SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
LAPORAN


  SERTIFIKASI TELUR ULAT SUTERA F1



TAHUN 2012




                        DISUSUN SESUAI
        DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) 029
                    BPA SULAWESI SELATAN
                          TAHUN 2012




  Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                       1
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

        Bibit ulat sutera adalah serangga yang berkualitas baik merupakan salah satu

  faktor bagi keberhasilan pemeliharaan ulat sutera. Untuk mendapatkan hasil produksi

  yang menguntungkan diperlukan jenis bibit ulat sutera yang baik dengan jumlah yang

  cukup serta bebas dari penyakit utama yaitu pebrine. Bibit ulat sutera F1 merupakan

  hasil persilangan dari 2 jenis induk ulat sutera yang berbeda yang nantinya

  menghasilkan kualitas dan kuantitas yang lebih baik dari kedua induknya, misalnya

  dari segi umur lebih pendek, pertumbuhan ulat yang lebih baik, mortalitas rendah,

  tahan terhadap suatu penyakit, dan menghasilkan kokon yang berkualitas baik.

  Rendahnya produksi kokon di Sulawesi Selatan pada tahun-tahun sebelumnya antara

  lain disebabkan oleh penyakit. Penyakit ulat sutera yang sering muncul pada setiap

  periode pemeliharaan adalah penyakit cendawan, penyakit virus, dan penyakit

  pebrine.

        Penyakit pebrine merupakan salah satu jenis penyakit ulat sutera yang

  berbahaya karena dapat menyerang ulat sutera pada semua tingkatan mulai dari
    Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                    2
telur, larva, pupua, dan kupu-kupu, serta penyebarannya cepat dan tidak mengenal

  musim. Penularan penyakit pebrine pada ulat sutera dapat terjadi melalui mulut, luka,

  dan penularan melalui indung telur. Patogen penyakit dapat hidup dalam telur yang

  akan diturunkan pada generasi selanjutnya. Salah satu cara yang dianggap efektif

  untuk     mencegah    berkembangnya     penyakit   pebrine   adalah   dengan    teknik

  pemeriksaan terhadap kupu-kupu betina, hal ini untuk mengetahui adanya spora

  penyakit pebrine. Pemeriksaan dilakukan secara teliti agar diperoleh telur ulat sutera

  yang bebas dari penyakit pebrine yang selanjutnya diberi label sertifikat sebelum

  disalurkan kepada konsumen atau kepada petani pemelihara ulat sutera.

          Kegiatan sertifikasi ulat sutera adalah rangkaian kegiatan pengawasan dalam

  proses produksi pada produsen telur yang akan member jaminan bahwa telur ulat

  sutera yang akan diproduksi bebas dari penyakit pebrine dan berkualitas baik.

  Pelaksanaan sertifikasi telur ulat sutera yang dilaksanakan oleh Balai Persuteraan

  Alam pada setiap periode produksi telur ulat sutera pada produsen telur F1

  berdasarkan permohonan.




B. Maksud dan Tujuan

          Maksud dan tujuan dari pelaksanaan sertifikasi telur ulat sutera adalah untuk

  mendapatkan telur ulat sutera F1 yang bebas dari penyakit pebrine dan diharapkan

  dapat memberikan hasil produksi kokon dalam jumlah dan mutu yang baik.

  Sedangkan tujuannya adalah sebagai bahan evaluasi dan koreksi untuk memperbaiki

  proses produksi telur yang dilaksanakan oleh produsen telur agar mutu produksinya


    Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                      3
dapat ditingkatkan, serta sebagai media percontohan kepada petani dalam

  melaksanakan pemeliharaan ulat sutera yang baik dan benar.




C. Sasaran

       Sasaran utama dari sertifikasi telur ulat sutera F1 adalah terhadap telur ulat

  sutera yang diproduksi oleh produsen telur KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur dan

  Pusat Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) Candiroto Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

  Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah.




D. Dasar Pelaksanaan

       Dasar pelaksanaan kegiatan sertifikasi dan pengujian hasil sertifikasi adalah :

       1. SK Menteri Kehutanan umum nomor : 097/Kpts-11/1984 tanggal 12 Mei 1984

             tentang organisasi dan tata kerja Balai Persuteraan Alam.

       2. Instruksi Menteri Kehutanan nomor : 02/Menhut-11/1986 tanggal 3 Januari

             1986 mengenai crash program penanganan persuteraan alam Sulawesi

             Selatan.

       3. SK Gubernur KDH tk I Provinsi Sulawesi Selatan nomor : 1180/X/1992

             tanggal 14 Oktober 1992 tentang pelaksanaan sertifikasi telur ulat sutera di

             provinsi daerah tingkat I Sulawesi Selatan.

       4. SK Menhut Nomor : 664/Kpts-II/2002 tanggal 7 Maret 2002

       5. Permenhut Nomor : P.56/Menhut-II/2007 tanggal 7 Desember 2007

       6. Daftar Isian Pengguna Anggaran (DIPA) nomor : 0339/029-04.2.01/23/2012

             tanggal 9 Desember 2011.


    Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                         4
E. Istilah

      1. Sertifikasi telur ulat sutera adalah suatu rangkaian kegiatan dalam proses

             pengawasan produksi telur ulat sutera yang diproduksi oleh produsen telur ulat

             sutera untuk memberi jaminan bahwa telur ulat sutera yang disalurkan kepada

             konsumen adalah bebas penyakit terutama penyakit pebrine.

      2. Pengujian hasil ulat sutera adalah rangkaian dari kegiatan sertifikasi telur

             untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut dari telur ulat sutera yang

             dipelihara dan dapat dijadikan sebagai pembanding terhadap bibit yang

             disalurkan kepada konsumen.

      3. Bibit Induk Ulat Sutera adalah induk murni (grand parent) dari suatu jenis

             ulat sutera yang digunakan dalam persilangan untuk menghasilkan telur F1.

      4. Penyakit pebrine adalah suatu penyakit ulat sutera yang cukup berbahaya

             dan dapat menyerang pada semua tingkatan yang disebabkan oleh protozoa

             jenis Nosema bombycis.

      5. Telur F1 adalah telur ulat sutera yang diperoleh dari hasil persilangan bibit

             induk yang berbeda jenis.

      6.     Hakitate adalah proses awal pemeliharaan ulat sutera yang ditandai dengan

             desinfeksi tubuh ulat sutera dan pemberian makan pertama pada ulat sutera.


     Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                          5
7. Instar adalah tingkat pertumbuhan pada stadia larva yang dibedakan menurut

   umur, ukuran dan bentuk.

8. Stadia adalah tingkat pertumbuhan dari siklus hidup ulat sutera yang

   dibedakan atas dasar perubahan bentuk.

9. Persentase penetasan telur adalah perbandingan antar jumlah telur yang

   menetas dengan jumlah telur sampel yang digunakan, dinyatakan dalam

   persen (%).

10. Persentase kulit kokon adalah perbandingan antara berat kulit kokon

   dengan berat kokon segar yang dinyatakan dalam persen (%).

11. Mortalitas ulat sutera adalah tingkat kematian ulat sutera yang dinyatakan

   dalam persen atau jumlah ulat yang mati dibagi jumlah ulat yang dipelihara

   dikali seratus persen.

12. Boks adalah satuan atau standar jumlah telur ulat sutera yang berisi 25.000

   butir (±11gram).

13. Petugas sertifikasi adalah petugas Balai Persuteraan Alam yang diserahi

   tugas dan tanggung jawab untuk melakukan sertifikasi telur ulat sutera pada

   produsen telur ulat sutera berdasarkan Surat Perintah Tugas (SPT) Kepala

   Balai Persuteraan Alam.

14. Balai Persuteraan Alam adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen BPDAS

   PS   Kementerian     Kehutanan   yang    diserahi   tugas   dan   fungsi   dalam

   pengembangan persuteraan alam.




Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                  6
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                     7
METODE PELAKSANAAN



A. Waktu dan Tempat

  1. Waktu

    Kegiatan sertifikasi pada tahun 2012 dilakukan sebanyak 6 (enam) kali di KPSA

    Soppeng yaitu bulan Februari, Maret, Mei, Juli, September, dan November.

    Sedangkan di PPUS Candiroto dilakukan sebanyak 4 (empat) kali yaitu bulan

    Februari, April, Juni, dan September.

  2. Tempat

    Kegiatan sertifikasi dilakukan di dua produsen telur F1 yaitu KPSA Soppeng Unit II

    Jawa Timur dan PPUS Candiroto Unit I Jawa Tengah.




B. Metode pelaksanaan

  Pelaksanaan        kegiatan sertifikasi pada tahun 2012 dilakukan dengan metode

  pemeriksaan secara menyeluruh ini dilaksanakan pada tahap kupu-kupu setelah

  meletakkan telur. Metode pemeriksaan secara menyeluruh dilaksanakan karena sejak

  tahun 2003 hingga tahun 2011 tingkat serangan penyakit pebrine pada ulat sutera

  masih cukup tinggi. Prosedur kerja sertifikasi telur ulat sutera F1 dilaksanakan dengan

  beberapa tahapan kegiatan, antara lain :


    Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                       8
1. Permohonan sertifikasi

   Sertifikasi telur ulat sutera F1 dapat dilakukan oleh petugas dari Balai

   Persuteraan Alam setelah produsen mengajukan permohonan sertifikasi kepada

   Kepala Balai Persuteraan Alam Sulawesi Selatan. Permohonan sertifikasi

   dilakukan sebagai berikut : Permohonan dilakukan oleh produsen telur F1 yang

   telah mendapat ijin dari Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan

   Sosial Departemen Kehutanan baik berupa BUMN, Swasta, maupun Koperasi.

   • Diajukan kepada Balai Persuteraan Alam dengan mengisi formulir yang telah

        ditetapkan.

   • Permohonan sertifikasi diajukan paling lambat satu minggu sebelum

        pelaksanaan sertifikasi.

   • Pada permohonan sertifikasi harus menyampaikan nama serta alamat yang

        jelas kepada Balai Persuteraan Alam.




