SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
ISSN 0854 – 5561

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

PENGARUH ARUS PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TEKAN
DAN KEKERASAN HASIL LAS ZIRKALOI-2 DENGAN MFW
(MAGNETIC FORCE WELDING)
Ir. Maradu Sibarani, M.Si, Djoko Kisworo

ABSTRAK
PENGARUH ARUS PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TEKAN DAN
KEKERASAN HASIL LAS ZIRKALOI-2 DENGAN MFW (MAGNETIC FORCE
WELDING). Telah dilakukan perbaikan pada alat MFW, kemudian dilakukan pengujian
alat untuk mengelas kelongsong dan tutup zirkaloi-2 untuk elemen bakar tipe CireneHWR dengan parameter las seperti yang telah ditetapkan maka dengan pengujian
secara visual terlihat bahwa hasil las telah dapat beroperasi dengan baik. Untuk
memeriksa hasil las lebih terinci maka telah dilakukan uji kekerasan dan uji tekanan
terhadap hasil las untuk melihat hubungan parameter las dengan kualitas hasil las. Pada
penelitian ini telah dilakukan pengelasan pada kelongsong dan tutup pin elemen bakar
tipe Cirene-HWR dengan memberi variasi arus las, sementara parameter yang lain
dibuat konstan. Dari hubungan arus las terhadap hasil las dan sifat kemampuan
kekerasan telah didapat parameter arus yang terbaik adalah sebesar 75 %, kemudian
dari hasil uji hidrostatik bahwa hasil las bocor pada tekanan dibawah yang diijinkan yaitu
78,3 bar.

PENDAHULUAN
Untuk mendukung program Batan sebagai promotor pendirian PLTN di Indonesia pada
tahun 2016, maka Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN) melalui Bidang Bahan Bakar Nuklir
terus melakukan kualifikasi dalam proses perakitan elemen bakar baik dalam sumber daya manusia
maupun proses yang menyangkut peralatan yang digunakan. Perakitan pin elemen bakar nuklir
dilakukan dengan mengisi pelet bahan bakar ke dalam kelongsong yang salah satu ujungnya telah
dilas dengan tutup pertama dan dilanjutkan dengan pengelasan tutup ujung yang ke dua. Hasil las ini
harus benar-benar baik untuk menjaga kebocoran produksi fisi dan mampu menahan gaya-gaya
mekanik yang terjadi terhadap pin saat digunakan di teras reaktor. Proses pengelasan tutup dan
kelongsong akan mengakibatkan perubahan struktur mikro pada daerah las, yang terdiri dari daerah
las (weld zone), daerah terpengaruh panas (heat affected zone = HAZ), dan daerah yang tidak
terpengaruh panas (based metal). Pada daerah yang terpengaruh panas, dalam proses pengelasan
terjadi rekristalisasi yang mengakibatkan perubahan pada mikro strukturnya sekaligus akan merubah
sifat-sifat mekanik.
Dari sisi kekuatan konstruksi elemen bakar maka pengelasan menjadi daerah paling
menghuatirkan, sehingga dari proses perakitan hasil las menjadi hal penting untuk diperhatikan.
Sesuai dengan dimensi dan sifat mekanik dari zirkaloi-2 di atas maka dalam proses
sambungan pengelasan digunakan pengelasan dengan MFW yang dilas pada ruang las yang
dikondisikan dalam ruang vakum serta dengan gas pelindung helium. Untuk mendapatkan hasil
pengelasan yang baik maka dilakukan penelitian: Pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan

185
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

ISSN 0854 - 5561

tekan dan kekerasan dari hasil las zirkaloi-2 dengan MFW, sehingga dari hasil penelitian ini dapat
merekomendasikan bentuk dan ukuran bagian yang dilas serta parameter arus yang terbaik yang
digunakan dalam proses pengelasan ditinjau dari kemempuan tekan dan kekerasan pada daerah
las.

Ruang Lingkup Penelitian
Zirkaloi-2 yang dilas adalah dalam bentuk kelongsong dan tutup pejal yang disambung dengan
proses pengelasan MFW.
Sifat mekanik yang diuji adalah kekerasan dan kemampuan hasil las terhadap tekanan.
Penelitian ini mencakup antara lain :
Penyiapan kelongsong sesuai bentuk dan ukurannya
Penyiapan tutup sesuai bentuk dan ukurannya
Melakukan pengecekan bentuk dan kerataan permukaan
Mengecek bentuk dan ukuran alur las yang direncanakan
Melakukan pengelasan MFW dengan variasi arus las
Melakukan uji NDT dan uji DT dengan uji hidrostatik dan uji kekerasan hasil las.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji operasi mesin las MFW setelah melakukan perbaikan
serta untuk mengetahui pengaruh parameter arus terhadap sifat tekan dan kekerasan hasil
pengelasan tutup dan kelongsong zirkaloi-2.

Teknologi Las
Pada proses pengelasan, perlu diketahui tiga fasa secara berurutan yang berperan dalam
proses manufaktur komponen/material yang dilas yaitu disain, produksi dan inpeksi[1]. Pada fasa
pertama desainer harus mengetahui tentang sumber peralatan dan teknik pengelasan yang tersedia
dilingkungan produksinya, mengetahui prinsip kerja berbagai jenis pengelasan termasuk kelemahan
dan keunggulannya, mampu memilih tipe sambungan yang cocok/tepat, menguasai mampu las
berbagai material, dan mengetahui tentang peraturan yang mengatur masalah desain konstruksi las.
Pada fasa ke dua teknik produksi harus memiliki latar belakang pengetahuan mengenai proses
pengelasan, mengetahui mampu las berbagai material, mengetahui cara mencegah terbentuknya
cacat las, melakukan perhitungan biaya sehingga dapat memilih las dengan biaya produksi yang
terendah untuk tingkat kualitas tertentu. Pada fasa ke tiga, inspektor harus mengetahui metode
inspeksi yang tersedia, menguasai prinsip kerja dari berbagai jenis proses pengelasan, mengetahui
mampu las berbagai material, mengetahui berbagai standar dan peraturan, sehingga dapat
mengklassifikasikan dan mengidentifikasikan penyebab terjadinya cacat las.
Pada proses pengelasan dibutuhkan semacam pelindung untuk mencegah oksigen bereaksi
dengan sambungan logam atau mencegah terjadinya proses oksidasi. Pelindung ini dapat berbentuk
gas yang tidak bereaksi dengan logam las atau berupa fluks, yaitu senyawa kimia yang mencair
bersama-sama dengan logam las sehingga dapat melindungi logam panas dari oksidasi. Solid state
welding merupakan proses penyambungan dimana dua buah logam dipanaskan hingga plastis

186
ISSN 0854 - 5561

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

(tanpa kawat pengisi) yang kemudian disatukan dengan bantuan tekanan. Pada proses ini logam
induknya tidak mengalami pencairan, penyambungan terjadi karena adanya difusi atom pada
permukaan sambungan.
Hasil las dikatakan baik apabila lasan (weldment) yang dihasilkan dapat memberikan
kontinuitas yang lengkap antara bagian yang disambung dengan setiap bagian sambungan sehingga
sambungan dan logam induknya tidak menunjukkan perbedaan yang jelas.

Metalurgi Las
Aspek metalurgi adalah meliputi siklus termal dan pengaruhnya terhadap perubahan struktur
mikro serta faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mampu las (weldability) dari logam yang
disambung[2]. Kualitas sambungan las biasanya dikaitkan dengan kekuatan, ketangguhan atau sifat
mekanis lainnya, maka perlu dibahas hubungan antara struktur mikro dengan sifat-sifat terhadap
tekanan dan kekerasan dari sambungan las.
Siklus termal akan dapat menimbulkan perubahan-perubahan metalurgi yang rumit,
deformasi dan tegangan-tegangan termal ataupun cacat pada logam las. Perubahan yang paling
penting dalam pengelasan adalah perubahan struktur-mikro yang akan menentukan sifat-sifat
mekanis sambungan las. Pada umumnya struktur mikro yang terjadi tergantung pada komposisi
kimia dari logam induk, kondisi logam induk seperti geometri atau proses pengerjaan sebelumnya,
teknik pengelasan yang diterapkan, serta perlakuan panas yang diberikan.
Tingkat perubahan mikro struktur yang terjadi disamping dipengaruhi oleh faktor-faktor dari
material yang dilas juga tergantung pada temperatur maksimum yang dicapai ketika pengelasan,
waktu/lamanya temperatur itu terjadi dan kecepatan pendinginan. Faktor utama yang mengontrol
perubahan struktur tersebut adalah besarnya masukan panas (heat input) yang diberikan kepada
sambungan logam (termasuk kalau ada pemanasan mula).
Kecepatan pendinginan mempengaruhi sifat-sifat mekanis sesuai dengan jenis fasa dan
butiran logam yang terbentuk. Pendinginan yang cepat menghasilkan struktur yang kuat, keras dan
kurang ulet. Pendinginan yang lambat menghasilkan sifat-sifat sebaliknya. Menahan logam pada
temperatur tinggi (di atas temperatur kritis) untuk waktu yang lama dapat menghasilkan struktur
dengan butiran yang kasar, namun demikian selama pengelasan berlangsung ada bagian logam
yang letaknya bersebelahan dengan las berada pada temparatur tinggi untuk waktu yang sangat
singkat.

