SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
By
Ernawati
Definisi
 Hyperbilirubinemia
Adalah akumulasi bilirubin
yang berlebihan di dalam darah
(Wong, 2004)
 hyperbilirubiemia ditandai
dengan joundic atau ikterus
sehingga bisa terlihat warna
kuning pada kulit, sklera dan
kuku
Bilirubin
Eritrosit (sel darah merah) yang
dihasilkan dalam sumsum tulang
dibuang ke limpa ketika menjadi tua
atau rusak. hemoglobin yg dilepaskan ,
dipecah menjadi heme dan globin.
globin diubah menjadi asam amino.
Sedangkan Heme berubah menjadi
bilirubin tak terkonjugasi dalam sel-sel
retikuloendotelial limpa.
Bilirubin tak terkonjugasi ini tidak larut
dalam air, karena ikatannya
intramolekul hidrogen, kemudian akan
terikat dlm albumin dan dikirim ke hati.
didalam hati , bilirubin terkonjugasi
dengan
asam glukuronat oleh enzim
Glucuronyltransferase sehingga larut
dalam
air. (jadi bisa ditemukan juga diurine)
bilirubin sebagian besar akan masuk
ke dalam empedu sehingga bisa masuk
ke
Usus halus.95 % dari bilirubin
disekresikan/
diserap oleh usus dan mencapai hati
dengan
sirkulasi portal dan kemudian
diresekresikan
oleh hati ke dalam usus kecil .
Proses ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatik .
Indirek/takterkonjugasi Bilirubin direk/terkonjugasi
•Konjugasi adalah pembentukan turunan bahan kimia larut air melalui
kombinasi dengan senyawa lain, seperti glutation, glukuronat, atau sulfat.
Patofisiologi
 Bilirubin merupakan salahsatu hasil pemecahan
hemoglobin (hb) yg disebabkan oleh kerusakan
sdm
  ketika sdm dihancurkan hasil pemecahannya
terlepas kesirkulasi , dimana hb terpecah menjadi
dua yaitu heme dan globin.
  bagian globin(protein) digunakan lagi oleh
tubuh dan bagian heme diubah menjadi bilirubin
tak terkonjugasi (suatu zat tidak larut yg terikat
pada albumin)
  dihati bilirubin dilepas dari molekul albumin dg
adanya ensim glukoronil transferase
dikonjugasikan dg asam glukoronat menghasilkan
larutan yg pekat bilirubin glukoronat terkonjugasi
yg kemudian diekskresikan melalui empedu
Patofisiologi
 sebagian bilirubin diabsorpsi kembali dari saluran
cerna( sirkulasi enterohepatik)
 diusus bakteri mereduksi bilirubin terkonjugasi
menjadi urobilinogen, pigmen yg memberi warna
khas faeces dan sebagian kecil dieliminasi
keurine.
 Normalnya tubuh mampu mempertahankan
keseimbangan antara destruksi sdm dg
penggunaan produk sisa, tetapi bila terdapat
keterbatasan perkembangan atau proses
patologis bilirubin akan terakumulasi dalam
jaringan sehingga mengakibatkan joundis/ikterik
 Rata2 bayi baru lahir memproduksi 2x lebih
banyak bilirubin dibanding orang dewasa krn
kadar eritrosit yg beredar lebih tinggi dan
pendeknya lama hidup sdm (pd bayi 70-90 hari,
sedangkan anak besar atau dewasa 120 hari)
 Selain itu kemampuan hati utk mengkonjugasi
bilirubin sangat rendah krn terbatasnya produksi
glukoronal transferase. Bayi baru lahir jg memiliki
kapasitas ikatan plasma yg lebih rendah krn
konsentrasi albumin masih rendah.
 Normalnya bilirubin terkonjugasi direduksi menjadi
urobilinogen oleh flora usus dan diekskresi dlm
faeces , tetapi usus bayi yg steril dan kurang
motilitasnya akan kurang efektif dlm
mengekskresikan urobilinogen
 Pada usus bayi baru lahir ensim ß
glukoronidase mampu mengkonversi bilirubin
terkonjugasi menjadi bentuk tidak terkonjugasi
yg kemudian diserap oleh mukosa usus dan
ditransport kehati (proses sirkulasi
enterohepatik).
 Pemberian makan akan merangsang
peristaltik dan menghasilkan pengeluaran
mekoneum lebih cepat. Shg menurunkan
jumlah reabsorpsi bilirubin tidak terkonjugasi
dan masuknya bakteri dpt membantu
mereduksi bilirubin menjadi urobilinogen
,selain itu kolostrum, merupakan katartik
alamiah yang memfasilitasi evakuasi
