Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Bab iii ktsp smp 4 bae 2010-2011
1. 12
BAB III
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum SMP 4 Bae Kudus meliputi substansi pembelajaran
yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas
VII sampai dengan Kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Kurikulum SMP 4 Bae Kudus memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal,
dan pengembangan diri seperti tertera pada Tabel Struktur Kurikulum.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh
satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh
oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau
dibimbing oleh konselor, pendidik atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan
diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan
dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karir peserta didik.
2. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS
Terpadu”.
3. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana
tertera dalam struktur kurikulum.
4. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.
2. 13
5. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38
minggu.
6. Struktur Kurikulum SMP 4 Bae Kudus disajikan dalam tabel di bawah ini
Kelas dan Alokasi
Komponen Waktu
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 5 5 5
4. Bahasa Inggris 5 5 5
5. Matematika 6 6 6
6. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
8. Seni Budaya 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 2 2 2
Kesehatan
10. Keterampilan/Teknologi Informasi dan 2 2 2
Komunikasi
B. Muatan Lokal
2 2 2
1. Bahasa Jawa
C. Pengembangan Diri 2 **) 2 **) 2 **)
1. Pelayanan Konseling
2. Ekstra kurikuler
a. Kepramukaan
b. PMR
c. Olah Raga Bola Volly
d. Band Sekolah
e. Seni Rebana
f. KIR
g. Bimbingan Belajar / Les
h. Pengoperasian Komputer
i. Garmen / Menjahit
Jumlah 37 37 37
**) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
3. 14
B. Muatan Kurikulum
Muatan Kurikulum SMP 4 Bae Kudus meliputi sejumlah mata pelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas VII
sampai dengan kelas IX. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri
merupakan bagian dari muatan kurikulum.
1. Mata Pelajaran
Mata Pelajaran beserta alokasi waktu yang tempuh oleh siswa di SMP
Negeri 4 Bae Kudus berdasar Standar Isi sebagaimana tercantum pada
Struktur Kurikulum SMP 4 Bae Kudus.
2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah. Muatan lokal yang dipilih di SMP 4 Bae
Kudus adalah mata pelajaran Bahasa Jawa.
a. Dasar Pemilihan muatan lokal tersebut adalah Surat Keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 895.5/01/2005 tanggal 23 Februari
2005 tentang Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa Tahun 2004
untuk jenjang pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs dan
SMA/SMALB/SMK/MA Negeri dan Swasta sebagai Mulok Wajib di
Provinsi Jawa Tengah adalah Bahasa Jawa.
b. Alokasi waktu Muatan Lokal Bahasa Jawa sebagaiman atercantum
dalam struktur kurikulum adalah 2 jam pelajaran.
3. Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum SMP 4 Bae Kudus.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta
didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah.
4. 15
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan
watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan
sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra
kurikuler. Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling
difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat
dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai
dengan kemampuan dan kewenangnya.
Pengembangan diri yang dilaksanakan di SMP 4 Bae Kudus
meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram
direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegitan tidak terprogram dilaksanakan
secara lansung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah yang
diikuti oleh semua peserta didik.
Adapun rincian kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan
perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal
melalui penyelenggaraan:
1) Pelayanan konseling,
Pelayanan bimbingan konseling meliputi:
a). Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan
yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan
mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta
kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan
dirinya secara realistik.
b). Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan
efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.
5. 16
c). Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan
yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan
belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah
dan belajar secara mandiri.
d). Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta
memilih dan mengambil keputusan karir.
Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Konseling:
a). Di dalam jam pembelajaran sekolah.
1) Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik
untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan
dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan
instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dilakukan
di dalam kelas.
2) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 1 (satu) jam
per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal.
3) Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta didik untuk
menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan
konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah,
pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.
b). Di luar jam pembelajaran sekolah.
1) Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk
menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan,
bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi,
serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar
kelas.
2) Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar
kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua)
jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.
6. 17
3) Kegiatan pelayanan konseling di luar jam pembelajaran
maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling,
diketahui dan dilaporkan kepada kepala sekolah.