Masukan Panas (Heat Input)
Siklus termal yang terjadi selama pengelasan dipengaruhi oleh masukan panas (heat input)
yang diberikan. Besarnya masukan panas yang terjadi pada proses pengelasan tergantung pada
faktor-faktor seperti:
•

Daya hantar (heat conductivity) dari logam yang disambung

•

Geometri seperti tebal logam yang disambung

•

Jenis sambungan dan bentuk alur

•

Teknik pengelasan termasuk parameter las yang diterapkan.

187
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

ISSN 0854 - 5561

Besarnya masukan panas per satuan panjang las untuk pengelasan busur listrik diberikan
oleh persamaan berikut:

1
E = CV 2 ..................................................................................... (1)
2

dimana:
E

= energi atau masukan panas dalam joule

C

= kapasitans dalam farads

V

= tegangan listrik dalam volt

Tidak seluruhnya energi panas yang diberikan itu digunakan untuk menyambung logam,
tetapi sebagian akan hilang ke udara luar.
Pada proses pengelasan masukan panas yang dapat diberikan tergantung pada kerapatan
energi (energy density) dari teknik pengelasan tersebut. Semakin besar kerapatan energinya maka
semakin rendah masukan panas yang diberikan untuk suatu proses pengelasan. Jenis logam dan
kerapatan yang diberikan akan menentukan kecepatan pemanasan (heating rate) dari logam yang
dilas.
Masukan panas akan menentukan temperatur tertinggi yang terjadi pada logam las dan
berarti mempengaruhi terhadap struktur-mikro serta sambungan las.

Sifat Mampu Las (Weldability)
Zirkonium mempunyai kemampuan las yang baik dibanding material konstruksi yang lain,
seperti baja paduan dan beberapa paduan aluminium. Pengelasan zirconium mempunyai
penampilan yang baik dan mudah dilas[3]. Metal mempunyai koefisien ekspansi termal yang rendah
dan konstribusi ini menghasilkan distorsi yang rendah selama pengelasan. Sebab modulus
elastisitas zirconium rendah maka akan menyebabkan tegangan sisa yang rendah pada hasil las.
Beberapa porositas mungkin dijumpai dalam las zirconium tetapi bila porositas terjadi, dapat
dihindari dengan penaikan arus las, penurunan kecepatan las atau melakukan pemanasan awal.
Masalah utama yang timbul saat pengelasan zirconium adalah kontaminasi oksigen dan
nitrogen dengan udara dan selalu naik selama pengelasan terjadi.
Sifat mampu las sering dikaitkan dengan mutu sambungan las yang dicapai. Mutu
sambungan las sangat tergantung pada sifat-sifat mekanis yang dihasilkan yang dapat dipengaruhi
oleh struktur mikro dan cacat atau retak yang mungkin terjadi.
Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa sifat mampu las dari suatu logam
adalah kemampuan dari logam untuk dilas tanpa terjadi penggetasan atau retak. Karena itu
pembahasan berikut ini akan diarahkan kepada masalah penggetasan dan terjadinya retak pada
sambungan las.

TATA KERJA
Bahan Utama

: Kelongsong (sheath) dan batangan (bar) zirkaloi-2

Bahan Pendukung

: Gas Helium sebagai gas pengisi
Bahan kimia untuk proses pikling, rinsing serta ultrasonik
Bahan untuk percobaan metalografi

188
ISSN 0854 - 5561

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

Alat yang Digunakan : Mesin bubut (Precision Lathe); Mesin las MFW ; Mesin Pikling, Rinsing;
Ultrasonik; Mesin potong; Mesin Poles; Mikroskop Optik, Alat Uji Hidrostatik,
dan Alat Uji Kekerasan
Persiapan Eksperimen
Untuk melaksanakan pengelasan tutup dengan kelongsong, ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan, yaitu:
a. Pembuatan tutup
Tutup dibuat dari batang zirkaloi-2 dengan menggunakan mesin Precision Lathe, seperti
bentuk dan ukuran pada Gambar 1. Permukaan kontak harus dibuat betul-betul tegak lurus (rata),
dan dihaluskan dengan bantuan kertas pasir. Ukuran-ukuran tutup kemudian diperiksa dengan alat
ukur Dimension Check Equipment.

Gambar 1. Dimensi tutup (satuan dalam mm)
b. Pembuatan/Pembentukan Kelongsong
Ujung kelongsong yang akan dilas harus baik yaitu rata/halus dan tegak lurus. Pekerjaan
dilakukan dengan mesin bubut dengan alat bantu kikir dan di ampelas halus. Bentuk dan ukuran
kelongsong seperti Gambar 2.

Gambar 2. Dimensi kelongsong (satuan mm)

189
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

ISSN 0854 - 5561

c. Pikling, Rinsing dan Drying
Untuk menghilangkan kotoran dan lemak-lemak yang timbul saat pengerjaan penyiapan
kelongsong dan tutup maka dilakukan proses pickling, rinsing dan drying.
Larutan pickling yang digunakan adalah H2O, Demineral water = 57,0 %; HNO3 = 65 % HF =
3,5 %. Tutup dan kelongsong dimasukkan ke dalam wadah yang berisi larutan di atas kemudian
digetarkan dengan mesin ultrasonik.
Rinsing dilakukan dengan alat UltrasonicMachine yang diisi dengan cairan 25 % alkohol
dicampur dengan 75 % air demineral kemudian digetarkan dengan jutaan Hertz sampai mega Hertz.
Drying dilakukan pada drying fan, kelongsong dan tutup dimasukkan ke wadah pengering
0
kemudian dihembuskan dengan udara panas 80 C selama 30 menit.
Kemudian sampel disimpan pada wadah yang bebas kotoran dan bebas lembab.

Proses Pengelasan dengan MFW
Pada mesin ini, arus las dapat diatur besar dan bentuknya dengan mengeset besarnya arus
listrik dan arus magnet pada panel pengontrol, sesuai parameter yang dikehendaki. Alat ini
menggunakan sistim silinder udara untuk menggerakkan langkah elektroda. Kombinasi gaya listrik
dan dan gaya magnet yang direkomendasikan adalah 1/3 gaya tekan udara silinder dan 2/3 gaya
elektromagnet yang timbul secara koaksial. Gaya tahan clamp yaitu gaya pemegang kelongsong dan
tutup saat terjadi penekanan juga parameter yang menentukan terhadap hasil las. Pemberian panas
yang berlebih sewaktu pengelasan akan mengakibatkan terjadinya cacat (defect) seperti cacat
kawah (creater) dan daerah pengaruh panas yang luas sehingga menimbulkan tegangan sisa
thermal. Cacat tersebut akan mengurangi ketahanan/kekuatan hasil las.