etiologi
 Faktor fisiologis
 konsentrasi hemoglobin
yang tinggi saat lahir
 Umur sel darah merah (sdm)
bayi lebih pendek dibanding
sdm dewasa
 Imaturitas ensim2 hati yang
mengganggu konjugasi dan
ekskresi bilirubin
 Berhubungan dg pemberian
ASI
 Produksi bilirubin berlebihan
 Gangguan fungsi hati
Untuk mengsekresikan bilirubin
terkonjugasi *
 Kombinasi kelebihan
produksi /kekurangan sekresi
(pd sepsis)
 Keadaan penyakit tertentu
(hipotiroidisme,galaktosemia,
bayi dari ibu diabetes)
 Predisposisi genetik terhadap
peningkatan produksi
* Konjugasi adalah pembentukan turunan bahan kimia larut air melalui
kombinasi
dengan senyawa lain, seperti glutation, glukuronat, atau sulfat.
Klasifikasi
1. Timbul pada hari kedua dan ketiga
2. Kadar bilirubin indirek tidak
melebihi 10 mg% pada neonatus
cukup bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar
bilirubin tidak melebihi 5% per
hari.
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi
1 mg %
5. Ikterus menghilang pada 10 hari
pertama.
6. Tidak terbukti mempunyai
hubungan dengan keadaan
patologis.
1. Ikterus terjadi dalam 24 jam
pertama
2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg%
pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5% pada neonatus
kurang bulan.
3. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5
mg % perhari.
4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu
pertama.
5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg
%.
6. Mempunyai hubungan dengan
proses
hemolitik.
Fisiologis Patologis
Komplikasi
 Encephalopaty bilirubin / kern
ikterus
adalah Sindrom kerusakan otak
berat akibat deposisi bilirubin tak
terkonjugasi di sel otak.
 Bilirubin terakumulasi dibasal
ganglia dan nukleus batang otak
 Akibatnya terjadi peningkatan
permialilitas sawar otak terhadap
bilirubin tak terkonjugasi yang bisa
mengakibatkan kerusakan otak
irreversible.
Tanda gejala kern ikterik
 Tanda kern ikterus :
menunjukan adanya depresi atau
eksitasi sistem saraf.
 Gejala prodromal;
menurunnya aktivitas, letargi,
irritabilitas, nafsu makan turun.
dlm beberapa hari bisa ditemukan :
kekakuan pada keempat ekstremitas,
epistotonus, demam, menangis,
iritabel, kejang, koma
Ikterik
Fisiologis
Ikterikb.d
pemberian ASI
IkterikASI Penyakit
Hemolitik
etiol
ogi
Fungsi hepar
imatur
peningkatan
beban bilirubin
dan hemolisis
sdm
masukan susu kurang
b.d sedikitnya kalori yg
dikonsumsi sebelum
ASI adekuat
•Kemungkinan ada faktor
dlm ASI yg menghambatatau
turunkan ekskresi/ konjugasi
bilirubin (pregnadiol,asam
lemak, ß glukoronidase)
•Defikasi > jarang
•Ketdkcocokan antigen
darah sebabkan hemo-
lisis sdm dlm jlh besar
•Hepar tdk mampu
mengkonjugasi
&ekskresikan ke>
bilirubin dr hemolisis
Awit
an
Setelah 24 jam
(preterm>lama)
Hari ke 2-3 Hari ke 4-5 24 jam pertama
Pun
cak
72 jam Hari ke 2-3 Hari ke 10-15 Bervariasi
Du
rasi
Menurun hari
Ke 5-7
Tetap ikterik sampai bbrp mg
Te
rapi
Fototerapi bila
bilirubin
meningkat cepat
•Sering menyusui ASI
(10-12x/hr)
•Fototerapi bila
bilirubin 17 -22 mg/ dl
pd bayi sehat dan
teruskan ASI bisa
diseling susu formula
•Hindari tambahan air
glukosa dan air
•Tingkatkan pemberian ASI
jgn ada tambahan lain,
• bila bilirubin sp 16 mg/dl
ASI bs distp selama 12 jam,
bila bilirubin turun ASI
diberikan lagi
•Bila disertai Fototerapi
dirumah (jemur matahari)
tetap berikan ASI )
•Paska natal fototerapi,
bila bilirubin tinggi
sekali  transfusi
tukar.
Pencegahan sensitisasi
(ketidakccocokan
rhesus ) dari ibu Rh
negat dg Rh0GAM
Penyebab patologis
hyperbilirubinemia
 Hemolitik
Ikterik dalam 24 jam setelah
kelahiran dan bersifat
hemolitik
 Gangguan rhesus
 Inkompatibilitas ABO
 Defisiensi G6 PD /
Glukosa 6 Phospat
Dehidrogenase.
Inkompatibilitas rhesus (Rh)
