Pembangunan jalan di Pulau Bungin berpengaruh terhadap karakteristik permukiman nelayan dalam hal arsitektur bangunan, orientasi, dan pola permukiman. Sebelum jalan, permukiman bersifat terpusat di tengah pulau dengan bangunan berfungsi untuk kegiatan nelayan. Setelah jalan, permukiman menjadi lebih tersebar sepanjang jalan dan fungsi bangunan bertambah seiring perkembangan ekonomi.
1. PENGARUH PEMBANGUNAN JALAN PULAU BUNGIN
TERHADAP
KARAKTERISTIK PERMUKIMAN NELAYAN
(ARSITEKTUR BANGUNAN HUNIAN, ORIENTASI PERMUKIMAN,
DAN POLA PERMUKIMAN)
(LOKASI STUDI: DESA BUNGIN, KEC. UTAN, KABUPATEN SUMBAWA)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2016 OLEH: QUDRI SAUFI
UJIAN SKRIPSI
2. BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
MANFAAT PENELITIAN
RUMUSAN MASALAH
”Zamrut Khatulistiwa” Jumlah pulau yang ada di Indonesia yakni 17.504 itu
termasuk pulau-pulau yang sudah ternama dan belum ternama.
Provinsi NTB memiliki 280 Pulau.
Pulau Bungin merupakan bagian
dari 280 Pulau yang ada di NTB.
Pulau Bungin yang dikenal sebagai
Pulau terpadat di Indoensia.
a. Bagaimana karakteristik permukiman nelayan sebelum pembangunan jalan?
b. Bagaimana karakteristik permukiman nelayan setelah pembangunan jalan?
c. Bagaimana pengaruh pembangunan jalan terhadap karakteristik permukiman
nelayan di Desa Bungin?
a. Dapat mengetahui karakteristik permukiman nelayan sebelum pembangunan jalan.
b. Dapat mengetahui karakteristik permukiman nelayan setelah pembangunan jalan.
c. Dapat mengetahui perubahan karakteristik permukiman nelayan setelah adanya
pembangunan jalan.
TUJUAN MASALAH
Manfaat Secara Teoritis
Manfaat Secara Praktis
Dapat memperkaya dan menambah wawasan ilmu pengetahuan secara umum.
Dapat memotivasi peneliti lain
Bagi Masyarkat: Dapat menjadikan masyarakat selaku stake holders.
Bagi Pemerintah: dapat meningkatkan aspiratif untuk memberikan dan membantu
membangun dan memberikan arahan yang benar untuk menciptakan kondisi
lingkungan yang sehat
Desa Bungin sebagai destinasi pengembangan Desa Tradisional
3. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pembangunan: Ginanjar Kartasasmita (2007) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
Pengaruh: Menurut Robert dahl, pengaruh diumpamakan sebagai berikut: A mempunyai pengaruh atas B sejauh ia dapat
menyebabkan B untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak akan B lakukan.
Jalan: Menurut Kamus Tata Ruang (Direktorat Jendral Cipta Karya, 1997) Jalan adalah sebidang lahan prasarana perhubungan
darat, baik dengan konstruksi tertentu maupun tidak, yg digunakan untuk kepentingan pergerakan kendaraan, pejalan kaki
dan/atau hewan; bagian-bagian jalan meliputi daerah manfaat jalan, daerah milik jalan, dan daerah pengawasan jalan.
Rumaja (Ruang Manfaat Jalan),
Ruang yang terdapat pada badan jalan tersebut, yang berbatasan dengan
pedestrian atau trotoar.
Rumija (Ruang Milik Jalan),
Ruang yang terdapat pada pedestrian sisi kiri hingga sisi kanan jalan.Kementrian
Pekerjaan Umum menterjemahkannya sebagai jalur tanah tertentu diluar ruang
manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan
Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan),
Ruang yang terdapat dari sempadan antar bangunan sisi kiri dan kanan jalan.
Ruang tertentu diluar ruang milik jalan yang ada dibawah pengawasan
penyelenggara jalan.
Jalan Lokal Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, atau kawasan
sekunder kedua dengan perumahan, atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan. Jika ditinjau dari
peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Lokal Sekunder adalah:
Kecepatan rencana > 10 km/jam.
Lebar jalan > 5,0 m.
Jalan Lingkungan adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri-ciri seperti pada ciri-ciri di bawah ini:
Perjalanan jarak dekat
Kecepatan rata-rata rendah
Karakter permukiman dapat dilihat dari
organisasi ruang (Rapoport,1977):
1. Orientasi Central Space
2. Orientasi Along The Street
2. Orientasi Along The Street
Pola Clustered berkembang dengan adanya kebutuhan lahan
dan penyebaran unit-unit permukiman telah mulai timbul.