Pemeriksaan Visual
Yaitu pemeriksaan dengan menggunakan mata telanjang atau dengan menggunakan alat
bantu (pembesar), tanpa merubah ataupun merusak material yang akan diperiksa , bertujuan :
Memeriksa bahan baku, produk dan struktur yang difabrikasi atau dibuat sesuai dengan
spesifikasi rancang bangun
Memeriksa ketidaksempurnaan (cacat) yang terdapat pada produk
Menganalisa penyebab kegagalan suatu produk dan struktur
Dari hasil uji visual ini akan dapat dideteksi cacat sebagai berikut[2]:
Ketidakseragaman komposisi las-an yang mengakibatkan turunnya sifat mekanis antara lain:
porosity, slag inclusions, excessive penetration, incomplete fusion, tungsten inclusions, whiskers,
crater porosity & cracks, arc strikes, oxidation, excessive weld spatter, weld cracks and base
metal cracks.
Ketidakseragaman (discontinuity) groove weld dimensional, dapat mendeteksi cacat las antara
lain:
misaligment, underfill, undercut, overlap, excessive reinforcement, excessive root
concavity, & incomplete penetration.
Ketidakseragaman (discontinuity) weld dimensional, dapat mendeteksi cacat las antara lain:
insufficient, undercut, overlap, excessive convexity, excessive concavity, insufficient leg, &
bridging.

190
ISSN 0854 - 5561

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

Perlakuan pemeriksaan visual dapat digolongkan menurut step/urutan pekerjaan:
Pemeriksaaan sebelum pengelasan
Pemeriksaan setelah fit-up dan sebelum pengelasan
Pemeriksaan selama pengelasan
Pemeriksaan setelah pengelasan
Pemeriksaan dengan Destructive Test (DT)

Uji Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan suatu logam terhadap deformasi plastis, yaitu kemampuan dari
atom di daerah pengujian mempertahankan kedudukannya. Jadi kalau atom-atom tersebut mudah
bergeser berarti logam tersebut lunak dan sebaliknya.
Uji kekerasan dilakukan dengan mengikuti prosedur ASTM E 82[4] (Reapproved 1992),
yakni metode uji baku untuk kekerasan Vickers dari bahan-bahan logam. Uji kekerasan vickers
adalah berapa uji kekeraan indentasi dengan memakai alat terkalibrasi untuk menekankan sebuah
indenter intan berbentuk piramid dengan dasar bujur sangkar, yang mempunyai sudut permukaan
0
tertentu yakni 136 .
Uji Tekanan (Hydrostatic Test)
Untuk mengetahui kemampuan pengelasan terhadap tekanan yang bekerja dalam pipa
(Gambar 3). Setelah spesimen uji disiapkan seperti Gambar pengetesan, mula-mula spesimen diisi
dengan fluida kemudian menekan sampel pengelasan secara perlahan-lahan dari yang terkecil
sampai terbesar dan sampai spesimen pecah. Dari uji ini akan diketahui kemampuan benda kerja
untuk menahan tekanan serta diharapkan lokasi pecahnya benda kerja ada diluar daerah
pengelasan.
Untuk mencari besarnya tekanan pada Hydrostatic test ini dapat dihitung dengan rumus
Barlow berikut:

P x Do
σ = ---------------2xt

dan

dimana : P = tekanan hidrostatik internal, N/mm

2xσxt
P = ---------------Do

2

σ = tegangan ijin pipa yang diakibatkan tekanan hidrostatik internal, N/mm
2

= 583,25 N/mm .
t

= tebal pipa = 0,51 mm

Do = diameter luar pipa = 18,98 mm

Tekanan maksimum yang dapat diterima oleh pipa adalah:
2 x 583,25 x 0,51

191

2
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006
P =

-------------------------------------

ISSN 0854 - 5561
= 31,34

MPa =

313,4 bar

18,98

LAS

KELONGSONG DAN TUTUP
YANG TELAH DILAS

Gambar 3. Sistem untuk Uji Hidrostatik

192
ISSN 0854 - 5561

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Visual
Proses pengelasan pada kelongsong dan tutup zirkaloi-2 ini belum ada parameter yang
pasti, maka penelitian ini sekaligus untuk mencari parameter proses las yang tepat untuk bahan dan
dimensi pada penelitian ini, untuk itu dilakukan proses pengelasan dengan mencoba-coba guna
mendapatkan parameter las yang tepat, antara lain besar arus yang digunakan dan waktu termasuk
besar arus pada masing-masing tahapan proses pengelasan
Dari hasil kegiatan proses pengelasan kelongsong dan tutup zirkaloi-2 dengan
menggunakan mesin Magnetic Force Welding (MFW) telah didapat:
A. Setelah beberapa tahun peralatan MFW dalam keadaan rusak dan telah selesai diperbaiki, maka
kegiatan ini adalah termasuk uji fungsi alat. Dari hasil uji fungsi telah diperoleh bahwa:
Alat MFW telah dicoba untuk mengelas kelongsong dan tutup zirkaloi-2 untuk bahan bakar tipe
Cirene = HWR (sesuai spsifikasi alat) dengan posisi saklar pada panel seperti pada tabel 1. Dari
hasil proses pengelasan telah didapat hasil yang baik, dengan pengujian secara visual, dengan
hasil las seperti Gambar 4.

Hasil pengelasan

Gambar 4. Gambar pisik hasil pengelasan dengan MFW

193
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

ISSN 0854 - 5561

Tabel 1. Parameter proses pengelasan dengan pengelasan MFW
Saklar
Weld 1 half
cycle
Magnetic Force
Half Cycle
Magnetic Force
Neg. Percent
Current
Squeeze
Hold

Posisi
OFF
OFF

Saklar
Weld time (second)

Posisi
15

Flux Reset 1

9

60

Percent Current

35

45
20

Force Delay 1
Weld Neg. Percent
Current

Saklar
Percent Current
Flux Reset
Mag. Force 1

Posisi
60

Percent Current
Mag. Force

20

10

45
75

B. Kemudian dilakukan penelitian terhadap hasil pengelasan dengan variasi arus las (73, 75, 77,)%
sementara parameter yang lain dibuat konstan, dari hasil penelitian dapat disimpulkan;
- Arus las salah satu parameter penting dalam proses pengelasan, sehingga dapat diperoleh:
Semakin besar arus las maka daerah pengaruh panas las (heat effected zone= HAZ) akan
semakin besar, hal ini tidak dikehendaki karena HAZ yang semakin besar sekaligus akan
memperbesar ukuran butir hasil las sekaligus akan mengurangi sifat mekanik hasil las,
sebaliknya semakin kecil arus las yang digunakan akan menghasilkan sambungan las yang
tidak baik = terlihat adanya rongga pada hasil las (pengelasan tidak sempurna). Dari hasil
penelitian didapat besar arus yang terbaik adalah sebesar 75 %

Pemeriksaan visual dilakukan pada semua sampel dengan mempergunakan mata telanjang
(visual check) atau dengan mempergunakan kaca pembesar atau microscope-streo. Pada
pemeriksaan visual ini dapat segera diketahui beberapa cacat yang terjadi, misalnya cacat kawah,
ketidaksempurnaan penyambungan dan ketidak sempurnaan alur las serta pencekungan alur las
akibat panas yang berlebih. Untuk arus pengelasan diatas 75 % terlihat cacat hasil pengelasan
seperti Gambar 5, dan untuk arus las di atas 77 % tidak tejadi penyambungan sempurna dan hasil
las dinyatakan cacat.

HASIL LAS
YANG CACAT

Gambar 5. Sampel hasil pengelasan yang gagal setelah pemeriksaan visual.

194
ISSN 0854 - 5561

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

Uji Kekerasan
Dengan menggunakan uji kekerasan seperti pada prosedur DIN 50133, yaitu dengan
metoda pengujian vickers, hasil uji kekerasan dapat dilihat pada Tabel 2. dengan data: beban = 0,3
0
kg, waktu 15 detik, temperatur uji = 30 C.
Tabel 2. Kekerasan pada sampel pada masing-masing daerah pengelasan.
Sampel 1
(Arus las 73 %)

Posisi Las

Sampel 1
(Arus las 75%)

Sampel 1
(Arus las 77%)

No.