 Rh positif (adanya antigen), Rh negatif (tdkada antigen)
 Bila ibu Rh negatif, bayi positif akan beresiko terjadi
inkompatibilitas, meskipun sirkulasi darah maternal dan
fetal terpisah , terkadang sdm fetal bisa mencapai
sirkulasi maternal melalui retakan(perlukaan)kecil pada
pembuluh darah placenta.(pada saat pelepasan
placenta).
Darah fetal merupakan antigen asing terhadap ibu,
sehingga saling menyerang dan terjadi penghancuran
pd sdm fetal
Defisiensi G6PD
 Defisiensi G6PD merupakan penyakit dengan gangguan
he re dite r pada aktivitas eritrosit (sel darah merah), di mana
terdapat kekurangan enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase
(G6PD). 
 G6PD  enzim yang fungsinya untuk membuat stabilitas dalam sel
darah merah/eritrosit 
 Jika sel darah merah kekurangan G6PD maka sel itu mudah pecah.
 Enzim G6PD ini berperan pada perlindungan eritrosit dari
reaksi o ksidatif. Karena kurangnya enzim ini, eritrosit jadi lebih
mudah mengalami penghancuran (hemolisis).
 Defisiensi G6PD pada bayi baru lahir timbul di hari kedua hingga
kelima sama seperti gejala kuning biasa. Bedanya, kuningnya turun
dalam jangka waktu agak lama
Inkompatibilitas ABO
 Golongan darah mayor (A,B,AB dan O)
 Inkompatibilitas/ketidaksesuaian darah paling umum
pd neonatus adalah ibu gol darah o bayi gol darah A
atau B
 Anti bodi pdGol darah A atau B (gol AB tdk memiliki
anti bodi) akan mengalami aglutinasi jika bercampur
dg antigen gol darah lain. Sel donor yg teraglutinasi
akan terperangkap dlm pembuluh darah perifir ketika
sel tsb mengalami hemolisis , kemudian melepaskan
sejumlah besar bilirubin kedalam sirkulasi
 Antibodi A atau B secara alamiah sdh ada dlm
sirkulasi maternal melintasi plasenta dan menyerang
sdm fetal sehingga menyebabkan hemolisis
Pengkajian
 Riwayat ibu/janin
 Lakukan pengkajian
bayi baru lahir
 Monitor tanda ikterik
pada kulit (kuning
terang atau oranye
tak
terkonjugasi/indirek)
urine kuning pekat/
kehijauan (direk)
 Bilirubin total > 12
mg/dl
 Intensitas ikterik tidak
berhubungan dg
derajat bilirubinemia
tapi ditentukan dg
kadar bilirubin serum.
 Periksa Coomb test
(pd bayi dg ibu rhesus
negatif)
 Observasi adanya
dehidrasi dan
hipertermia
Kadar bilirubin total serum normal
Prematur Bayi cukup bulan
Talipusat < 2 mg/dl < 2 mg/dl
Usia 0-1 hari 8.0 < 6.0
1 – 2 hari 12 < 8
2 – 5 hari 16 < 12
Bilirubin direk 0.0 – 0,2 0 – 3,4
Diagnosa keperawatan
 Risiko tinggi
perubahan suhu
tubuh b.d
penggunaan
fototerapi
 Risiko tinggi kurang
volume cairan b.d
fototerapi
 Gangguan proses
keluarga b.d krisis
situasi, perawatan
bayi yang lama
 Risiko cedera b.d
meningkatnya
pemecahan produk
sel darah merah
Penatalaksanaan
 Foto terapi
adalah pemberian lampu
fluoresen kekulit bayi.
Cahaya lampu akan
membantu mengekskresi
bilirubin dengan cara foto
isomerasi yang mengubah
struktur bilirubin menjadi
bentuk larut (lumirubin) agar
ekskresinya lebih mudah
 Transfusi tukar (Exchange
terapi)
 Dilakukan bila kadar
bilirubin sangat tinggi
 Penggunaan selimut fiber
optik (Biliblanket)
 tdd illuminator sumber
cahaya, serat plastik yang
dihubungkan dg panel
yang akan menyebarkan
energi, penutup yg lembut
dan digunakan sekali
pakai, (disposable) selimut
menyebarkan cahaya
secara konsisten dan terus
menerus kepada bayi dan
mencapai efek
fotoisomerasi yg sama dg
fototerapi konvensional
Penatalaksanaan hiperbilirubinemia
pd bayi lahir cukup bulan
Usia Bilirubin
(Anjuran
fototerapi)
fototerapi Transfusi tukar
bila fototerapi
tidakefektif
Transfusi
tukardan
fototerapi
< 24 jam - - - -
25-48 jam > 12 (170) > 12 (260) > 12 (340) > 25 (430)
49-72 jam > 15 (260) > 12 (310) > 12 (430) > 30 (510)
> 72 jam > 17 (290) > 12 (340) > 12 (430) > 30 (510)
Selamat
belajar....
Semoga
sukses..

