SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Jawa Pos 
Minggu, 13 Mei 2007 
Tiga Episode Bangkai 
Cerpen: Zelfeni Wimra 
BATU BANGKAI 
Menjadi batu, sebuah pilihan paling damai. Biar setiap orang tahu, kemenakan Rajo 
Kiramaik tidak lagi senang menyendiri dan menangis. Penghuni istana pun tidak perlu lagi 
bergunjing tentang bangkai yang dirahasiakan salah seorang anak dara kerajaan. Ibunya, 
yang tahu perihal bangkai itu, setiap kali ia hendak bepergian secara sembunyi-sembunyi 
dengan hulubalang, selalu mengingatkan bahwa apa yang dilakukannya itu berbahaya. 
Bila mamak Rajo tahu, ia pasti marah besar. Seorang anak dara kerajaan diam-diam 
bepergian dengan hulubalang merupakan aib besar bagi kerajaan. Rajo sudah berkali-kali 
menegaskan bahwa kemenakannya tidak boleh bergaul dengan sembarang orang. 
Kemenakannya hanya boleh berkawan dengan orang-orang yang setara dengannya. 
Keluar dari anjungan pun hanya untuk keperluan penting. Untuk itulah, ia selalu didandani, 
dihiasi dengan tak kondai atau pasak guyang. Agar ia berbeda dari padusi lain. Impian 
mamak, kerajaan ini kelak akan menerima lamaran Rajo Mudo. Mamak kukuh dengan 
sikap yang satu ini. Apalagi setelah Bujang Salamaik datang membawa sebuah paham 
yang salah satu ajarannya mengatur bagaimana sebuah keluarga menjaga marwah. 
Menikahkan anak-kemenakan harus dengan yang sekufu, sebanding. 
Dalam sejumlah pertemuan keluarga kerajaan, ingin ia sampaikan, betapa ia tersiksa 
melakoni status padusi terakhir di kerajaan matrilinial ini. Padusi-padusi sebelumnya telah 
menikah dan pernikahan-pernikahan itu dipandang tidak bermartabat oleh sang mamak. 
Itulah sebab, mengapa ia dipingit. Keluar anjungan harus seizin mamak. Bila ada tamu 
kerajaan ia harus tampil mendampingi mamak dengan dandanan yang dipaksakan. Pun, 
bila mamak berkunjung ke kerajaan lain, ia akan dibawa ikut. Mamak sudah menerangkan 
maksud semua itu. Mamak ingin urang sumando-nya juga berasal dari keturunan 
bermartabat seperti dirinya. Kemenakan kemenakannya yang lain terlalu longgar memilih 
laki, karena terlalu cemas akan menjadi rando seumur hidup. 
Tapi, sebelum ia memilih jadi batu, ibu yang selalu disalaminya setiap kali hendak 
bepergian dengan hulubalang adalah orang pertama yang tahu. Ketika suatu kali, tepat 
ketika mamak memerintahkan bala tentaranya berperang melawan serangan kerajaan dari 
tanah Jao, ia melihat tidak ada lagi senyum di wajah ibunya. 
"Kenapa, Bunda murung? Apa karena hari ini hari perpisahan dengan Ayah? Bukankah 
Bunda juga yang bilang kalau di hari perpisahan tidak boleh bersedih. Para lelaki yang 
akan berangkat perang harus dilepas dengan senyuman. Dengan peluk dan ciuman," 
lirihnya. Tapi sang ibu tetap murung. Perlahan ia dekatkan tangannya ke perut sang anak 
yang mulai membuncit. 
"Kau akan jadi batu, Nak." 
"Bunda mengutuk aku?" 
"Bukan. Itu bukan kutukan. Itu hukuman." 
"Berangkatlah sendiri ke pengasingan. Ibu tidak diizinkan mengantar." 
"Baik, Bunda." 
"Inilah yang bunda cemaskan, Nak. Bukan perpisahan. Bagaimana jadinya nanti bila 
mamak dan abahmu mengetahuinya. Kita semua malu. Kau akan terbuang dan jadi batu," 
gagau ibunya di hari kerangkatannya menuju pengasingan.
"Hulubalang itu juga ikut berperang," isak ibunya, "Kalau ia tidak kembali, siapa yang akan 
bertanggung jawab..." "Jangan cemas, Bunda. Aku ikhlas jadi batu..." 
Petang hari ia berangkat. Sendiri. Ia menuju ranah Bulantiak, tanah pengasingan orang-orang 
yang senasib dengannya. Dalam perjalanan itu ia mesti melewati Pasie Talang 
yang lengang, di mana segerombolan penyamun biasa mengintai mangsa. Begitu pula di 
sekitar daerah Bendang, Kutianyie, Lundang, Batang Laweh, Rawang, dan Koto Baru, 
sangat terkenal dengan keganasan para perampok. Orang yang melewati tempat-tempat 
itu jarang yang selamat. Kalau pun selamat, pasti sudah dianiaya, dirampok. Kalau 
perempuan diperkosa. 
Tapi ia beruntung. Satu hari perjalanan tidak seorang penyamun pun yang menghadang. 
Bahkan sampai menyeberangi Batang Bangko dan mendaki bukit kecil, ia tidak menemui 
rintangan apa-apa, kecuali letih dan beragam siksa di pikiran. 
Perjalanannya tidak jauh lagi. Tinggal menuruni bukit kecil itu. Sejenak ia ingin 
beristirahat. Di atas sebuah gundukan tanah ia merenungi takdirnya sebagai orang 
buangan. Dengan berpanduang daun puau, ia tertidur. Saat itulah, di luar kuasanya, tubuh 
buncitnya perlahan mengeras jadi batu. 
LUMPUR BANGKAI 
Di tanah yang sama, dari ranah Pulakek seorang andeh miskin mendandani anak 
gadisnya. Mereka berencana pergi ke rumah Anduang Gadih Ajo, kemenakan Datuak 
Rajo Biaro, suku Melayu, di Kapau, untuk meminjam 15 sukat padi. 
Sepanjang perjalanan mereka membincang siasat bagaimana menarik hati Anduang 
Gadih Ajo sehingga bersedia meminjamkan padi. 
Andeh itu meminta anaknya berlaku sebagaimana layaknya seorang yang terpandang. 
Hanya karena musim panen padi belum datang, mereka terpaksa meminjam padi. Itulah 
kesan yang harus muncul. 
Setibanya di rumah Anduang Gadih Ajo, mereka disilakan masuk dan disuguhi makan 
siang dan minum secukupnya. Anduang Gadih Ajo menyilakan andeh makan di dulang 
dan anak makan di talam. Tapi sang anak tiba-tiba menolak. 
"Orang tua ini tidak usah makan di dulang. Ia makan di sayak saja. Ia kan cuma hamba 
sahaya saya...," ucap anak gadis itu. Pongah. 
Andeh tersentak, seketika selera makannya hilang. Ia tercekik. Antara percaya dan tidak 
pada apa yang baru saja didengarnya. Tapi, rencana sudah dirancang. Andeh menduga 
baik, itu hanyalah sandiwara anaknya saja. 
Selesai makan, Anduang Gadih Ajo menanyakan maksud kedatangan mereka. Dan sang 
anak buru-buru menjawab, bahwa kedatangannya untuk meminjam 15 sukat padi 
menjelang sawahnya panen. Melihat dandanan dan cara bicara anak gadis itu, Anduang 
Gadih Ajo merasa yakin meminjamkan padi sebanyak 15 sukat. Bahkan Anduang Gadih 