2. Cara kerja sertifikasi

   Kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan sertifikasi telur ulat sutera F1

   adalah sebagai berikut :

    •    Pemeriksaan lapangan (tempat dan peralatan) dilaksanakan oleh petugas

         Balai Persuteraan Alam yang telah ditunjuk.

    •    Pemeriksaan dilaksanakan pada saat proses produksi telur atau setelah

         kupu-kupu betina telah meletakkan telur.




Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                               9
•   Pemeriksaan lapangan juga dilakukan pada sarana dan prasarana yang

       digunakan dalam proses produksi yang meliputi : penyimpanan telur,

       gudang penyimpanan alat pemeliharaan dan bahan kimia yang digunakan.

   •   Melakukan pemusnahan (eradikasi) terhadap telur yang mengandung spora

       Nosema bombycis dengan cara dibakar.




3. Laporan pemeriksaan

   •   Setelah pelaksanaan sertifikasi lapangan, laporan dibuat oleh petugas

       sertifikasi dengan mengisi formulir yang telah disediakan dan diketahui oleh

       pihak produsen telur :

   •   Apabila pemeriksaan dinyatakan tidak lulus      (ditolak), maka penolakan

       secara resmi segera dikeluarkan oleh Kepala Balai Persuteraan Alam.

   •   Hasil pemeriksaan lapangan yang dinyatakan aman untuk disalurkan,

       dilampiri dengan laporan pemeriksaan penyakit pebrine.

   •   Apabila point tersebut di atas telah dilaksanakan dan memenuhi

       persyaratan yang ditentukan maka Kepala Balai Persuteraan Alam akan

       mengeluarkan sertifikasi produksi telur F1.




Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                10
HASIL PELAKSANAAN



A. KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur

           Berdasarkan hasil sertifikasi telur ulat sutera F1 yang telah dilaksanakan oleh

  petugas Balai Persuteraan Alam terhadap produksi telur ulat sutera pada KPSA Perum

  Perhutani sebanyak 1487.32 boks atau kurang lebih 118,986 induk imago ulat sutera.

  Hasil sertifikasi telur ulat sutera F1 tahun 2012 pada KPSA Perum Perhutani dapat

  dilihat pada tabel 1.




Tabel 1.Data Produksi Telur F1 KPSA Perum Perhutani Soppeng Periode Januari –
           Desember 2012.

                                         KPSA SOPPENG
                                                                                Persentase
       Bulan      Telur yang diperiksa     Terkena Pebrine    Bebas Pebrine
                                                                                    (%)
                   di lapangan (boks)          (boks)             (boks)
Januari
Februari                  284.5                 60.5               224             21.27
Maret                     227.41               113.05             114.36           49.71
April                       -                     -                  -               -
Mei                        341                   86                255             25.22
Juni                        -                     -                  -               -
Juli                      262.41               203.96             58.45            77.73
Agustus                     -                     -                  -               -
September                  167                   82                 85             49.10
Oktober                     -                     -                  -               -
        Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                          11
November                  205                    44                161             21.46
Desember                    -                     -                  -               -
JUMLAH                 1487.32                 589.51            897.81           39.64



           Selama tahun 2012, produsen telur KPSA Soppeng hanya melakukan sertifikasi

  sebanyak 6 (enam) kali yaitu bulan Februari, Maret, Mei, Juli, September, dan

  November. Total telur ulat sutera yang diperiksa adalah 1487.32 boks atau setara

  dengan 118,985.6 ekor induk. Dari 1487.32 boks tersebut yang terserang penyakit

  Pebrine hanya 589.51 boks atau sekitar 47,160.8 ekor induk, dan telur yang layak

  disalurkan dari KPSA Soppeng hanya sebesar 897.81 boks. Serangan penyakit

  Pebrine tertinggi pada bulan Juli yaitu sebesar 77.73%. Persentase serangan

  penyakit Pebrine yang ditemukan pada telur hasil sertifikasi selama tahun 2012 di

  KPSA Soppeng masih tinggi yaitu mencapai 39.64% namun jika dibandingkan dengan

  tahun 2011, angka ini turun dari 42,29%.

B. PPUS Candiroto Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

           Berdasarkan hasil sertifikasi telur ulat sutera F1 yang telah dilaksanakan oleh

 petugas Balai Persuteraan Alam terhadap produksi telur ulat sutera pada PPUS

 Candiroto sebanyak 596 boks atau setara dengan 47,680 ekor induk ulat sutera. Hasil

 sertifikasi telur ulat sutera F1 tahun 2012 pada KPSA Perum Perhutani dapat dilihat

 pada tabel 1.

Tabel 2. Data Produksi Telur F1 Pusat Pembibitan Telur Ulat Sutera (PPUS) Candiroto
          Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Periode Januari – Desember 2012.

