Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien syok. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan definisi syok, klasifikasi syok, jenis dan patofisiologi syok, tanda-tanda syok, diagnosa keperawatan, serta intervensi keperawatan yang meliputi penanganan gawat darurat, pemberian cairan, monitor pasien, dan kolaborasi penanganan spesifik untuk setiap jenis syok.
3. Definisi 3
• Syok adalah kondisi mengancam jiwa yang diakibatkan
ketidakmampuan sistem sirkulasi menyuplai oksigen &
nutrien ke jaringan, ditandai dengan hipoksia dan ketidakadekuatan
fungsi sel yang menyebabkan kegagalan organ dan potensial kematian.
(Brunner & Suddarth’s, 2018).
• Menurut (Brunner & Suddarth’s, 2018), keadekuatan aliran darah ke
jaringan membutuhkan TIGA komponen
– Pompa jantung yang adekuat
– Sistem sirkulasi yang efektif
– Volume darah adekuat
5. • Metabolisme aerob
anaerob
• ↑ kadar asam laktat
• Perubahan tanda klinis
blm tampak
• Saraf simpatis
menstimulasi :
• ↑ pelepasan
katekolamin
• Kontraktilitas
jantung
• Respons neurohormonal:
vasokonstriksi & aliran
darah prioritas ke organ
vital
• Pelepasan aldosteron:
↓ output urin (<30
menit)
• ↑ frekuensi jantung
• ↑ kadar glukosa
• Imbalans elektrolit
• Asidosis metabolik
• Asidosis respiratorik
• Edema perifer
• Takiaritmia ireguler
• Hipotensi
• Pucat
• Kulit dingin
• Penurunan tingkat
kesadaran
• Kerusakan ireversibel
sel dan organ
• Kematian
Initial Compensatory Progressive Refractory
5
Brunner & Suddarth’s. (2018). Medical-Surgical Nursing. Textbook of Medical-Surgical Nursing, 14th Edition
Tahapan Syok
6. Syok Hipovolemik
6
• Akibat dari penurunan preload
• Etiologi:
– Hemoragik: trauma, perdarahan GI, ruptur
aneurisma
– Non-hemoragik / kehilangan cairan: diare,
muntah, luka bakar.
Kondisi perfusi organ yang tidak adekuat yang
disebabkan oleh hilangnya volume intravaskular
Standl et al., 2018
10. Syok Distributif
10
Etiologi:
Hilangnya regulasi tonus vaskular, dengan volume yang bergeser di dalam
sistem vaskular, dan/atau gangguan permeabilitas sistem vaskular dengan
pergeseran volume intravaskular ke interstitium.
o Sepsis : Infeksi (pneumonia, peritonitis, prosedur invasive)
o Neurogenik : cedera medula spinalis, anastesi spinal, depresi pusat
vasomotor
o Reaksi anafilaktik: reaksi hipersensitivitas (alergik)
Akibat dari dilatasi pembuluh darah besar-besaran → penurunan systemic
vascular resistance (SVR) → penurunan preload
Standl et al., 2018
12. Syok Obstruktif
12
• Akibat dari restriksi pengisian diastolik ventrikel
kanan akibat kompresi/penekanan pada jantung
• Etiologi:
– Tamponade jantung
– Tension pneumothorax
– Emboli paru
Standl et al., 2018
13. Patofisiologi Syok Obstruktif 13
Kompresi Struktural
↓ perfusi jaringan
↓ curah jantung
Kerusakan
metabolisme sel
↓ outflow (aliran keluar)
↓ alir balik vena
↓ stroke volume
↓ suplai oksigen seluler
Brunner & Suddarth’s. 2018 & Standl et al, 2018
14. Jenis Syok
14
Hipovolemik Distributif Kardiogenik Obstruktif
HR Meningkat
Meningkat
(Normal pada
syok
neurogenik)
Dapat
meningkat atau
menurun
Meningkat
JVP Menurun Menurun Meningkat Meningkat
TD Menurun Menurun Menurun Menurun
Kulit Dingin
Hangat
(Dingin pd
syok berat)
Dingin Dingin
CRT Lambat Lambat Lambat Lambat
Brunner & Suddarth’s. 2018 & Standl et al, 2018
15. Pengkajian
15
• Fokus pengkajian:
– Airway, Breathing, Circulation (ABC)
– Tanda/Gejala Syok:
Perifer ↓ nadi perifer, kulit dingin dan
lembap/basah, CRT > 2 detik, pucat, sianosis
Renal output urine <0,5 mg/kg/jam, ↑ ureum, ↑
kreatinin, ↑ BJ urine
Serebral ansietas, pusing, agitasi, ↓ kesadaran
Kardiopulmonal ↓ TD, takikardia, disritmia, ↓ JVP, ↓ CVP, takipnea,
↓ SpO2, gagal napas.