More Related Content

What's hot

HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAKHIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAKKindal
 
Konsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis fKonsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis fharry christama
 
Proses persalinan normal
Proses persalinan normalProses persalinan normal
Proses persalinan normalelisa novi
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanAbdul Rochman
 
193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroid193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroidhomeworkping3
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritisPradasary
 
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skenePradasary
 
Ppt hiperbilirubin
Ppt hiperbilirubinPpt hiperbilirubin
Ppt hiperbilirubinMayah M4y
 
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOVeranica Widi
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaFuji Astuti
 
memberikan asuhan pada bayi usia 2 6 hari
memberikan asuhan pada bayi usia 2 6 harimemberikan asuhan pada bayi usia 2 6 hari
memberikan asuhan pada bayi usia 2 6 hariDemey Bd
 
Batu saluran kemih
Batu saluran kemih Batu saluran kemih
Batu saluran kemih Eko indra
 

What's hot (20)

Infeksi neonatus
Infeksi neonatusInfeksi neonatus
Infeksi neonatus
 
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopikKehamilan ektopik
Kehamilan ektopik
 
HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAKHIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
 
Konsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis fKonsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis f
 
Vulvitis
VulvitisVulvitis
Vulvitis
 
Proses persalinan normal
Proses persalinan normalProses persalinan normal
Proses persalinan normal
 
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopikKehamilan ektopik
Kehamilan ektopik
 
Ikterus Neonatorum
Ikterus NeonatorumIkterus Neonatorum
Ikterus Neonatorum
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroid193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroid
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis
 