                                       PPUS CANDIROTO
                                                                               Persentas
   Bulan          Telur yang diperiksa di   Terkena Pebrine   Bebas Pebrine
                                                                                  e (%)
                     lapangan (boks)            (boks)            (boks)
Januari

    Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                          12
Februari                    96                  0               96           0.00
Maret                       -                   -                -             -
April                     209                   9               200          4.31
Mei                         -                   -                -             -
Juni                      173                 8.65            164.35         5.00
Juli                        -                   -                -             -
Agustus                     -                   -                -             -
September                 118                   3               115          2.54
Oktober                     -                   -                -             -
November                    -                   -                -             -
Desember                    -                   -                -             -
 JUMLAH                   596                20.65            575.35         3.46



           Kegiatan sertifikasi di Perum Perhutani Candiroto selama tahun 2012, hanya

   dilaksanakan sebanyak 4 (empat) kali yaitu bulan Februari, April, Juni, dan

   September. Berdasarkan data hasil sertifikasi telur yang diproduksi oleh PPUS

   Candiroto selama tahun 2012 hanya 596 boks atau setara dengan 47,680 ekor induk,

   dari total tersebut telur yang terkena Pebrine sebanyak 20.65 boks dan yang layak

   disalurkan sebanyak 575.35 boks. Selama tahun 2012, persentase serangan Pebrine

   tertinggi yaitu pada bulan Juni sebesar 5% sedangkan persentase serangan penyakit

   Pebrine yang ditemukan pada telur hasil sertifikasi selama tahun 2012 di PPUS

   Candiroto mencapai 3.46% angka ini turun dari 11,88% (persentase Pebrine PPUS

   Candiroto tahun 2011).




        Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                    13
Tabel 2. Telur Ulat Sutera F1 KPSA Soppeng dan PPUS
            Candiroto Terinfeksi Penyakit Pebrine Tahun 2012
    250

    200

    150

    100
                                                                     KPSA Soppeng
     50
m
o
b
h
u
e
a
k
s
r
t
J
)
(
l




                                                                     PPUS Candiroto
      0




                                Bulan




Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                     14
Grafik 3. Telur Ulat Sutera F1 KPSA Soppeng dan PPUS
                    Candiroto Layak Distribusi Tahun 2012
    300

    250

    200

    150

                                                                       KPSA SOPPENG
    100
m
B
o
h
u
e
T
a
k




                                                                       PPUS CANDIROTO
s
r
J
)
(
l




     50

      0




                                  Bulan



     Penurunan persentase serangan penyakit Pebrine pada kedua produsen telur

ulat sutera tersebut terkait dengan berkurangnya jumlah produksi telur yang di

sertifikasi oleh BPA. Jika pada tahun 2011 kegiatan sertifikasi di KPSA Soppeng

dilakukan sebanyak 8 kali dengan total produksi telur sebanyak 2417.13 boks, pada

tahun 2012 kegiatan sertifikasi di KPSA Soppeng hanya dilakukan sebanyak 6 kali

dengan total produksi 1487.32 boks. Pada tahun 2011 kegiatan sertifikasi di PPUS

Candiroto dilakukan sebanyak 5 kali dengan total produksi 959.02 boks, sedangkan

pada tahun 2012 PPUS Candiroto hanya melakukan sertifikasi sebanyak 4 kali

dengan total produksi 799 boks. Selama tahun 2012, KPSA Soppeng telah melakukan

pemeliharaan bibit induk sendiri. Tidak seperti tahun sebelumnya KPSA Soppeng


  Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                               15
melakukan kontrak kerjasama dengan petani di Kabupaten Enrekang dalam

  pemeliharaan bibit induk, dimana hal tersebut mengakibatkan tidak terjaminnya

  kualitas induk. Sedangkan PPUS Candiroto melakukan sendiri pemeliharaan bibit F1

  dan bibit induk.




                 MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA



A. Masalah

        Dari hasil kegiatan sertifikasi telur ulat sutera F1, yang dilaksanakan pada

   anggaran tahun 2012 terdapat beberapa masalah yang perlu segera dicari jalan

   keluar sebagai upaya pemecahannya :

   1. KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur

      • Bibit induk diperiksa sendiri oleh pihak KPSA Soppeng, hal ini tidak menjamin

         bahwa telur dari bibit induk yang akan dikembangkan menjadi bibit F1 memiliki

         kualitas yang baik yaitu tidak mengandung spora Pebrine.

      • Pekerja      kurang   memperhatikan   faktor   sanitasi   dan   sterilisai   dalam

         penggunaan alat selama pelaksanaan sertifikasi.

   2. PPUS Candiroto Unit I Jawa Tengah




    Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                        16
• Kurang mutakhirnya alat yang digunakan di laboratorium PPUS Candiroto

        khususnya mikroskop yang merupakan alat pemeriksa keberadaan spora

        Pebrine.




B. Upaya Pemecahannya

   1. KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur

      • Sebaiknya selama kegiatan sertifikasi, bibit induk disertifikasi oleh BPA agar

        benar-benar menjamin kualitas telur yang akan diguanakan sebagai bibit F1.

      • Pihak KPSA Soppeng melakukan pembinaan kepada seluruh pekerja selama

        proses sertifikasi agar menjaga sanitasi dan sterilisasi alat yang digunakan.

   2. PPUS Candiroto Unit I Jawa Tengah

      • Memperlengkapi laboratorium dengan alat yang lebih baik.




