SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
I.   PENDAHULUAN


A.   LATAR BELAKANG
       Kegiatan persuteraan alam merupakan kegiatan Agrokompleks yang berkembang di
     Indonesia sejak tahun 1950-an. Kegiatan ini meliputi budidaya murbei dan pemeliharaan
     ulat sutera di sektor hulu serta pengolahan pasca panen yakni benang sebagai produk akhir
     pada sector hilir. Tahapan pengerjaannya yang relatife mudah serta melibatkan anggota
     keluarga membuat usaha ini berkembang pesat pada saat itu dan memunculkan propinsi
     Sulawesi selatan dan Jawa Barat sebagai sentra utama persuteraan alam di Indonesia. Di
     samping masalah sosial, kondisi biofosok serta agroklimat di kedua wilayah tersebut
     mendorong persuteraan alam tumbuh dan berkembang.

         Awalnya, kegiatan persuteraan alam dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat
     melalui pengetahuan dan teknologi yang sederhana. Telur ulat sutera di peroleh dengan
     memproduksi sendiri bibit ulat sutera lokal seperti Lokal kuning (LK). Karena bibit tersebut
     sifatnya multivoltine (dapat menetas sepanjang tahun) maka petani bisa menyesuaikan
     timing produksi telur dengan jadwal pemeliharaan.Sebagai pakan ulat sutera, petani
     menggunakan bibit murbei lokal seperti M.Lembang di jawa barat serta M. Nigra dan M.
     Alba di Sulawesi selatan.     Pada fase 1950       -1960 ini, kegiatan persuteraan alam
     berkembang pesat bahkan tidak sedikitpraktisi persuteraan alamberanggapan bahwa fase
     tersebut merupakan kejayaan sutera alam di Indonesia. Namun, memasuki awal dan
     pertengahan 1970-an terjadi serangan pebrine massal di beberapa sentra persuteraan
     alam di propinsi Sulawesi selatan seperti Soppeng, Wajo serta Enrekang. Penggunaan bibit
     lokal termasuk proses produksinya di tengarai sebagai pemicu munculnya penyakit
     Pebrine.Sejak saat itu, produksi kokon di Indonesia khususnya di Sulawesi selatan
     mengalami penurunan.

         Memasuki akhir 70-an serta tahun 80-an, Pemerintah dalam hal ini Kementerian
     Kehutanan sudah mulai terlibat dalam kegiatan persuteraan alam melalui kerjasama

                                                                                               1
dengan Jepang. Untuk menghindari terulangnya munculnya penyakit pebrine secara
     massal, maka pemerintah mulai memperkenalkan bibit Bivoltine yang berasal dari Jepang
     yang lebih tahan terhadap penyakit di banding dengan bibit lokal.Tidak lama berselang,
     Balai Persuteraan Alam yang merupakan kepanjangan tangan dari kementerian kehutanan
     memperkenalkan bibit ulat sutera F1 yang diproduksi sendiri dan disebarkan kepada
     masyarakat. Namun sejak dikeluarkannya Instruksi Menteri Kehutanan No. 02/Menhut-II/1986,
     Kewenangan produksi telur ulat sutera F1 di serahkan ke pihak BUMN/swasta sedangkan Balai
     Persuteraan alam sampai sekarang melakukan sertifikasi terhadap telur siap edar dari
     produsen untuk memastikan agar telur ulat sutera F1 tersebut bebas penyakit serta
     memonitor peredaran telur ulat sutera F1 di kalangan petani dan pengusaha.

       Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah peredaran telur ulat sutera F1 di
     propinsi Jawa Barat.Berdasarkan data Statistik Balai Persuteraan Alam tahun 2010,
     penyerapan telur di wilayah bogor mencapai 44 Boks. Kondisi geografis serta agroklimaks
     beberapa wilayah di kabupaten bogor seperti Ciapus, puncak memang sesuai untuk
     pengembangan persuteraan alam. Untuk memastikan agar peredaran telur di Bogor
     merupakan telur yang berasal dari produsen yang sebelumnya telah disertifikasi oleh Balai
     Persuteraan Alam, maka perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan termasuk pembinaan
     pengadaan telur ulat sutera F1.


B.   MAKSUD DAN TUJUAN
       Maksud kegiatan pengawasan dan pembinaan pengadaan dan pengedaran telur ulat
     sutera adalah memastikan telur yang beredar di kalangan petani dan pengusaha di kota
     bogor merupakan telur ulat sutera yang bersertifikat dan dari produsen yang telah
     direkomendasikan sedangkan tujuannya adalah termonitornya jumlah telur ulat sutera F1
     pada petani serta permasalahan – permasalah terkait dengan telur ulat sutera F1.




                                                                                            2
C.   DASAR PELAKSANAAN KEGIATAN
     Dasar pelaksanaan kegiatan ini adalah :
     1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) BA 29 Satker Balai Persuteraan Alam tahun
        2012 Nomor : 0339/029-04.2.01/23/2012 tanggal 9 desember 2012
     2. SPT Kepala Balai Persuteraan Alam No. 174/BPA-1/2012 tanggal      November 2012
        mengenai pelaksanaan Perjalanan Dians dalam rangka Pengawasan dan Pembinaan
        Pengadaan dan Pengedaran Telur Ulat Sutera F1




                                                                                        3
II. PELAKSANAAN DAN METODOLOGI



A.   WAKTU DAN TEMPAT

       Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 hari yakni pada tanggal 26 – 29 November 2012.
     Tempat yang dikunjungi untuk melaksanakan kegiatan yakni :
     1. Rumah sutera di Ciapus
     2. Teaching farm Institut Pertanian Bogor di tamansari Bogor.