Gastrointestinal ↓ bunyi usus, ileus paralitik,
hiper/hipoglikemia
Hepatik ↑ enzim liver (ALT, AST) dan laktat
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier Ltd
16. Diagnosis Keperawatan pada Syok
16
• Perfusi jaringan perifer tidak efektif, berhubungan
dgn:
– Penurunan volume darah
– Penurunan kontraktilitas jantung
– Gangguan aliran darah sirkulasi
– Vasodilatasi yang luas
Diagnosa lain yang mungkin muncul:
• Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah aktif,
perpindahan cairan ke interstisial
• Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahn
preload; kontraktilitas; afterload; blokade simpatis
• Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
17. Intervensi Keperawatan
17
Penanganan Gawat Darurat di IGD
– Airway : menjamin jalan napas paten
– Breathing : memberikan oksigen pertahankan SaO2 > 95%
– Circulation :
• Hentikan perdarahan eksternal dgn penekanan
langsung
• Pasang akses IV berukuran besar (No. 14 atau 16)
• Pemberian cairan dengan tetesan cepat
• Dosis awal 1 – 2 liter pada dewasa dan 20 ml/kg
pada anak
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier
Ltd
18. Intervensi Keperawatan Penanganan di IGD
18
Pada pasien trauma, tidak hanya ABC tapi ABCDEFG
– Disability : Periksa tingkat kesadaran, respon pupil dan fungsi sensorik &
motorik
– Exposure : Periksa seluruh permukaan tubuh. Periksa DOTS :
• D – deformity (deformitas)
• O - open wounds (luka terbuka)
• T - tenderness (nyeri tekan)
• S – swelling (bengkak)
– Folley catheter : Kateter urine untuk penilaian produksi urine
– Gastric tube : NGT untuk dekompresi lambung minimalkan aspirasi
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier
Ltd
19. Intervensi Keperawatan Lanjutan …
19
Penanganan Lanjut
• Pertahankan patensi airway
• Pertahankan oksigen sesuai kebutuhan pasien
• Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanik (jika perlu),
kebanyakan tidak perlu.
• Pertahankan kateter IV. Akses vena sentral jika memungkinkan
• Beri cairan sesuai order (kristaloid, koloid, produk
darah)
• Beri posisi syok (modified Tredelenburg)
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier
Ltd
20. Kehilangan Darah Internal Berdasarkan Fraktur
20
Tulang Kehilangan Darah (mL)
Iga
Radius atau ulna
Humerus
Tibia atau fibula
Femur
Pelvis
125
250 - 500
500 - 750
500 - 1000
1000 - 2000
1000 - masif
.
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines,
Elsevier Ltd
21. Pemberian Posisi pada Syok
21
• Angkat kaki
setinggi ±30 cm
• 300-500 cc darah
dari kaki pindah
ke sirkulasi
sentral
• Kontraindikasi
pada trauma
servikal
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier
Ltd
22. Intervensi Keperawatan lanjutan ...
22
• Monitor:
– Status kardiopulmonal : HR dan irama; RR; TD; MAP; warna,
suhu, kelembapan kulit, CRT, bunyi paru.