Kecendrungan pola ini mengarah pengelompokan unit
permukiman terhadap suatu yang dianggap memiliki nilai
“penting” atau pengikat kelompok seperti ruang (terbuka)
kerja, pemimpin dan sebagainya.
Pola Face to Face dengan struktur linier antara unit-
unit hunian sepanjang permukiman dan secara linier
pula perletakan pusat aktivitas: tambatan perahu,
ruang penjemuran, tempat pelelangan dan sebagainya.
(Lee Taylor, Urbanized Society, 1980)
4. BAB III
METODE PENELITIAN
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini diarahkan pada uraian
deskriptif mengenai bagaimana kondisi dan mekanisme perkembangan permukiman di Pulau bungin.
Tujuan Variabel Sub Variabel Data Yang Diperlukan Sumber Data Metode Pengambilan
Data
Analisis Data Yang
Digunakan
Output
Untuk
mengetahui
karakteristik
permukiman
nelayan sebelum
pembangunan
jalan
Arsitektur
Bangunan
Hunian
- Fungsi
- Bentuk
- Struktur
- Ruang
Peta penggunaan lahan
Jumlah rumah panggung dan
rumah batu
Jenis material bangunan
Fungsi-fungsi ruang pada
bangunan
Wawancara
Kondisi Lapangan
Survei Primer Analisis Deskriptif Karakteristik permukiman
nelayan dilihat dari arsitektur
bangunan hunian
Orientasi
Permukiman
- Central
Space
Arah tiap-tiap bangunan
Maksud dan tujuan arah
bangunan
Wawancara
Kondisi Lapangan
Survei Primer Analisis Deskriptif Karakteristik permukiman
nelayan dilihat dari orientasi
permukiman
Pola
Permukiman
- Clustered Luas Kawasan Permukiman
Jumlah sebaran bangunan
Wawancara
Kondisi Lapangan
Survei primer Analisis Deskriptif Karakteristik permukiman
nelayan dilihat dari pola
permukiman
Untuk
mengetahui
karakteristik
permukiman
nelayan setelah
pembangunan
jalan
Arsitektur
Bangunan
Hunian
- Fungsi
- Bentuk
- Struktur
- Ruang
Peta penggunaan lahan (fungsi
bangunan)
Jumlah rumah panggung dan
rumah batu
Jenis material bangunan
Fungsi-fungsi ruang pada
bangunan
Wawancara
Kondisi Lapangan
Survei Primer Analisis Deskriptif Karakteristik permukiman
nelayan dilihat dari arsitektur
bangunan hunian
5. BAB III
METODE PENELITIAN
Tujuan Variabel Sub Variabel Data Yang Diperlukan Sumber Data Metode
Pengambilan Data
Analisis Data Yang
Digunakan
Output
Untuk
mengetahui
karakteristik
permukiman
nelayan setelah
pembangunan
jalan
Arsitektur
Bangunan
Hunian
- Fungsi
- Bentuk
- Struktur
- Ruang
Peta penggunaan lahan
Jumlah rumah panggung dan rumah batu
Jenis material bangunan
Fungsi-fungsi ruang pada bangunan
Wawancara
Kondisi Lapangan
Survei Primer Analisis Deskriptif Karakteristik permukiman
nelayan dilihat dari arsitektur
bangunan hunian
Orientasi
Permukiman
- Central
Space
Arah tiap-tiap bangunan
Maksud dan tujuan arah bangunan
Wawancara
Kondisi Lapangan
Survei Primer Analisis Deskriptif Karakteristik permukiman
nelayan dilihat dari orientasi
permukiman
Pola
Permukiman
- Clustered Luas Kawasan Permukiman
Jumlah sebaran bangunan
Wawancara
Kondisi Lapangan
Survei primer Analisis Deskriptif Karakteristik permukiman
nelayan dilihat dari pola
permukiman
Untuk
mengetahui
pengaruh
pembangunan
jalan terhadap
karakteristik
permukiman
nelayan.