                         KESIMPULAN DAN SARAN




    Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012


                                                                                        17

More Related Content

Similar to Laporan sertifikasi

pelatihan ayam broiler desa.pptx
pelatihan ayam broiler desa.pptxpelatihan ayam broiler desa.pptx
pelatihan ayam broiler desa.pptxIRHAMFIDARUZZIAR
 
Laporan pengawasan produksi bogor 2012
Laporan pengawasan produksi bogor 2012Laporan pengawasan produksi bogor 2012
Laporan pengawasan produksi bogor 2012Askar Sohoku
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021DediKusmana2
 
01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakultur01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakulturNoor Yusuf
 
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budiLaporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budifernandasyahputra1
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK  PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK  PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...CRABERS
 
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+ppt
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+pptSosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+ppt
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+pptSaka Hikmawan
 
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdf
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdfTeknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdf
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdfSriHandayani375269
 
Laporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapanganLaporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapanganBudinta Lubizz
 
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.ppt
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.pptPPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.ppt
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.pptFRISKACHRISTININGRUM
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1PPGhybrid3
 

Similar to Laporan sertifikasi (14)

pelatihan ayam broiler desa.pptx
pelatihan ayam broiler desa.pptxpelatihan ayam broiler desa.pptx
pelatihan ayam broiler desa.pptx
 
Laporan pengawasan produksi bogor 2012
Laporan pengawasan produksi bogor 2012Laporan pengawasan produksi bogor 2012
Laporan pengawasan produksi bogor 2012
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
 
Bet
BetBet
Bet
 
01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakultur01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakultur
 
kajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur waletkajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur walet
 
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budiLaporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK  PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK  PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...
PENGGUNAAN INDUK F1 HASIL BUDIDAYA TAMBAK PADA PEMBENIHAN RAJUNGAN (Portunus...
 
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+ppt
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+pptSosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+ppt
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+ppt
 
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdf
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdfTeknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdf
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdf
 
Laporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapanganLaporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapangan
 
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.ppt
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.pptPPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.ppt
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.ppt
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 