– Status oksigensi: oksimetri nadi, AGD
– Status cairan: I & O; BB harian, jumlah & tipe drainage
(chest tube, nasogastrik, luka).
– Status neurologis: tingkat kesadaran
– Nilai serum serial: Ht, Hb, aPTT
• Beri dukungan psikososial
• Monitor perkembangan komplikasi
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier
Ltd
23. Kolaborasi Penanganan Spesifik
23
• Syok Hipovolemik
– Hentikan kehilangan cairan
– Kembalikan volume sirkulasi
– Resusitasi cairan dengan 3:1 rule
(3 mL kristaloid untuk tiap 1 mL estimasi kehilangan darah)
Intervensi Keperawatan lanjutan ...
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier
Ltd
24. • Syok Kardiogenik
– Perlu dinilai masalah utamanya: volume, pompa atau irama?
– Masalah volume : Beri cairan dan nilai kecukupan cairan
– Masalah pompa:
• Bila TDS > 100 mmHg vasodilator (nitrogliserin)
• Bila TDS 70-100 mmHg tanpa disertai gejala/tanda syok
inotropik (dobutamine)
• Bila TDS 70-100 mmHg disertai gejala/tanda syok vasopressor
(dopamine)
• Bila TDS < 70 mmHg disertai gejala/tanda syok vasopressor kuat (norepinefrin)
– Masalah irama: disesuaikan takiaritmia atau bradiaritmia?
– Tatalaksana lanjutan setelah diatasi (pompa balon intra-aorta, angiografi, intervensi
kardiovaskuler perkutan, bedah).
Penanganan Spesifik (lanjutan ...)
24
Brunner & Suddarth’s. 2018 & Standl et al, 2018
25. Obat yang digunakan pada pasien syok kardiogenik
25
Obat Kelas Dosis Efek Nursing Implication
Dobutamine Inotropik 2-40 mcg/kg/mnt ↑ kontraktilitas dan
cardiac output
• Berikan via central line
• Monitor HR, TD (memperburuk
hipotensi, perlu tambahan
vasopressor)
• Hentikan jika takidisritmia
• Monitor vasokontriksi perifer
pada dosis sedang - berat
Dopamine Inotropik 5-20 mcg/kg/mnt ↑ kontraktilitas &
vasokonstriksi
Noradrenaline Katekolamin 2-30 mcg/mnt Vasokonstriksi
↑ resistensi vaskuler
perifer
• Monitor HR > 100x
• Monitor dispnea, edema paru
• Monitor nyeri dada, disritmia
• Monitor gagal ginjal akibat
iskemia
Nitrogliserin Vasodilator Mulai 5 mcg/mnt
Dosis max. 200
mcg/mnt
↓ preload & kebutuhan
oksigen miokard.
Memperbaiki aliran
darah koroner
• Monitor TD dan HR. Refleks takikardia
dapat terjadi
Sasada & Smith (2003), Lynn McHale-Wiegand & Carlson (2005)
Brunner & Suddarth’s. 2018 & Standl et al, 2018
26. • Syok Septik
– Resusitasi cairan dalam jumlah banyak : 6 – 10 L kristaloid
dan 2 – 4 L koloid pada 6 jam pertama untuk mencapai
taget CVP 8 – 12 mmHg.
– Setelah CVP tercapai 8 – 12 mmHg, namun :
• MAP < 60 mmHg beri agen vasoaktif (dopamin).
• SaO2 < 70% transfusi PRC untuk mencapai Ht 30%
– Mulai antibiotik spektrum luas dalam 1 jam
pertama
– Kultur (darah, eksudat, urine, sputum) untuk
antibiotik spesifik
Penanganan Spesifik lanjutan ...