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
 
Ppt hiperbilirubin
Ppt hiperbilirubinPpt hiperbilirubin
Ppt hiperbilirubin
 
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
 
Gonorrhea
GonorrheaGonorrhea
Gonorrhea
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematoma
 
memberikan asuhan pada bayi usia 2 6 hari
memberikan asuhan pada bayi usia 2 6 harimemberikan asuhan pada bayi usia 2 6 hari
memberikan asuhan pada bayi usia 2 6 hari
 
Ruptur uteri
Ruptur uteriRuptur uteri
Ruptur uteri
 
Batu saluran kemih
Batu saluran kemih Batu saluran kemih
Batu saluran kemih
 
Ikterus
IkterusIkterus
Ikterus
 

Similar to Hyperbilirubinemia Bayi Baru Lahir

Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)REISA Class
 
PPT Metabolisme Bilirubin.pptx
PPT Metabolisme Bilirubin.pptxPPT Metabolisme Bilirubin.pptx
PPT Metabolisme Bilirubin.pptxBeataNino1
 
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubinAsuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubinapriyani846
 
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemiKb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemipjj_kemenkes
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Operator Warnet Vast Raha
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Operator Warnet Vast Raha
 
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptx
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptxTAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptx
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptxtazkiasafara
 
Modul 2 kulit kuning GEH
Modul 2 kulit kuning GEHModul 2 kulit kuning GEH
Modul 2 kulit kuning GEHAulia Amani
 
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.pptoktaviaindah6
 
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadiasuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadiIka Acga
 

Similar to Hyperbilirubinemia Bayi Baru Lahir (20)

Ikterik neonatus
Ikterik neonatus Ikterik neonatus
Ikterik neonatus
 
Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)
 
Kernikterus
KernikterusKernikterus
Kernikterus
 
Tgas pa dokter bainudin
Tgas pa dokter bainudinTgas pa dokter bainudin
Tgas pa dokter bainudin
 
Rkik1
Rkik1Rkik1
Rkik1
 
Rkk1
Rkk1Rkk1
Rkk1
 
PPT Metabolisme Bilirubin.pptx
PPT Metabolisme Bilirubin.pptxPPT Metabolisme Bilirubin.pptx
PPT Metabolisme Bilirubin.pptx
 
hiperbilirubinemia
hiperbilirubinemiahiperbilirubinemia
hiperbilirubinemia
 
Ikterus Neonatus
Ikterus NeonatusIkterus Neonatus
Ikterus Neonatus
 
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubinAsuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
 
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemiKb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
 
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptx
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptxTAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptx
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptx
 
Modul 2 kulit kuning GEH
Modul 2 kulit kuning GEHModul 2 kulit kuning GEH
Modul 2 kulit kuning GEH
 
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt
 
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadiasuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi
 
Ikterus neonatorum
Ikterus neonatorumIkterus neonatorum
Ikterus neonatorum
 
ikterik
ikterikikterik
ikterik
 
Ikterus files of_drsmed_fkur
Ikterus files of_drsmed_fkurIkterus files of_drsmed_fkur
Ikterus files of_drsmed_fkur
 