Ajo menghadiahi mereka seeokor ayam hitam sebagai ungkapan persaudaraan. 
Padi 15 sukat itu ditakar dan diserahkan. Andeh langsung memikulnya. Sedang sang anak 
menggendong ayam hitam dan sebatang tibarau sengaja dipotong untuk dijadikan tongkat 
di perjalanan pulang. Di depan Anduang Gadih Ajo, ia perintahkan andeh-nya berjalan 
duluan dan ia mengiringi dengan gontai di belakang. 
Dalam perjalanan mereka saling diam. Andeh merasa dikhianati anak sendiri. Anak 
merasa bangga dan puas dengan posisinya sebagai seorang yang berkuasa. Sampai 
ketika terdengar pekikan minta tolong.
"Andeh, tasibuluih den, Nde!" sang anak terinjak jejak kerbau dan kakinya diisap bancah, 
lumpur hidup di tengah sawah. "Andeh, tolong, Nde! Aku diisap! Semakin dalam saja, 
Nde!" Ayam di gendongannya terbang. Tibarau yang dijadikan tongkat itu pun terlempar 
ke samping dan tak terjangkau lagi olehnya. Tapi, andeh terus berjalan, tanpa menoleh 
selayang pun. Dengan napas sesak ia merungut-rungut: "Aku bukan andeh-mu. Aku 
hamba sahayamu!" 
Seminggu kemudian, di jorong Ujuang Jalan, Nagari Alam Pauah Duo, Alam Surambi 
Sungai Pagu, orang-orang gempar. Di terusan mata air, tempat mereka biasa mengambil 
air minum, ditemukan sesosok mayat yang sudah mengelupas kulitnya seperti bangkai 
babi yang gembung di dalam lumpur. 
*** 
BUNGA BANGKAI 
Di masa yang lain, dari sebuah pondok kebun lobak, seorang ibu bergegas ke jalan raya 
menyongsong adik suaminya. Sekali sebulan adik suaminya yang bekerja di kantor 
kabupaten itu selalu mengunjunginya membawa kabar terbaru tentang anak gadisnya 
yang kini kuliah di Ibu Kota Negara. Anaknya itu dibiayai oleh sebuah yayasan atas 
prestasinya menciptakan zat pewarna pakaian dari cairan buah pinang yang 
difregmentasikan. Prestasi itu sudah dicapainya semasa masih duduk di bangku SMKN. 
Luar biasa. 
Pihak yayasan tertarik pada prestasinya dan mengundang anak itu mengikuti program 
teknik industri di sebuah perguruuan tinggi kenamaan di ibu kota. Tawaran itu terkait erat 
dengan kerja sama pemerintah dengan negara pengekspor tekstil terbesar di dunia. Cara 
mengolah zat pewarna pakaian yang diciptakan sang anak menjadi sebuah prestasi yang 
harus diperhatikan. 
Untuk urusan belanja-membelanjai, pihak yayasan semula berjanji akan menanggung 
semuanya, mulai dari pendaftaran sampai wisuda. Akan tetapi, setelah satu semester 
berjalan, kesepakatan berubah. Bukan disengaja sebenarnya. Tersebar kabar, yayasan 
yang menanggung pembiayaan kuliah anak itu tercatat sebagai salah satu yayasan milik 
seorang koruptor yang sedang diadili kasusnya. 
Pihak yayasan minta maaf. Sebagai ungkapan bersalah ia memberi dana tunjangan 
sebesar lima juta rupiah. Tetapi, kurs mata uang yang terus terseok, angka lima juta tidak 
mampu berbuat banyak. 
Pada semester ketiga sang anak terpaksa mengadu pada ayah ibunya. Ia masih ingin 
terus kuliah. Amat disayangkan jika harus berhenti di tengah jalan. Tapi, bagaimana 
caranya? 
Ayahnya mengadu pada adiknya yang kebetulan telah lama bekerja di kantor bupati. 
Maka, didapat kesepakatan: kuliah sang anak harus diteruskan dengan cara swadana 
antar keluarga. 
Sang paman berperan sebagai donatur tetap, pengganti pimpinan yayasan yang 
membelot dari janjinya itu. 
Sang anak gembira dan bangga pada sang paman yang begitu perhatian kepadanya. 
Andai saja paman tidak ada, bagaimana nasibnya? 
Bahkan, dalam kesempatan tertentu, sang paman berkenan menjenguknya ke ibu kota. 
Jadi, kekecewaaan terhadap yayasan itu tidak begitu terasa olehnya. 
Bantuan semakin ia rasakan ketika paman naik pangkat. Ia kini menjadi kepala di bidang
pembangunan kakabupaten. Jam terbang paman meninggi. Paman lebih sering keluar 
kota mengurus pekerjaaan. 
Sejak itu pula ia sering dikunjungi paman. Kalau ke ibu kota, paman sering mampir. Atas 
kondisi itulah, paman beriniasiatif mengontrak sebuah apartemen untuk kemenakannya 
yang berprestasi itu. Jika paman kemalaman di ibu kota, ia bisa menginap di apartemen 
tersebut. Tak perlu lagi ke hotel. Hotel di ibu kota kan mahal. 
Entah kapan mulainya, apartemen itu menjadi awal cerita yang mendebarkan bagi sang 
paman. Malam itu ia ada urusan di ibu kota. Paman kemalaman. Saat istirahat tiba, 
paman bermaksud akan istirahat di apartemen kemenakan. Kemenakan pun ditelepon. 
Sejak kemenakan membukakan pintu dan mempersilakan paman masuk, paman merasa 
ada yang ganjil. Ia seolah mencium aroma bunga di ruangan itu. Paman disuguhi minum 
oleh kemenakan yang hanya memakai gaun tidur. Aroma bunga itu kian menyeruak. 
Paman mengajak bercerita. Bertanya-tanya tentang perkuliahan kemenakan. Cepatlah 
tamat, kemenakan. Selama paman masih bekerja di kantor bupati, kemenakan tidak usah 
pening seperti sarjana-sarjana kebanyakan. Untuk kemenakan sudah dipersiapkan 
jabatan ringan. Setidaknya jadi pegawai honorer atau pegawai tidak tetap. Setelah 
kemenakan punya Surat Keterangn Wiyata Bakti, Nomor Induk Pegawai mudah didapat. 
Yakinlah. 
Kemenakan tersipu. Ia makin kagum pada pamannya. Dengan apa akan dibalas jasa 
paman yang baik ini? pikirnya. 
Di tengah percakapan itu, penciuman paman kembali disergap aroma bunga yang ganjil. 
Ia tatap kemenakannya lekat-lekat. Paman ingin bertanya tentang aroma bunga itu. Saling 
tatap pun terjadi. Kemenakan sedikit kikuk. Tatapan paman membuatnya merasa ada 
yang tidak beres di tali gaun tidur yang diikatkan di bawah dadanya. 
Dugaannya benar. Ujung talinya disentuh paman dan bertanya: kamu beli di mana? 
Kurang modis. Nanti kalau perlu gaun baru, bilang sama paman dong. 
Tali gaun tidur yang tidak beres dan kurang modis itu tidak hanya sekadar disentuh paman 
tapi ditariknya. Aroma bunga yang ganjil tadi makin menyeruak ke benak paman. 
Jangan Paman. Bunga ini belum mekar. Belum saatnya dipetik. 
Paman tersenyum, di bola matanya bunga-bunga itu seperti beterbangan. 