B.   PELAKSANA KEGIATAN
       Pelaksana kegiatan ini berdasarkan SPT Kepala Balai Persuteraan Alam No. 174/BPA-
     1/2012 adalah :
     1. Nama /NIP            : Askar, S.Hut/19840201 200912 1 005
        Jabatan              : Calon PEH
        Jabatan dalam Tim : Ketua Tim
     2. Nama/NIP             : Ety P.
        Jabatan              : Tenaga Honorer
        Jabatan dalam Tim : Anggota
     3. Nama/NIP             : Irmawati, SP
        Jabatan              : Tenaga Honorer
        Jabatan dalam Tim : Anggota


C.   METODOLOGI
     Metodologi pelaksanaan kegiatan ini adalah :
     1. Mendatangi lokasi yang tercantum pada butir A pada Bab ini
     2. Mengumpulkan data penyerapan telur ulat sutera F1 terhitung mulai awal tahun 2012
        sampai kunjungan tim ke lokasi yang bersangkutan.

                                                                                        4
3. Mengidentifikasi sumber bibit ulat sutera F1, termasuk memeriksa keberadaan label
   bibit bersertifikat pada kemasan yang masih ada.
4. Mengamati tujuan serta peruntukan bibit ulat F1
5. Menghimpun masalah yang berhubungan dengan telur ulat sutera F1 pada tahun 2012
   dengan wawancara tidak terstruktur dengan petani/pengusaha di kedua lokasi
   tersebut.
6. Mendokumentasikan kegiatan
7. Pelaporan.




                                                                                  5
III. HASIL PELAKSANAAN



A.   TEACHING FARM IPB
     Data yang di peroleh dari Teaching farm di Bogor adalah sebagai berikut :
     No Sumber                 Jumlah (Boks) Pelaksanaan Pemeliharaan            Hasil (Kg)
     1      PPUS Candiroto            3                 Maret - April                   75
     2           Cina                 1                      Juli                       15
     3    PPUS Candiroto              2                 Juli - Agustus                  50
     4    Perhutani Soppeng           2                   Oktober                       60


B.   RUMAH SUTERA CIAPUS
     Data yang di peroleh dari Rumah Sutera di Bogor adalah sebagai berikut :
     No Sumber                 Jumlah (Boks)              Hakitate
     1    PPUS Candiroto              1                   08/01/12
     2    PPUS Candiroto              3                   21/01/12
     3    PPUS Candiroto              1                   06/02/12
     4    PPUS Candiroto              3                   21/02/12
     5    PPUS Candiroto              1                   06/03/12
     6    PPUS Candiroto              1                   21/03/12
     7    PPUS Candiroto              1                   06/04/12
     8    PPUS Candiroto              1                   22/04/12
     9    PPUS Candiroto              1                   06/05/12
     10   PPUS Candiroto              1                   21/05/12
     11   PPUS Candiroto              2                   06/05/12
     12   PPUS Candiroto              1                   21/06/12
     13   PPUS Candiroto              1                   06/07/12
     14   PPUS Candiroto              1                   16/07/12


                                                                                              6
15   PPUS Candiroto   2   24/08/12
16   Perum Soppeng    1   09/09/12
17   PPUS Candiroto   1   26/09/12
18   Perum Soppeng    1   11/10/12
19   BPA              2   17/10/12
20   Perum Soppeng    1   11/11/12




                                     7
IV. PEMBAHASAN


     Telur ulat sutera F1 di hasilkan dari persilangan induk/ras yang unggul. Sejak tahun 2011,
Pengada telur di Indonesia berjumlah tiga unit yakni Perum perhutani melalui PPUS Candiroto
serta KBM Perhutani Soppeng serta CV Masalangka yang memperoleh izin untuk mengimpor
telur cina. Untuk menjamin kesehatan bibit maka Bibit yang diproduksi oleh Perum Perhutani
disertifikasi oleh BPA sedangkan telur F1 impor dari cina harus menyertakan label bebas dari
penyakit pebrine dari negera asal. Telur F1 produksi perum perhutani satuannya boks dengan
perbutirnya berjumlah 25.000 sedangkan telur F1 Cina satuannya shet karena diletakkan di atas
kertas dengan perkiraan jumlah telur ulat sutera 35.000 – 40.000 butir/Shet.
A.   TEACHING FARM IPB
       Didirikan pada tahun 2004, Teaching farm menjadi sarana praktikum dan penelitian bagi
     mahasiwa dan staf, dan juga pelatihan bagi petani dan pengusaha yang tertarik dengan
     budidaya murbei dan ulat sutera serta teknologi pemintalan benang sutera. Teaching Farm
     Sutera Alam memiliki demplot murbei seluas 4 ha, rumah ulat kecil 1 unit, rumah ulat
     besar 1 unit, saung pelatihan, mess dan peralatan praktikum. Kegiatan yang dilakukan di
     Teaching Farm Sutera Alam adalah pengolahan lahan dan budidaya murbei (penanaman,
     pemupukan, penyiangan dan panen daun), serta budidaya ulat sutera yang meliputi :
     persiapan alat, pembersihan dan desinfeksi ruangan dan alat, pemberian makan ulat pada
     tiap instar, mengatur suhu dan kelembaban ruangan, desinfeksi waktu pemeliharan ulat,
     mengatur pengokonan, memanen dan menyortir kokon. Penanggung jawab Teaching Farm
     adalah Dr Clara Koesharto dari IPB.
       Pada tahun 2012, kegiatan pemeliharaan ulat sutera telah dilaksanakan sebanyak 4 kali
     (Hal.6).Sumber telur bervariasi mulai dari Perum Perhutani sampai telur F1 cina.berikut ini
     di perbandingan ketiga jenis telur tersebut selama tahun 2012, berdasarkan data yang
     diperoleh di teaching Farm