Laporan sertifikasi

  • 1. LAPORAN SERTIFIKASI TELUR ULAT SUTERA F1 TAHUN 2012 DISUSUN SESUAI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) 029 BPA SULAWESI SELATAN TAHUN 2012 Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 1
  • 2. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bibit ulat sutera adalah serangga yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor bagi keberhasilan pemeliharaan ulat sutera. Untuk mendapatkan hasil produksi yang menguntungkan diperlukan jenis bibit ulat sutera yang baik dengan jumlah yang cukup serta bebas dari penyakit utama yaitu pebrine. Bibit ulat sutera F1 merupakan hasil persilangan dari 2 jenis induk ulat sutera yang berbeda yang nantinya menghasilkan kualitas dan kuantitas yang lebih baik dari kedua induknya, misalnya dari segi umur lebih pendek, pertumbuhan ulat yang lebih baik, mortalitas rendah, tahan terhadap suatu penyakit, dan menghasilkan kokon yang berkualitas baik. Rendahnya produksi kokon di Sulawesi Selatan pada tahun-tahun sebelumnya antara lain disebabkan oleh penyakit. Penyakit ulat sutera yang sering muncul pada setiap periode pemeliharaan adalah penyakit cendawan, penyakit virus, dan penyakit pebrine. Penyakit pebrine merupakan salah satu jenis penyakit ulat sutera yang berbahaya karena dapat menyerang ulat sutera pada semua tingkatan mulai dari Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 2
  • 3. telur, larva, pupua, dan kupu-kupu, serta penyebarannya cepat dan tidak mengenal musim. Penularan penyakit pebrine pada ulat sutera dapat terjadi melalui mulut, luka, dan penularan melalui indung telur. Patogen penyakit dapat hidup dalam telur yang akan diturunkan pada generasi selanjutnya. Salah satu cara yang dianggap efektif untuk mencegah berkembangnya penyakit pebrine adalah dengan teknik pemeriksaan terhadap kupu-kupu betina, hal ini untuk mengetahui adanya spora penyakit pebrine. Pemeriksaan dilakukan secara teliti agar diperoleh telur ulat sutera yang bebas dari penyakit pebrine yang selanjutnya diberi label sertifikat sebelum disalurkan kepada konsumen atau kepada petani pemelihara ulat sutera. Kegiatan sertifikasi ulat sutera adalah rangkaian kegiatan pengawasan dalam proses produksi pada produsen telur yang akan member jaminan bahwa telur ulat sutera yang akan diproduksi bebas dari penyakit pebrine dan berkualitas baik. Pelaksanaan sertifikasi telur ulat sutera yang dilaksanakan oleh Balai Persuteraan Alam pada setiap periode produksi telur ulat sutera pada produsen telur F1 berdasarkan permohonan. B. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari pelaksanaan sertifikasi telur ulat sutera adalah untuk mendapatkan telur ulat sutera F1 yang bebas dari penyakit pebrine dan diharapkan dapat memberikan hasil produksi kokon dalam jumlah dan mutu yang baik. Sedangkan tujuannya adalah sebagai bahan evaluasi dan koreksi untuk memperbaiki proses produksi telur yang dilaksanakan oleh produsen telur agar mutu produksinya Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 3
  • 4. dapat ditingkatkan, serta sebagai media percontohan kepada petani dalam melaksanakan pemeliharaan ulat sutera yang baik dan benar. C. Sasaran Sasaran utama dari sertifikasi telur ulat sutera F1 adalah terhadap telur ulat sutera yang diproduksi oleh produsen telur KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur dan Pusat Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) Candiroto Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah. D. Dasar Pelaksanaan Dasar pelaksanaan kegiatan sertifikasi dan pengujian hasil sertifikasi adalah : 1. SK Menteri Kehutanan umum nomor : 097/Kpts-11/1984 tanggal 12 Mei 1984 tentang organisasi dan tata kerja Balai Persuteraan Alam. 2. Instruksi Menteri Kehutanan nomor : 02/Menhut-11/1986 tanggal 3 Januari 1986 mengenai crash program penanganan persuteraan alam Sulawesi Selatan. 3. SK Gubernur KDH tk I Provinsi Sulawesi Selatan nomor : 1180/X/1992 tanggal 14 Oktober 1992 tentang pelaksanaan sertifikasi telur ulat sutera di provinsi daerah tingkat I Sulawesi Selatan. 4. SK Menhut Nomor : 664/Kpts-II/2002 tanggal 7 Maret 2002 5. Permenhut Nomor : P.56/Menhut-II/2007 tanggal 7 Desember 2007 6. Daftar Isian Pengguna Anggaran (DIPA) nomor : 0339/029-04.2.01/23/2012 tanggal 9 Desember 2011. Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 4
  • 5. E. Istilah 1. Sertifikasi telur ulat sutera adalah suatu rangkaian kegiatan dalam proses pengawasan produksi telur ulat sutera yang diproduksi oleh produsen telur ulat sutera untuk memberi jaminan bahwa telur ulat sutera yang disalurkan kepada konsumen adalah bebas penyakit terutama penyakit pebrine. 2. Pengujian hasil ulat sutera adalah rangkaian dari kegiatan sertifikasi telur untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut dari telur ulat sutera yang dipelihara dan dapat dijadikan sebagai pembanding terhadap bibit yang disalurkan kepada konsumen. 3. Bibit Induk Ulat Sutera adalah induk murni (grand parent) dari suatu jenis ulat sutera yang digunakan dalam persilangan untuk menghasilkan telur F1. 4. Penyakit pebrine adalah suatu penyakit ulat sutera yang cukup berbahaya dan dapat menyerang pada semua tingkatan yang disebabkan oleh protozoa jenis Nosema bombycis. 5. Telur F1 adalah telur ulat sutera yang diperoleh dari hasil persilangan bibit induk yang berbeda jenis. 6. Hakitate adalah proses awal pemeliharaan ulat sutera yang ditandai dengan desinfeksi tubuh ulat sutera dan pemberian makan pertama pada ulat sutera. Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 5