"Paman..." 
Tali gaun tidurnya jatuh. 
Paman pun jatuh. 
Bunga itu luluh. 
Si kemenakan terpuruk. Ia kini sering menyendiri. Murung. Kemurungannya mengundang 
perhatian seorang lelaki muda, teman sekelasnya. Ia dapat teman bercerita. Teman 
sekelas itu orangnya baik. Mau menjadi tempat ia berbagi segala keluh-kesah yang akhir-akhir 
ini terus menderanya. 
Paman yang selama ini ia banggakan telah meluluhkan bunganya. Karena biaya kuliahnya 
paman yang mengurus, ia tidak bisa berbuat banyak. Yang lebih membebaninya kini, sang 
paman diperiksa KPK dengan tuduhan menyelewengkan dana APBD. Biaya kuliahnya 
pun mulai tersendat.
Teman sekelasnya bersimpati. Ia bersedia membantu kecil-kecilan. Ia kasihan pada 
bunga yang harus luluh sebelum mekar itu. 
Paman selamat dari pemeriksaan KPK dengan mengembalikan dana yang nyaris 
diselewengkan itu. Tapi paman tidak bisa lagi berkunjung dengan leluasa ke apartemen 
kemenakan. Teman sekelas kemenakan memaklumi keadaan ini. Ia pun dengan rileks 
bisa menggilai bunga kemenakan di apartemen yang dikontrakkan paman. 
Sementara paman hanya bisa bantubantu menstransfer uang belanja untuk kemenakan. 
Dan uang itu bukan lagi jaminan paman sepenuhnya. Beberapa sanak famili patungan. 
Untuk menutupi kekurangan, ayah ibunya terpaksa ngutang kiri ngutang kanan. 
Seperti petang hari itu, sepulang kerja, paman sengaja singgah ke pondok kebun lobak 
milik ayah ibu kemenakan, menyampaikan isi SMS kemenakan. 
Kemenakan kini sudah semester delapan. Sudah hampir wisuda. Untuk mengakhiri kuliah, 
kemenakan perlu dana yang lumayan besar. Setelah dihitung-hitung, kemenakan butuh 
dana sekitar 16 jutaan. Semua mencakup sewa apartemen, jajan sebulan, uang semester, 
dan dana membuat skripsi. Biaya wisuda dihitung kemudian. Menurut kemenakan, dana 
itu kalau dapat besok sudah dikirim. 
Ayah kemenakan terhenyak. Ke mana uang sebanyak itu dicari? Keadaan sudah tidak 
seperti dulu lagi. Kepada istri, ayah kemenakan membisikkan sesuatu. Setelah dibisiki 
suami, ibu kemenakan tampak bergegas keluar pondok menuju pondok kebun tetangga. 
Begitu cekatan. Ketika maghrib menghampiri pondok itu, ia baru kembali, dengan wajah 
cemas dan bahagia. Alhamdulillah, ada yang mau meminjamkan perhiasan untuk dijual. 
Berarti besok uang yang diperlukan anaknya bisa dikirim. 
*** 
Di depan ATM, seorang gadis menelan tangisnya. 
"Aku anak yang pekak, Bu. Terpaksa. Restuilah aku untuk tidak peduli pada sakitmu. 
Sementara saja!" Saat meronggoh kartu ATM dari tasnya, astaga, tas itu jatuh. Isinya: 
handphone, aneka botol dan kotak kosmetik, pelentik bulu mata, tisu, dan sisa kondom 
yang dipakai teman sekelasnya semalam berserakan di lantai. Buru-buru ia kemasi. Tapi, 
ia sungguh kaget, setelah mengikuti tombol-tombol transaksi, di monitor ATM tertulis: 
Silakan tunggu. Bangkai bunga Anda sedang diproses. 
*** 
Padang, Juni 2006 
KETERANGAN 
Tak kondai/pasak guyang: mahkota, tusuk konde 
Padusi: perempuan 
Urang sumando: semenda, suami kerabat perempuan 
Rando: putik nangka yang tidak jadi buah 
Panduang: payung, tempat berteduh yang terbuat dari daun kayu 
Andeh: ibu 
Dulang/talam: piring besar 
Tibarau: sejenis tebu 
Tasibuluih den, Nde: aku terbenam, Ibu 
Bancah: lumpur hidup
Teman sekelasnya bersimpati. Ia bersedia membantu kecil-kecilan. Ia kasihan pada 
bunga yang harus luluh sebelum mekar itu. 
Paman selamat dari pemeriksaan KPK dengan mengembalikan dana yang nyaris 
diselewengkan itu. Tapi paman tidak bisa lagi berkunjung dengan leluasa ke apartemen 
kemenakan. Teman sekelas kemenakan memaklumi keadaan ini. Ia pun dengan rileks 
bisa menggilai bunga kemenakan di apartemen yang dikontrakkan paman. 
Sementara paman hanya bisa bantubantu menstransfer uang belanja untuk kemenakan. 
Dan uang itu bukan lagi jaminan paman sepenuhnya. Beberapa sanak famili patungan. 
Untuk menutupi kekurangan, ayah ibunya terpaksa ngutang kiri ngutang kanan. 
Seperti petang hari itu, sepulang kerja, paman sengaja singgah ke pondok kebun lobak 
milik ayah ibu kemenakan, menyampaikan isi SMS kemenakan. 
Kemenakan kini sudah semester delapan. Sudah hampir wisuda. Untuk mengakhiri kuliah, 
kemenakan perlu dana yang lumayan besar. Setelah dihitung-hitung, kemenakan butuh 
dana sekitar 16 jutaan. Semua mencakup sewa apartemen, jajan sebulan, uang semester, 
dan dana membuat skripsi. Biaya wisuda dihitung kemudian. Menurut kemenakan, dana 
itu kalau dapat besok sudah dikirim. 
Ayah kemenakan terhenyak. Ke mana uang sebanyak itu dicari? Keadaan sudah tidak 
seperti dulu lagi. Kepada istri, ayah kemenakan membisikkan sesuatu. Setelah dibisiki 
suami, ibu kemenakan tampak bergegas keluar pondok menuju pondok kebun tetangga. 
Begitu cekatan. Ketika maghrib menghampiri pondok itu, ia baru kembali, dengan wajah 
cemas dan bahagia. Alhamdulillah, ada yang mau meminjamkan perhiasan untuk dijual. 
Berarti besok uang yang diperlukan anaknya bisa dikirim. 
*** 
Di depan ATM, seorang gadis menelan tangisnya. 
"Aku anak yang pekak, Bu. Terpaksa. Restuilah aku untuk tidak peduli pada sakitmu. 
Sementara saja!" Saat meronggoh kartu ATM dari tasnya, astaga, tas itu jatuh. Isinya: 
handphone, aneka botol dan kotak kosmetik, pelentik bulu mata, tisu, dan sisa kondom 
yang dipakai teman sekelasnya semalam berserakan di lantai. Buru-buru ia kemasi. Tapi, 
ia sungguh kaget, setelah mengikuti tombol-tombol transaksi, di monitor ATM tertulis: 
Silakan tunggu. Bangkai bunga Anda sedang diproses. 
*** 
Padang, Juni 2006 
KETERANGAN 
Tak kondai/pasak guyang: mahkota, tusuk konde 
Padusi: perempuan 
Urang sumando: semenda, suami kerabat perempuan 
Rando: putik nangka yang tidak jadi buah 
Panduang: payung, tempat berteduh yang terbuat dari daun kayu 
Andeh: ibu 
Dulang/talam: piring besar 
Tibarau: sejenis tebu 
Tasibuluih den, Nde: aku terbenam, Ibu 
Bancah: lumpur hidup