2) Ekstra kurikuler
a). Jenis kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan adalah:
(1) Pramuka
(2) Palang Merah Remaja ( PMR )
(3) Band Sekolah
(4) Seni Rebana
(5) KIR
(6) Olah Raga Bola Volly
(7) Bimbingan Belajar/Les
(8) Pengoperasional Komputer
(9) Garmen/menjahit
b). Pembina kegiatan ekstra kurikuler adalah pendidik dan atau
tenaga kependidikan sesuai dengan kemampuan dan
kewenangan pada substansi kegiatan yang dimaksud.
c). Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan pada sore hari dengan
durasi waktu 2 jam sesuai dengan jadwal yang ditentukan
sekolah.
b. Kegiatan pengembangan diri tidak terprogram dilaksanakan dalam
bentuk:
1). Rutin,
a). Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dalam bentuk
kegiatan :
Berdo’a pada awal dan akhir pelajaran
Sholat dzuhur berjamaah dilakukan setelah selesai
kegiatan pembelajaran
Pengumpulan dana sosial berupa Infaq, setiap hari Jum’at .
b). Bela Negara dalam bentuk kegiatan:
7. 18
Upacara bendera dilaksanakan setiap hari senin dan setiap
peringatan hari besar nasional;
Melaksanakan tata tertib sekolah
c). Pengembangan Wawasan dalam bentuk kegiatan kunjungan ke
perpustakaan dan akses internet di sekolah
d). 7 K dengan bentuk kegiatan :
Berpakaian Rapi dan Sopan;
Kebersihan lingkungan kelas;
Membuang sampah pada tempatnya;
UKS;
Perawatan taman kelas; dan
Menjaga ketertiban, keamanan dan kekeluargaan.
2). Spontan.
a). Memberi salam pada saat memasuki ruangan;
b). Memberi salam dan atau jabat tangan kepada bapak ibu guru,
karyawan dan sesama teman setiap bertemu;
c). Budaya antri;
d). Mengatasi silang pendapat / pertengkaran; dan
e). Kegiatan kesetiakawanan sosial dan peduli terhadap musibah
atau bencana.
3). Keteladanan.
a). Berbicara dan Berbahasa yang baik; dan
b). Memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain.
Mekanisme pelaksanaan kegiatan tidak terprogram adalah:
1) Kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin diimplementasikan
dengan kegiatan rutin peserta didik sehari-hari.
2) Kegiatan pengembangan diri yang bersifat spontan dilaksanakan
sesuai kondisional dan bersifat incidental.
Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif dengan
kategori sebagai berikut:
Katagori Keterangan
8. 19
A Sangat Baik
B Baik
C Cukup
D Kurang
E
4. Pengaturan Beban Belajar
Beban belajar di SMP 4 Bae Kudus diatur berdasarkan penggunaan sistem
pengelolaan program pendidikan yang berlaku di sekolah pada umumnya
saat ini, yaitu menggunakan sistem paket. Adapun pengaturan beban
belajar pada sistem tersebut sebagai berikut :
a. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi
waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil
dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel
dengan jumlah beban belajar yang tetap.
b. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur adalah antara 0% - 50% dari waktu kegiatan tatap muka
mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut
mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam
mencapai kompetensi.
c. Alokasi waktu untuk praktek, dua jam kegiatan praktek di sekolah
setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktek di luar sekolah
setara dengan satu jam tatap muka.
Rincian beban belajar yang di maksud adalah sebagai berikut :
Minggu
Satu jam Jumlah jam Waktu
efektif
Kelas pembelajaran pembelajaran pembelajaran
Pertahun
tatap muka/menit perminggu /jam per tahun
ajaran
VII 40 36 35 1260
VIII 40 36 35 1260
IX 40 36 35 1260
5. Ketuntasan Belajar
9. 20
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi
adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu
dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk
menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk
melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan
layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi
yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik,
peserta didik, dan orang tua peserta didik, oleh karena itu pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk
mengetahuinya. Kriteria ketuntasan minimal dicantumkan dalam Laporan
Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta
didik.
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal di SMP 4 Bae Kudus
mempertimbangkan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. KKM ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil
musyawarah guru mata pelajaran sebelum awal tahun ajaran dimulai.
b. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang
dilakukan melalui metode kuantitatif, yaitu dilakukan dengan rentang
angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang
ditentukan;
c. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis
ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan
memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik
untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi
d. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan
rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar
tersebut.
10. 21
e. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK)
merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat
dalam SK tersebut;
f. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari
semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun
pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar
(LHB/Rapor) peserta didik;
Hal-hal yang diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal
adalah:
a. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator,
kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh
peserta didik.
Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi,
apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu
dari sejumlah kondisi sebagai berikut:
1). guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus
dibelajarkan pada peserta didik;
2). guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang
bervariasi;
3). guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang
yang diajarkan;
4). peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;
5). peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;
6). peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian
tugas/pekerjaan;
7). waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena
memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga
dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan;
8). tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar
peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.
11. 22
b. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran.
1). Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan,
laboratorium, dan alat/bahan untuk proses pembelajaran;
2). Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian
stakeholders sekolah.
c. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik
Penetapan intake di kelas VII dapat didasarkan pada Nilai Ujian Akhir
Sekolah Berstandar Nasional, Raport kelas VI atau psikotes;
sedangkan penetapan intake di kelas VIII dan IX berdasarkan
kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya.
Untuk melakukan analisis setiap indikator, dibuat skala penilaian yaitu:
Kriteria dan Skala Penilaian
Aspek yang dianalisis
Tinggi Sedang Rendah
Kompleksitas 50 - 65 65 - 79 80 - 100
Daya Dukung 80 - 100 65 - 79 50 - 65
Intake siswa 80 - 100 65 - 79 50 - 65
Berdasarkan musyawarah guru mata pelajaran, ketuntasan belajar minimal
(KKM) di SMP 4 Bae Kudus pada Tahun Pelajaran 2010 / 2011, adalah
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini:
MATA KKM
No.
PELAJARAN Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
1 Pendidikan Agama 75 75 76
2 PKn 75 75 75
3 Bahasa Indonesia 70 70 70
4 Bahasa Inggris 70 70 70
5 Matematika 68 69 71
6 I P A 70 70 70
7 I P S 70 70 70
8 Seni Budaya 75 75 75
9 Pendidikan Jasmani 75 75 75
12. 23
10 T I K 70 70 70
11 Mulok : Bahasa Jawa 70 70 72
12 Pengembangan diri Minimal Baik
6. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
a. Kriteria Kenaikan Kelas
1) Regulasi penilaian
Nilai rapor merupakan akumulasi dari pencapaian belajar siswa
yang diukur melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, dan
ulangan akhir semester/ulangan kenaikan kelas dengan berbagai
macam teknik dan instrumen penilaian yang relevan. Pencapaian
belajar yang dimaksud meliputi penguasaan peserta didik dalam
semua standar kompetensi (SK) pada masing-masing mata
pelajaran. Dengan kata lain, penilaian dilakukan untuk setiap
kompetensi dasar (KD) pada semua SK pada masing-masing mata
pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian.
Nilai rapor merupakan rata-rata nilai ulangan harian, ulangan
tengah semester, dan ulangan akhir semester/ulangan kenaikan
kelas. Pembobotan dan penghitungan nilai rapor yang di tetapkan
di SMP 4 Bae Kudus adalah:
a). Nilai Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS),
dan Ulangan Akhir Semester (UAS) atau Ulangan Kenaikan
Kelas (UKK) bobotnya adalah: 60% : 20% : 20%.
b). Perhitungan nilai rapor = (60% × UH) + (20% × UTS) + (20%
× UKK) atau {(3 × UH) + UTS + UAS}/5
Semua nilai mata pelajaran dinyatakan dengan angka skala 0 - 100.
Peserta didik yang belum mencapai KKM harus diberi
pembelajaran dan penilaian remedial sehingga mencapai
ketuntasan. Bila dalam waktu yang tersedia (hingga akhir semester)
yang bersangkutan belum juga mencapai KKM, pencapaian/nilai
tertinggi yang ia peroleh yang dimasukkan ke dalam rapor.
13. 24
2) Kenaikan kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun dengan
kriteria kenaikan kelas untuk setiap peserta didik diatur sebagai
berikut :
a) Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada kelas
yang bersangkutan.
b) Peserta didik dinyatakan naik kelas bila semua mata pelajaran
memiliki nilai ≥ KKM masing-masing mata pelajaran.
c) Peserta didik dinyatakan naik bersyarat bila paling banyak 4
mata pelajaran memiliki nilai kurang dari KKM masing-masing
mata pelajaran, dan tidak memiliki nilai ≤ 50.
d) Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas bila lebih dari 4 mata
pelajaran memiliki nilai kurang dari KKM masing-masing mata
pelajaran, atau memiliki nilai ≤ 50.
e) Kehadiran peserta didik dalam kegiatan belajar di kelas
sekurang-kurangnya 90 % hari dari hari belajar efektif.
f) Kegiatan pengembangan diri mendapat nilai minimal baik.
g) Peserta didik yang dinyatakan naik bersyarat harus
menuntaskan Kompetensi Dasar yang belum mencapai nilai
Ketuntasan Minimal.
c. Kriteria Kelulusan
Kelulusan Peserta Didik dilaksanakan pada setiap akhir tahun dengan
kriteria kelulusan diatur sebagai berikut:
a. Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk
kelompok mata pelajaran Agama dan akhlak mulia,
Kewarganegaraan dan kepribadian, Estetika, Jasmani, olah raga
dan kesehatan;
c. Lulus Ujian Sekolah dengan nilai sekurang-kurangnya sama
dengan KKM mata pelajaran yang bersangkutan
14. 25
d. Lulus Ujian Nasional dengan nilai sekurang-kurangnya sesuai
dengan ketentuan yang ditentukan pemerintah; dan
e. Mengikuti kegiatan belajar di kelas IX sekurang-kurangnya 90 %
hari belajar efektif.