Perubahan
Arsitektur
Bangunan
Hunian
Fungsi Pertambahan jumlah fungsi bangunan
dalam penggunaan lahan
Hasil analisa Perbandingan 2 suku
variabel
Analisis
perbandingan
Perubahan Karakteristik
permukiman nelayan dilihat
dari arsitektur bangunan
hunian
Bentuk Perubahan bentuk fisik bangunan
Struktur Perubahan jenis material pada bangunan
Ruang Perubahan fungsi-fungsi ruang pada
bangunan
Perubahan
Orientasi
Permukiman
- Along The
Street
Arah tiap-tiap bangunan pada kawasan
sepanjang jalan penghubung ke Pulau
Bungin
Maksud dan tujuan arah bangunan
Hasil analisa Perbandingan 2 suku
variabel
Analisis
perbandingan
Perubahan Karakteristik
permukiman nelayan dilihat
dari orientasi permukiman
Perubahan
Pola
Permukiman
- Face to Face
- Kombinasi
Pertambahan Luas Kawasan
Permukiman
Pertambahan Jumlah sebaran bangunan
Hasil analisa Perbandingan 2 suku
variabel
Analisis
perbandingan
Perubahan Karakteristik
permukiman nelayan dilihat
dari pola permukiman
6. GAMBARAN UMUM
KABUPATEN SUMBAWA
DESA BUNGIN
Sebelah Utara : Bukit SMPN SATAP Desa Bungin
Sebelah Selatan: Desa Labuan Alas Kecamatan Alas
Sebelah Timur : Desa Tarusa Kecamatan Buer
Sebelah Barat : Desa Gontar Barat Kecamatan Alas Barat
SEJARAH PERSEBARAN SUKU BAJO HINGGA KE PULAU BUNGIN
SOSIAL-BUDAYA
Jumlah penduduk di Pulau Bungin pada tahun 2015 yakni sebanyak 3.184 Jiwa
dengan tingkat kepadatan yakni 28.266 per kilo meter persegi.
Masyarakat dengan mata pencaharian sebagai nelayan.
Seni Budaya Tarian Lala Pabiring dan Sile’ Kampoh
Adat-istiadat dalam menjaga lingkungan alam:
- Tiba raki
- Teralu
Adat-istiadat dalam menjaga lingkungan alam sekitar laut:
- Upacara adat sanyata bola
Hukum adat di Pulau Bungin, apabila seorang mempelai pria akan meminang
mempelai wanita hendak membuat tumpukan batu karang sebagai tempat
membangun rumah bagi keluarga mereka.
Abdullah Mayo, beliau seorang pelaut
tangguh (nomaden) yang berasal dari
Sulawesi selatan dan pertama kali
membangun perkampungan di gundukan
pasir (bubungin).
BAB VI
PEMBAHASAN
7. PEMBANGUNAN JALAN
JALAN LOKAL SEKUNDER JALAN LINGKUNGAN
Berikut pernyataan dari klasifikasi jalan
lokal sekunder di Pulau Bungin berdasarkan
peranan jalannya:
Kecepatan kendaraan > 10 km/jam.
Lebar jalan 6,5 m.
Jenis kendaraan: Dum truck, mobil,
sepeda motor, cidomo, bus pariwisata.
Berikut pernyataan dari klasifikasi jalan
lingkungan di Pulau Bungin yang di bagi
menjadi 2 berdasarkan peranan jalannya:
1. Tipe A
Lebar jalan 3-4 meter.
Jenis kendaraan ,mobil, sepeda motor, cidomo.
Lebar jalan 2 meter.
Jenis kendaraan:sepeda motor dan pejalan kaki.
Kecepatan kendaraan minimal rendah max 10 km/jam.
2. Tipe B
8. PEMBANGUNAN JALAN
LOKAL SEKUNDER
6,5 meter
Tiang Listrik
Badan Jalan
Talud
Laut
Rumah
Tiang Listrik
A ABB C
Keterangan:
A = Ruwasja B = Rumija C = Rumaja
TIPE A
TIPE B
JALAN LINGKUNGAN
Ruang Manfaat Jalan: Tiang Listrik, Talud.
Ruang Pengawasan Jalan: Bangunan menghadap jalan
Ruang Manfaat Jalan: halaman pekarangan rumah.
TIPE A
TIPE B
Ruang Milik Jalan: Perkerasan manual dgn Tanah urugan & kerikil
Ruang Milik Jalan: Perkerasan manual dgn Tanah urugan & kerikil.
