaya yang
dipantulkan oleh objek.
• Setiap warna mempunyai panjang gelombang yang
berbeda.
• Warna merah mempunyai panjang gelombang paling
tinggi, sedangkan warna ungu (violet) mempunyai panjang
gelombang paling rendah.
• Warna-warna yang diterima oleh mata (sistem visual
manusia) merupakan hasil kombinasi cahaya dengan
panjang gelombang berbeda.
• Penelitian memperlihatkan bahwa kombinasi warna yang
memberikan rentang warna yang paling lebar adalah red
(R), green (G), dan blue (B).
20. Elemen-elemen Citra Digital
5. Bentuk (shape)
• Shape adalah properti intrinsik dari objek tiga dimensi,
dengan pengertian bahwa shape merupakan properti
intrinsik utama untuk sistem visual manusia.
• Manusia lebih sering mengasosiasikan objek dengan
bentuknya ketimbang elemen lainnya (warna misalnya).
Pada umumnya, citra yang dibentuk oleh mata merupakan
citra dwimatra (2 dimensi), sedangkan objek yang dilihat
umumnya berbentuk trimatra (3 dimensi).
• Informasi bentuk objek dapat diekstraksi dari citra pada
permulaaan pra-pengolahan dan segmentasi citra.
• Salah satu tantangan utama pada computer vision adalah
merepresentasikan bentuk, atau aspek-aspek penting dari
bentuk.
21. Elemen-elemen Citra Digital
6. Tekstur (texture)
• Tekstur dicirikan sebagai distribusi spasial dari derajat keabuan di
dalam sekumpulan pixel-pixel yang bertetangga.
• Jadi, tekstur tidak dapat didefinisikan untuk sebuah pixel.
• Sistem vissual manusia pada hakikatnya tidak menerima
informasi citra secara independen pada setiap pixel, melainkan
suatu citra dianggap sebagai suatu kesatuan. Resolusi citra yang
diamati ditentukan oleh skala pada mana tekstur tersebut
dipersepsi.
• Sebagai contoh, jika kita mengamati citra lantai berubin dari jarak
jauh, maka kita mengamati bahwa tekstur terbentuk oleh
penempatan ubin-ubin secara keseluruhan, bukan dari persepsi
pola di dalam ubin itu sendiri.
• Tetapi, jika kita mengamati citra yang sama dari jarak yang dekat,
maka hanya beberapa ubin yang tampak dalam bidanng
pengamatan, sehingga kita mempersepsi bahwa tekstur
terbentuk oleh penempatan pola-pola rinci yang menyusun tiap
ubin.