                                                                                              8
1. Bibit Perhutani Soppeng
    Bibit perhutani Soppeng dipelihara pada Oktober 2012 dengan produksi sekitar 60 Kg
    dengan umur ulat sutera sekitar 23 Hari. Sebenarnya pengelola Teaching Farm lebih
    condong ke telur Ulat Sutera F1 Soppeng dibandingkan dengan Candiroto karena
    menurut mereka disamping jumlah telurnya lebih banyak, ukuran kokonnya lebih besar
    sehingga secara langsung berpengaruh terhadap Produksi yang dihasilkan. Namun,
    telurF1Perhutani Soppeng yang bermasalah pada tahun 2011 membuat mereka pada
    awal tahun 2012, berpaling ke Candiroto.
2. Bibit PPUS Candiroto
   Meskipun sama – sama dikelola oleh Perhutani, namun jenis telur yang dikembangkan
   oleh PPUS Candiroto berbeda dengan Soppeng. Mereka mengembangkan bibit jenis
   C301 dan BS 102.Khusus untuk jenis C301 yang dipelihara, memeliki tingkat adaptasi
   yang tinggi terhadap kondisi lingkungan termasuk rendahnya mortalitas karena
   penyakit. Namun umur ulat yang pendek, (Umumnya berbeda 1                - 2 Hari bila
   dibandingkan dengan Bibit F1 Soppeng) membuat kokon yang dihasilkan lebih kecil
   sehingga produktivitas maupun rendemen benang yang dihasilkan lebih rendah bila
   dikomparasikan dengan Telur Ulat sutera F1 Soppeng. Rata – rata produksi kokon yang
   dihasilkan setiap pemeliharaan bibit dari PPUS Candiroto adalah 25 Kg.
3. Telur F1 Impor Cina
   Pemeliharaan Telur F1 Cina dilakukan pada bulan juli sebanyak 1 boks namun hanya
   menghasilkan 15 Kg Kokon. Rendahnya produksi kokon disebabkan penetasan yang
   tidak seragam bahkan sampai 4 kali. Namun, kita tidak bisa membuat kesimpulan bahwa
   Telur F1 Cina kurang bagus karena di waktu bersamaan di Sulawesi Selatan terjadi
   peristiwa yang sama di mana di peroleh kurang lebih 60 boks di kabupaten Enrekang
   telur Cina tidak menetas/Prosentase penetasan kurang. Berdasarkan informasi dari
   pihak pengada, kesalahan terjadi pada pihak pengekspor (Cina) sehingga pihak produsen
   cina waktu itu mengganti telur petani sutera di Kab.Enrekang untuk periode




                                                                                       9
pemeliharaan berikutnya.Dalam keadaan normal, telur F1 Impor cina bisa menghasilkan
       35 – 40 Kg kokon.


B.   RUMAH SUTERA (CV BATUGEDE)
              CV.Batu Gede Sutera Alam (CV.BGSA) merupakan industri perorangan yang
     bergerak dalam industri persuteraan alam dan lebih berorientasi pada kegiatan
     agrowisata.CV.Batu Gede Sutera Alam berdiri sejak tahun 2000. Tujuan pertama industri ini
     didirikan adalah untuk kebun percontohan di daerah Bogor yang bekerja sama dengan IPB.
     Satu tahun didirikannya industri ini (tahun 2001) yaitu pada bulan Oktober dilakukan
     persiapan lahan untuk penanaman tanaman murbei, sedangkan penanamannya dilakukan
     pada bulan November dan Desember. Pada tahun 2002 telah diadakannya pemeliharaan
     tanaman murbei,ditambah dengan pemeliharaan ulat besar untuk produksi kokon. Hasil
     panen    kokon    dijual   untuk   PT.   Indo   Jado    Sutera   Pratama     di   daerah
     Sukabumisebagaibahanbakupemintalanbenang. Namun pada tahun 2003 tepatnya bulan
     Agustus PT. Indo Jado Sutera Pratama mengalami kebangkrutan sehingga CV. Batu Gede
     Sutera Alam tidak dapat mengirim kembali hasil panen. Yang pada akhirnya hasil produksi
     kokon diproses secara sendiri untuk dijadikan benang sutera. Untuk melaksanakan
     kegiatan pemintalan maka pada tahun 2005 dibangun pabrik pemintalan dan pembelian
     mesin-mesin pemintalan benang. Sekitar tahun 2006 usaha ini kemudian berubah menjadi
     Agrowisata (Rumah Sutera), orientasi usaha pun beralih dari produksi menjadi wisata
     dengan memperkenalkan proses – proses usaha persuteraan alam secara umum kepada
     khalayak ramai dengan tetap mempertahankan aspek komersialisasi. Untuk menikmati
     agrowisata sutera tentunya tidak gratis karena pengunjung harus membayar paket masuk
     yang disediakan oleh pengelola.Telur yang diperoleh dari produsen kemudian ditetaskan
     setelah melalui proses inkubasi, ulat sutera di pelihara di RUK (Rumah ulat kecil) dan
     selanjutnya di pindahkan ke RUB (rumah ulat besar). Ketika ulat sutera telah menunjukkan
     gejala akan mengokon, maka segera dipindahkan keruangan pengokonan. Proses
     kemudian berlanjut ke pemintalan sampai pembuatan kain. Proses – proses inilah yang
     coba ditampilkan pengelola rumah sutera kepada pengunjung.