  • 6. 7. Instar adalah tingkat pertumbuhan pada stadia larva yang dibedakan menurut umur, ukuran dan bentuk. 8. Stadia adalah tingkat pertumbuhan dari siklus hidup ulat sutera yang dibedakan atas dasar perubahan bentuk. 9. Persentase penetasan telur adalah perbandingan antar jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur sampel yang digunakan, dinyatakan dalam persen (%). 10. Persentase kulit kokon adalah perbandingan antara berat kulit kokon dengan berat kokon segar yang dinyatakan dalam persen (%). 11. Mortalitas ulat sutera adalah tingkat kematian ulat sutera yang dinyatakan dalam persen atau jumlah ulat yang mati dibagi jumlah ulat yang dipelihara dikali seratus persen. 12. Boks adalah satuan atau standar jumlah telur ulat sutera yang berisi 25.000 butir (±11gram). 13. Petugas sertifikasi adalah petugas Balai Persuteraan Alam yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk melakukan sertifikasi telur ulat sutera pada produsen telur ulat sutera berdasarkan Surat Perintah Tugas (SPT) Kepala Balai Persuteraan Alam. 14. Balai Persuteraan Alam adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen BPDAS PS Kementerian Kehutanan yang diserahi tugas dan fungsi dalam pengembangan persuteraan alam. Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 6
  • 7. Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 7
  • 8. METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat 1. Waktu Kegiatan sertifikasi pada tahun 2012 dilakukan sebanyak 6 (enam) kali di KPSA Soppeng yaitu bulan Februari, Maret, Mei, Juli, September, dan November. Sedangkan di PPUS Candiroto dilakukan sebanyak 4 (empat) kali yaitu bulan Februari, April, Juni, dan September. 2. Tempat Kegiatan sertifikasi dilakukan di dua produsen telur F1 yaitu KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur dan PPUS Candiroto Unit I Jawa Tengah. B. Metode pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan sertifikasi pada tahun 2012 dilakukan dengan metode pemeriksaan secara menyeluruh ini dilaksanakan pada tahap kupu-kupu setelah meletakkan telur. Metode pemeriksaan secara menyeluruh dilaksanakan karena sejak tahun 2003 hingga tahun 2011 tingkat serangan penyakit pebrine pada ulat sutera masih cukup tinggi. Prosedur kerja sertifikasi telur ulat sutera F1 dilaksanakan dengan beberapa tahapan kegiatan, antara lain : Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 8
  • 9. 1. Permohonan sertifikasi Sertifikasi telur ulat sutera F1 dapat dilakukan oleh petugas dari Balai Persuteraan Alam setelah produsen mengajukan permohonan sertifikasi kepada Kepala Balai Persuteraan Alam Sulawesi Selatan. Permohonan sertifikasi dilakukan sebagai berikut : Permohonan dilakukan oleh produsen telur F1 yang telah mendapat ijin dari Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan baik berupa BUMN, Swasta, maupun Koperasi. • Diajukan kepada Balai Persuteraan Alam dengan mengisi formulir yang telah ditetapkan. • Permohonan sertifikasi diajukan paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan sertifikasi. • Pada permohonan sertifikasi harus menyampaikan nama serta alamat yang jelas kepada Balai Persuteraan Alam. 2. Cara kerja sertifikasi Kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan sertifikasi telur ulat sutera F1 adalah sebagai berikut : • Pemeriksaan lapangan (tempat dan peralatan) dilaksanakan oleh petugas Balai Persuteraan Alam yang telah ditunjuk. • Pemeriksaan dilaksanakan pada saat proses produksi telur atau setelah kupu-kupu betina telah meletakkan telur. Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 9
  • 10. Pemeriksaan lapangan juga dilakukan pada sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses produksi yang meliputi : penyimpanan telur, gudang penyimpanan alat pemeliharaan dan bahan kimia yang digunakan. • Melakukan pemusnahan (eradikasi) terhadap telur yang mengandung spora Nosema bombycis dengan cara dibakar. 3. Laporan pemeriksaan • Setelah pelaksanaan sertifikasi lapangan, laporan dibuat oleh petugas sertifikasi dengan mengisi formulir yang telah disediakan dan diketahui oleh pihak produsen telur : • Apabila pemeriksaan dinyatakan tidak lulus (ditolak), maka penolakan secara resmi segera dikeluarkan oleh Kepala Balai Persuteraan Alam. • Hasil pemeriksaan lapangan yang dinyatakan aman untuk disalurkan, dilampiri dengan laporan pemeriksaan penyakit pebrine. • Apabila point tersebut di atas telah dilaksanakan dan memenuhi persyaratan yang ditentukan maka Kepala Balai Persuteraan Alam akan mengeluarkan sertifikasi produksi telur F1. Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 10
  • 11. HASIL PELAKSANAAN A. KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur Berdasarkan hasil sertifikasi telur ulat sutera F1 yang telah dilaksanakan oleh petugas Balai Persuteraan Alam terhadap produksi telur ulat sutera pada KPSA Perum Perhutani sebanyak 1487.32 boks atau kurang lebih 118,986 induk imago ulat sutera. Hasil sertifikasi telur ulat sutera F1 tahun 2012 pada KPSA Perum Perhutani dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1.Data Produksi Telur F1 KPSA Perum Perhutani Soppeng Periode Januari – Desember 2012. KPSA SOPPENG Persentase Bulan Telur yang diperiksa Terkena Pebrine Bebas Pebrine (%) di lapangan (boks) (boks) (boks) Januari Februari 284.5 60.5 224 21.27 Maret 227.41 113.05 114.36 49.71 April - - - - Mei 341 86 255 25.22 Juni - - - - Juli 262.41 203.96 58.45 77.73 Agustus - - - - September 167 82 85 49.10 Oktober - - - - Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 11