Hyperbilirubinemia Bayi Baru Lahir

  • 2. Definisi  Hyperbilirubinemia Adalah akumulasi bilirubin yang berlebihan di dalam darah (Wong, 2004)  hyperbilirubiemia ditandai dengan joundic atau ikterus sehingga bisa terlihat warna kuning pada kulit, sklera dan kuku
  • 3. Bilirubin Eritrosit (sel darah merah) yang dihasilkan dalam sumsum tulang dibuang ke limpa ketika menjadi tua atau rusak. hemoglobin yg dilepaskan , dipecah menjadi heme dan globin. globin diubah menjadi asam amino. Sedangkan Heme berubah menjadi bilirubin tak terkonjugasi dalam sel-sel retikuloendotelial limpa. Bilirubin tak terkonjugasi ini tidak larut dalam air, karena ikatannya intramolekul hidrogen, kemudian akan terikat dlm albumin dan dikirim ke hati. didalam hati , bilirubin terkonjugasi dengan asam glukuronat oleh enzim Glucuronyltransferase sehingga larut dalam air. (jadi bisa ditemukan juga diurine) bilirubin sebagian besar akan masuk ke dalam empedu sehingga bisa masuk ke Usus halus.95 % dari bilirubin disekresikan/ diserap oleh usus dan mencapai hati dengan sirkulasi portal dan kemudian diresekresikan oleh hati ke dalam usus kecil . Proses ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik . Indirek/takterkonjugasi Bilirubin direk/terkonjugasi •Konjugasi adalah pembentukan turunan bahan kimia larut air melalui kombinasi dengan senyawa lain, seperti glutation, glukuronat, atau sulfat.
  • 4. Patofisiologi  Bilirubin merupakan salahsatu hasil pemecahan hemoglobin (hb) yg disebabkan oleh kerusakan sdm   ketika sdm dihancurkan hasil pemecahannya terlepas kesirkulasi , dimana hb terpecah menjadi dua yaitu heme dan globin.   bagian globin(protein) digunakan lagi oleh tubuh dan bagian heme diubah menjadi bilirubin tak terkonjugasi (suatu zat tidak larut yg terikat pada albumin)   dihati bilirubin dilepas dari molekul albumin dg adanya ensim glukoronil transferase dikonjugasikan dg asam glukoronat menghasilkan larutan yg pekat bilirubin glukoronat terkonjugasi yg kemudian diekskresikan melalui empedu
  • 5. Patofisiologi  sebagian bilirubin diabsorpsi kembali dari saluran cerna( sirkulasi enterohepatik)  diusus bakteri mereduksi bilirubin terkonjugasi menjadi urobilinogen, pigmen yg memberi warna khas faeces dan sebagian kecil dieliminasi keurine.  Normalnya tubuh mampu mempertahankan keseimbangan antara destruksi sdm dg penggunaan produk sisa, tetapi bila terdapat keterbatasan perkembangan atau proses patologis bilirubin akan terakumulasi dalam jaringan sehingga mengakibatkan joundis/ikterik
  • 6.  Rata2 bayi baru lahir memproduksi 2x lebih banyak bilirubin dibanding orang dewasa krn kadar eritrosit yg beredar lebih tinggi dan pendeknya lama hidup sdm (pd bayi 70-90 hari, sedangkan anak besar atau dewasa 120 hari)  Selain itu kemampuan hati utk mengkonjugasi bilirubin sangat rendah krn terbatasnya produksi glukoronal transferase. Bayi baru lahir jg memiliki kapasitas ikatan plasma yg lebih rendah krn konsentrasi albumin masih rendah.  Normalnya bilirubin terkonjugasi direduksi menjadi urobilinogen oleh flora usus dan diekskresi dlm faeces , tetapi usus bayi yg steril dan kurang motilitasnya akan kurang efektif dlm mengekskresikan urobilinogen
  • 7.  Pada usus bayi baru lahir ensim ß glukoronidase mampu mengkonversi bilirubin terkonjugasi menjadi bentuk tidak terkonjugasi yg kemudian diserap oleh mukosa usus dan ditransport kehati (proses sirkulasi enterohepatik).  Pemberian makan akan merangsang peristaltik dan menghasilkan pengeluaran mekoneum lebih cepat. Shg menurunkan jumlah reabsorpsi bilirubin tidak terkonjugasi dan masuknya bakteri dpt membantu mereduksi bilirubin menjadi urobilinogen ,selain itu kolostrum, merupakan katartik alamiah yang memfasilitasi evakuasi