Daerah/lokasi

HV

HV

HV

1

Base Metal
Kelongsong (1)

171

171

171

172

172

172

173

173

173

140

200

140

135

201

125

137

202

128

200

228

245

8

199

229

244

9

201

230

243

190

210

180

198

211

186

195

209

187

152

152

152

153

153

153

154

154

154

2
3
4
5

HAZ dengan
kelongsong (2)

6
7

10
11

Weld metal (3)

HAZ dengan tutup
(4)

12
13
14

Base Metal Tutup
(5)

15

Diagram Kekerasan Hasil Las
300
Kekerasan

250
200

Sampel 1

150

Sampel 2

100

Sampel 3

50
0
1

3

5

7

9

11 13 15

Posisi Las

Gambar 6. Grafik Hubungan Posisi bagian las dan Kekerasan
Untuk uji kekerasan struktur mikro dengan beban 100 gram, waktu 15 detik, temperatur uji
30 C adalah seperti Tabel 2.
0

195
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

ISSN 0854 - 5561

Dari hasil pengujian kekerasan terlihat bahwa distribusi kekerasan dari yang paling tinggi
sampai paling rendah adalah sebagai berikut (Gambar 6): daerah logam las (fusion zone), daerah
HAZ dan based metal. Hal ini terjadi disebabkan oleh terjebaknya fasa β akibat proses pendinginan
yang cepat sehingga membentuk presipitat Zr(Fe,Cr)2, juga terjadinya tegangan sisa pada daerah
HAZ tersebut. Sedangkan pada daerah fusion zone presipitat juga terjadi hanya pada pada batas
butir (tidak menyebar) yang menyebabkan kekerasan yang tidak homogen.
Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah logam las akan lebih keras (lebih kuat), tetapi
akan cenderung lebih getas karena adanya tegangan sisa dan ketidak homogenan struktur mikro.
Untuk menurunkan kegetasan pada daerah logam las tersebut dapat dilakukan dengan proses
pemanasan kembali (post welding heat treatment = PWHT).
Uji Hidrostatik (Burst test)
Dari hasil uji hidrostatis telah didapat dimensi benda uji setelah diberi tekanan pada 10 bar,
50 bar, 100 bar, dan 130 bar dengan data pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Hasil uji Hydrostatic Test
Tekanan (bar)
Peregangan
(mikro m/m)

10,7
168

78,3
1236

101,5
1597

109,8
1729

122,2
1920

128,2
2012

83,1
1258

66,7
1009

52,1
1000

0
48

Tekanan hidrostatik (Pa)

140
120
100
80
T ekanan
60
40
20
0

D ia m e te r k e lo n g s o n g (m m )
1 8 ,9 8 2 0 ,2 2 2 0 ,7 1 2 0 ,9 9 1 9 ,9 9 1 9 , 0 3

Gambar 7. Hubungan tekanan dan pembesaran diameter

Hasil penekanan yang dilakukan adalah sampai dengan 128,2 bar, terjadi penggelembungan
di dekat pengelasan dan terjadi kebocoran pada daerah las. Hubungan antara tekanan hidrostatik
dan pembesaran diameter kelongsong dapat dilihat pada Gambar 7.
Dari hasil pengujian hidrostatik terlihat bahwa pada tekanan 78,3 bar menyebabkan peregangan
kelongsong sebesar 1236 µm, dan tekanan 128,2 bar terjadi kebocoran pada hasil las dengan
peregangan kelongsong sebesar 2012 µm, sepeti Gambar 8.
Jika dibandingkan dengan spesifikasi bahan zirkaloi-2 seharusnya kelongsong pecah pada tekanan
di atas 313,4 bar sehingga dapat dinyatakan bahwa kualitas hasil las belum sesuai dengan yang
diinginkan.

196
ISSN 0854 - 5561

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

Gambar 8. Gambar sampel yang ditekan sampai 128,2 bar

KE S IM PUL AN
1. Mesin Magnetic Force Welding (MFW) telah dapat berfungsi setelah dilakukan perbaikan.
2. Dari uji operasi telah diperoleh besar arus yang terbaik adalah sebesar 75 % dari arus las.
3. Dari uji hidrostatik diperoleh bahwa pada tekanan 128,2 bar, hasil las mengalami kebocoran.
Menurut spesifikasi, kelongsong mampu ditekan sampai 313,4 bar sehingga hasil las belum
sempurna sesuai dengan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
[1]

MUHAMMAD ANIS,; Teknologi Las, Diktat pada Welding Inspector Coarse, Program
Pascasarjana-Program Studi Ilmu Material, Fakultas MIPA Universitas Indonesia, 2001.

[2]

ADNYANA, DN.,; Metalurgi Las, Diktat pada Welding Inspector Coarse, Program
Pascasarjana-Program Studi Ilmu Material, Fakultas MIPA Universitas Indonesia, 2001.

[3]

BENJAMIN LUSTMAN AND FRANK KERZE, JR.; The Metallurgy of Zirconium, New York Toronto -London, Mc Graw-Hill Book Company, Inc, 1955.

197
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

ISSN 0854 - 5561

[4]

AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIALS (ASTM).; Annual Book of ASTM
Standards, A 370 – 90a, Standard Test Methods and Defenitions for Mechanical testing of
Steel Products, Philadelphia: ASTM, 1990

[5]

YORK CHICHESTER BRISBANE, Toronto - Singapure,1991

[6]

WIRYOSUMARTO HARSONO, DKK,; Teknologi Pengelasan Logam, Cetakan ke- 4, Jakarta:
Pradnya Paramita, 1988.

198

More Related Content

What's hot

Contoh proposal PKM-P
Contoh proposal PKM-PContoh proposal PKM-P
Contoh proposal PKM-PMahros Darsin
 
Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan12luthfi
 
Metode Manufaktur materi sampai UTS
Metode Manufaktur materi sampai UTSMetode Manufaktur materi sampai UTS
Metode Manufaktur materi sampai UTSImond Imondt
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot workingFeliks Sitopu
 
4. proses manufacturing
4. proses manufacturing4. proses manufacturing
4. proses manufacturingNiko Sh
 

What's hot (7)

Contoh proposal PKM-P
Contoh proposal PKM-PContoh proposal PKM-P
Contoh proposal PKM-P
 
Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan
 
Forming
FormingForming
Forming
 
Metode Manufaktur materi sampai UTS
Metode Manufaktur materi sampai UTSMetode Manufaktur materi sampai UTS
Metode Manufaktur materi sampai UTS
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
4. proses manufacturing
4. proses manufacturing4. proses manufacturing
4. proses manufacturing
 
Penempaan forging
Penempaan forgingPenempaan forging
Penempaan forging
 

Similar to OPTIMASI LAS ZIRKALOI

Analisa las listrik dan asitilin
Analisa las listrik dan asitilinAnalisa las listrik dan asitilin
Analisa las listrik dan asitilinYusuf Saputra
 
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...Alen Pepa
 
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...Alen Pepa
 
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdfPENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdfRahma750999
 
Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2Alen Pepa
 
4 nur subeki (2)
4 nur subeki (2)4 nur subeki (2)
4 nur subeki (2)Alen Pepa
 
Mig welding indonesia
Mig welding indonesiaMig welding indonesia
Mig welding indonesiaNur Ilham
 
Cacat Las Pada Pelat Lambung Kapal
Cacat Las Pada Pelat Lambung KapalCacat Las Pada Pelat Lambung Kapal
Cacat Las Pada Pelat Lambung Kapaltanalialayubi
 
Pengelasan makalah.docx
Pengelasan makalah.docxPengelasan makalah.docx
Pengelasan makalah.docxJemyBala
 
08 e00701 (2)
08 e00701 (2)08 e00701 (2)
08 e00701 (2)Alen Pepa
 
pengaruh preheat
pengaruh preheatpengaruh preheat
pengaruh preheatSubi Yanto
 
02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasi02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasiAlfina Haqoh
 
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1Alen Pepa
 

Similar to OPTIMASI LAS ZIRKALOI (20)

Analisa las listrik dan asitilin
Analisa las listrik dan asitilinAnalisa las listrik dan asitilin
Analisa las listrik dan asitilin
 
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
 
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...13   pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
13 pengaruh masukan panas sambungan las erw terhadap kekerasan material pip...
 