  • 12. November 205 44 161 21.46 Desember - - - - JUMLAH 1487.32 589.51 897.81 39.64 Selama tahun 2012, produsen telur KPSA Soppeng hanya melakukan sertifikasi sebanyak 6 (enam) kali yaitu bulan Februari, Maret, Mei, Juli, September, dan November. Total telur ulat sutera yang diperiksa adalah 1487.32 boks atau setara dengan 118,985.6 ekor induk. Dari 1487.32 boks tersebut yang terserang penyakit Pebrine hanya 589.51 boks atau sekitar 47,160.8 ekor induk, dan telur yang layak disalurkan dari KPSA Soppeng hanya sebesar 897.81 boks. Serangan penyakit Pebrine tertinggi pada bulan Juli yaitu sebesar 77.73%. Persentase serangan penyakit Pebrine yang ditemukan pada telur hasil sertifikasi selama tahun 2012 di KPSA Soppeng masih tinggi yaitu mencapai 39.64% namun jika dibandingkan dengan tahun 2011, angka ini turun dari 42,29%. B. PPUS Candiroto Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Berdasarkan hasil sertifikasi telur ulat sutera F1 yang telah dilaksanakan oleh petugas Balai Persuteraan Alam terhadap produksi telur ulat sutera pada PPUS Candiroto sebanyak 596 boks atau setara dengan 47,680 ekor induk ulat sutera. Hasil sertifikasi telur ulat sutera F1 tahun 2012 pada KPSA Perum Perhutani dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 2. Data Produksi Telur F1 Pusat Pembibitan Telur Ulat Sutera (PPUS) Candiroto Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Periode Januari – Desember 2012. PPUS CANDIROTO Persentas Bulan Telur yang diperiksa di Terkena Pebrine Bebas Pebrine e (%) lapangan (boks) (boks) (boks) Januari Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 12
  • 13. Februari 96 0 96 0.00 Maret - - - - April 209 9 200 4.31 Mei - - - - Juni 173 8.65 164.35 5.00 Juli - - - - Agustus - - - - September 118 3 115 2.54 Oktober - - - - November - - - - Desember - - - - JUMLAH 596 20.65 575.35 3.46 Kegiatan sertifikasi di Perum Perhutani Candiroto selama tahun 2012, hanya dilaksanakan sebanyak 4 (empat) kali yaitu bulan Februari, April, Juni, dan September. Berdasarkan data hasil sertifikasi telur yang diproduksi oleh PPUS Candiroto selama tahun 2012 hanya 596 boks atau setara dengan 47,680 ekor induk, dari total tersebut telur yang terkena Pebrine sebanyak 20.65 boks dan yang layak disalurkan sebanyak 575.35 boks. Selama tahun 2012, persentase serangan Pebrine tertinggi yaitu pada bulan Juni sebesar 5% sedangkan persentase serangan penyakit Pebrine yang ditemukan pada telur hasil sertifikasi selama tahun 2012 di PPUS Candiroto mencapai 3.46% angka ini turun dari 11,88% (persentase Pebrine PPUS Candiroto tahun 2011). Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 13
  • 14. Tabel 2. Telur Ulat Sutera F1 KPSA Soppeng dan PPUS Candiroto Terinfeksi Penyakit Pebrine Tahun 2012 250 200 150 100 KPSA Soppeng 50 m o b h u e a k s r t J ) ( l PPUS Candiroto 0 Bulan Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 14
  • 15. Grafik 3. Telur Ulat Sutera F1 KPSA Soppeng dan PPUS Candiroto Layak Distribusi Tahun 2012 300 250 200 150 KPSA SOPPENG 100 m B o h u e T a k PPUS CANDIROTO s r J ) ( l 50 0 Bulan Penurunan persentase serangan penyakit Pebrine pada kedua produsen telur ulat sutera tersebut terkait dengan berkurangnya jumlah produksi telur yang di sertifikasi oleh BPA. Jika pada tahun 2011 kegiatan sertifikasi di KPSA Soppeng dilakukan sebanyak 8 kali dengan total produksi telur sebanyak 2417.13 boks, pada tahun 2012 kegiatan sertifikasi di KPSA Soppeng hanya dilakukan sebanyak 6 kali dengan total produksi 1487.32 boks. Pada tahun 2011 kegiatan sertifikasi di PPUS Candiroto dilakukan sebanyak 5 kali dengan total produksi 959.02 boks, sedangkan pada tahun 2012 PPUS Candiroto hanya melakukan sertifikasi sebanyak 4 kali dengan total produksi 799 boks. Selama tahun 2012, KPSA Soppeng telah melakukan pemeliharaan bibit induk sendiri. Tidak seperti tahun sebelumnya KPSA Soppeng Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 15
  • 16. melakukan kontrak kerjasama dengan petani di Kabupaten Enrekang dalam pemeliharaan bibit induk, dimana hal tersebut mengakibatkan tidak terjaminnya kualitas induk. Sedangkan PPUS Candiroto melakukan sendiri pemeliharaan bibit F1 dan bibit induk. MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA A. Masalah Dari hasil kegiatan sertifikasi telur ulat sutera F1, yang dilaksanakan pada anggaran tahun 2012 terdapat beberapa masalah yang perlu segera dicari jalan keluar sebagai upaya pemecahannya : 1. KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur • Bibit induk diperiksa sendiri oleh pihak KPSA Soppeng, hal ini tidak menjamin bahwa telur dari bibit induk yang akan dikembangkan menjadi bibit F1 memiliki kualitas yang baik yaitu tidak mengandung spora Pebrine. • Pekerja kurang memperhatikan faktor sanitasi dan sterilisai dalam penggunaan alat selama pelaksanaan sertifikasi. 2. PPUS Candiroto Unit I Jawa Tengah Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 16
  • 17. • Kurang mutakhirnya alat yang digunakan di laboratorium PPUS Candiroto khususnya mikroskop yang merupakan alat pemeriksa keberadaan spora Pebrine. B. Upaya Pemecahannya 1. KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur • Sebaiknya selama kegiatan sertifikasi, bibit induk disertifikasi oleh BPA agar benar-benar menjamin kualitas telur yang akan diguanakan sebagai bibit F1. • Pihak KPSA Soppeng melakukan pembinaan kepada seluruh pekerja selama proses sertifikasi agar menjaga sanitasi dan sterilisasi alat yang digunakan. 2. PPUS Candiroto Unit I Jawa Tengah • Memperlengkapi laboratorium dengan alat yang lebih baik. KESIMPULAN DAN SARAN Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012 17