  • 8. etiologi  Faktor fisiologis  konsentrasi hemoglobin yang tinggi saat lahir  Umur sel darah merah (sdm) bayi lebih pendek dibanding sdm dewasa  Imaturitas ensim2 hati yang mengganggu konjugasi dan ekskresi bilirubin  Berhubungan dg pemberian ASI  Produksi bilirubin berlebihan  Gangguan fungsi hati Untuk mengsekresikan bilirubin terkonjugasi *  Kombinasi kelebihan produksi /kekurangan sekresi (pd sepsis)  Keadaan penyakit tertentu (hipotiroidisme,galaktosemia, bayi dari ibu diabetes)  Predisposisi genetik terhadap peningkatan produksi * Konjugasi adalah pembentukan turunan bahan kimia larut air melalui kombinasi dengan senyawa lain, seperti glutation, glukuronat, atau sulfat.
  • 9. Klasifikasi 1. Timbul pada hari kedua dan ketiga 2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan. 3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari. 4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg % 5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama. 6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis. 1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama 2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan. 3. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg % perhari. 4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama. 5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg %. 6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. Fisiologis Patologis
  • 10. Komplikasi  Encephalopaty bilirubin / kern ikterus adalah Sindrom kerusakan otak berat akibat deposisi bilirubin tak terkonjugasi di sel otak.  Bilirubin terakumulasi dibasal ganglia dan nukleus batang otak  Akibatnya terjadi peningkatan permialilitas sawar otak terhadap bilirubin tak terkonjugasi yang bisa mengakibatkan kerusakan otak irreversible.
  • 11. Tanda gejala kern ikterik  Tanda kern ikterus : menunjukan adanya depresi atau eksitasi sistem saraf.  Gejala prodromal; menurunnya aktivitas, letargi, irritabilitas, nafsu makan turun. dlm beberapa hari bisa ditemukan : kekakuan pada keempat ekstremitas, epistotonus, demam, menangis, iritabel, kejang, koma
  • 12. Ikterik Fisiologis Ikterikb.d pemberian ASI IkterikASI Penyakit Hemolitik etiol ogi Fungsi hepar imatur peningkatan beban bilirubin dan hemolisis sdm masukan susu kurang b.d sedikitnya kalori yg dikonsumsi sebelum ASI adekuat •Kemungkinan ada faktor dlm ASI yg menghambatatau turunkan ekskresi/ konjugasi bilirubin (pregnadiol,asam lemak, ß glukoronidase) •Defikasi > jarang •Ketdkcocokan antigen darah sebabkan hemo- lisis sdm dlm jlh besar •Hepar tdk mampu mengkonjugasi &ekskresikan ke> bilirubin dr hemolisis Awit an Setelah 24 jam (preterm>lama) Hari ke 2-3 Hari ke 4-5 24 jam pertama Pun cak 72 jam Hari ke 2-3 Hari ke 10-15 Bervariasi Du rasi Menurun hari Ke 5-7 Tetap ikterik sampai bbrp mg Te rapi Fototerapi bila bilirubin meningkat cepat •Sering menyusui ASI (10-12x/hr) •Fototerapi bila bilirubin 17 -22 mg/ dl pd bayi sehat dan teruskan ASI bisa diseling susu formula •Hindari tambahan air glukosa dan air •Tingkatkan pemberian ASI jgn ada tambahan lain, • bila bilirubin sp 16 mg/dl ASI bs distp selama 12 jam, bila bilirubin turun ASI diberikan lagi •Bila disertai Fototerapi dirumah (jemur matahari) tetap berikan ASI ) •Paska natal fototerapi, bila bilirubin tinggi sekali  transfusi tukar. Pencegahan sensitisasi (ketidakccocokan rhesus ) dari ibu Rh negat dg Rh0GAM
  • 13. Penyebab patologis hyperbilirubinemia  Hemolitik Ikterik dalam 24 jam setelah kelahiran dan bersifat hemolitik  Gangguan rhesus  Inkompatibilitas ABO  Defisiensi G6 PD / Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