More Related Content

What's hot

Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"
Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"
Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"Àlvenda Ryan
 
Kumpulan Dongeng, Saga, Mitos, Legenda, dan Fabel
Kumpulan Dongeng, Saga, Mitos, Legenda, dan FabelKumpulan Dongeng, Saga, Mitos, Legenda, dan Fabel
Kumpulan Dongeng, Saga, Mitos, Legenda, dan FabelFirdika Arini
 
Drama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orangDrama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orangYadhi Muqsith
 
Legenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, miteLegenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, miteFelix net
 
Cerita rakyat jawa timur
Cerita rakyat jawa timurCerita rakyat jawa timur
Cerita rakyat jawa timurEdy Sujiyono
 
Bu Kek Siansu Jilid 14
Bu Kek Siansu Jilid 14Bu Kek Siansu Jilid 14
Bu Kek Siansu Jilid 14Wibowo Kusuma
 
Hikayat Bunga Kemuning
Hikayat Bunga KemuningHikayat Bunga Kemuning
Hikayat Bunga KemuningSatria
 
B. Indonesia - Hikayat Bunga Kemuning
B. Indonesia - Hikayat Bunga KemuningB. Indonesia - Hikayat Bunga Kemuning
B. Indonesia - Hikayat Bunga KemuningRamadhani Sardiman
 
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Fajar Sany
 
Aa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kamiAa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kamiprama_alj
 
Kumpulan mite bahasa jawa
Kumpulan mite bahasa jawaKumpulan mite bahasa jawa
Kumpulan mite bahasa jawaFirdika Arini
 
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"Aulia Dina Wulandani
 

What's hot (20)

Jaka tarub
Jaka tarubJaka tarub
Jaka tarub
 
Teks cerita sejarah
Teks cerita sejarahTeks cerita sejarah
Teks cerita sejarah
 
Kumpulan Dongeng Anak
Kumpulan Dongeng AnakKumpulan Dongeng Anak
Kumpulan Dongeng Anak
 
Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"
Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"
Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"
 
Kumpulan Dongeng, Saga, Mitos, Legenda, dan Fabel
Kumpulan Dongeng, Saga, Mitos, Legenda, dan FabelKumpulan Dongeng, Saga, Mitos, Legenda, dan Fabel
Kumpulan Dongeng, Saga, Mitos, Legenda, dan Fabel
 
Drama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orangDrama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orang
 
Legenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, miteLegenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, mite
 
Sangkuriang
SangkuriangSangkuriang
Sangkuriang
 
Cerita rakyat jawa timur
Cerita rakyat jawa timurCerita rakyat jawa timur
Cerita rakyat jawa timur
 
Ikan patin
Ikan patinIkan patin
Ikan patin
 
Bu Kek Siansu Jilid 14
Bu Kek Siansu Jilid 14Bu Kek Siansu Jilid 14
Bu Kek Siansu Jilid 14
 
Hikayat Bunga Kemuning
Hikayat Bunga KemuningHikayat Bunga Kemuning
Hikayat Bunga Kemuning
 
B. Indonesia - Hikayat Bunga Kemuning
B. Indonesia - Hikayat Bunga KemuningB. Indonesia - Hikayat Bunga Kemuning
B. Indonesia - Hikayat Bunga Kemuning
 
Pendidikan sivik dan kewarganegaraan
Pendidikan sivik dan kewarganegaraanPendidikan sivik dan kewarganegaraan
Pendidikan sivik dan kewarganegaraan
 
Timun emas
Timun emasTimun emas
Timun emas
 
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
 
Aa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kamiAa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kami
 
Kumpulan mite bahasa jawa
Kumpulan mite bahasa jawaKumpulan mite bahasa jawa
Kumpulan mite bahasa jawa
 
