Pembangunan bandara Namniwel di Kabupaten Buru diperkirakan memiliki dampak penting terhadap lingkungan sosial dan budaya masyarakat lokal selama proses perizinan, survei, dan pengadaan lahan; serta terhadap kualitas air, aliran permukaan, dan flora selama persiapan lahan dan konstruksi."
1. Kajian Dampak Pembangunan
Bandar Udara Namniwel
Kabupaten Buru, Provinsi Maluku
Kelompok 1
Annisa Zulfa Nur Azza (18/424993/TK/46688)
Farrastika Rey Pinestiti (18/424999/TK/46694)
Nude Alfathama (18/425017/TK/46712)
Alvian Anggara W (18/428639/TK/47141)
Dimas Dwi Prayoga (18/428645/TK/47147)
Javad Yadavari (18/428657/TK/47159)
Manajemen dan Teknik Lingkungan
(TKF 210080)
3. Latar Belakang
Reduce Aviation Noise & Air
Quality Impact
● Aircraft flight operation
● Ground operation
● Ground Support Equiptment
● Airport Access
Land Using planning
● Improving airport planning &
environmental reviews
➢ Zoning controls
➢ Existing/planned land use
03
01 02
Sustainability
● Water and energy use
● Solid Waste /Recycling
● Climate adaptation and
Resilence
03
01 02
● Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 43 Tahun
2006
● Peraturan Bupati Buru No.11 Tahun 2008
● Keputusan Gubernur Maluku No. 105a
● Sesuai PP No.27 Tahun 2012 Tentang Izin
Lingkungan Pasal 73
NAMNIWEL
AIRPORT
4. Tujuan
1. Mengidentifikasi kegiatan pembangunan Bandara Namniwel yang menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan.
2. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak penting
akibat kegiatan pembangunan Bandara Namniwel.
3. Melakukan kajian mendalam terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah
dilaksanakan.
4. Mengkaji dampak lingkungan yang timbul dari kegiatan pembangunan Bandara Namniwel yang
sedang dan akan berjalan.
5. Melakukan evaluasi terhadap dampak besar dan penting yang timbul dari kegiatan pembangunan
Bandara Namniwel yang sedang dan akan berjalan.
6. Profil Bandar Udara Namniwel
Sumber: Anggoro, “Bandara Namniwel Pulau Buru,” ANTARA
FOTO, Dec. 17, 2021.
Spesifikasi Bandar Udara Namniwel
7. Identitas Perusahaan/Pemrakarsa
Pemrakarsa Dokumen Lingkungan Hidup
Nama : Dinas Perhubungan Pesawat dan Pariwisata Kabupaten Buru
Jenis Badan Hukum : Instansi Pemerintah
Alamat : Jl. Raya Namatek-Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku
Penanggung jawab : Ahmad Djawa
Jabatan : Kepala Dinas Perhubungan
Pemrakarsa Kegiatan
Nama : Kantor UPBU Namniwel
Jenis Badan Hukum : Instansi Pemerintah
Alamat : Jl. Bandar Udara Namniwel Desa Sawa Kecamatan Lilialy Kabupaten Buru
Provinsi Maluku
Penanggung jawab :
Jabatan : Kepala Kantor UPBU Namniwel
8. Site Plan
Peta lokasi Bandar Udara Namniwel terhadap Kabupaten Buru Peta batas lahan Bandar Udara Namniwel
Sumber: Kementrian Perhubungan, “LAPORAN RKL-RPL
BANDAR UDARA NAMNIWEL,” 2018.
9. Tata Guna Lahan
Kebutuhan fasilitas sisi udara Bandar Udara Namniwel Kebutuhan fasilitas sisi darat Bandar Udara Namniwel
Sumber: Kementrian Perhubungan, “LAPORAN RKL-RPL
BANDAR UDARA NAMNIWEL,” 2018.
11. 1. Kualitas Udara
Titik Lokasi Pengukuran
Kode Lokasi Koordinat
Lintang Selatan (LS) Bujur Timur (BT)
U-1 Area Parkir Bandar Udara 3o
8’48.51” 126o
58’40.48”
U-2 Jalan Akses Bandar Udara 3o
8’54.97” 126o
58’37.51”
U-3 Permukiman Desa Sawa 3o
8’46.99” 126o
59’45.83”
U-4 Permukiman Desa Waeperang 3o
8’30.52” 126o
57’16.47”
12. 1. Kualitas Udara
Tidak ada parameter udara
ambien yang melebihi baku mutu
yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No.41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
Jenis Zat Satuan Baku
Mutu
Hasil Pengukuran
U-1 U-2 U-3 U-4
Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3
900 <0.4 0,45 0,49 0,41
Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3
30.000 1.150 1.150 1.917 <1.150
Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3
400 73,4 17,6 <16 <16
Oksidan (O3) µg/Nm3
235 28,5 26,3 21,5 22,7
Hidrokarbon (HC) µg/Nm3
160 19,6 <18 <18 <18
PM10 µg/Nm3
150 15 10 8 11
PM25 µg/Nm3
65 6 4 4 5
Total Suspended Particulate
(TSP)
µg/Nm3
230 31,4 34,5 20,2 28,6
Timbal (Pb) µg/Nm3
2 <0,4 <0,4 <0,4 <0,4
Suhu o
C - 30,4 35,6 32,1 33,0
13. 2. Kebisingan
• Parameter kebisingan yang melebihi baku mutu terletak di Lokasi U-4, yaitu
Permukiman Desa Waeperang.