9. Rumah Panggung
Badan Jalan (paping block)
Keterangan: A = Ruwasja B = Rumaja
A AB
Rumah Panggung
Badan Jalan (setapak) +
Halaman Rumah
Keterangan: A = Ruwasja B = Rumaja
A AB
TIPE A
TIPE B
TIPE A
TIPE B
JALAN LINGKUNGAN
PEMBANGUNAN JALAN
LINGKUNGAN
Ruang Pengawasan Jalan: Bangunan yang menghadap jalan
Ruang Milik Jalan: di Perkeras
Ruang Pengawasan Jalan: Bangunan menyampingi jalan
Ruang Milik Jalan: Tidak di Perkeras
11. KARAKTERISTIK PERMUKIMAN NELAYAN SETELAH PEMBANGUNAN JALAN
ARSITEKTUR BANGUNAN HUNIAN(FUNGSI)
SEBELUM ADA JALAN KE PULAU BUNGIN
SETELAH ADA JALAN KE PULAU BUNGIN
Keterangan: Masjid = 1 unit
Kantor Desa = 1 unit
Sekolah = 2 unit
Rumah Tinggal = 535 unit
Keterangan: Museum Bungin = 1 unit
Pustu = 1 unit
Musholla = 1 unit
WC Umum = 6 unit
Rumah Tinggal = 261 unit
12. ANALISA FISIK BANGUNAN . . .
ARSTEKTUR BANGUNAN HUNIAN (BENTUK) Bentuk Bangunan (Rumah Panggung)
SEBELUM ADA JALAN LOKAL SEKUNDER
SETELAH ADA JALAN LOKAL SEKUNDER
Bentuk Bangunan (Rumah Panggung)
Bentuk Bangunan (Rumah Batu)
535 Bangunan Hunian
- Rumah panggung
- Model atap plana (prisma segitiga)
714 Bangunan Hunian (Warna Hijau)
- Rumah panggung
- Model atap plana (prisma segitiga)
82 Bangunan Hunian (warnah merah)
- Rumah Batu
- Model atap plana (prisma segitiga)
- Model atap Flat (Balok)
KARAKTERISTIK PERMUKIMAN NELAYAN SETELAH PEMBANGUNAN JALAN
13. ANALISA FISIK BANGUNAN . . .
ARSITEKTUR BANGUNAN HUNIAN (STRUKTUR) SEBELUM ADA JALAN LOKAL SEKUNDER
SETELAH ADA JALAN LOKAL SEKUNDER
- Jumlah Bangunan Hunian = 535 unit
- Material Bangunan = Kayu dan Bambu
- Jumlah Bangunan Hunian = 796 unit
- Material Bangunan Kayu dan Bambu = 714 unit
- Material Bangunan Beton bertulang= 82 unit
ANALISIS KARAKTERISTIK PERMUKIMAN NELAYAN
14. ANALISA FISIK BANGUNAN . . .
ARSIETKTUR BANGUNAN HUNIAN (RUANG) SEBELUM ADA JALAN LOKAL SEKUNDER
SETELAH ADA JALAN LOKAL SEKUNDER
- Fungsi Ruang Secara Vertikal
- Fungsi Ruang Secara Horizontal
Suci
Kehidupan
Alam
Ulu’
Watang
Aje’
Pocci BolaPaselo Dapureng
Watang
Aje’
Ulu’
Rumah Panggung
Rumah Batu
Garasi
&
Gudang
ANALISIS KARAKTERISTIK PERMUKIMAN NELAYAN
15. ANALISA ORIENTASI PERMUKIMAN . . .ANALISIS KARAKTERISTIK PERMUKIMAN NELAYAN
SEBELUM ADA JALAN LOKAL SEKUNDER SETELAH ADA JALAN LOKAL SEKUNDER
Bangunan Cenderung Mengarah ke Syar Masjid
Tujuan:
Syar Masjid sbg patokan agar tetap menghadap
kepada sang Haliq. (konsep mengelilingi ka’bah)
Masjid sbg bangunan pertama yang di bangun
di Pulau Bungin.
-
-
Bangunan mengarah seiring pertumbuhan jalan
Lokal sekunder.
Tujuan: Lebih mudah menjangkau akses jalan bagi masyarakat yang bermata
pencaharian selain Nelayan
ORIENTASI PERMUKIMAN
16. ANALISIS KARAKTERISTIK PERMUKIMAN NELAYAN
POLA PERMUKIMAN
Jumlah kelompok = 4 Kelas (cara membedakan kelas jalan sbg pembatas)
Jumlah Bentuk Pola = 2 jenis
SEBELUM ADA JALAN LOKAL SEKUNDER
(figure ground HIJAU)
SETELAH ADA JALAN LOKAL SEKUNDER
(figure ground KUNING)
1
3
4
2Bentuk Linier (3) cenderung
mengikuti jalan
Bentuk Terpusat (1,2,4,5)
menuju pada satu titik
Dilihat dari arah bangunan yang cenderung
mengahadap jalan dan mengikuti
sepanjang jalan.