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
 
Midnight in cairo (irwan kelana)
Midnight in cairo (irwan kelana)Midnight in cairo (irwan kelana)
Midnight in cairo (irwan kelana)
 

Viewers also liked

Viewers also liked (11)

Pejuang (maria magdalena bhoernomo)
Pejuang (maria magdalena bhoernomo)Pejuang (maria magdalena bhoernomo)
Pejuang (maria magdalena bhoernomo)
 
Penyair muda, istri muda (leo kelana)
Penyair muda, istri muda (leo kelana)Penyair muda, istri muda (leo kelana)
Penyair muda, istri muda (leo kelana)
 
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
 
Gajah di pelupuk mata (sunaryono basuki ks)
Gajah di pelupuk mata (sunaryono basuki ks)Gajah di pelupuk mata (sunaryono basuki ks)
Gajah di pelupuk mata (sunaryono basuki ks)
 
Bisikan angin (beni setia)
Bisikan angin (beni setia)Bisikan angin (beni setia)
Bisikan angin (beni setia)
 
Ilusi musim gugur (nugroho sukmanto)
Ilusi musim gugur (nugroho sukmanto)Ilusi musim gugur (nugroho sukmanto)
Ilusi musim gugur (nugroho sukmanto)
 
Wajah (sides sudyarto ds)
Wajah (sides sudyarto ds)Wajah (sides sudyarto ds)
Wajah (sides sudyarto ds)
 
Musik fajar (us tiarsa r.)
Musik fajar (us tiarsa r.)Musik fajar (us tiarsa r.)
Musik fajar (us tiarsa r.)
 
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
 
Tasbih dari gunung slamet (sigit emwe)
Tasbih dari gunung slamet (sigit emwe)Tasbih dari gunung slamet (sigit emwe)
Tasbih dari gunung slamet (sigit emwe)
 
Skandal utang (nugroho sukmanto)
Skandal utang (nugroho sukmanto)Skandal utang (nugroho sukmanto)
Skandal utang (nugroho sukmanto)
 

Similar to Cerpen Bangkai

Similar to Cerpen Bangkai (20)

M46314 n6
M46314 n6M46314 n6
M46314 n6
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
 
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
 
Bangau menenun songket
Bangau menenun songketBangau menenun songket
Bangau menenun songket
 
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
 
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
 
Cerita legenda batu menangis
Cerita legenda batu menangisCerita legenda batu menangis
Cerita legenda batu menangis
 
Asal usul gunung tangkuban
Asal usul gunung tangkubanAsal usul gunung tangkuban
Asal usul gunung tangkuban
 
Adhe
AdheAdhe
Adhe
 
Sekelumit kisah di balik program desaku menanti
Sekelumit kisah di balik program desaku menantiSekelumit kisah di balik program desaku menanti
Sekelumit kisah di balik program desaku menanti
 
Krakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustakaKrakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustaka
 
Legenda ikan patin
Legenda ikan patinLegenda ikan patin
Legenda ikan patin
 
Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"
Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"
Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"
 
Sangkuriang
SangkuriangSangkuriang
Sangkuriang
 
Bedah buku andy noya kisah hidupku-
Bedah buku andy noya  kisah hidupku-Bedah buku andy noya  kisah hidupku-
Bedah buku andy noya kisah hidupku-
 
Tika hujan turun
Tika hujan turunTika hujan turun
Tika hujan turun
 
Bimo
BimoBimo
Bimo
 
Sipnopsis cerpen
Sipnopsis cerpenSipnopsis cerpen
Sipnopsis cerpen
 
Doa emak untuk asa
Doa emak untuk asaDoa emak untuk asa
Doa emak untuk asa
 
Legenda aceh banta seudang
Legenda aceh   banta seudangLegenda aceh   banta seudang
Legenda aceh banta seudang
 

More from Arvinoor Siregar SH MH (20)

Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212
 
Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223
 
Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501
 
Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225
 
Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572
 
Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223
 
Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184
 
Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223
 
Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433
 
Thurgood marshall
Thurgood marshallThurgood marshall
Thurgood marshall
 
The rainbow coalition
The rainbow coalitionThe rainbow coalition
The rainbow coalition
 
The halls of power
The halls of powerThe halls of power
The halls of power
 
The dred scott decision
The dred scott decisionThe dred scott decision
The dred scott decision
 
Slavery
SlaverySlavery
Slavery
 
Rosa parks
Rosa parksRosa parks
Rosa parks
 
Martin luther king's dream
Martin luther king's dreamMartin luther king's dream
Martin luther king's dream
 
Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.
 
Jordon and ali
Jordon and aliJordon and ali
Jordon and ali
 
Jackie robinson
Jackie robinsonJackie robinson
Jackie robinson
 
Harriet tubman
Harriet tubmanHarriet tubman
Harriet tubman
 

Recently uploaded

Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikssuser328cb5
 
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................teeka180806
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99
 

Recently uploaded (8)

Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
 
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
 

Cerpen Bangkai

  • 1. Jawa Pos Minggu, 13 Mei 2007 Tiga Episode Bangkai Cerpen: Zelfeni Wimra BATU BANGKAI Menjadi batu, sebuah pilihan paling damai. Biar setiap orang tahu, kemenakan Rajo Kiramaik tidak lagi senang menyendiri dan menangis. Penghuni istana pun tidak perlu lagi bergunjing tentang bangkai yang dirahasiakan salah seorang anak dara kerajaan. Ibunya, yang tahu perihal bangkai itu, setiap kali ia hendak bepergian secara sembunyi-sembunyi dengan hulubalang, selalu mengingatkan bahwa apa yang dilakukannya itu berbahaya. Bila mamak Rajo tahu, ia pasti marah besar. Seorang anak dara kerajaan diam-diam bepergian dengan hulubalang merupakan aib besar bagi kerajaan. Rajo sudah berkali-kali menegaskan bahwa kemenakannya tidak boleh bergaul dengan sembarang orang. Kemenakannya hanya boleh berkawan dengan orang-orang yang setara dengannya. Keluar dari anjungan pun hanya untuk keperluan penting. Untuk itulah, ia selalu didandani, dihiasi dengan tak kondai atau pasak guyang. Agar ia berbeda dari padusi lain. Impian mamak, kerajaan ini kelak akan menerima lamaran Rajo Mudo. Mamak kukuh dengan sikap yang satu ini. Apalagi setelah Bujang Salamaik datang membawa sebuah paham yang salah satu ajarannya mengatur bagaimana sebuah keluarga menjaga marwah. Menikahkan anak-kemenakan harus dengan yang sekufu, sebanding. Dalam sejumlah pertemuan keluarga kerajaan, ingin ia sampaikan, betapa ia tersiksa melakoni status padusi terakhir di kerajaan matrilinial ini. Padusi-padusi sebelumnya telah menikah dan pernikahan-pernikahan itu dipandang tidak bermartabat oleh sang mamak. Itulah sebab, mengapa ia dipingit. Keluar anjungan harus seizin mamak. Bila ada tamu kerajaan ia harus tampil mendampingi mamak dengan dandanan yang dipaksakan. Pun, bila mamak berkunjung ke kerajaan lain, ia akan dibawa ikut. Mamak sudah menerangkan maksud semua itu. Mamak ingin urang sumando-nya juga berasal dari keturunan bermartabat seperti dirinya. Kemenakan kemenakannya yang lain terlalu longgar memilih laki, karena terlalu cemas akan menjadi rando seumur hidup. Tapi, sebelum ia memilih jadi batu, ibu yang selalu disalaminya setiap kali hendak bepergian dengan hulubalang adalah orang pertama yang tahu. Ketika suatu kali, tepat ketika mamak memerintahkan bala tentaranya berperang melawan serangan kerajaan dari tanah Jao, ia melihat tidak ada lagi senyum di wajah ibunya. "Kenapa, Bunda murung? Apa karena hari ini hari perpisahan dengan Ayah? Bukankah Bunda juga yang bilang kalau di hari perpisahan tidak boleh bersedih. Para lelaki yang akan berangkat perang harus dilepas dengan senyuman. Dengan peluk dan ciuman," lirihnya. Tapi sang ibu tetap murung. Perlahan ia dekatkan tangannya ke perut sang anak yang mulai membuncit. "Kau akan jadi batu, Nak." "Bunda mengutuk aku?" "Bukan. Itu bukan kutukan. Itu hukuman." "Berangkatlah sendiri ke pengasingan. Ibu tidak diizinkan mengantar." "Baik, Bunda." "Inilah yang bunda cemaskan, Nak. Bukan perpisahan. Bagaimana jadinya nanti bila mamak dan abahmu mengetahuinya. Kita semua malu. Kau akan terbuang dan jadi batu," gagau ibunya di hari kerangkatannya menuju pengasingan.
  • 2. "Hulubalang itu juga ikut berperang," isak ibunya, "Kalau ia tidak kembali, siapa yang akan bertanggung jawab..." "Jangan cemas, Bunda. Aku ikhlas jadi batu..." Petang hari ia berangkat. Sendiri. Ia menuju ranah Bulantiak, tanah pengasingan orang-orang yang senasib dengannya. Dalam perjalanan itu ia mesti melewati Pasie Talang yang lengang, di mana segerombolan penyamun biasa mengintai mangsa. Begitu pula di sekitar daerah Bendang, Kutianyie, Lundang, Batang Laweh, Rawang, dan Koto Baru, sangat terkenal dengan keganasan para perampok. Orang yang melewati tempat-tempat itu jarang yang selamat. Kalau pun selamat, pasti sudah dianiaya, dirampok. Kalau perempuan diperkosa. Tapi ia beruntung. Satu hari perjalanan tidak seorang penyamun pun yang menghadang. Bahkan sampai menyeberangi Batang Bangko dan mendaki bukit kecil, ia tidak menemui rintangan apa-apa, kecuali letih dan beragam siksa di pikiran. Perjalanannya tidak jauh lagi. Tinggal menuruni bukit kecil itu. Sejenak ia ingin beristirahat. Di atas sebuah gundukan tanah ia merenungi takdirnya sebagai orang buangan. Dengan berpanduang daun puau, ia tertidur. Saat itulah, di luar kuasanya, tubuh buncitnya perlahan mengeras jadi batu. LUMPUR BANGKAI Di tanah yang sama, dari ranah Pulakek seorang andeh miskin mendandani anak gadisnya. Mereka berencana pergi ke rumah Anduang Gadih Ajo, kemenakan Datuak Rajo Biaro, suku Melayu, di Kapau, untuk meminjam 15 sukat padi. Sepanjang perjalanan mereka membincang siasat bagaimana menarik hati Anduang Gadih Ajo sehingga bersedia meminjamkan padi. Andeh itu meminta anaknya berlaku sebagaimana layaknya seorang yang terpandang. Hanya karena musim panen padi belum datang, mereka terpaksa meminjam padi. Itulah kesan yang harus muncul. Setibanya di rumah Anduang Gadih Ajo, mereka disilakan masuk dan disuguhi makan siang dan minum secukupnya. Anduang Gadih Ajo menyilakan andeh makan di dulang dan anak makan di talam. Tapi sang anak tiba-tiba menolak. "Orang tua ini tidak usah makan di dulang. Ia makan di sayak saja. Ia kan cuma hamba sahaya saya...," ucap anak gadis itu. Pongah. Andeh tersentak, seketika selera makannya hilang. Ia tercekik. Antara percaya dan tidak pada apa yang baru saja didengarnya. Tapi, rencana sudah dirancang. Andeh menduga baik, itu hanyalah sandiwara anaknya saja. Selesai makan, Anduang Gadih Ajo menanyakan maksud kedatangan mereka. Dan sang anak buru-buru menjawab, bahwa kedatangannya untuk meminjam 15 sukat padi menjelang sawahnya panen. Melihat dandanan dan cara bicara anak gadis itu, Anduang Gadih Ajo merasa yakin meminjamkan padi sebanyak 15 sukat. Bahkan Anduang Gadih Ajo menghadiahi mereka seeokor ayam hitam sebagai ungkapan persaudaraan. Padi 15 sukat itu ditakar dan diserahkan. Andeh langsung memikulnya. Sedang sang anak menggendong ayam hitam dan sebatang tibarau sengaja dipotong untuk dijadikan tongkat di perjalanan pulang. Di depan Anduang Gadih Ajo, ia perintahkan andeh-nya berjalan duluan dan ia mengiringi dengan gontai di belakang. Dalam perjalanan mereka saling diam. Andeh merasa dikhianati anak sendiri. Anak merasa bangga dan puas dengan posisinya sebagai seorang yang berkuasa. Sampai ketika terdengar pekikan minta tolong.