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdfPENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
PENGELASAN Buku Ajar Proses Produksi-Bab 9 Proses penyambungan-OK.pdf
 
ppt sahwanto.pptx
ppt sahwanto.pptxppt sahwanto.pptx
ppt sahwanto.pptx
 
Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2
 
4 nur subeki (2)
4 nur subeki (2)4 nur subeki (2)
4 nur subeki (2)
 
Sambungan Las( X TMP 3) SMK N 2 KEBUMEN 2014-2015
Sambungan Las( X TMP 3) SMK N 2 KEBUMEN 2014-2015Sambungan Las( X TMP 3) SMK N 2 KEBUMEN 2014-2015
Sambungan Las( X TMP 3) SMK N 2 KEBUMEN 2014-2015
 
Mig welding indonesia
Mig welding indonesiaMig welding indonesia
Mig welding indonesia
 
Cacat Las Pada Pelat Lambung Kapal
Cacat Las Pada Pelat Lambung KapalCacat Las Pada Pelat Lambung Kapal
Cacat Las Pada Pelat Lambung Kapal
 
Joint Process
Joint ProcessJoint Process
Joint Process
 
Pengelasan makalah.docx
Pengelasan makalah.docxPengelasan makalah.docx
Pengelasan makalah.docx
 
dokumen res
dokumen resdokumen res
dokumen res
 
08 e00701 (2)
08 e00701 (2)08 e00701 (2)
08 e00701 (2)
 
08 e00701
08 e0070108 e00701
08 e00701
 
Ujian mfa
Ujian mfaUjian mfa
Ujian mfa
 
pengaruh preheat
pengaruh preheatpengaruh preheat
pengaruh preheat
 
02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasi02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasi
 
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1
 
825 1501-1-pb (1)
825 1501-1-pb (1)825 1501-1-pb (1)
825 1501-1-pb (1)
 

More from Alen Pepa

Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alamAlen Pepa
 
Problem of seafarers in indonesia
Problem of seafarers in indonesiaProblem of seafarers in indonesia
Problem of seafarers in indonesiaAlen Pepa
 
Presentation3 partial differentials equation
Presentation3  partial differentials equationPresentation3  partial differentials equation
Presentation3 partial differentials equationAlen Pepa
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaAlen Pepa
 
Pengantar manajemen bisnis
Pengantar manajemen bisnisPengantar manajemen bisnis
Pengantar manajemen bisnisAlen Pepa
 
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010Alen Pepa
 
Mgg 3 morfologi phn
Mgg 3 morfologi phnMgg 3 morfologi phn
Mgg 3 morfologi phnAlen Pepa
 
Metode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintasMetode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintasAlen Pepa
 
Met num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baruMet num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baruAlen Pepa
 
Met num1 pendahuluan-new
Met num1 pendahuluan-newMet num1 pendahuluan-new
Met num1 pendahuluan-newAlen Pepa
 
Met num s1 (2)
Met num s1 (2)Met num s1 (2)
Met num s1 (2)Alen Pepa
 
Mesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutMesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutAlen Pepa
 
Menggambar mrsin
Menggambar mrsinMenggambar mrsin
Menggambar mrsinAlen Pepa
 
Material teknik 00
Material teknik 00Material teknik 00
Material teknik 00Alen Pepa
 
Materi+kewirausahaan
Materi+kewirausahaanMateri+kewirausahaan
Materi+kewirausahaanAlen Pepa
 

More from Alen Pepa (20)

Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alam
 
Rotax
RotaxRotax
Rotax
 
Problem of seafarers in indonesia
Problem of seafarers in indonesiaProblem of seafarers in indonesia
Problem of seafarers in indonesia
 
Presentation3 partial differentials equation
Presentation3  partial differentials equationPresentation3  partial differentials equation
Presentation3 partial differentials equation
 
Pp jadi
Pp jadiPp jadi
Pp jadi
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidia
 
Pengantar manajemen bisnis
Pengantar manajemen bisnisPengantar manajemen bisnis
Pengantar manajemen bisnis
 
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010
 
Mgg 3 morfologi phn
Mgg 3 morfologi phnMgg 3 morfologi phn
Mgg 3 morfologi phn
 
Metode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintasMetode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintas
 
Metnum 2006
Metnum 2006Metnum 2006
Metnum 2006
 
Met num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baruMet num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baru
 
Met num1 pendahuluan-new
Met num1 pendahuluan-newMet num1 pendahuluan-new
Met num1 pendahuluan-new
 
Met num s1
Met num s1Met num s1
Met num s1
 
Met num s1 (2)
Met num s1 (2)Met num s1 (2)
Met num s1 (2)
 
Mesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutMesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serut
 
Menggambar mrsin
Menggambar mrsinMenggambar mrsin
Menggambar mrsin
 
Mekanisme
MekanismeMekanisme
Mekanisme
 
Material teknik 00
Material teknik 00Material teknik 00
Material teknik 00
 
Materi+kewirausahaan
Materi+kewirausahaanMateri+kewirausahaan
Materi+kewirausahaan
 