26
Brunner & Suddarth’s. 2018 & Standl et al, 2018
28. • Syok Neurogenik
– Stabilisasi spinal (misal cervical collar)
mencegah bertambahnya kerusakan
spinal cord
– Vasopressor (phenilephrine)
mempertahankan TD dan perfusi organ
– Atropine mengatasi bradikardia
– Hati-hati pemberian cairan karena hipotensi bukan akibat
kehilangan cairan
– Pantau hipotermia akibat disfungsi hipotalamus
– Methylprednisolone cegah kerusakan sekunder spinal cord akibat
pelepasan mediator kimia
Penanganan Spesifik lanjutan ...
28
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier
Ltd
29. • Syok Obstruktif
– Kenali sedini mungkin agar obstruksi dapat
diatasi segera
– Atasi penyebab obstruksi:
• Cardiac tamponade
pericardiosentesis
• Tension pneumothorax needle decompression
atau chest tube insertion
• Emboli paru terapi trombolitik untuk
mengembalikan sirkulasi paru dan sisi kiri jantung
Penanganan Spesifik lanjutan ...
29
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier Ltd
30. Resusitasi Cairan Berdasarkan Kelas Syok Hemoragik
30
KELAS I KELAS II KELAS III KELAS IV
Persentase kehilangan darah
<15% 15% - 30% 30% - 40% >40%
Kehilangan darah
(ml)* < 750 750 – 1500 1500 – 2000 > 2000
Frekuensi nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun
Frekuensi napas 14 – 20 20 – 30 30 – 40 >35
Capillary Reffill Normal Lambat (>2 dtk) Lambat (>2 dtk) Tdk terdeteksi
Ekstremitas Normal Pucat Pucat Pucat & dingin
Produksi urin (ml/jam)
>30 20 – 30 10 - 20 0 - 10
Status mental Sadar, haus
Gelisah, agresif, haus Gelisah, agresif,
ngantuk
Ngantuk, bingung, tdk sadar
Penggantian cairan
(hukum 3:1)
Kristaloid Kristaloid, Koloid
Kristaloid, Koloid
dan darah
Kristaloid, Koloid dan
darah
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier Ltd
31. Resusitasi Cairan lanjutan..
31
1. Tentukan Estimated Blood Volume / EBV
EBV = 70 ml x BB (kg)
2.Tentukan kelas Syok berdasarkan tanda/gejala (lihat tabel) untuk mengetahui
persentase kehilangan darah.
3. Tentukan Estimated Blood Loss / EBL
EBL = Persentase x EBV
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier Ltd
32. 32
Jenis Keterangan
Kristaloid Ringer lactate (RL)
Normal saline (NaCl)
• Lebih Murah
• Efek samping minimal
• Waktu paruh pendek
Koloid Gelofusine Haemaccel
Dextran 70 Hetastarch
Plasma / albumin
• Lebih mahal
• Efek samping lbh banyak
• Waktu paruh 4-6 jam
Darah Whole blood
Packed red cell (PRC)
Cairan IV untuk penanganan syok
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier Ltd
33. Cara Penggantian Cairan/Darah
33
Estimasi
kehilangan
darah
Penggantian cairan
1000 ml
3000 ml kristaloid ,atau 1000 ml
koloid
1500 ml
1500 ml kristaloid dan 1000 ml koloid , atau
4500 ml kristaloid
2000 ml
1000 ml kristaloid, 1000 ml koloid dan 2 unit darah, atau 3000 ml
kristaloid dan 2 unit darah
Vishwanathan et al 2021, Evaluation and management of haemorrhagic shock in polytrauma: Clinical practice guidelines, Elsevier Ltd
34. Studi Kasus Syok Kardiogenik
34
Pengkajian Keperawatan Ruangan CICU
Nama : Ny. AT
TTL : Solo, 01-11-1953
Alamat : Jl. Karya Darma Komplek Palazo Blok E No 11
Kelurahan : Pangkalan Mansyur
Kota : Medan Johor, Kota Medan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
