2. KITAB YEREMIA
A. Prolog
Kitab Yeremia ini berisi perkataan dan disebut menurut
nama nabi besar Yeremia yang hidup antara bagian terakhir abad
ke-7 (650 SM) dan bagian pertama abad ke-6 SM. Nama
"Yeremia" yang berasal dari bahasa Ibrani: Yirmeyahu yang
berarti Yahweh meningkatkan. Yeremia berasal dari sebuah
keluarga imam yang bekediaman didekat kota Yerusalem. Semasa
hidupnya nampaknya gagal dalam tugasnya sebagai nabi tetapi,
sesudah ia meninggal pribadi Yeremia dijunjung tinggi.
Lama sekali Yeremia bekerja sebagai nabi, dan selama
lebih dari 40 tahun ia selalu memperingatkan umat Tuhan tentang
bencana yang akan menimpa mereka karena mereka berdosa dan
menyembah berhala. Nubuatan itu menjadi kenyataan pada masa
Yeremia masih hidup: Nebukadnezar raja Babel merebut dan
menghancurkan Yerusalem serta Bait Allah yang ada di situ; raja
Yehuda bersama rakyatnya diangkut ke Babel. Yeremia juga
menubuatkan bahwa orang-orang itu akan kembali dari
pembuangan dan keadaan bangsa Israel pulih kembali.
3. Pelayanan Yaremia sebagai nabi diarahkan kepada
kerajaan selatan Yehuda, sepanjang 40 tahun terakhir dari
sejarahnya (626-586 SM). Ia masih hidup untuk menyaksikan
serbuan Babel ke Yehuda yang berakhir dengan kebinasaan
Yerusalem dan Bait Suci. Karena tugas Yeremia ialah bernubuat
kepada bangsa itu selama tahun-tahun akhir dari kemunduran san
kejatuhannya, dapatlah dimengerti bahwa, kitabnya penuh dengan
kesuraman dan firasat buruk.
Kitab Yeremia dapat dibagi dalam beberapa bagian seperti yang
berikut ini:
Pesan dari Tuhan kepada bangsa Yehuda dan penguasa-
penguasanya pada masa
pemerintahan Yosia, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin, dan Zedekia.
Petikan-petikan dari buku catatan Barukh juru tulis Yeremia,
termasuk berbagai nubuatan dan peristiwa penting dalam
kehidupan Yeremia.
Pesan dari Tuhan tentang berbagai bangsa asing.
Catatan pelengkap mengenai kisah jatuhnya Yerusalem dan
pembuangan ke Babel.
4. Yang paling indah dalam buku ini ialah
kata-kata Tuhan yang menunjuk kepada suatu
masa yang akan datang. Pada masa itu akan ada
suatu ikatan janji yang baru dengan Tuhan.
Umat Tuhan akan mentaati janji itu tanpa ada
guru yang mengingatkan mereka. Sebab janji itu
akan tertulis di dalam hati mereka (31:31-34).
Kitab Yeremia tidak disusun secara
kronologis, sehingga untuk dapat memahami
isinya dengan baik diperlukan pengetahuan akan
latar belakang masing-masing bagian. Menurut
S. Jonathan Murphy, kitab ini disusun sebagai
suatu antologi dengan beberapa tema utama,
sehingga tidak kronologis.
5. B. Isi Kitab Yeremia
Bagian pertama bab 1:1-25:13 memuat ancaman-ancaman
terhadap negeri Yehuda dan Yerusalem.
Bagian kedua bab 26-39 serta ayat 46-51 berisikan nubuat-
nubuat melawan bangsa-bangsa lain.
Bagian ketiga terdiri dari bab 26-35 mengisikan sejumlah
kepingan yang bernada optimis, dikarang dalam prosa dan
kebanyakan barasal dari sebuah riwayat hidup Yeremia yang
mungkin ditulis oleh Barukh.
Bab 30-31 isinya yaitu sebuah Kitab kecil sanjak mengenai
penghiburan.
Bab 36-44 dikarang dalam prosa melanjutkan riwayat hidup
Yeremia dan memisahkan penderitaan nabi waktu Yerusalem
terkepung dan sesudahnya.
Bagian terakhir ditutup dengan bab 45:1-5 berupa “tanda
tangan” Barukh.
6. Sejak awal nabi Yeremia memberitakan hukuman. Dan
keberdosaan Yehuda membuat hukuman itu tak terelakkan.