OPTIMASI LAS ZIRKALOI

  • 1. ISSN 0854 – 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 PENGARUH ARUS PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TEKAN DAN KEKERASAN HASIL LAS ZIRKALOI-2 DENGAN MFW (MAGNETIC FORCE WELDING) Ir. Maradu Sibarani, M.Si, Djoko Kisworo ABSTRAK PENGARUH ARUS PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TEKAN DAN KEKERASAN HASIL LAS ZIRKALOI-2 DENGAN MFW (MAGNETIC FORCE WELDING). Telah dilakukan perbaikan pada alat MFW, kemudian dilakukan pengujian alat untuk mengelas kelongsong dan tutup zirkaloi-2 untuk elemen bakar tipe CireneHWR dengan parameter las seperti yang telah ditetapkan maka dengan pengujian secara visual terlihat bahwa hasil las telah dapat beroperasi dengan baik. Untuk memeriksa hasil las lebih terinci maka telah dilakukan uji kekerasan dan uji tekanan terhadap hasil las untuk melihat hubungan parameter las dengan kualitas hasil las. Pada penelitian ini telah dilakukan pengelasan pada kelongsong dan tutup pin elemen bakar tipe Cirene-HWR dengan memberi variasi arus las, sementara parameter yang lain dibuat konstan. Dari hubungan arus las terhadap hasil las dan sifat kemampuan kekerasan telah didapat parameter arus yang terbaik adalah sebesar 75 %, kemudian dari hasil uji hidrostatik bahwa hasil las bocor pada tekanan dibawah yang diijinkan yaitu 78,3 bar. PENDAHULUAN Untuk mendukung program Batan sebagai promotor pendirian PLTN di Indonesia pada tahun 2016, maka Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN) melalui Bidang Bahan Bakar Nuklir terus melakukan kualifikasi dalam proses perakitan elemen bakar baik dalam sumber daya manusia maupun proses yang menyangkut peralatan yang digunakan. Perakitan pin elemen bakar nuklir dilakukan dengan mengisi pelet bahan bakar ke dalam kelongsong yang salah satu ujungnya telah dilas dengan tutup pertama dan dilanjutkan dengan pengelasan tutup ujung yang ke dua. Hasil las ini harus benar-benar baik untuk menjaga kebocoran produksi fisi dan mampu menahan gaya-gaya mekanik yang terjadi terhadap pin saat digunakan di teras reaktor. Proses pengelasan tutup dan kelongsong akan mengakibatkan perubahan struktur mikro pada daerah las, yang terdiri dari daerah las (weld zone), daerah terpengaruh panas (heat affected zone = HAZ), dan daerah yang tidak terpengaruh panas (based metal). Pada daerah yang terpengaruh panas, dalam proses pengelasan terjadi rekristalisasi yang mengakibatkan perubahan pada mikro strukturnya sekaligus akan merubah sifat-sifat mekanik. Dari sisi kekuatan konstruksi elemen bakar maka pengelasan menjadi daerah paling menghuatirkan, sehingga dari proses perakitan hasil las menjadi hal penting untuk diperhatikan. Sesuai dengan dimensi dan sifat mekanik dari zirkaloi-2 di atas maka dalam proses sambungan pengelasan digunakan pengelasan dengan MFW yang dilas pada ruang las yang dikondisikan dalam ruang vakum serta dengan gas pelindung helium. Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik maka dilakukan penelitian: Pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan 185
  • 2. Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561 tekan dan kekerasan dari hasil las zirkaloi-2 dengan MFW, sehingga dari hasil penelitian ini dapat merekomendasikan bentuk dan ukuran bagian yang dilas serta parameter arus yang terbaik yang digunakan dalam proses pengelasan ditinjau dari kemempuan tekan dan kekerasan pada daerah las. Ruang Lingkup Penelitian Zirkaloi-2 yang dilas adalah dalam bentuk kelongsong dan tutup pejal yang disambung dengan proses pengelasan MFW. Sifat mekanik yang diuji adalah kekerasan dan kemampuan hasil las terhadap tekanan. Penelitian ini mencakup antara lain : Penyiapan kelongsong sesuai bentuk dan ukurannya Penyiapan tutup sesuai bentuk dan ukurannya Melakukan pengecekan bentuk dan kerataan permukaan Mengecek bentuk dan ukuran alur las yang direncanakan Melakukan pengelasan MFW dengan variasi arus las Melakukan uji NDT dan uji DT dengan uji hidrostatik dan uji kekerasan hasil las. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji operasi mesin las MFW setelah melakukan perbaikan serta untuk mengetahui pengaruh parameter arus terhadap sifat tekan dan kekerasan hasil pengelasan tutup dan kelongsong zirkaloi-2. Teknologi Las Pada proses pengelasan, perlu diketahui tiga fasa secara berurutan yang berperan dalam proses manufaktur komponen/material yang dilas yaitu disain, produksi dan inpeksi[1]. Pada fasa pertama desainer harus mengetahui tentang sumber peralatan dan teknik pengelasan yang tersedia dilingkungan produksinya, mengetahui prinsip kerja berbagai jenis pengelasan termasuk kelemahan dan keunggulannya, mampu memilih tipe sambungan yang cocok/tepat, menguasai mampu las berbagai material, dan mengetahui tentang peraturan yang mengatur masalah desain konstruksi las. Pada fasa ke dua teknik produksi harus memiliki latar belakang pengetahuan mengenai proses pengelasan, mengetahui mampu las berbagai material, mengetahui cara mencegah terbentuknya cacat las, melakukan perhitungan biaya sehingga dapat memilih las dengan biaya produksi yang terendah untuk tingkat kualitas tertentu. Pada fasa ke tiga, inspektor harus mengetahui metode inspeksi yang tersedia, menguasai prinsip kerja dari berbagai jenis proses pengelasan, mengetahui mampu las berbagai material, mengetahui berbagai standar dan peraturan, sehingga dapat mengklassifikasikan dan mengidentifikasikan penyebab terjadinya cacat las. Pada proses pengelasan dibutuhkan semacam pelindung untuk mencegah oksigen bereaksi dengan sambungan logam atau mencegah terjadinya proses oksidasi. Pelindung ini dapat berbentuk gas yang tidak bereaksi dengan logam las atau berupa fluks, yaitu senyawa kimia yang mencair bersama-sama dengan logam las sehingga dapat melindungi logam panas dari oksidasi. Solid state welding merupakan proses penyambungan dimana dua buah logam dipanaskan hingga plastis 186
  • 3. ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 (tanpa kawat pengisi) yang kemudian disatukan dengan bantuan tekanan. Pada proses ini logam induknya tidak mengalami pencairan, penyambungan terjadi karena adanya difusi atom pada permukaan sambungan. Hasil las dikatakan baik apabila lasan (weldment) yang dihasilkan dapat memberikan kontinuitas yang lengkap antara bagian yang disambung dengan setiap bagian sambungan sehingga sambungan dan logam induknya tidak menunjukkan perbedaan yang jelas. Metalurgi Las Aspek metalurgi adalah meliputi siklus termal dan pengaruhnya terhadap perubahan struktur mikro serta faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mampu las (weldability) dari logam yang disambung[2]. Kualitas sambungan las biasanya dikaitkan dengan kekuatan, ketangguhan atau sifat mekanis lainnya, maka perlu dibahas hubungan antara struktur mikro dengan sifat-sifat terhadap tekanan dan kekerasan dari sambungan las. Siklus termal akan dapat menimbulkan perubahan-perubahan metalurgi yang rumit, deformasi dan tegangan-tegangan termal ataupun cacat pada logam las. Perubahan yang paling penting dalam pengelasan adalah perubahan struktur-mikro yang akan menentukan sifat-sifat mekanis sambungan las. Pada umumnya struktur mikro yang terjadi tergantung pada komposisi kimia dari logam induk, kondisi logam induk seperti geometri atau proses pengerjaan sebelumnya, teknik pengelasan yang diterapkan, serta perlakuan panas yang diberikan. Tingkat perubahan mikro struktur yang terjadi disamping dipengaruhi oleh faktor-faktor dari material yang dilas juga tergantung pada temperatur maksimum yang dicapai ketika pengelasan, waktu/lamanya temperatur itu terjadi dan kecepatan pendinginan. Faktor utama yang mengontrol perubahan struktur tersebut adalah besarnya masukan panas (heat input) yang diberikan kepada sambungan logam (termasuk kalau ada pemanasan mula). Kecepatan pendinginan mempengaruhi sifat-sifat mekanis sesuai dengan jenis fasa dan butiran logam yang terbentuk. Pendinginan yang cepat menghasilkan struktur yang kuat, keras dan kurang ulet. Pendinginan yang lambat menghasilkan sifat-sifat sebaliknya. Menahan logam pada temperatur tinggi (di atas temperatur kritis) untuk waktu yang lama dapat menghasilkan struktur dengan butiran yang kasar, namun demikian selama pengelasan berlangsung ada bagian logam yang letaknya bersebelahan dengan las berada pada temparatur tinggi untuk waktu yang sangat singkat. Masukan Panas (Heat Input) Siklus termal yang terjadi selama pengelasan dipengaruhi oleh masukan panas (heat input) yang diberikan. Besarnya masukan panas yang terjadi pada proses pengelasan tergantung pada faktor-faktor seperti: • Daya hantar (heat conductivity) dari logam yang disambung • Geometri seperti tebal logam yang disambung • Jenis sambungan dan bentuk alur • Teknik pengelasan termasuk parameter las yang diterapkan. 187