No KTP : 1276054111530002
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Penanggung Jawab : Ny. E
Hub dengan pasien : Anak Kandung
Alamat : Jl. Karya Darma
Komplek Palazo Blok E
No HP : -
No Billing : 23001156
No RM : 0002120195
Tanggal Masuk RS : 04-03-2023
Jam Masuk : 13.20 Wib
Tanggal Pengkajian : 06-03-2023
Diagnosa : CAD NSTEMI
Anterolateral-high lateral, LBBB, Killip IV
Syok KardiogenikADHF, IDCM/NIDCM, DM Tipe 2
dengan komplikasi neuropati, AKI Stage III, dd/
CKD ec DKD
35. Pengkajian lanjutan..
35
Keadaan Umum
1. Tanda Vital :
•Nadi: 104 x/m
•TD: 100/56 mmHg on support Dobutamin 15
mcg/kg/m, Vascon 0,1 mcg
•RR: 25-30 x/menit
•Suhu: 37,4 0C
•EKG : AF RVR VES (-)
Keasadaran: Compos mentis, kontak tdk
adekuat GCS 15
BB : 45 kg TB : 145 cm
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Nyeri dada (NRS: 3)
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Penderita mengeluh nyeri dada sejak 15 jam SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus tidak berkurang dengan
istirahat, nyeri dirasakan berkurang dengan minum obat dibawah lidah, nyeri disertai dengan sesak, batuk
berdahak putih, tanpa demam, lemah badan, keluhan tidak disertai dada berdebar, pingsan. Nyeri seperti
ditindih benda berat, menjalar ke punggung. Penderita memiliki Riwayat mudah lelah saat aktivitas. Sejak 1
tahun SMRS, penderita memiliki riwayat bangun malam hari setelah tidur 2-4 jam yang membaik dengan
posisi duduk. Penderita lebih nyaman tidur dengan posisi duduk sejak 1 bulan SMRS. Riwayat bengkak
tungkai hilang timbul sejak 6 bulan. Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yg lalu, dengan TD
tertinggi 150/.. tidak rutin minum obat, memiliki riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu, GDS tertinggi 350,
riwayat merokok disangkal, dan riwayat penyakit jantung di keluarga juga disangkal. Karena keluhannya,
penderita berobat ke RSUD Bandung, pada onset 1 jam dikatakan mengalami serangan jantung.
36. Pengkajian lanjutan
36
B.Pengkajian Sistem
Sistem Respirasi dan Oksigenasi
a). Sesak napas (+), dengan alat bantu napas O2 10 l/mnt NRM, batuk dahak
putih, bunyi napas terdengar wheezing
b). Kepala: Konjungtiva anemis, Sklera : anikterik
c). Leher: JVP 5+3 cmH2O, trakea ditengah, KGB tidak membesar
Sistem Kardiovaskuler
d). Thorax: Bentuk thorax simetris, Batas sonar dull ICS IV
e).TD: 100/56 mmHg, N 90x/m, RR 25-30x/m, S: 37,4 SatO2: 94%
f).COR: ictus cordis tidak tampak, teraba di ICS VI, lateral LMCS, batas atas
ICS III, batas kanan linea sternalis dextra, batas kiri ICS VI lateral LMCS. BJ
S1S2 reguler, S3 (-), S4 (-), mur-mur (-)
g).Pulmo: Ronkhi +/+ basah halus >2/3 lapang paru, weezing (+)
Sistem Gastrointestinal
h). Abdomen: cembung lembut, hepar dan lien tidak teraba membesar, BU (+) normal
i). Terpasang NGT, residu (+) mual (+), muntah (-)
j). Mulut & Pharyng, mukosa kering, lidah tidak hiperemis, replek menelan (+)
Sistem Muskuloskeletal
k) Tidak ada fraktur, aktivitas dibantu sepenuhnya, eksterimitas bawah edema tungkai,
dan akral terasa dingin.