  • 14. Inkompatibilitas rhesus (Rh)  Rh positif (adanya antigen), Rh negatif (tdkada antigen)  Bila ibu Rh negatif, bayi positif akan beresiko terjadi inkompatibilitas, meskipun sirkulasi darah maternal dan fetal terpisah , terkadang sdm fetal bisa mencapai sirkulasi maternal melalui retakan(perlukaan)kecil pada pembuluh darah placenta.(pada saat pelepasan placenta). Darah fetal merupakan antigen asing terhadap ibu, sehingga saling menyerang dan terjadi penghancuran pd sdm fetal
  • 15. Defisiensi G6PD  Defisiensi G6PD merupakan penyakit dengan gangguan he re dite r pada aktivitas eritrosit (sel darah merah), di mana terdapat kekurangan enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD).   G6PD  enzim yang fungsinya untuk membuat stabilitas dalam sel darah merah/eritrosit   Jika sel darah merah kekurangan G6PD maka sel itu mudah pecah.  Enzim G6PD ini berperan pada perlindungan eritrosit dari reaksi o ksidatif. Karena kurangnya enzim ini, eritrosit jadi lebih mudah mengalami penghancuran (hemolisis).  Defisiensi G6PD pada bayi baru lahir timbul di hari kedua hingga kelima sama seperti gejala kuning biasa. Bedanya, kuningnya turun dalam jangka waktu agak lama
  • 16. Inkompatibilitas ABO  Golongan darah mayor (A,B,AB dan O)  Inkompatibilitas/ketidaksesuaian darah paling umum pd neonatus adalah ibu gol darah o bayi gol darah A atau B  Anti bodi pdGol darah A atau B (gol AB tdk memiliki anti bodi) akan mengalami aglutinasi jika bercampur dg antigen gol darah lain. Sel donor yg teraglutinasi akan terperangkap dlm pembuluh darah perifir ketika sel tsb mengalami hemolisis , kemudian melepaskan sejumlah besar bilirubin kedalam sirkulasi  Antibodi A atau B secara alamiah sdh ada dlm sirkulasi maternal melintasi plasenta dan menyerang sdm fetal sehingga menyebabkan hemolisis
  • 17. Pengkajian  Riwayat ibu/janin  Lakukan pengkajian bayi baru lahir  Monitor tanda ikterik pada kulit (kuning terang atau oranye tak terkonjugasi/indirek) urine kuning pekat/ kehijauan (direk)  Bilirubin total > 12 mg/dl  Intensitas ikterik tidak berhubungan dg derajat bilirubinemia tapi ditentukan dg kadar bilirubin serum.  Periksa Coomb test (pd bayi dg ibu rhesus negatif)  Observasi adanya dehidrasi dan hipertermia
  • 18. Kadar bilirubin total serum normal Prematur Bayi cukup bulan Talipusat < 2 mg/dl < 2 mg/dl Usia 0-1 hari 8.0 < 6.0 1 – 2 hari 12 < 8 2 – 5 hari 16 < 12 Bilirubin direk 0.0 – 0,2 0 – 3,4
  • 19. Diagnosa keperawatan  Risiko tinggi perubahan suhu tubuh b.d penggunaan fototerapi  Risiko tinggi kurang volume cairan b.d fototerapi  Gangguan proses keluarga b.d krisis situasi, perawatan bayi yang lama  Risiko cedera b.d meningkatnya pemecahan produk sel darah merah
  • 20. Penatalaksanaan  Foto terapi adalah pemberian lampu fluoresen kekulit bayi. Cahaya lampu akan membantu mengekskresi bilirubin dengan cara foto isomerasi yang mengubah struktur bilirubin menjadi bentuk larut (lumirubin) agar ekskresinya lebih mudah  Transfusi tukar (Exchange terapi)  Dilakukan bila kadar bilirubin sangat tinggi
  • 21.  Penggunaan selimut fiber optik (Biliblanket)  tdd illuminator sumber cahaya, serat plastik yang dihubungkan dg panel yang akan menyebarkan energi, penutup yg lembut dan digunakan sekali pakai, (disposable) selimut menyebarkan cahaya secara konsisten dan terus menerus kepada bayi dan mencapai efek fotoisomerasi yg sama dg fototerapi konvensional
  • 22. Penatalaksanaan hiperbilirubinemia pd bayi lahir cukup bulan Usia Bilirubin (Anjuran fototerapi) fototerapi Transfusi tukar bila fototerapi tidakefektif Transfusi tukardan fototerapi < 24 jam - - - - 25-48 jam > 12 (170) > 12 (260) > 12 (340) > 25 (430) 49-72 jam > 15 (260) > 12 (310) > 12 (430) > 30 (510) > 72 jam > 17 (290) > 12 (340) > 12 (430) > 30 (510)