Koloid memiliki beberapa sifat penting seperti efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi, dan koagulasi. Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh sistem koloid, gerak Brown adalah gerak acak partikel koloid, adsorpsi adalah penyerapan zat pada permukaan koloid, dan koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid.
3. Efek Tyndall
Efek Tyndall merupakan satu bentuk sifat optik
yang dimiliki oleh sistem koloid. Pada tahun 1869,
Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas
cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka berkas
cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas
cahaya yang sama dilewatkan pada dilewatkan pada
larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak akan tampak.
Singkat kata efek Tyndall merupakan
efek penghamburan cahaya oleh sistem
koloid.
4. Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat
kita amati seperti:
• Di bioskop, jika ada asap mengepul maka cahaya
proyektor akan terlihat lebih terang.
• Di daerah berkabut, sorot lampu mobil terlihat
lebih jelas
• Sinar matahari yang masuk melewati celah ke
dalam ruangan berdebu, maka partikel debu akan
terlihat dengan jelas.
5. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak
beraturan dari partikel koloid.
Sistem koloid juga mempunyai sifat kinetik
selain sifat optic yang telah dijelaskan diatas. Sifat
kinetik ini dapat terjadi karena disebabkan oleh
gerakan termal dan gravitasi. Dua hal ini menyebabkan
sistem koloid dapat bergerak zig-zag. Gerakan ini
pertama ditemukan oleh seorang ahli biologi yang
bernama Robert Brown yang melakukan pengamatan
pada serbuk sari dengan menggunakan mikroskop,
sehingga dinamakan gerak Brown.
Pengamatan mengenai gerak Brown
dapat dilihat pada gambar disamping.
6. Adsorbsi
Beberapa sistem koloid mempunyai sifat dapat
melakukan penyerapan (adsorbsi) terhadap partikel
atau ion atau senyawa lain . Penyerapan pada
permukaan disebut adsorbsi, sedangkan penyerapan
sampai pada lapisan dalam disebut absorbsi. Daya
penyerapan ini menyebabkan beberapa sistem koloid
mempunyai muatan tertentu sesuai muatan yang
diserap.
7. Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena
permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena
permukaannya menyerap ion S2.
8. Kegunaan Sifat Adsorpsi:
1)Menjernihkan air,
Larutan koloid yang digunakan adalah tawas. Tawas
dalam air akan menghasilkan Al(OH)3 yang sukar larut dalam
air dan membentuk koloid. Partikel koloid Al(OH)3 mampu
mengikat kotoran-kotoran dalam air sehingga mengumpulkan
dan mengendap kemudian menjadi jernih. Untuk air minum
atau penggunaan sehari-hari bisa ditambahkan kaporit untuk
membunuh kuman.
2)Menjernihkan larutan gula (Sirup) atau larutan garam
Koloid yang digunakan adalah putih telur. Masukkan
gula atau garam dalam air dan biarkan larut dengan cara
dipanaskan dan diaduk. Setelah larut, masukkan putih telur
aduk terus. Putih telur akan menggumpal dan mengadsorbsi
(menyerap) kotoran yang ada. Gumpalan putih telur dipisahkan
maka sirup atau larutan garam sudah jernih.
9. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid
dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi,
berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti
pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara
kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.
Koagulasi atau pengendapan/penggumpalan yang
disebabkan oleh gaya gravitasi akan terjadi jika
sistem koloid dalam keadaan tidak bermuatan. Ada
beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat
netral, yaitu:
10. • Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis
adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan
ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika
partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan
kehilangan muatannya dan bersifat netral.
• Penambahan koloid lain dengan muatan yang berlawanan.
Ketika koloid bermuatan positif dicampurkan dengan koloid
bermuatan negatif, maka muatan tersebut akan saling
menghilangkan dan bersifat netral.
• Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan
pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan
negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif
(kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel
positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari
elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.
• Pendidihan. Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan
tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul
air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang
teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak
bermuatan.
11. Beberapa contoh koagulasi
dalam kehidupan sehari-hari dan
industri:
a.Pembentukan delta di muara sungai terjadi
karena koloid tanah liat dalam air sungai
mengalami koagulasi ketika bercampur dengan
elektrolit dalam air laut.
b.Karet dalam lateks digumpalkan dengan
menambahkan asam fosfat.
c.Lumpur koloidal dalam air sungai dapat
digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol
tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan
negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+
dari tawas (alumunium sulfat).
12. Koloid Liofil dan Koloid
Liofob
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya
padatan dan medium pendispersinya cairan.
Koloid Liofil:
sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya
besar terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat.
Koloid Liofob:
sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya
kecil terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.