Sistem Neurologi
l). Ada kesulitan bicara, kelemahan alat gerak (+)
Sistem Urogenital
m) Terpasang Folley cateter, dengan diuresis <0,5 cc/kgbb/jam
Sistem Integumen
n). Tidak terdapat luka, tidak ada benjolan dan suhu hangat
37. Pengkajian lanjutan
37
C. Pengkajian Resiko
Morse Falls Scale: > 45 (resiko tinggi)
Skrining Resiko Dekubitus: 10 (resiko tinggi)
D. Skrining Nutrisi
Total skor >2 (rujuk ke dietesien u/assesment gizi)
E. Sistem Fungsional
Total skor 0 (pasien sangat tergantung)
F.Data Diagnostik:
(04-03-2023)
Lab: Hb 9,6 / Ht 30 / Eritrosit 3,56 / Leukosit 7000 / Tr 267.000 /MCV
84,3 / MCH 27 / MCHC 32 / GDS 207 / Ur 163 / Kr 3,99 / Na 136 / K 3,3
Kolesterol Total: 109, LDL 79, HDL 19
AGD pH 7,440 / PCO2 28 / PO2 98,8 / HCO3 18,0 / BE -4,9, Sat O2
97,9%
Trop I ; 0,257
(Lab 05/03/2023)
Trop I : 3,84
EKG: AF RVR dengan LBBB
38. Pengkajian lanjutan
38
Echo cardiography:
Dimensi ruang jantung dalam keadaan normal, LVH (-), Kontraktilitas
menurun dengan EF 37%, Kontraktilitas RV menurun, Global hipokinetik
(+), AR mild,
MR moderate-severe, TR mild-moderate, PR mild.
USG abdomen:
Hidronefrosis ringan ginjal kanan, awal proses kronik ginjal kiri, efusi pleura
bilateral
G.Terapi Medis
Diet lunak DM 1500 kkal/hari (KH: Lemak: 70:20, Protein 0,6-
0,8 gr/kg/hari).
IV RL 1500 cc/24 jam, Dobutamine 15 mcg/kg/m,
Norepineprine 0,1 mcg/kg/m
Aspilet 1x80 mg, CPG 1x75 mg, KSR 1x600 mg, Callos 3x500
mg, Insulin drip mulai 0,5 unit/jam target GD 140-180 mg/dl.
Atorvastatin 1x40 mg, Heparin 12u/kgbb/jam target apt 50-70
detik
40. Diagnosa Keperawatan
40
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis iskemia (D. 0077)
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas, preload dan after load (D. 0008)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri/vena (D. 0009)
4. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D. 0003)
5. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas (D. 0001)
41. NCP
41
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut b.d agen
pencedera fisiologis
iskemia (D. 0077)
•Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif : Mengeluh
nyeri dada NRS 3
Objektif : Tampak
meringis, gelisah, HR
meningkat / AF RVR, dan
pasien kesulitan tidur
•Gejala dan Tanda Minor :
Pola napas berubah 25-
30 x/m
Nafsu makan berubah,
pasien terpasang NGT,
mual (+)
Diaporesis, akral terasa
dingin
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
1x24 jam, maka status kenyamanan meningkat
dengan kriteria hasil :
Tingkat nyeri (L.08066)
Ekspektasi : menurun
Kriteria Hasil :
Kemampuan menuntaskan aktivitas: 5
Keluhan nyeri : 4 (cukup menurun)
Meringis : 3 (sedang)
Gelisah : (2) Cukup meningkat
Kesulitan tidur : (2) Cukup meningkat
Ketegangan otot : (2) Cukup meningkat
Mual : (3) sedang
Frekuensi nadi : 1 (memburuk)
Pola napas : 1 (memburuk)
Tekanan darah : 1 (memburuk)
Fungsi berkemih : 1 (memburuk)
Pola tidur : 1 (memburuk)
•Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi :
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
hidup.
Identifikasi keberhasilan pemberian terapi
komplementer yang sudah diberikan.
Monitor efek samping penggunaan analgetik.