                                                                                           10
Berdasarkan data yang diperoleh, sumber telur F1 untuk tahun 2011 berasal dari
PPUS Candiroto, Perum Perhutani Soppeng dan Bibit Adaptasi dari Balai Persuteraan Alam.
Total jumlah penyerapan telur sebelum tim BPA ke rumah sutera sejumlah 27 boks dengan
perincian telur F1 PPUS candiroto 23 Boks, telur F1 Soppeng 2 Boks dan Telur Adaptasi dari
BPA 2 Boks. Tidak jauh berbeda dengan teaching farm, sebenarnya pengelola lebih tertarik
dengan telur F1 Soppeng karena kokon yang dihasilkan lebih besar sehingga berpengaruh
terhadap produksi yang dihasilkan namun kondisi telur F1 Soppeng pada tahun 2011 dan
awal tahun 2012 yang rentang terhadap penyakit sehingga produksinya membuat
pengelola berpaling ke PPUS Candiroto.      Setelah kondisi telur F1 Soppeng membaik,
pengelola kembali mendatangkan telur dari sana untuk dipelihara.




                                                                                       11
V.       KESIMPULAN


1. Total jumlah penyerapan telur di Kab. Bogor sebelum SPT Pelaksanaan kegiatan ini
   adalah 35 Boks.
2. Sumber bibit berasal dari produsen legal yang telah disertifikasi oleh BPA yakni PPUS
   Candiroto, KBM Perhutani Kab. Soppeng maupun dari pihak swasta yang telah
   memperoleh izin untuk mengimpor telur dari cina yakni CV Masalangka.




                                                                                      12

More Related Content

Viewers also liked

Creating Clarity
Creating ClarityCreating Clarity
Creating Clarityskylerdan
 
Laporan sertifikasi
Laporan sertifikasiLaporan sertifikasi
Laporan sertifikasiAskar Sohoku
 
Prediksi soal uan sma ipa 2009 bahasa inggris
Prediksi soal uan sma ipa 2009   bahasa inggrisPrediksi soal uan sma ipa 2009   bahasa inggris
Prediksi soal uan sma ipa 2009 bahasa inggrisarief11
 
The Anatomy of an Asynchronous Course
The Anatomy of an Asynchronous CourseThe Anatomy of an Asynchronous Course
The Anatomy of an Asynchronous CourseAmy Jauman
 
Strategic Info Design - G5 - WithScotland
Strategic Info Design - G5 - WithScotlandStrategic Info Design - G5 - WithScotland
Strategic Info Design - G5 - WithScotlandskylerdan
 
Mba612 chapter 1
Mba612 chapter 1Mba612 chapter 1
Mba612 chapter 1Amy Jauman
 
Laporan kbm takalar
Laporan kbm takalarLaporan kbm takalar
Laporan kbm takalarAskar Sohoku
 
Ios development
Ios developmentIos development
Ios developmentelnaqah
 
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Askar Sohoku
 
Opengl presentation
Opengl presentationOpengl presentation
Opengl presentationelnaqah
 
Using Voice to Communicate
Using Voice to CommunicateUsing Voice to Communicate
Using Voice to CommunicateAleezah Alunan
 

Viewers also liked (12)

Creating Clarity
Creating ClarityCreating Clarity
Creating Clarity
 
Tec model
Tec modelTec model
Tec model
 
Laporan sertifikasi
Laporan sertifikasiLaporan sertifikasi
Laporan sertifikasi
 
Prediksi soal uan sma ipa 2009 bahasa inggris
Prediksi soal uan sma ipa 2009   bahasa inggrisPrediksi soal uan sma ipa 2009   bahasa inggris
Prediksi soal uan sma ipa 2009 bahasa inggris
 
The Anatomy of an Asynchronous Course
The Anatomy of an Asynchronous CourseThe Anatomy of an Asynchronous Course
The Anatomy of an Asynchronous Course
 
Strategic Info Design - G5 - WithScotland
Strategic Info Design - G5 - WithScotlandStrategic Info Design - G5 - WithScotland
Strategic Info Design - G5 - WithScotland
 
Mba612 chapter 1
Mba612 chapter 1Mba612 chapter 1
Mba612 chapter 1
 
Laporan kbm takalar
Laporan kbm takalarLaporan kbm takalar
Laporan kbm takalar
 
Ios development
Ios developmentIos development
Ios development
 
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
 
Opengl presentation
Opengl presentationOpengl presentation
Opengl presentation
 
Using Voice to Communicate
Using Voice to CommunicateUsing Voice to Communicate
Using Voice to Communicate
 

Similar to Laporan pengawasan produksi bogor 2012

Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docxPengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docxPutri Azzara Arjani
 
Profil Lembaga Periset - LPPM IPB
Profil Lembaga Periset - LPPM IPBProfil Lembaga Periset - LPPM IPB
Profil Lembaga Periset - LPPM IPBLPPM IPB
 
Teknis budidaya dengan jajar legowo.pdf
Teknis budidaya dengan jajar legowo.pdfTeknis budidaya dengan jajar legowo.pdf
Teknis budidaya dengan jajar legowo.pdfdonaldsiltoru
 