  • 4. Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561 Besarnya masukan panas per satuan panjang las untuk pengelasan busur listrik diberikan oleh persamaan berikut: 1 E = CV 2 ..................................................................................... (1) 2 dimana: E = energi atau masukan panas dalam joule C = kapasitans dalam farads V = tegangan listrik dalam volt Tidak seluruhnya energi panas yang diberikan itu digunakan untuk menyambung logam, tetapi sebagian akan hilang ke udara luar. Pada proses pengelasan masukan panas yang dapat diberikan tergantung pada kerapatan energi (energy density) dari teknik pengelasan tersebut. Semakin besar kerapatan energinya maka semakin rendah masukan panas yang diberikan untuk suatu proses pengelasan. Jenis logam dan kerapatan yang diberikan akan menentukan kecepatan pemanasan (heating rate) dari logam yang dilas. Masukan panas akan menentukan temperatur tertinggi yang terjadi pada logam las dan berarti mempengaruhi terhadap struktur-mikro serta sambungan las. Sifat Mampu Las (Weldability) Zirkonium mempunyai kemampuan las yang baik dibanding material konstruksi yang lain, seperti baja paduan dan beberapa paduan aluminium. Pengelasan zirconium mempunyai penampilan yang baik dan mudah dilas[3]. Metal mempunyai koefisien ekspansi termal yang rendah dan konstribusi ini menghasilkan distorsi yang rendah selama pengelasan. Sebab modulus elastisitas zirconium rendah maka akan menyebabkan tegangan sisa yang rendah pada hasil las. Beberapa porositas mungkin dijumpai dalam las zirconium tetapi bila porositas terjadi, dapat dihindari dengan penaikan arus las, penurunan kecepatan las atau melakukan pemanasan awal. Masalah utama yang timbul saat pengelasan zirconium adalah kontaminasi oksigen dan nitrogen dengan udara dan selalu naik selama pengelasan terjadi. Sifat mampu las sering dikaitkan dengan mutu sambungan las yang dicapai. Mutu sambungan las sangat tergantung pada sifat-sifat mekanis yang dihasilkan yang dapat dipengaruhi oleh struktur mikro dan cacat atau retak yang mungkin terjadi. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa sifat mampu las dari suatu logam adalah kemampuan dari logam untuk dilas tanpa terjadi penggetasan atau retak. Karena itu pembahasan berikut ini akan diarahkan kepada masalah penggetasan dan terjadinya retak pada sambungan las. TATA KERJA Bahan Utama : Kelongsong (sheath) dan batangan (bar) zirkaloi-2 Bahan Pendukung : Gas Helium sebagai gas pengisi Bahan kimia untuk proses pikling, rinsing serta ultrasonik Bahan untuk percobaan metalografi 188
  • 5. ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 Alat yang Digunakan : Mesin bubut (Precision Lathe); Mesin las MFW ; Mesin Pikling, Rinsing; Ultrasonik; Mesin potong; Mesin Poles; Mikroskop Optik, Alat Uji Hidrostatik, dan Alat Uji Kekerasan Persiapan Eksperimen Untuk melaksanakan pengelasan tutup dengan kelongsong, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, yaitu: a. Pembuatan tutup Tutup dibuat dari batang zirkaloi-2 dengan menggunakan mesin Precision Lathe, seperti bentuk dan ukuran pada Gambar 1. Permukaan kontak harus dibuat betul-betul tegak lurus (rata), dan dihaluskan dengan bantuan kertas pasir. Ukuran-ukuran tutup kemudian diperiksa dengan alat ukur Dimension Check Equipment. Gambar 1. Dimensi tutup (satuan dalam mm) b. Pembuatan/Pembentukan Kelongsong Ujung kelongsong yang akan dilas harus baik yaitu rata/halus dan tegak lurus. Pekerjaan dilakukan dengan mesin bubut dengan alat bantu kikir dan di ampelas halus. Bentuk dan ukuran kelongsong seperti Gambar 2. Gambar 2. Dimensi kelongsong (satuan mm) 189
  • 6. Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561 c. Pikling, Rinsing dan Drying Untuk menghilangkan kotoran dan lemak-lemak yang timbul saat pengerjaan penyiapan kelongsong dan tutup maka dilakukan proses pickling, rinsing dan drying. Larutan pickling yang digunakan adalah H2O, Demineral water = 57,0 %; HNO3 = 65 % HF = 3,5 %. Tutup dan kelongsong dimasukkan ke dalam wadah yang berisi larutan di atas kemudian digetarkan dengan mesin ultrasonik. Rinsing dilakukan dengan alat UltrasonicMachine yang diisi dengan cairan 25 % alkohol dicampur dengan 75 % air demineral kemudian digetarkan dengan jutaan Hertz sampai mega Hertz. Drying dilakukan pada drying fan, kelongsong dan tutup dimasukkan ke wadah pengering 0 kemudian dihembuskan dengan udara panas 80 C selama 30 menit. Kemudian sampel disimpan pada wadah yang bebas kotoran dan bebas lembab. Proses Pengelasan dengan MFW Pada mesin ini, arus las dapat diatur besar dan bentuknya dengan mengeset besarnya arus listrik dan arus magnet pada panel pengontrol, sesuai parameter yang dikehendaki. Alat ini menggunakan sistim silinder udara untuk menggerakkan langkah elektroda. Kombinasi gaya listrik dan dan gaya magnet yang direkomendasikan adalah 1/3 gaya tekan udara silinder dan 2/3 gaya elektromagnet yang timbul secara koaksial. Gaya tahan clamp yaitu gaya pemegang kelongsong dan tutup saat terjadi penekanan juga parameter yang menentukan terhadap hasil las. Pemberian panas yang berlebih sewaktu pengelasan akan mengakibatkan terjadinya cacat (defect) seperti cacat kawah (creater) dan daerah pengaruh panas yang luas sehingga menimbulkan tegangan sisa thermal. Cacat tersebut akan mengurangi ketahanan/kekuatan hasil las. Pemeriksaan Visual Yaitu pemeriksaan dengan menggunakan mata telanjang atau dengan menggunakan alat bantu (pembesar), tanpa merubah ataupun merusak material yang akan diperiksa , bertujuan : Memeriksa bahan baku, produk dan struktur yang difabrikasi atau dibuat sesuai dengan spesifikasi rancang bangun Memeriksa ketidaksempurnaan (cacat) yang terdapat pada produk Menganalisa penyebab kegagalan suatu produk dan struktur Dari hasil uji visual ini akan dapat dideteksi cacat sebagai berikut[2]: Ketidakseragaman komposisi las-an yang mengakibatkan turunnya sifat mekanis antara lain: porosity, slag inclusions, excessive penetration, incomplete fusion, tungsten inclusions, whiskers, crater porosity & cracks, arc strikes, oxidation, excessive weld spatter, weld cracks and base metal cracks. Ketidakseragaman (discontinuity) groove weld dimensional, dapat mendeteksi cacat las antara lain: misaligment, underfill, undercut, overlap, excessive reinforcement, excessive root concavity, & incomplete penetration. Ketidakseragaman (discontinuity) weld dimensional, dapat mendeteksi cacat las antara lain: insufficient, undercut, overlap, excessive convexity, excessive concavity, insufficient leg, & bridging. 190
  • 7. ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 Perlakuan pemeriksaan visual dapat digolongkan menurut step/urutan pekerjaan: Pemeriksaaan sebelum pengelasan Pemeriksaan setelah fit-up dan sebelum pengelasan Pemeriksaan selama pengelasan Pemeriksaan setelah pengelasan Pemeriksaan dengan Destructive Test (DT) Uji Kekerasan Kekerasan adalah ketahanan suatu logam terhadap deformasi plastis, yaitu kemampuan dari atom di daerah pengujian mempertahankan kedudukannya. Jadi kalau atom-atom tersebut mudah bergeser berarti logam tersebut lunak dan sebaliknya. Uji kekerasan dilakukan dengan mengikuti prosedur ASTM E 82[4] (Reapproved 1992), yakni metode uji baku untuk kekerasan Vickers dari bahan-bahan logam. Uji kekerasan vickers adalah berapa uji kekeraan indentasi dengan memakai alat terkalibrasi untuk menekankan sebuah indenter intan berbentuk piramid dengan dasar bujur sangkar, yang mempunyai sudut permukaan 0 tertentu yakni 136 . Uji Tekanan (Hydrostatic Test) Untuk mengetahui kemampuan pengelasan terhadap tekanan yang bekerja dalam pipa (Gambar 3). Setelah spesimen uji disiapkan seperti Gambar pengetesan, mula-mula spesimen diisi dengan fluida kemudian menekan sampel pengelasan secara perlahan-lahan dari yang terkecil sampai terbesar dan sampai spesimen pecah. Dari uji ini akan diketahui kemampuan benda kerja untuk menahan tekanan serta diharapkan lokasi pecahnya benda kerja ada diluar daerah pengelasan. Untuk mencari besarnya tekanan pada Hydrostatic test ini dapat dihitung dengan rumus Barlow berikut: P x Do σ = ---------------2xt dan dimana : P = tekanan hidrostatik internal, N/mm 2xσxt P = ---------------Do 2 σ = tegangan ijin pipa yang diakibatkan tekanan hidrostatik internal, N/mm 2 = 583,25 N/mm . t = tebal pipa = 0,51 mm Do = diameter luar pipa = 18,98 mm Tekanan maksimum yang dapat diterima oleh pipa adalah: 2 x 583,25 x 0,51 191 2
