3. COLOR/WARNA
M
B K
OU
H
Warna Primer :
Merah-Biru-Kuning
Warna Skunder :
Ungu- Oranye-Hijau
Warna Komplemen :
Warna berhadapan
M – H , U – K , O - B
Warna Analogous :
Warna Berdampingan
M – OM – O
O – OK – K
dst.
5. Unity/kesatuan
Jika prinsip kesatuan dalam desain busana diaplikasikan
dengan baik, maka busana atau asesoris busana akan
terlihat baik secara keseluruhan.
Dalam menerapkan prinsip kesatuan yang efektif, setiap
elemen desain yang ada dapat meningkatkan ‘nilai’
elemen yang lain, namun dapat pula mengacaukan
desain.
6. Unity + Variety = Harmony
Harmony/keselarasan
Unity – Setiap elemen bekerja
bersama-sama.
Harmony dalam pakaian
menghubungkan seluruh
tampilan pakaian: yang mana
pakaian yang dikenakan, tata
rambut, asesoris-asesoris,
semua membuat/menciptakan
tampilan secara keseluruhan.
7. Prinsip Harmony / Keselarasan
Siluet/bayangan busana sebaiknya berada dalam
hubungan yang baik terhadap bentuk tubuh .
Gaya garis sebaiknya konsisten dalam setiap area
busana.
Seluruh bagian busana sebaiknya menggambarkan
bentuk yang sama (satu tema) sehingga kontinunitas
desain tidak pecah/buyar.
Kesatuan dalam kombinasi warna sebaiknya untuk
memberikan harmonisasi pada tampilan busana.
Penambahan asesoris sebaiknya memperhatikan fungsi
sebagai penunjang desain dan jangan terlalu
mendominasi sehingga mengaburkan tujuan/konsep
busana dibuat.
9. Emphasis
Emphasis merupakan ‘focal point’ dari suatu karya
desain.
Emphasis digunakan untuk memberikan tekanan pada
keistimewaan (keunikan) desain yang kita buat dan
menutup perhatian orang terhadap permasalahan
tubuh pemakai.
Emphasis dapat dilakukan melalui warna, garis,
tekstur, detail, potongan dan asesoris.
Emphasis memberikan sudut pandang personal
terhadap suatu desain.
/penekanan
10. Setiap busana memiliki tempat
emphasis sebagai pusat daya
tarik busana.
Emphasis dapat dijangkau
melalui:
Warna kontras.
Keberanian menampilkan
bentuk yang tidak biasa.
Bentuk pola yang ‘eye
catching.’
Tekstur yang kompleks.
Detail desain yang atraktif.
(asesoris, detail busana, dll)
Potongan yang menarik
perhatian.
11. Proportion / proporsi
Proporsi berkaitan erat dengan
perbandingan ukuran, dimensi,
atau jumlah.
Dalam desain mode, proporsi
sering berkaitan dengan ukuran
dan variasi elemen yang ada
dalam busana.
Proporsi busana membutuhkan
sinkronisasi antara motif,
penempatan motif, dan keinginan
busana yang akan dikenakan.
12. Seseorang dengan tubuh
yang kecil sebaiknya
menghindari pemakaian pola
motif kain atau aseseoris
yang besar-besar.
Seseorang dengan tubuh
yang sedang akan lebih
mudah memilih berbagai
jenis busana dan
asesorisnya.
Seseorang dengan tubuh
yang besar dapat
menggunakan busana
dengan motif-motif kecil
sebagai aksentuasi bentuk
tubuh orang tersebut.
13. BALANCE
Keseimbangan akan terjadi bila elemen-elemen
ditempatkan dan disusun dengan rasa serasi atau
sepadan. Dengan kata lain bila bobot elemen-
elemen itu setelah disusun memberi kesan
mantap dan tepat pada tempatnya.
Keseimbangan dipengaruhi berbagai faktor,
antara lain faktor tempat posisi suatu elemen,
perpaduan antar elemen, besar kecilnya elemen,
dan kehadiran elemen pada luasnya bidang.
keseimbangan
14. BALANCE
SYMMETRIC
ALBentuk keseimbangan
yang sederhana adalah
keseimbangan simetris
yang terkesan resmi
atau formal.
Ruang (elemen) di sisi
kiri atau kanan dari garis
tengah imajiner busana
terlihat sama seperti
pencerminan.
BALANCE
ASYMMETRIC
ALRuang (elemen) di sisi kiri
atau kanan dari garis
tengah imajiner busana
tidak sama namun masih
terlihat berimbang.
Keseimbangan asimetris
terkesan informal dan
lebih dinamis.
15. Rhythm /
IramaIrama (ritme) dapat kita
rasakan. Ritme terjadi
karena adanya pengulangan
pada bidang/ruang yang
menyebabkan kita dapat
merasakan adanya perakan,
getaran, atau perpindahan
dari unsur satu ke unsur lain.
Gerak dan pengulangan
tersebut mengajak mata
mengikuti arah gerakan
yang terjadi pada sebuah
karya.