Proposal usaha Pembesaran bibit ikan lele unggul
Proposal usaha Pembesaran bibit ikan lele unggulProposal usaha Pembesaran bibit ikan lele unggul
Proposal usaha Pembesaran bibit ikan lele unggulBung HaFied
 
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK  PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK  PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...CRABERS
 
Contoh surat permohonan obat
Contoh surat permohonan obatContoh surat permohonan obat
Contoh surat permohonan obatEdi Purwanto
 
Wisata edukasi puslit
Wisata edukasi puslitWisata edukasi puslit
Wisata edukasi puslitGis Puslit
 
Selayang pandang bpa 2010
Selayang pandang bpa 2010Selayang pandang bpa 2010
Selayang pandang bpa 2010BPA_ADMIN
 
Laporan pemeliharaan benih jati di kabupaten muna
Laporan pemeliharaan benih jati di kabupaten munaLaporan pemeliharaan benih jati di kabupaten muna
Laporan pemeliharaan benih jati di kabupaten munaOperator Warnet Vast Raha
 
TEKNIK PEMBESARAN UDANG - ANDRE.pptx
TEKNIK PEMBESARAN UDANG - ANDRE.pptxTEKNIK PEMBESARAN UDANG - ANDRE.pptx
TEKNIK PEMBESARAN UDANG - ANDRE.pptxNenaSutono
 
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustriKinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustriIAARD/Bogor, Indonesia
 
Tugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebuTugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebuIkha Linzaykarisma
 
Infrastruktur kelembagaan fgd serasi (yuti)
Infrastruktur kelembagaan   fgd serasi (yuti)Infrastruktur kelembagaan   fgd serasi (yuti)
Infrastruktur kelembagaan fgd serasi (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONS...
TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN  SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONS...TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN  SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONS...
TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONS...SMPN 4 Kerinci
 
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...MeltaRiniFahmi
 
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telurPutra putra
 

Similar to Laporan pengawasan produksi bogor 2012 (20)

Bet
BetBet
Bet
 
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docxPengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
 
Profil Lembaga Periset - LPPM IPB
Profil Lembaga Periset - LPPM IPBProfil Lembaga Periset - LPPM IPB
Profil Lembaga Periset - LPPM IPB
 
Teknis budidaya dengan jajar legowo.pdf
Teknis budidaya dengan jajar legowo.pdfTeknis budidaya dengan jajar legowo.pdf
Teknis budidaya dengan jajar legowo.pdf
 
Ulat hongkong
Ulat hongkongUlat hongkong
Ulat hongkong
 
Internship Report
Internship ReportInternship Report
Internship Report
 
Proposal usaha Pembesaran bibit ikan lele unggul
Proposal usaha Pembesaran bibit ikan lele unggulProposal usaha Pembesaran bibit ikan lele unggul
Proposal usaha Pembesaran bibit ikan lele unggul
 
Laporan Prakerin Kacang Panjang "Vigna sinensis" SMKN 2 Mimika
Laporan Prakerin Kacang Panjang "Vigna sinensis" SMKN 2 Mimika Laporan Prakerin Kacang Panjang "Vigna sinensis" SMKN 2 Mimika
Laporan Prakerin Kacang Panjang "Vigna sinensis" SMKN 2 Mimika
 
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK  PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK  PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...
 
Contoh surat permohonan obat
Contoh surat permohonan obatContoh surat permohonan obat
Contoh surat permohonan obat
 
Wisata edukasi puslit
Wisata edukasi puslitWisata edukasi puslit
Wisata edukasi puslit
 
Selayang pandang bpa 2010
Selayang pandang bpa 2010Selayang pandang bpa 2010
Selayang pandang bpa 2010
 
Laporan pemeliharaan benih jati di kabupaten muna
Laporan pemeliharaan benih jati di kabupaten munaLaporan pemeliharaan benih jati di kabupaten muna
Laporan pemeliharaan benih jati di kabupaten muna
 
TEKNIK PEMBESARAN UDANG - ANDRE.pptx
TEKNIK PEMBESARAN UDANG - ANDRE.pptxTEKNIK PEMBESARAN UDANG - ANDRE.pptx
TEKNIK PEMBESARAN UDANG - ANDRE.pptx
 
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustriKinerja model pengembangan pertanian bioindustri
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustri
 
Tugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebuTugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebu
 
Infrastruktur kelembagaan fgd serasi (yuti)
Infrastruktur kelembagaan   fgd serasi (yuti)Infrastruktur kelembagaan   fgd serasi (yuti)
Infrastruktur kelembagaan fgd serasi (yuti)
 
TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONS...
TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN  SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONS...TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN  SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONS...
TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONS...
 