  • 8. Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 P = ------------------------------------- ISSN 0854 - 5561 = 31,34 MPa = 313,4 bar 18,98 LAS KELONGSONG DAN TUTUP YANG TELAH DILAS Gambar 3. Sistem untuk Uji Hidrostatik 192
  • 9. ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Visual Proses pengelasan pada kelongsong dan tutup zirkaloi-2 ini belum ada parameter yang pasti, maka penelitian ini sekaligus untuk mencari parameter proses las yang tepat untuk bahan dan dimensi pada penelitian ini, untuk itu dilakukan proses pengelasan dengan mencoba-coba guna mendapatkan parameter las yang tepat, antara lain besar arus yang digunakan dan waktu termasuk besar arus pada masing-masing tahapan proses pengelasan Dari hasil kegiatan proses pengelasan kelongsong dan tutup zirkaloi-2 dengan menggunakan mesin Magnetic Force Welding (MFW) telah didapat: A. Setelah beberapa tahun peralatan MFW dalam keadaan rusak dan telah selesai diperbaiki, maka kegiatan ini adalah termasuk uji fungsi alat. Dari hasil uji fungsi telah diperoleh bahwa: Alat MFW telah dicoba untuk mengelas kelongsong dan tutup zirkaloi-2 untuk bahan bakar tipe Cirene = HWR (sesuai spsifikasi alat) dengan posisi saklar pada panel seperti pada tabel 1. Dari hasil proses pengelasan telah didapat hasil yang baik, dengan pengujian secara visual, dengan hasil las seperti Gambar 4. Hasil pengelasan Gambar 4. Gambar pisik hasil pengelasan dengan MFW 193
  • 10. Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561 Tabel 1. Parameter proses pengelasan dengan pengelasan MFW Saklar Weld 1 half cycle Magnetic Force Half Cycle Magnetic Force Neg. Percent Current Squeeze Hold Posisi OFF OFF Saklar Weld time (second) Posisi 15 Flux Reset 1 9 60 Percent Current 35 45 20 Force Delay 1 Weld Neg. Percent Current Saklar Percent Current Flux Reset Mag. Force 1 Posisi 60 Percent Current Mag. Force 20 10 45 75 B. Kemudian dilakukan penelitian terhadap hasil pengelasan dengan variasi arus las (73, 75, 77,)% sementara parameter yang lain dibuat konstan, dari hasil penelitian dapat disimpulkan; - Arus las salah satu parameter penting dalam proses pengelasan, sehingga dapat diperoleh: Semakin besar arus las maka daerah pengaruh panas las (heat effected zone= HAZ) akan semakin besar, hal ini tidak dikehendaki karena HAZ yang semakin besar sekaligus akan memperbesar ukuran butir hasil las sekaligus akan mengurangi sifat mekanik hasil las, sebaliknya semakin kecil arus las yang digunakan akan menghasilkan sambungan las yang tidak baik = terlihat adanya rongga pada hasil las (pengelasan tidak sempurna). Dari hasil penelitian didapat besar arus yang terbaik adalah sebesar 75 % Pemeriksaan visual dilakukan pada semua sampel dengan mempergunakan mata telanjang (visual check) atau dengan mempergunakan kaca pembesar atau microscope-streo. Pada pemeriksaan visual ini dapat segera diketahui beberapa cacat yang terjadi, misalnya cacat kawah, ketidaksempurnaan penyambungan dan ketidak sempurnaan alur las serta pencekungan alur las akibat panas yang berlebih. Untuk arus pengelasan diatas 75 % terlihat cacat hasil pengelasan seperti Gambar 5, dan untuk arus las di atas 77 % tidak tejadi penyambungan sempurna dan hasil las dinyatakan cacat. HASIL LAS YANG CACAT Gambar 5. Sampel hasil pengelasan yang gagal setelah pemeriksaan visual. 194
  • 11. ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 Uji Kekerasan Dengan menggunakan uji kekerasan seperti pada prosedur DIN 50133, yaitu dengan metoda pengujian vickers, hasil uji kekerasan dapat dilihat pada Tabel 2. dengan data: beban = 0,3 0 kg, waktu 15 detik, temperatur uji = 30 C. Tabel 2. Kekerasan pada sampel pada masing-masing daerah pengelasan. Sampel 1 (Arus las 73 %) Posisi Las Sampel 1 (Arus las 75%) Sampel 1 (Arus las 77%) No. Daerah/lokasi HV HV HV 1 Base Metal Kelongsong (1) 171 171 171 172 172 172 173 173 173 140 200 140 135 201 125 137 202 128 200 228 245 8 199 229 244 9 201 230 243 190 210 180 198 211 186 195 209 187 152 152 152 153 153 153 154 154 154 2 3 4 5 HAZ dengan kelongsong (2) 6 7 10 11 Weld metal (3) HAZ dengan tutup (4) 12 13 14 Base Metal Tutup (5) 15 Diagram Kekerasan Hasil Las 300 Kekerasan 250 200 Sampel 1 150 Sampel 2 100 Sampel 3 50 0 1 3 5 7 9 11 13 15 Posisi Las Gambar 6. Grafik Hubungan Posisi bagian las dan Kekerasan Untuk uji kekerasan struktur mikro dengan beban 100 gram, waktu 15 detik, temperatur uji 30 C adalah seperti Tabel 2. 0 195
  • 12. Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561 Dari hasil pengujian kekerasan terlihat bahwa distribusi kekerasan dari yang paling tinggi sampai paling rendah adalah sebagai berikut (Gambar 6): daerah logam las (fusion zone), daerah HAZ dan based metal. Hal ini terjadi disebabkan oleh terjebaknya fasa β akibat proses pendinginan yang cepat sehingga membentuk presipitat Zr(Fe,Cr)2, juga terjadinya tegangan sisa pada daerah HAZ tersebut. Sedangkan pada daerah fusion zone presipitat juga terjadi hanya pada pada batas butir (tidak menyebar) yang menyebabkan kekerasan yang tidak homogen. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah logam las akan lebih keras (lebih kuat), tetapi akan cenderung lebih getas karena adanya tegangan sisa dan ketidak homogenan struktur mikro. Untuk menurunkan kegetasan pada daerah logam las tersebut dapat dilakukan dengan proses pemanasan kembali (post welding heat treatment = PWHT). Uji Hidrostatik (Burst test) Dari hasil uji hidrostatis telah didapat dimensi benda uji setelah diberi tekanan pada 10 bar, 50 bar, 100 bar, dan 130 bar dengan data pada Tabel 3. Tabel 3. Data Hasil uji Hydrostatic Test Tekanan (bar) Peregangan (mikro m/m) 10,7 168 78,3 1236 101,5 1597 109,8 1729 122,2 1920 128,2 2012 83,1 1258 66,7 1009 52,1 1000 0 48 Tekanan hidrostatik (Pa) 140 120 100 80 T ekanan 60 40 20 0 D ia m e te r k e lo n g s o n g (m m ) 1 8 ,9 8 2 0 ,2 2 2 0 ,7 1 2 0 ,9 9 1 9 ,9 9 1 9 , 0 3 Gambar 7. Hubungan tekanan dan pembesaran diameter Hasil penekanan yang dilakukan adalah sampai dengan 128,2 bar, terjadi penggelembungan di dekat pengelasan dan terjadi kebocoran pada daerah las. Hubungan antara tekanan hidrostatik dan pembesaran diameter kelongsong dapat dilihat pada Gambar 7. Dari hasil pengujian hidrostatik terlihat bahwa pada tekanan 78,3 bar menyebabkan peregangan kelongsong sebesar 1236 µm, dan tekanan 128,2 bar terjadi kebocoran pada hasil las dengan peregangan kelongsong sebesar 2012 µm, sepeti Gambar 8. Jika dibandingkan dengan spesifikasi bahan zirkaloi-2 seharusnya kelongsong pecah pada tekanan di atas 313,4 bar sehingga dapat dinyatakan bahwa kualitas hasil las belum sesuai dengan yang diinginkan. 196
  • 13. ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 Gambar 8. Gambar sampel yang ditekan sampai 128,2 bar KE S IM PUL AN 1. Mesin Magnetic Force Welding (MFW) telah dapat berfungsi setelah dilakukan perbaikan. 2. Dari uji operasi telah diperoleh besar arus yang terbaik adalah sebesar 75 % dari arus las. 3. Dari uji hidrostatik diperoleh bahwa pada tekanan 128,2 bar, hasil las mengalami kebocoran. Menurut spesifikasi, kelongsong mampu ditekan sampai 313,4 bar sehingga hasil las belum sempurna sesuai dengan yang diinginkan. DAFTAR PUSTAKA [1] MUHAMMAD ANIS,; Teknologi Las, Diktat pada Welding Inspector Coarse, Program Pascasarjana-Program Studi Ilmu Material, Fakultas MIPA Universitas Indonesia, 2001. [2] ADNYANA, DN.,; Metalurgi Las, Diktat pada Welding Inspector Coarse, Program Pascasarjana-Program Studi Ilmu Material, Fakultas MIPA Universitas Indonesia, 2001. [3] BENJAMIN LUSTMAN AND FRANK KERZE, JR.; The Metallurgy of Zirconium, New York Toronto -London, Mc Graw-Hill Book Company, Inc, 1955. 197
  • 14. Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561 [4] AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIALS (ASTM).; Annual Book of ASTM Standards, A 370 – 90a, Standard Test Methods and Defenitions for Mechanical testing of Steel Products, Philadelphia: ASTM, 1990 [5] YORK CHICHESTER BRISBANE, Toronto - Singapure,1991 [6] WIRYOSUMARTO HARSONO, DKK,; Teknologi Pengelasan Logam, Cetakan ke- 4, Jakarta: Pradnya Paramita, 1988. 198