• Tingkat kebisingan yang tinggi tersebut disebabkan oleh kegiatan transportasi lokal.
Kode Lokasi Satuan Baku Tingkat
Kebisingan
Hasil
Pengukuran
U-1 Area Parkir Bandar Udara dBA 85 50,3
U-2 Jalan Akses Bandar Udara dBA 85 56,7
U-3 Permukiman Desa Sawa dBA 55 49,0
U-4 Permukiman Desa Waeperang dBA 55 64,2
14. 3. Kualitas Air
Titik Lokasi Pengukuran
Kode Jenis Sampel Lokasi Koordinat
Lintang Selatan (LS) Bujur Timur (BT)
A-1 Air limbah Saluran Pembuangan di Perumahan
Dinas
3o
8’53.22” 126o
58’32.56”
A-2 Air permukaan Danau Namniwel dekat Ujung
Saluran Drainase
3o
8’35.88” 126o
58’15.61”
A-3 Air permukaan Danau Namniwel 3o
8’37.95” 126o
58’20.15”
A-4 Air laut Pantai Dekat Ujung Runway (Timur) 3o
8’44.76” 126o
59’45.35”
A-5 Air laut Pantai Dekat Ujung Runway (Barat) 3o
8’27.21” 126o
57’5.73”
A-6 Air bersih Rumah Pompa Utama 3o
8’45.91” 126o
58’31.19”
A-7 Air bersih Rumah Pompa di Rumah Dinas 3o
8’54.26” 126o
58’32.58”
A-8 Air bersih Toilet Terminal Penumpang 3o
8’47.58” 126o
58’41.19”
15. 3.1 Air Limbah
Tidak ada parameter air limbah yang melebihi baku mutu sesuai yang ditetapkan dalam Peraturan
MenLH Nomor P.68/MenLH/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Pengujian
pH pH unit 6-9 8,83
BOD mg/L 30 <1,1
COD mg/L 100 <23,4
TSS mg/L 30 <2,5
Minyak dan Lemak mg/L 5 <5
Amonia Total (NH3
-N) mg/L 10 0,21
Total Koliform Col. 100 mL 3.000 3.000
16. 3.2 Air Permukaan
• Tingginya BOD dan COD
disebabkan karena adanya
penguraian bahan organik yang
terkandung pada aliran air.
• Bahan organik tersebut dapat
bersumber dari air limbah
domestik permukiman yang
masuk ke Danau Namniwel.
17. 3.3 Air Laut
• Kekeruhan disebabkan oleh faktor
alamiah yang bersumber dari transpor
sedimen sungai yang terdispersi di
perairan laut.
• Tingginya fosfat disebabkan oleh
kegiatan budidaya pertanian berupa
penggunaan pupuk yang mengandung
unsur fosfat.
• Tingginya krom disebabkan oleh
faktor kegiatan di lingkungan
permukiman, seperti kegiatan yang
menggunakan pestisida.
18. 3.4 Air Bersih
• Tingginya kadmium berkaitan
dengan material sumur bor,
seperti cat yang terkelupas
dan korosi pada pelapis
logam besi.
• Tingginya timbal disebabkan
oleh penggunaan pipa
polivinil klorida (PVC)
sebagai media transmisi atau
distribusi air.
19. 4. Penggunaan Lahan
• Penggunaan lahan di sekitar lokasi Bandar Udara Namniwel merupakan lahan kosong dan lahan
permukiman penduduk dengan fasilitas pendukungnya.
• Permukiman terdekat dari lokasi proyek bandar udara adalah: Permukiman Desa Sawa dan
Permukiman Desa Waeperang.
• Wilayah proyek Bandar Udara Namniwel merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang dalam
rencana pola ruangnya, lahan akan mengalami perubahan menjadi kawasan perkotaan.
• Penggunaan lahan yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan juga sesuai dengan ketentuan
dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) yang diatur dalam Undang-Undang No. 1
Tahun 2009.