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
 
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur
 

Laporan pengawasan produksi bogor 2012

  • 1. I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegiatan persuteraan alam merupakan kegiatan Agrokompleks yang berkembang di Indonesia sejak tahun 1950-an. Kegiatan ini meliputi budidaya murbei dan pemeliharaan ulat sutera di sektor hulu serta pengolahan pasca panen yakni benang sebagai produk akhir pada sector hilir. Tahapan pengerjaannya yang relatife mudah serta melibatkan anggota keluarga membuat usaha ini berkembang pesat pada saat itu dan memunculkan propinsi Sulawesi selatan dan Jawa Barat sebagai sentra utama persuteraan alam di Indonesia. Di samping masalah sosial, kondisi biofosok serta agroklimat di kedua wilayah tersebut mendorong persuteraan alam tumbuh dan berkembang. Awalnya, kegiatan persuteraan alam dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat melalui pengetahuan dan teknologi yang sederhana. Telur ulat sutera di peroleh dengan memproduksi sendiri bibit ulat sutera lokal seperti Lokal kuning (LK). Karena bibit tersebut sifatnya multivoltine (dapat menetas sepanjang tahun) maka petani bisa menyesuaikan timing produksi telur dengan jadwal pemeliharaan.Sebagai pakan ulat sutera, petani menggunakan bibit murbei lokal seperti M.Lembang di jawa barat serta M. Nigra dan M. Alba di Sulawesi selatan. Pada fase 1950 -1960 ini, kegiatan persuteraan alam berkembang pesat bahkan tidak sedikitpraktisi persuteraan alamberanggapan bahwa fase tersebut merupakan kejayaan sutera alam di Indonesia. Namun, memasuki awal dan pertengahan 1970-an terjadi serangan pebrine massal di beberapa sentra persuteraan alam di propinsi Sulawesi selatan seperti Soppeng, Wajo serta Enrekang. Penggunaan bibit lokal termasuk proses produksinya di tengarai sebagai pemicu munculnya penyakit Pebrine.Sejak saat itu, produksi kokon di Indonesia khususnya di Sulawesi selatan mengalami penurunan. Memasuki akhir 70-an serta tahun 80-an, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kehutanan sudah mulai terlibat dalam kegiatan persuteraan alam melalui kerjasama 1
  • 2. dengan Jepang. Untuk menghindari terulangnya munculnya penyakit pebrine secara massal, maka pemerintah mulai memperkenalkan bibit Bivoltine yang berasal dari Jepang yang lebih tahan terhadap penyakit di banding dengan bibit lokal.Tidak lama berselang, Balai Persuteraan Alam yang merupakan kepanjangan tangan dari kementerian kehutanan memperkenalkan bibit ulat sutera F1 yang diproduksi sendiri dan disebarkan kepada masyarakat. Namun sejak dikeluarkannya Instruksi Menteri Kehutanan No. 02/Menhut-II/1986, Kewenangan produksi telur ulat sutera F1 di serahkan ke pihak BUMN/swasta sedangkan Balai Persuteraan alam sampai sekarang melakukan sertifikasi terhadap telur siap edar dari produsen untuk memastikan agar telur ulat sutera F1 tersebut bebas penyakit serta memonitor peredaran telur ulat sutera F1 di kalangan petani dan pengusaha. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah peredaran telur ulat sutera F1 di propinsi Jawa Barat.Berdasarkan data Statistik Balai Persuteraan Alam tahun 2010, penyerapan telur di wilayah bogor mencapai 44 Boks. Kondisi geografis serta agroklimaks beberapa wilayah di kabupaten bogor seperti Ciapus, puncak memang sesuai untuk pengembangan persuteraan alam. Untuk memastikan agar peredaran telur di Bogor merupakan telur yang berasal dari produsen yang sebelumnya telah disertifikasi oleh Balai Persuteraan Alam, maka perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan termasuk pembinaan pengadaan telur ulat sutera F1. B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud kegiatan pengawasan dan pembinaan pengadaan dan pengedaran telur ulat sutera adalah memastikan telur yang beredar di kalangan petani dan pengusaha di kota bogor merupakan telur ulat sutera yang bersertifikat dan dari produsen yang telah direkomendasikan sedangkan tujuannya adalah termonitornya jumlah telur ulat sutera F1 pada petani serta permasalahan – permasalah terkait dengan telur ulat sutera F1. 2
  • 3. C. DASAR PELAKSANAAN KEGIATAN Dasar pelaksanaan kegiatan ini adalah : 1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) BA 29 Satker Balai Persuteraan Alam tahun 2012 Nomor : 0339/029-04.2.01/23/2012 tanggal 9 desember 2012 2. SPT Kepala Balai Persuteraan Alam No. 174/BPA-1/2012 tanggal November 2012 mengenai pelaksanaan Perjalanan Dians dalam rangka Pengawasan dan Pembinaan Pengadaan dan Pengedaran Telur Ulat Sutera F1 3