42. NCP Lanjutan …
42
No Diagnosa
Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut b.d agen
pencedera fisiologis
iskemia (D. 0077)
Terapeutik :
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi :
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
Jelaskan strategi meredakan nyeri.
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
43. NCP
43
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
2 Penurunan curah jantung b.d perubahan
kontraktilitas, preload dan afterload
•Gejala dan Tanda mayor:
a).Subjektif:
Perubahan irama jantung; palpitasi
Perubahan preload; lelah
Perubahan afterload; dispnea
Perubahan kontraktilitas; PND, batuk
b).Objektif :
EKG AF RVR,
Edema tungkai bawah
Distensi vena jugularis 5+3 cmH2O
Hepatomegali, 90/70 dengan support
obat-obatan, nadi teraba lemah, CRT >3
detik, oliguria, pucat, LVEF 35%.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama 3 x 24 jam, maka status kenyamanan
meningkat dengan kriteria hasil :
Ekspektasi : meningkat
Kriteria hasil :
Kekuatan nadi perifer : 2 (cukup menurun)
EF : 1 (menurun)
Palpitasi : 2 (cukup meningkat)
EKG aritmia : 2
Lelah ; 1 (meningkat)
Edema : 1
Distensi Vena Jugularis : 1
Dispnea: 1
Oliguria: 1
Pucat: 1
PND: 1
Batuk : 2
Hepatomegali: 2
TD: 1 (memburuk)
•Perawatan Jantung Akut (I. 02076)
Tindakan
Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi
faktor pemicu, dan Pereda, kualitas, lokasi,
radiasi, skala, durasi dan frekuensi).
Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan
ST dan T
Monitor aritmia
Monitor saturasi oksigen
Monitor elektrolit
Monitor enzim jantung
Identifikasi stratifikasi pada SKA (Killip IV,
TIMI 81, CRUSADE 82, GRACE 84 )
44. NCP 44
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
2 Terapeutik
Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
Pasang akses vena
Puasakan hingga bebas nyeri/terpasang NGT
Berikan terapi relaksasi
Sediakan lingkungan yang kondusif
Siapkan prosedur PCI
Berikan dukungan emosional dan spiritual.
Edukasi
Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
Anjurkan menghindari manuver valsava.
Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan
45. NCP 45
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
2 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiplatelet.
Kolaborasi pemberian antianginal.
Kolaborasi pemberian morpin.
Kolaborasi pemberian inotropik.
Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah valsava
manuver.
Kolaborasi pencegahan thrombus dengan antikoagulan.
Kolaborasi pemeriksaan x-ray.
47. 47
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth’s. (2018). Medical-Surgical Nursing. Textbook of Medical-Surgical Nursing, 14th Editi(3), 19.
https://doi.org/10.1097/01.NAJ.0000921784.61168.1f
Carcillo, J. (2019). Syok. Journal Medicine, 3(1), 4.
Fitria, C. N. (2015). Penanganan Syok. Gaster, 7(2), 593–604. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/3341
Kislitsina, O. N., Rich, J. D., Wilcox, J. E., Pham, D. T., Churyla, A., Vorovich, E. B., Ghafourian, K., & Yancy, C. W. (2018). Shock –
Classification and Pathophysiological Principles of Therapeutics. Current Cardiology Reviews, 15(2), 102–113.
https://doi.org/10.2174/1573403x15666181212125024
Mashudi, S. (2021). PROSES KEPERAWATAN Pendekatan SDKI, SLKI, SIKI (Vol. 4, Issue 1).
Soong, J. T. Y., & Soni, N. (2013). Circulatory shock. Medicine (United Kingdom), 41(2), 64–69.
https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2012.11.012
Standl, T., Annecke, T., Cascorbi, I., Heller, A. R., Sabashnikov, A., & Teske, W. (2018). Nomenklatur, Definition und Differenzierung der
Schockformen. Deutsches Arzteblatt International, 115(45), 757–767. https://doi.org/10.3238/arztebl.2018.0757