Jadi, pola permukiman yang sesuai dengan
bentuk pola permukiman tersebut yakni
Face to Face
Setelah dilihat dari beberapa sub-kelompok dengan bentuk sifat/ciri pola
permukiman yang berbeda namun di dominasi oleh bentuk karakter pola
permukiman yang sama yakni Pola Cluster.
5
17. PEMBAHASAN
ORIENTASI PERMUKIMANARSITEKTUR BANGUNAN HUNIAN
Fungsi Bangunan
Struktur Bangunan
Bentuk Bangunan
Masjid = 1 unit
Kantor Desa = 1 unit
Sekolah = 2 unit
Rumah Tinggal = 535 unit
Museum Bungin = 1 unit
Pustu = 1 unit
Musholla = 1 unit
WC Umum = 6 unit
Rumah Tinggal = 261 unit
2. Bentuk bangunan hunian Rumah
Batu dengan Model atap plana
(prisma segitiga) dan ada juga model
atap Flat (Balok)
714 unit bangunan hunian
dengan bentuk rumah panggung
menggunakan struktur kayu dan
bambu.
1. Bentuk bangunan huniannya
Rumah Panggung dengan
Model atap plana (prisma
segitiga)
82 unit bangunan hunian dengan
bentuk rumah batu menggunakan
struktur beton bertulang.
Ruang Bangunan
Watang
Aje’
Ulu’
Rumah Panggung
Rumah Batu
Garasi
&
Gudang
Setelah di ketahui jumlah dan arah sebaran bangunan hunian di Pulau Bungin
maka dapat di sesuaikan dengan teori bahwa pulau bungin saat ini memilki 2
karakteristik orientasi permukiman yakni orientasi Central Space (figure
ground ABU-ABU) dan orientasi Along The Street (Ffigur ground MERAH)
POLA PERMUKIMAN
Dari jumlah sebaran bangunan serta sub-sub kelompok dengan pola
permukiman megelompok atau terpusat sehingga terbentuk pula pola
permukiman serupa dari sub-sub kelompok tersebut maka dapat di katakan
pola permukiman Cluster. Selain dari pola cluster juga terdapat pola
permukiman Face to Face pada sepanjang jalan local sekunder.
18. KESIMPULAN
BAB V
PENUTUP
SARAN
REKOMENDASI
1. Mempertahankan hukum-hukum adat dalam membangun rumah panggung di Pulau Bungin.
2. Melestarikan bangunan-bangunan tradisional dalam upaya pengembangan Desa Tradisional Bungin.
3. Membuat suatu kebijakan desa terkait tentang kawasan rumah batu dan kawasan rumah panggung.
- Kawasan rumah batu di daerah sekitar jalan lokal sekunder dan membangun menyusuri jalan.
- Sedangkan untuk membangun rumah panggung hendak mengikuti orientasi dan awk-awik yang berorientasi ke dalam atau
mengelilingi.
Arsitektur bangunan hunian rumah panggung memiliki struktur bangunan yang terbuat dari kayu.
Dengan fungsi ruang yang sangat di sesuaikan dengan kehidupan manusia. Dimana, terdapat kaki, badan, dan
kepala. Dengan adanya bangunan rumah batu mengubah beberapa struktur bangunan menjadi beton
bertulang dan menghilangkan fungsi ruang pada kaki bangunan.
Orientasi permukiman sebelum ada jalan yaitu orientasi central space, setelah adanya pembangunan jalan ke
Pulau Bungin terdapat bangunan-bangunan baru yang cenderung menyusuri jalan atau Along The Street.
Pola permukiman juga sebelum adanya jalan dengan pola mengelompok atau Clustered. Setelah adanya
pembangunan jalan beberapa bangunan terbentuk dengan pola permukiman Face to Face.
Pengaruh pembangunan jalan ke Pulau Bungin terhadap karakteristik permukiman nelayan di Desa Bungin, tentunya belum mencakup semua
aspek. Hal ini patut dimaklumi karena dengan segala keterbatasan tentunya sangat sulit untuk membuat studi/ kajian secara menyeluruh tanpa
ada pembatasan studi dan justru ini memberikan peluang untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan aspek yang berbeda. Atau
barangkali kerangka pendekatan dalam studi ini dapat digunakan sebagai acuan bagi studi atau kajian yang sejenis dalam konteks
pengembangan desa tradisional Bungin berdasarkan karakteristik permukiman nelayan.