15. 26
7. Pendidikan Kecakapan Hidup ( Life Skill )
Kecakapan hidup merupakan salah satu fokus analisis dalam
pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan pada kecakapan
hidup dan bekerja. Dengan dimasukkannya program pendidikan
kecakapan hidup dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dilandasi kenyataan bahwa dalam pendidikan tidak hanya mengejar
pengetahuan semata tetapi juga pada pengembangan keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai tertentu yang dapat direfleksikan dalam kehidupan peserta
didik.
Pendidikan kecakapan hidup bukan merupakan mata pelajaran yang
berdiri sendiri melainkan terintegrasi melalui mata pelajaran-mata
pelajaran, sehingga pedidikan kecapakan hidup dapat merupakan bagian
dari semua mata pelajaran yang ada. Pendidikan kecakapan hidup dapat
dilakukan melalui kegiatan intra / ekstrakurikuler untuk mengembangkan
potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual
dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada
sejumlah mata pelajaran yang ada.
Adapun Kecakapan hidup meliputi:
a. Kecakapan personal (personal skill)
Kecapakan personal mencakup kesadaran diri dan berpikir rasional.
Kesadaran diri merupakan tuntutan mendasar bagi peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya di masa mendatang.
1) Kesadaran diri difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk
melihat sendiri potret dirinya. Kesadaran akan eksistensi diri
sebagai makhluk Tuhan YME, makhluk sosial, dan makhluk
lingkungan serta kesadaran akan potensi diri dan dorongan untuk
mengembangkannya.
2) Kecakapan berpikir merupakan kecakapan dalam menggunakan
rasio atau pikiran. Kecakapan ini meliputi kecakapan menggali
informasi, mengolah informasi, dan mengambil keputusan secara
cerdas, serta mampu memecahkan masalah secara tepat dan baik.
16. 27
b. Kecakapan sosial ( social skill )
Kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi, dan
kecakapan bekerjasama berupa
1) Kecakapan berkomunikasi
Kecakapan berkomunikasi dapat dilakukan baik secara lisan
maupun tulisan. Komunikasi secara lisan adalah sangat penting,
maka perlu ditumbuhkembangkan sejak dini kepada peserta didik.
Komunikasi secara tertulis diperlukan kecakapan bagaimana cara
menyampaikan pesan secara tertulis dengan pilihan kalimat, kata-
kata, tata bahasa, dan aturan lainnya agar mudah dipahami orang
atau pembaca lain.
2) Kecakapan bekerjasama
Bekerja dalam kelompok atau tim merupakan suatu kebutuhan
yang tidak dapat dielakkan sepanjang manusia hidup. Untuk
bekerja dalam kelompok diperlukan adanya kerjasama.
Kerjasama yang dimaksudkan adalah bekerjasama adanya saling
pengertian dan membantu antar sesama untuk mencapai tujuan
yang baik, hal ini agar peserta didik terbiasa dan dapat
membangun semangat komunitas yang harmonis.
c. Kecakapan akademik ( academic skill )
Kecakapan akademik seringkali disebut juga kecakapan intelektual
atau kemampuan berpikir ilmiah yang pada dasarnya merupakan
pengembangan dari kecakapan berpikir secara umum, namun
mengarah kepada kegiatan yang bersifat keilmuan.
d. Kecakapan vokasional ( vocational skill )
Kecakapan ini seringkali disebut dengan kecakapan kejuruan, artinya
suatu kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu
yang terdapat di masyarakat atau lingkungan peserta didik. Kecakapan
vokasional lebih cocok untuk peserta didik yang menekuni pekerjaan
yang mengandalkan keterampilan psikomotorik daripada kecakapan
berpikir ilmiah. Namun bukan berarti peserta didik SMP tidak layak
17. 28
untuk menekuni bidang kejuruan seperti ini. Misalnya merangkai dan
mengoperasikan komputer. Kecakapan vokasional memiliki dua
bagian, yaitu: kecakapan vokasional dasar dan kecakapan vokasional
khusus yang sudah terkait dengan bidang pekerjaan tertentu.
Pendidikan kecakapan hidup di SMP 4 Bae Kudus dilakukan melalui
kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan
kecakapan hidup yang dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler untuk
mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik,
emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, materinya
menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada.