  • 3. "Andeh, tasibuluih den, Nde!" sang anak terinjak jejak kerbau dan kakinya diisap bancah, lumpur hidup di tengah sawah. "Andeh, tolong, Nde! Aku diisap! Semakin dalam saja, Nde!" Ayam di gendongannya terbang. Tibarau yang dijadikan tongkat itu pun terlempar ke samping dan tak terjangkau lagi olehnya. Tapi, andeh terus berjalan, tanpa menoleh selayang pun. Dengan napas sesak ia merungut-rungut: "Aku bukan andeh-mu. Aku hamba sahayamu!" Seminggu kemudian, di jorong Ujuang Jalan, Nagari Alam Pauah Duo, Alam Surambi Sungai Pagu, orang-orang gempar. Di terusan mata air, tempat mereka biasa mengambil air minum, ditemukan sesosok mayat yang sudah mengelupas kulitnya seperti bangkai babi yang gembung di dalam lumpur. *** BUNGA BANGKAI Di masa yang lain, dari sebuah pondok kebun lobak, seorang ibu bergegas ke jalan raya menyongsong adik suaminya. Sekali sebulan adik suaminya yang bekerja di kantor kabupaten itu selalu mengunjunginya membawa kabar terbaru tentang anak gadisnya yang kini kuliah di Ibu Kota Negara. Anaknya itu dibiayai oleh sebuah yayasan atas prestasinya menciptakan zat pewarna pakaian dari cairan buah pinang yang difregmentasikan. Prestasi itu sudah dicapainya semasa masih duduk di bangku SMKN. Luar biasa. Pihak yayasan tertarik pada prestasinya dan mengundang anak itu mengikuti program teknik industri di sebuah perguruuan tinggi kenamaan di ibu kota. Tawaran itu terkait erat dengan kerja sama pemerintah dengan negara pengekspor tekstil terbesar di dunia. Cara mengolah zat pewarna pakaian yang diciptakan sang anak menjadi sebuah prestasi yang harus diperhatikan. Untuk urusan belanja-membelanjai, pihak yayasan semula berjanji akan menanggung semuanya, mulai dari pendaftaran sampai wisuda. Akan tetapi, setelah satu semester berjalan, kesepakatan berubah. Bukan disengaja sebenarnya. Tersebar kabar, yayasan yang menanggung pembiayaan kuliah anak itu tercatat sebagai salah satu yayasan milik seorang koruptor yang sedang diadili kasusnya. Pihak yayasan minta maaf. Sebagai ungkapan bersalah ia memberi dana tunjangan sebesar lima juta rupiah. Tetapi, kurs mata uang yang terus terseok, angka lima juta tidak mampu berbuat banyak. Pada semester ketiga sang anak terpaksa mengadu pada ayah ibunya. Ia masih ingin terus kuliah. Amat disayangkan jika harus berhenti di tengah jalan. Tapi, bagaimana caranya? Ayahnya mengadu pada adiknya yang kebetulan telah lama bekerja di kantor bupati. Maka, didapat kesepakatan: kuliah sang anak harus diteruskan dengan cara swadana antar keluarga. Sang paman berperan sebagai donatur tetap, pengganti pimpinan yayasan yang membelot dari janjinya itu. Sang anak gembira dan bangga pada sang paman yang begitu perhatian kepadanya. Andai saja paman tidak ada, bagaimana nasibnya? Bahkan, dalam kesempatan tertentu, sang paman berkenan menjenguknya ke ibu kota. Jadi, kekecewaaan terhadap yayasan itu tidak begitu terasa olehnya. Bantuan semakin ia rasakan ketika paman naik pangkat. Ia kini menjadi kepala di bidang
  • 4. pembangunan kakabupaten. Jam terbang paman meninggi. Paman lebih sering keluar kota mengurus pekerjaaan. Sejak itu pula ia sering dikunjungi paman. Kalau ke ibu kota, paman sering mampir. Atas kondisi itulah, paman beriniasiatif mengontrak sebuah apartemen untuk kemenakannya yang berprestasi itu. Jika paman kemalaman di ibu kota, ia bisa menginap di apartemen tersebut. Tak perlu lagi ke hotel. Hotel di ibu kota kan mahal. Entah kapan mulainya, apartemen itu menjadi awal cerita yang mendebarkan bagi sang paman. Malam itu ia ada urusan di ibu kota. Paman kemalaman. Saat istirahat tiba, paman bermaksud akan istirahat di apartemen kemenakan. Kemenakan pun ditelepon. Sejak kemenakan membukakan pintu dan mempersilakan paman masuk, paman merasa ada yang ganjil. Ia seolah mencium aroma bunga di ruangan itu. Paman disuguhi minum oleh kemenakan yang hanya memakai gaun tidur. Aroma bunga itu kian menyeruak. Paman mengajak bercerita. Bertanya-tanya tentang perkuliahan kemenakan. Cepatlah tamat, kemenakan. Selama paman masih bekerja di kantor bupati, kemenakan tidak usah pening seperti sarjana-sarjana kebanyakan. Untuk kemenakan sudah dipersiapkan jabatan ringan. Setidaknya jadi pegawai honorer atau pegawai tidak tetap. Setelah kemenakan punya Surat Keterangn Wiyata Bakti, Nomor Induk Pegawai mudah didapat. Yakinlah. Kemenakan tersipu. Ia makin kagum pada pamannya. Dengan apa akan dibalas jasa paman yang baik ini? pikirnya. Di tengah percakapan itu, penciuman paman kembali disergap aroma bunga yang ganjil. Ia tatap kemenakannya lekat-lekat. Paman ingin bertanya tentang aroma bunga itu. Saling tatap pun terjadi. Kemenakan sedikit kikuk. Tatapan paman membuatnya merasa ada yang tidak beres di tali gaun tidur yang diikatkan di bawah dadanya. Dugaannya benar. Ujung talinya disentuh paman dan bertanya: kamu beli di mana? Kurang modis. Nanti kalau perlu gaun baru, bilang sama paman dong. Tali gaun tidur yang tidak beres dan kurang modis itu tidak hanya sekadar disentuh paman tapi ditariknya. Aroma bunga yang ganjil tadi makin menyeruak ke benak paman. Jangan Paman. Bunga ini belum mekar. Belum saatnya dipetik. Paman tersenyum, di bola matanya bunga-bunga itu seperti beterbangan. "Paman..." Tali gaun tidurnya jatuh. Paman pun jatuh. Bunga itu luluh. Si kemenakan terpuruk. Ia kini sering menyendiri. Murung. Kemurungannya mengundang perhatian seorang lelaki muda, teman sekelasnya. Ia dapat teman bercerita. Teman sekelas itu orangnya baik. Mau menjadi tempat ia berbagi segala keluh-kesah yang akhir-akhir ini terus menderanya. Paman yang selama ini ia banggakan telah meluluhkan bunganya. Karena biaya kuliahnya paman yang mengurus, ia tidak bisa berbuat banyak. Yang lebih membebaninya kini, sang paman diperiksa KPK dengan tuduhan menyelewengkan dana APBD. Biaya kuliahnya pun mulai tersendat.