Perbuatan dosa yang khusus ditentang Yeremia ialah
penyembahan berhala. Di seluruh PL percabulan selalu menyertai
penyembahan berhala. Kebejatan moral tak terelakkan dibarengi
lenyapnya takut akan Allah dan hormat akan Taurat-Nya.
Percabulan dan kecurangan menjadi biasa bahkan di tengah-
tengah para imam dan nabi Daripada memberantas percabulan,
mereka sebaliknya membantu penyebarannya.
Dengan lantang dan pantang berkompromi, Yeremia
adalah pengkhotbah tentang penghukuman. Tapi amanatnya
tentang penghukuman selalu dibarengi pengharapan. Pembuangan
di Babel tidaklah selama-lamanya. Sebab Babel sendiri akan
diruntuhkan. Kata-kata pengharapan akan terlepasnya Yehuda
dari penghukuman terdapat sejak dari awal amanat Yeremia. Dan
karena keadaan makin memburuk, maka pengharapan Yeremia
makin mencolok benderang. Dan pengharapan inilah yang
melahirkan tindakan imannya yang luhur pada masa-masa
kegelapan.
7. Jadi Yeremia dapat memandang jauh ke depan
ke masa kembalinya Yehuda dari pembuangan dan
memulai kehidupan kembali di Palestina. Pada masa
depan yang ideal Samaria akan mendapat bagian,
segala sesuatu akan berlimpah-limpah, Yerusalem
akan menjadi kudus bagi YHVH, dan akan
berkumandang ungkapan ‘Tuhan keadilan kita.
Penduduknya akan kembali kepada YHVH dengan
pertobatan penuh penyesalan dan dengan segenap
hati. Allah akan mengampuni mereka, dan akan
menaruh takut kepadaNya dalam batin mereka, akan
menegakkan pemerintahan Raja Mesias atas mereka,
dan bangsa-bangsa kafir akan beroleh bagian dalam
berkat yang dikaruniakan kepada mereka.
8. C. Epilog
Ajaran Yeremia menunjukkan bahwa ajarannya
sering dibaca, direnungkan, dan ditafsirkan. Kitab
Yeremia sekali-sekali bukannya sebuah kitab yang
sekali jadi tersusun. Selain nubuat-nubuat yang
berupa sajak serta kisah-kisah berupa riwayat hidup
serta memuat juga wejangan-pwejangan yang
dikarang dalam prosa dan menyerupai kitab
Ulanganndan pernah disangkal bahwa wejangan itu
dikarang oleh penyusun-penyusun yang mengerjakan
kitab ulangan sesudah Israel kembali dari
pembuangan. Tapi wejangan itu serupa dengan tulisan
Yahudi dari abad ke-7 dan awal abad ke-6 SM
9. KITAB RATAPAN
A. Prolog
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam
naskah PL terjemahan Yunani dan Latin - "Ratapan Yeremia." PL
Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima
kitab gulungan atau “Megillot” (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah
dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian
Hagiographa ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari
kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu
dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca
pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli),
bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota
Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung
setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa
kini. Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui
bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini.
10. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini
terdapat yang berikut:
Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa
menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering
kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem
yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa
malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh
seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab
PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah
Yerusalem pada tahun 586 SM.
Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara
kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini
menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan
Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus
terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat
Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat
1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di
antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya,
menunjuk kepada penulis yang sama.
11. Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas
dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa
peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri
berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami
sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun
585 SM (lih Yer 41:1-44:30), di mana dia wafat (mungkin
sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi,
kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan
Yerusalem (586-585 SM).
Ciri-ciri Khas:
Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada
ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab
yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka. Susunan
kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari
kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian
"Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima
juga terdiri atas 22 ayat.
12. Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34
melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan
Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup
menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang
yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan
paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan
dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26).
Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah
ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir
dengan nada pertobatan dan harapan untuk
pemulihan (Rat 5:16-22).
13. B. ISI
Kitab Ratapan merupakan sebuah kidung ungkapan
kesedihan mendalam atas kematian dan penguburan. Yeremia
menulis kitab Ratapan untuk menyatakan keberdukaan atas
tragisnya kehancuran Yerusalem dan pembuangan penduduk
Yerusalem ke Babel. Ditulis sebagai puisi akrostik, kitab ini secara
grafik menjelaskan penghancuran Yerusalem. Yeremia menyisakan
pembacanya detail kecil saat ia mengingat tragedi mengerikan ini.