22. 6. Perekonomian Masyarakat
Berdasar Data Struktur Perekonomian Kabupaten Buru dengan valuasi
Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013,
struktur perekonomian Kabupaten Buru didominasi oleh:
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan = 35,75%
2. Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, dan Jaminan Sosial Wajib = 17,87%
3. Industri Pengolahan = 13,69%
4. Konstruksi = 7,30%
5. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor = 6,65%
23.
24. 6. Perekonomian Masyarakat
Berdasar Data Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Buru dengan valuasi Distribusi
Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013,
pertumbuhan ekonomi tertinggi di Kabupaten Buru adalah:
1. Jasa Keuangan dan Transportasi = 11,68%
2. Konstruksi = 8,91%
3. Penyediaan akomodasi makan dan minum = 8,21%
25.
26. 7. Arus Lalu Lintas
Pra-Konstruksi:
• Lalu lintas hanya dilalui penduduk lokal antara
Desa-Desa di Kecamatan Lilialy, misal Desa
Sawa dan Desa Waeperang, relatif lancar.
Masa Konstruksi:
• Mobilisasi kendaraan pengangkut material
telah terjadwal.
• Frekuensi rit kendaraan pengangkut material
relatif kecil.
27. 8. Nilai-Nilai Budaya Lokal
1. Bahasa asli yang digunakan adalah Bahasa Buru.
Bahasa lain: Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Ambon
2. Nama menggunakan marga keturunan Buru, misal Lesnussa,
Latbual, Nurlatu, Lehalima, Wael, dan Sigmarlatu.
3. Penduduk asli (Geba Bupulo/autokton): sisi pegunungan
Penduduk pendatang (Geba Misnit/alokton): sisi pesisir pantai
28. Interaksi penduduk lokal dengan penduduk pendatang:
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Pemersatu walaupun dengan dialek yang
berbeda-beda.
2. Interaksi sosial asosiatif dalam bentuk kerukunan, kerjasama, dan toleransi.
3. Pendatang dari luar wilayah menghormati budaya dan kearifan lokal, serta
tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan nilai-nilai budaya lokal.
4. Nilai-nilai budaya masyarakat lokal masih tetap terlihat dalam kehidupan sosial
bermasyarakat dan terus dilestarikan hingga saat ini.
32. 4.1 Tahap Pra Konstruksi
1. Pengurusan dan Proses Perizinan
a. Sosial dan kebudayaan : Dampak Penting
2. Survey dan Sosialisasi Kegiatan
a. Sosial dan kebudayaan : Dampak Penting
3. Pengadaan Lahan
b. Sosial dan kebudayaan : Dampak Penting
33. 4.2 Tahap Konstruksi
1. Mobilitas Tenaga Kerja
a. Sosial dan kebudayaan : Dampak Penting
b. Kesempatan Kerja : Dampak Penting
2. Mobilitas Alat Berat dan Material Konstruksi
a. Kualitas Udara : Dampak Potensial
b. Kebisingan : Dampak Potensial
c. Aksesibilitas dan Mobilitas Masyarakat : Dampak Potensial
d. Kesehatan Masyarakat : Dampak Potensial
34. 3. Pembersihan dan Penyiapan Lahan
a. Kualitas Air : Dampak Penting
b. Aliran permukaan : Dampak Penting
c. Flora darat atau vegetasi : Dampak Penting
4. Pekerjaan tanah (Pondasi)
a. Kualitas Air : Dampak Penting
b. Aliran permukaan : Dampak Penting
c. Kebisingan : Dampak Penting
4.2 Tahap Konstruksi
35. 5. Pembangunan Fasilitas Sisi Darat, Sisi Udara, dan Sarana
Utilitas Bandara
a. Kualitas Air : Dampak Penting
b. Aliran permukaan : Dampak Penting
c. Kebisingan : Dampak Penting
d. Kesehatan Masyarakat : Dampak Penting
6. Pembangunan Ruas Jalan Umum
a. Kualitas Udara : Dampak Potensial
b. Kebisingan : Dampak Potensial
c. Aksesibilitas dan Mobilitas Masyarakat : Dampak Penting
d. Kesehatan Masyarakat : Dampak Potensial
4.2 Tahap Konstruksi
36. 7. Pemasangan peralatan navigasi, komunikasi, dan
keselamatan penerbangan
a. Kebisingan : Dampak Potensial
8. Penghijauan dan pembuatan taman
a. Kualitas Air : Dampak Penting
b. Aliran permukaan : Dampak Penting
c. Flora darat atau vegetasi : Dampak Penting
4.2 Tahap Konstruksi
37. 1. Mobilisasi Tenaga Kerja Operasional
a. Kesempatan Kerja : Dampak Penting
2. Pengoperasian Prasarana Sisi Udara
a. Kualitas Udara : Dampak Potensial
b. Kebisingan : Dampak Potensial
3. Pelayanan Penumpang, Barang, dan Jasa Penerbangan
a. Sosial dan Kebudayaan : Dampak Penting
4. Pengoperasian Sarana dan Utilitas Bandar Udara
a. Kesempatan Kerja : Dampak Penting
4.3 Tahap Operasional
39. Kuantisasi Prakiraan Dampak
Penurunan Kualitas Udara Ambien
Metode prakiraan dampak
menggunakan metode matematis
Model Box oleh Rau dan Wooten
pada 1985 dengan persamaan
sebagai berikut.