Berikut ini disajikan tabel analisis untuk mengintegrasikan kecakapan
hidup dalam materi muatan wajib yang mengacu pada tujuan pendidikan
di SMP 4 Bae Kudus pada tahun Pelajaran 2010/2011.
Pengembangan Kecakapan Hidup
No Mata Pelajaran Tujuan Pendidikan Personal Sosial Akademik Vokasional
1 Pendidikan Membentuk peserta didik menjadi
agama manusia yang beriman dan V V
bertakwa kepada Tuhan YME
2 Pendidikan Membentuk peserta didik menjadi
Kewargane- warga negara yang memiliki
garaan wawasan dan rasa kebersamaan, V V
cinta tanah air, serta bersikap dan
berperilaku demokratis
3 Bahasa Membentuk peserta didik mampu
berkomunikasi secara efektif dan
efisien sesuai dengan etika yang V V V
berlaku, baik secara lisan maupun
tulisan
4 Matematika Mengembangkan logika dan
kemampuan berpikir peserta didik V V V
5 Ilmu Mengembangkan pengetahuan,
Pengetahuan dan kemampuan analisis peserta
Alam didik terhadap lingkungan alam V V V
dan sekitarnya
6 Ilmu Mengembangkan pengetahuan,
Pengetahuan pemahaman, dan kemampuan
Sosial analisis peserta didik terhadap V V
kondisi sosial masyarakat
7 Seni dan Membentuk karakter peserta didik
Budaya menjadi manusia yang memiliki V V
rasa seni dan pemahaman budaya
8 Pendidikan Membentuk karakter peserta didik
Jasmani, agar sehat jasmani dan rohani,
Olahraga, dan serta menumbuhkan rasa V V
Kesehatan sportivitas
18. 29
Pengembangan Kecakapan Hidup
No Mata Pelajaran Tujuan Pendidikan Personal Sosial Akademik Vokasional
1 Pendidikan Membentuk peserta didik menjadi
agama manusia yang beriman dan V V
bertakwa kepada Tuhan YME
9 Keterampilan Membentuk peserta didik menjadi
TIK manusia yang memiliki V V V
keterampilan
10 Muatan Lokal Membentuk pemahaman terhadap
(bahasa Jawa) potensi sesuai dengan ciri khas di V V
daerah tempat tinggalnya
11 Pengembangan Memberikan kesempatan kepada
Diri peserta didik untuk
mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai V V V V
dengan kebutuhan, minat, dan
bakat .
Pendidikan Kecakapan Hidup yang dilaksanakan dalam kegiatan
extrakurikuler di SMP 4 Bae Kudus pada Tahun Pelajaran 2010 / 2011
berupa kegiatan:
a. Garmen/menjahit; dan
b. Pengoperasion Komputer.
8. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan
pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global. Disamping itu
Kurikulum SMP 4 Bae Kudus mengikutsertakan persamaan gender dan
pendidikan karakter dalam materi pembelajaran. Pendidikan berbasis
unggulan local merupakan ilmu dan aplikasi pendidikan yang
implementasinya dipengaruhi oleh tempat di mana ia dipergunakan dan
digunakan untuk mengembangkan unggulan local sejalan dengan
kebijakan nasional yaitu otonomi daerah yang bernuansa nasional dan
global. Unggulan local adalah kondisi dan kekuatan yang ada di daerah
tertentu yang satu sama lain berbeda tetapi masih dalam keutuhan nasional
dan global.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang
memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam
aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi,
19. 30
ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian
dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan
lokal. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat merupakan bagian dari
pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan
kelompok mata pelajaran estetika, atau kelompok mata pelajaran
pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari
satuan pendidikan formal lain dan/atau satuan pendidikan nonformal yang
sudah memperoleh akreditasi.
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan global yang dilaksanakan di
SMP 4 Bae Kudus pada Tahun Pelajaran 20109 / 2011 dalam bentuk:
a. Unggulan Mata Pelajaran meliputi:
1) Mata Pelajaran Matematika
2) Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara pengecekan pemahaman
penguasaan matematika oleh guru yang mengajar pada jam pertama
serta diadakan klinik matematika untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan penguasaan matematika, dan pengecekan
penguasaan kosa kata bahasa inggris setelah jam terakhir oleh guru
yang mengajar pada jam terakhir
b. Unggulan dalam ketrampilan dan seni meliputi:
1) Garmen/Menjahit
2) Tekonologi Informasi dan Komunikasi ( TIK )
3) Seni Rebana
4) Band Sekolah
20. 31
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler dan
latihan khusus untuk menghadapi even tertentu.