  • 5. Teman sekelasnya bersimpati. Ia bersedia membantu kecil-kecilan. Ia kasihan pada bunga yang harus luluh sebelum mekar itu. Paman selamat dari pemeriksaan KPK dengan mengembalikan dana yang nyaris diselewengkan itu. Tapi paman tidak bisa lagi berkunjung dengan leluasa ke apartemen kemenakan. Teman sekelas kemenakan memaklumi keadaan ini. Ia pun dengan rileks bisa menggilai bunga kemenakan di apartemen yang dikontrakkan paman. Sementara paman hanya bisa bantubantu menstransfer uang belanja untuk kemenakan. Dan uang itu bukan lagi jaminan paman sepenuhnya. Beberapa sanak famili patungan. Untuk menutupi kekurangan, ayah ibunya terpaksa ngutang kiri ngutang kanan. Seperti petang hari itu, sepulang kerja, paman sengaja singgah ke pondok kebun lobak milik ayah ibu kemenakan, menyampaikan isi SMS kemenakan. Kemenakan kini sudah semester delapan. Sudah hampir wisuda. Untuk mengakhiri kuliah, kemenakan perlu dana yang lumayan besar. Setelah dihitung-hitung, kemenakan butuh dana sekitar 16 jutaan. Semua mencakup sewa apartemen, jajan sebulan, uang semester, dan dana membuat skripsi. Biaya wisuda dihitung kemudian. Menurut kemenakan, dana itu kalau dapat besok sudah dikirim. Ayah kemenakan terhenyak. Ke mana uang sebanyak itu dicari? Keadaan sudah tidak seperti dulu lagi. Kepada istri, ayah kemenakan membisikkan sesuatu. Setelah dibisiki suami, ibu kemenakan tampak bergegas keluar pondok menuju pondok kebun tetangga. Begitu cekatan. Ketika maghrib menghampiri pondok itu, ia baru kembali, dengan wajah cemas dan bahagia. Alhamdulillah, ada yang mau meminjamkan perhiasan untuk dijual. Berarti besok uang yang diperlukan anaknya bisa dikirim. *** Di depan ATM, seorang gadis menelan tangisnya. "Aku anak yang pekak, Bu. Terpaksa. Restuilah aku untuk tidak peduli pada sakitmu. Sementara saja!" Saat meronggoh kartu ATM dari tasnya, astaga, tas itu jatuh. Isinya: handphone, aneka botol dan kotak kosmetik, pelentik bulu mata, tisu, dan sisa kondom yang dipakai teman sekelasnya semalam berserakan di lantai. Buru-buru ia kemasi. Tapi, ia sungguh kaget, setelah mengikuti tombol-tombol transaksi, di monitor ATM tertulis: Silakan tunggu. Bangkai bunga Anda sedang diproses. *** Padang, Juni 2006 KETERANGAN Tak kondai/pasak guyang: mahkota, tusuk konde Padusi: perempuan Urang sumando: semenda, suami kerabat perempuan Rando: putik nangka yang tidak jadi buah Panduang: payung, tempat berteduh yang terbuat dari daun kayu Andeh: ibu Dulang/talam: piring besar Tibarau: sejenis tebu Tasibuluih den, Nde: aku terbenam, Ibu Bancah: lumpur hidup
  • 6. Teman sekelasnya bersimpati. Ia bersedia membantu kecil-kecilan. Ia kasihan pada bunga yang harus luluh sebelum mekar itu. Paman selamat dari pemeriksaan KPK dengan mengembalikan dana yang nyaris diselewengkan itu. Tapi paman tidak bisa lagi berkunjung dengan leluasa ke apartemen kemenakan. Teman sekelas kemenakan memaklumi keadaan ini. Ia pun dengan rileks bisa menggilai bunga kemenakan di apartemen yang dikontrakkan paman. Sementara paman hanya bisa bantubantu menstransfer uang belanja untuk kemenakan. Dan uang itu bukan lagi jaminan paman sepenuhnya. Beberapa sanak famili patungan. Untuk menutupi kekurangan, ayah ibunya terpaksa ngutang kiri ngutang kanan. Seperti petang hari itu, sepulang kerja, paman sengaja singgah ke pondok kebun lobak milik ayah ibu kemenakan, menyampaikan isi SMS kemenakan. Kemenakan kini sudah semester delapan. Sudah hampir wisuda. Untuk mengakhiri kuliah, kemenakan perlu dana yang lumayan besar. Setelah dihitung-hitung, kemenakan butuh dana sekitar 16 jutaan. Semua mencakup sewa apartemen, jajan sebulan, uang semester, dan dana membuat skripsi. Biaya wisuda dihitung kemudian. Menurut kemenakan, dana itu kalau dapat besok sudah dikirim. Ayah kemenakan terhenyak. Ke mana uang sebanyak itu dicari? Keadaan sudah tidak seperti dulu lagi. Kepada istri, ayah kemenakan membisikkan sesuatu. Setelah dibisiki suami, ibu kemenakan tampak bergegas keluar pondok menuju pondok kebun tetangga. Begitu cekatan. Ketika maghrib menghampiri pondok itu, ia baru kembali, dengan wajah cemas dan bahagia. Alhamdulillah, ada yang mau meminjamkan perhiasan untuk dijual. Berarti besok uang yang diperlukan anaknya bisa dikirim. *** Di depan ATM, seorang gadis menelan tangisnya. "Aku anak yang pekak, Bu. Terpaksa. Restuilah aku untuk tidak peduli pada sakitmu. Sementara saja!" Saat meronggoh kartu ATM dari tasnya, astaga, tas itu jatuh. Isinya: handphone, aneka botol dan kotak kosmetik, pelentik bulu mata, tisu, dan sisa kondom yang dipakai teman sekelasnya semalam berserakan di lantai. Buru-buru ia kemasi. Tapi, ia sungguh kaget, setelah mengikuti tombol-tombol transaksi, di monitor ATM tertulis: Silakan tunggu. Bangkai bunga Anda sedang diproses. *** Padang, Juni 2006 KETERANGAN Tak kondai/pasak guyang: mahkota, tusuk konde Padusi: perempuan Urang sumando: semenda, suami kerabat perempuan Rando: putik nangka yang tidak jadi buah Panduang: payung, tempat berteduh yang terbuat dari daun kayu Andeh: ibu Dulang/talam: piring besar Tibarau: sejenis tebu Tasibuluih den, Nde: aku terbenam, Ibu Bancah: lumpur hidup