● Q yang dihasilkan dari pesawat
ATR 72-600 berupa karbon
monoksida (CO) dan Sulfur
dioksida (SO2). Didapatkan nilai
laju emisi adalah 2,35 kg/LTO
untuk CO dan 0,1/LTO untuk SO2.
● siklus LTO untuk pesawat dengan
mesin turboprop adalah 0,5 menit
take off dan 2,5 menit climbing
40. Kuantisasi Prakiraan Dampak
Penurunan Kualitas Udara Ambien
Metode prakiraan dampak
menggunakan metode matematis
Model Box oleh Rau dan Wooten
pada 1985 dengan persamaan
sebagai berikut.
● y didasari pada lebar runway yaitu
±30 m.
● Kecepatan angin didasari pada
rata-rata kecepatan angin
berdasarkan Global Wind Atlas
pada area bandar udara yaitu 6,09
m/s
● x disesuaikan dengan tinggi
pesawat ketika dalam fase take off
menuju fase initial climb dengan
ketinggian antara 400 - 500 ft atau
setara dengan 121 - 152,4 m.
Digunakan angka maksimum yaitu
152,4 m[5].
42. Kuantisasi Prakiraan Dampak
Kebisingan
Spesifikasi nilai kebisingan relatif
ATR 72-600 : 255,52 EPNdB.
Standar ICAO Annex 16 Vol. 1
Chapter 4 untuk pesawat mesin
Turboprop yang didaftarkan setelah 1
Januari 2006 dengan MTOW > 8618
⇒ 270 EPNdB
43. Kuantisasi Prakiraan Dampak
Kebisingan
● D diperkirakan berada pada
daerah pemukiman warga Desa
Sawa yang berjarak ±380m untuk
jarak titik runway dan rumah
terdekat, 800m untuk jarak titik
appron dan titik rumah terdekat,
dan 900 m untuk jarak titik taxiway
dan titik rumah terdekat.
● T adalah waktu start engine (1-1,5
menit), taxiing (26 menit), stand
(10-30 menit), take off (0,5 menit),
dan climbing (4,5 menit) untuk
satu kali perjalanan pergi.
44. Kuantisasi Prakiraan Dampak
Kebisingan
● Tingkat kebisingan pesawat ATR
72 didapatkan sebesar 127,5 dB
ketika taxiing dan 128 dB ketika
stand pada jarak 50 ft atau 15,24
m.
● Tingkat kebisingan pesawat dalam
fase take off diasumsikan sebesar
150 dB pada jarak 25 m.
● G adalah kondisi permukaan lahan
yang diasumsikan adalah lahan
rumput dengan G = 0,57
45. Tabel Ambang Batas Kebisingan
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999,
46. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 40 Tahun 2012
tentang Pembangunan Dan
Pelestarian Lingkungan Hidup
Bandar Udara, baku mutu yang
ditetapkan adalah 80 dB (A).
Diperlukan verifikasi!
53. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil identifikasi, komponen lingkungan yang dapat terkena dampak penting maupun
potensial akibat kegiatan Pra Konstruksi, konstruksi, hingga operasional diantaranya adalah Kualitas
udara, kebisingan, kualitas air, aliran air permukaan, kondisi lalu lintas, kesehatan masyarakat, nilai-nilai
budaya lokal, kesempatan kerja, dan perekonomian.
2. Beragamnya jenis komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak kegiatan pembangunan
Bandara Namniwel dari tahap Pra Konstruksi hingga Operasional, Maka suatu dokumen ANDAL
sangat penting untuk menjaga dan mengelola komponen lingkungan terkait agar dapat
diusahakan perubahan lingkungan sekitar terjadi seminimal mungkin dari kondisi sebelum
adanya pembangunan.
54. Saran
1. Melaksanakan pengelolaan dampak dan pemantauan komponen lingkungan secara
konsisten dan berkelanjutan.
2. Salah satu cara pengelolaan dampak lingkungan seperti penghijauan di lingkungan bandar
udara.
3. Melaksanakan pengelolaan dampak lingkungan dalam penyediaan dan pengoperasian
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bandar Udara.
4. Mengembangkan pengelolaan dampak berdasarkan hasil pemantauan komponen
lingkungan seperti air, udara, kebisingan.
5. Menambah lokasi pemantauan komponen lingkungan disekitar kegiatan operasional
kendaraan pada fasilitas sisi udara (runway)