Hanya sedikit sekali ditemukan penghiburan di dalam
ratapan Yeremia, meskipun di dalam pasal 5 doa-doa permohonan
Yeremia meminta pemulihan kepada Allah yang bertahta di dalam
kekekalan, terlihat melampaui terpencilnya abu reruntuhan
Yerusalem yang hancur. Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak
habis-habisnya rahmatNya selalu baru tiap pagi; besar
kesetiaanMu! "Tuhan adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab
itu aku berharap kepada-Nya. Ratapan 3:22-24.
14. Beberapa hal di dalam kitab Ratapan :
Allah murka terhadap dosa (Ratapan 2)
Pengharapan pada kesetiaan Allah (ayat
yang terkenal : Ratapan 3:22-24)
Murka Allah telah dipuaskan (Ratapan 4)
Permohonan untuk pemulihan (Ratapan 5)
15. C. EPILOG
Kitab ini sekiranya karya seoprang pengarang
saja yang mengungkapkan dukacita atas kota
Yerusalem serta penduduknya dengan kata-kata yangf
memilukan hati. Walau demikian sajak-sajak yang
penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan
pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal
hati yang mendalam, itulah yang menjadikan kitab
Ratapan berharga untuk segala zaman. Liturgy gereja
katolik memanfaatkan kitab Ratapan ini dalam pekan
suci yitu di masa renungan mengenai drama yang
pernah berlangsung di gunung Kalvari.
16. KITAB BARUKH
A. Prolog
Kitab Barukh termasuk kitab yang paling akhir ditulis.
Kitab ini ditulis sekitar abad terakhir sebelum Masehi dalam suatu
jemaat Yahudi yang berada di luar Palestina. Kitab Barukh juga
termasuk kitab-kitab Deuterokanonika yang tidak tercantum
dalam kitab Ibrani. Alkitab Yunani ( LXX) menempatkan kitab ini
antra kitab Yeremia dan Ratapan. Dalam Vulgata kitab Barukh
menyusul kitab Ratapan.
Ada beberapa bagian dari kitab ini ditulis dengan gaya
Yeremia yang kemudian dianggap hasil karya Barukh, sekretaris
nabi (bdk. Yer 36). Di Qumran ditemikan sebuah kepingan suatu
naskah Yunani surat Yeremia. Menurut ilmu Paleografi kepingan
itu berasal sekitar tahun 100 SM.
17. B. ISI
Bab 1:1-14 dikarang oleh Barukh sebagai jurutulis nabi
Yeremia, di Babel sesudah orang-orang Yahudi diangkat dari
pembuangan.
Bab 1:15-3:8 sebuah doa pengakuan dosa dan harapan.
Bab 3:9-4:4 pengarang menyamakan hikmat dengan hukum
taurat dan syair indah mengenai kebijaksanaan.
Bab 4:5-5:9 sebuah nubuat.
Bagian terakhir ini Yerusalem dipribadikan dan berkata-kata
pada kaum buangan, sedangkan nabi member hati dengan
mengingatkan zaman Mesias.
Kata pendahuluan Kitab Barukh aslinya ditulis langsung dalam
bahasa Yunani.
Doa yang tercantum di dalam bab 1:15-3:8, yang
mengembangkan doa yang terdapat dalam Dan 9:4-19.
Sebuah "surat dari Yeremia" yang menentang setiap pemujaan
berhala (Bab 6).
18. C. EPILOG
Nilai utama kumpulan tulisan-tulisan yang
dihubungkan dengan Barukh itu ialah: ia
memperkenalkan kepada kita dikehidupan jemaat Yahudi
di perantauan. Kita mendapat tahu bahwa hidup
keagamaan jemaat itu dipupuk oleh hubungan erat dengan
kota Yerusalem, oleh doa, rasa hormat keagamaan
terhadap hokum Taurat, semangat balas dendam kepada
musuh dan impian tentang zaman Mesias kelak. Bersama
dengan kitab Ratapan tulisan itu memberikan kesaksian,
bahwa diri Yeremia telah dikenang. Sebab kitab Ratapan
dan kitab Barukh dihubungkan dengan Yeremia dan
nuridnya, Barukh. Diri Barukh masih lama dikenang juga.
Sebab dalam abad ke-2 M ada dua apokalips yang
dikatakan karangan Barukh, yang satu berbahasa Yunani
dan yang lain berbahasa Siria (ada beberapa kepingan
sebuah terjemahan Yunani).