  • 4. II. PELAKSANAAN DAN METODOLOGI A. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 hari yakni pada tanggal 26 – 29 November 2012. Tempat yang dikunjungi untuk melaksanakan kegiatan yakni : 1. Rumah sutera di Ciapus 2. Teaching farm Institut Pertanian Bogor di tamansari Bogor. B. PELAKSANA KEGIATAN Pelaksana kegiatan ini berdasarkan SPT Kepala Balai Persuteraan Alam No. 174/BPA- 1/2012 adalah : 1. Nama /NIP : Askar, S.Hut/19840201 200912 1 005 Jabatan : Calon PEH Jabatan dalam Tim : Ketua Tim 2. Nama/NIP : Ety P. Jabatan : Tenaga Honorer Jabatan dalam Tim : Anggota 3. Nama/NIP : Irmawati, SP Jabatan : Tenaga Honorer Jabatan dalam Tim : Anggota C. METODOLOGI Metodologi pelaksanaan kegiatan ini adalah : 1. Mendatangi lokasi yang tercantum pada butir A pada Bab ini 2. Mengumpulkan data penyerapan telur ulat sutera F1 terhitung mulai awal tahun 2012 sampai kunjungan tim ke lokasi yang bersangkutan. 4
  • 5. 3. Mengidentifikasi sumber bibit ulat sutera F1, termasuk memeriksa keberadaan label bibit bersertifikat pada kemasan yang masih ada. 4. Mengamati tujuan serta peruntukan bibit ulat F1 5. Menghimpun masalah yang berhubungan dengan telur ulat sutera F1 pada tahun 2012 dengan wawancara tidak terstruktur dengan petani/pengusaha di kedua lokasi tersebut. 6. Mendokumentasikan kegiatan 7. Pelaporan. 5
  • 6. III. HASIL PELAKSANAAN A. TEACHING FARM IPB Data yang di peroleh dari Teaching farm di Bogor adalah sebagai berikut : No Sumber Jumlah (Boks) Pelaksanaan Pemeliharaan Hasil (Kg) 1 PPUS Candiroto 3 Maret - April 75 2 Cina 1 Juli 15 3 PPUS Candiroto 2 Juli - Agustus 50 4 Perhutani Soppeng 2 Oktober 60 B. RUMAH SUTERA CIAPUS Data yang di peroleh dari Rumah Sutera di Bogor adalah sebagai berikut : No Sumber Jumlah (Boks) Hakitate 1 PPUS Candiroto 1 08/01/12 2 PPUS Candiroto 3 21/01/12 3 PPUS Candiroto 1 06/02/12 4 PPUS Candiroto 3 21/02/12 5 PPUS Candiroto 1 06/03/12 6 PPUS Candiroto 1 21/03/12 7 PPUS Candiroto 1 06/04/12 8 PPUS Candiroto 1 22/04/12 9 PPUS Candiroto 1 06/05/12 10 PPUS Candiroto 1 21/05/12 11 PPUS Candiroto 2 06/05/12 12 PPUS Candiroto 1 21/06/12 13 PPUS Candiroto 1 06/07/12 14 PPUS Candiroto 1 16/07/12 6
  • 7. 15 PPUS Candiroto 2 24/08/12 16 Perum Soppeng 1 09/09/12 17 PPUS Candiroto 1 26/09/12 18 Perum Soppeng 1 11/10/12 19 BPA 2 17/10/12 20 Perum Soppeng 1 11/11/12 7
  • 8. IV. PEMBAHASAN Telur ulat sutera F1 di hasilkan dari persilangan induk/ras yang unggul. Sejak tahun 2011, Pengada telur di Indonesia berjumlah tiga unit yakni Perum perhutani melalui PPUS Candiroto serta KBM Perhutani Soppeng serta CV Masalangka yang memperoleh izin untuk mengimpor telur cina. Untuk menjamin kesehatan bibit maka Bibit yang diproduksi oleh Perum Perhutani disertifikasi oleh BPA sedangkan telur F1 impor dari cina harus menyertakan label bebas dari penyakit pebrine dari negera asal. Telur F1 produksi perum perhutani satuannya boks dengan perbutirnya berjumlah 25.000 sedangkan telur F1 Cina satuannya shet karena diletakkan di atas kertas dengan perkiraan jumlah telur ulat sutera 35.000 – 40.000 butir/Shet. A. TEACHING FARM IPB Didirikan pada tahun 2004, Teaching farm menjadi sarana praktikum dan penelitian bagi mahasiwa dan staf, dan juga pelatihan bagi petani dan pengusaha yang tertarik dengan budidaya murbei dan ulat sutera serta teknologi pemintalan benang sutera. Teaching Farm Sutera Alam memiliki demplot murbei seluas 4 ha, rumah ulat kecil 1 unit, rumah ulat besar 1 unit, saung pelatihan, mess dan peralatan praktikum. Kegiatan yang dilakukan di Teaching Farm Sutera Alam adalah pengolahan lahan dan budidaya murbei (penanaman, pemupukan, penyiangan dan panen daun), serta budidaya ulat sutera yang meliputi : persiapan alat, pembersihan dan desinfeksi ruangan dan alat, pemberian makan ulat pada tiap instar, mengatur suhu dan kelembaban ruangan, desinfeksi waktu pemeliharan ulat, mengatur pengokonan, memanen dan menyortir kokon. Penanggung jawab Teaching Farm adalah Dr Clara Koesharto dari IPB. Pada tahun 2012, kegiatan pemeliharaan ulat sutera telah dilaksanakan sebanyak 4 kali (Hal.6).Sumber telur bervariasi mulai dari Perum Perhutani sampai telur F1 cina.berikut ini di perbandingan ketiga jenis telur tersebut selama tahun 2012, berdasarkan data yang diperoleh di teaching Farm 8
  • 9. 1. Bibit Perhutani Soppeng Bibit perhutani Soppeng dipelihara pada Oktober 2012 dengan produksi sekitar 60 Kg dengan umur ulat sutera sekitar 23 Hari. Sebenarnya pengelola Teaching Farm lebih condong ke telur Ulat Sutera F1 Soppeng dibandingkan dengan Candiroto karena menurut mereka disamping jumlah telurnya lebih banyak, ukuran kokonnya lebih besar sehingga secara langsung berpengaruh terhadap Produksi yang dihasilkan. Namun, telurF1Perhutani Soppeng yang bermasalah pada tahun 2011 membuat mereka pada awal tahun 2012, berpaling ke Candiroto. 2. Bibit PPUS Candiroto Meskipun sama – sama dikelola oleh Perhutani, namun jenis telur yang dikembangkan oleh PPUS Candiroto berbeda dengan Soppeng. Mereka mengembangkan bibit jenis C301 dan BS 102.Khusus untuk jenis C301 yang dipelihara, memeliki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan termasuk rendahnya mortalitas karena penyakit. Namun umur ulat yang pendek, (Umumnya berbeda 1 - 2 Hari bila dibandingkan dengan Bibit F1 Soppeng) membuat kokon yang dihasilkan lebih kecil sehingga produktivitas maupun rendemen benang yang dihasilkan lebih rendah bila dikomparasikan dengan Telur Ulat sutera F1 Soppeng. Rata – rata produksi kokon yang dihasilkan setiap pemeliharaan bibit dari PPUS Candiroto adalah 25 Kg. 3. Telur F1 Impor Cina Pemeliharaan Telur F1 Cina dilakukan pada bulan juli sebanyak 1 boks namun hanya menghasilkan 15 Kg Kokon. Rendahnya produksi kokon disebabkan penetasan yang tidak seragam bahkan sampai 4 kali. Namun, kita tidak bisa membuat kesimpulan bahwa Telur F1 Cina kurang bagus karena di waktu bersamaan di Sulawesi Selatan terjadi peristiwa yang sama di mana di peroleh kurang lebih 60 boks di kabupaten Enrekang telur Cina tidak menetas/Prosentase penetasan kurang. Berdasarkan informasi dari pihak pengada, kesalahan terjadi pada pihak pengekspor (Cina) sehingga pihak produsen cina waktu itu mengganti telur petani sutera di Kab.Enrekang untuk periode 9
  • 10. pemeliharaan berikutnya.Dalam keadaan normal, telur F1 Impor cina bisa menghasilkan 35 – 40 Kg kokon. B. RUMAH SUTERA (CV BATUGEDE) CV.Batu Gede Sutera Alam (CV.BGSA) merupakan industri perorangan yang bergerak dalam industri persuteraan alam dan lebih berorientasi pada kegiatan agrowisata.CV.Batu Gede Sutera Alam berdiri sejak tahun 2000. Tujuan pertama industri ini didirikan adalah untuk kebun percontohan di daerah Bogor yang bekerja sama dengan IPB. Satu tahun didirikannya industri ini (tahun 2001) yaitu pada bulan Oktober dilakukan persiapan lahan untuk penanaman tanaman murbei, sedangkan penanamannya dilakukan pada bulan November dan Desember. Pada tahun 2002 telah diadakannya pemeliharaan tanaman murbei,ditambah dengan pemeliharaan ulat besar untuk produksi kokon. Hasil panen kokon dijual untuk PT. Indo Jado Sutera Pratama di daerah Sukabumisebagaibahanbakupemintalanbenang. Namun pada tahun 2003 tepatnya bulan Agustus PT. Indo Jado Sutera Pratama mengalami kebangkrutan sehingga CV. Batu Gede Sutera Alam tidak dapat mengirim kembali hasil panen. Yang pada akhirnya hasil produksi kokon diproses secara sendiri untuk dijadikan benang sutera. Untuk melaksanakan kegiatan pemintalan maka pada tahun 2005 dibangun pabrik pemintalan dan pembelian mesin-mesin pemintalan benang. Sekitar tahun 2006 usaha ini kemudian berubah menjadi Agrowisata (Rumah Sutera), orientasi usaha pun beralih dari produksi menjadi wisata dengan memperkenalkan proses – proses usaha persuteraan alam secara umum kepada khalayak ramai dengan tetap mempertahankan aspek komersialisasi. Untuk menikmati agrowisata sutera tentunya tidak gratis karena pengunjung harus membayar paket masuk yang disediakan oleh pengelola.Telur yang diperoleh dari produsen kemudian ditetaskan setelah melalui proses inkubasi, ulat sutera di pelihara di RUK (Rumah ulat kecil) dan selanjutnya di pindahkan ke RUB (rumah ulat besar). Ketika ulat sutera telah menunjukkan gejala akan mengokon, maka segera dipindahkan keruangan pengokonan. Proses kemudian berlanjut ke pemintalan sampai pembuatan kain. Proses – proses inilah yang coba ditampilkan pengelola rumah sutera kepada pengunjung. 10
  • 11. Berdasarkan data yang diperoleh, sumber telur F1 untuk tahun 2011 berasal dari PPUS Candiroto, Perum Perhutani Soppeng dan Bibit Adaptasi dari Balai Persuteraan Alam. Total jumlah penyerapan telur sebelum tim BPA ke rumah sutera sejumlah 27 boks dengan perincian telur F1 PPUS candiroto 23 Boks, telur F1 Soppeng 2 Boks dan Telur Adaptasi dari BPA 2 Boks. Tidak jauh berbeda dengan teaching farm, sebenarnya pengelola lebih tertarik dengan telur F1 Soppeng karena kokon yang dihasilkan lebih besar sehingga berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan namun kondisi telur F1 Soppeng pada tahun 2011 dan awal tahun 2012 yang rentang terhadap penyakit sehingga produksinya membuat pengelola berpaling ke PPUS Candiroto. Setelah kondisi telur F1 Soppeng membaik, pengelola kembali mendatangkan telur dari sana untuk dipelihara. 11
  • 12. V. KESIMPULAN 1. Total jumlah penyerapan telur di Kab. Bogor sebelum SPT Pelaksanaan kegiatan ini adalah 35 Boks. 2. Sumber bibit berasal dari produsen legal yang telah disertifikasi oleh BPA yakni PPUS Candiroto, KBM Perhutani Kab. Soppeng maupun dari pihak swasta yang telah memperoleh izin untuk mengimpor telur dari cina yakni CV Masalangka. 12