1. 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian petir
Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan
di mana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan biasanya disebut kilat
yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar sering disebut guruh
atau geledek. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara
kecepatan suara dan kecepatan cahaya. Cahaya merambat lebih cepat (186.000 mil /
299.338 kilometer per detik) bila dibandingkan suara (sekitar 700 mil / 1.126 kilometer
per jam, bervariasi tergantung temperatur, kelembapan dan tekanan udara). Sehingga
suara gemuruh biasanya terdengar beberapa saat setelah kilatan terlihat.
Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kapasitor
raksasa, di mana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng
positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti yang sudah diketahui
kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan
energi sesaat (energy storage). Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud), di
mana salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan positif.
1.2 Terjadinya petir
Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan
awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus
secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya
sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah),
sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara
awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron)
dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses
pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron
mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih
sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar
air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir.
Karena ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa
terjadi antar awan yang berbeda muatan.
2. 2
Keajaiban Kilat dan Petir
Petir menghasilkan molekul nitrogen yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan di
Bumi utuk menunjang kehidupanya.
Energi yang dilepas oleh sekali kilatan petir lebih besar dari pada energi yang
dihasilkan seluruh pembangkit listrik di Amerika.
Satu kilatan petir dapat menyalakan 100 watt bola lampu selama lebih dari tiga bulan.
Pada titik sentuh petir ke bumi, cuaca memanas hingga 25.000 derajat Celcius.
Kecepatan kilatan petir 150.000 km/detik dan rata-rata ketebalannya 2,5-5 cm.
Setiap petir rata-rata memiliki 20.000 amper daya listrik. Seorang tukang las hanya
menggunakan 250-400 amper untuk mengelas baja.
Petir bergerak pada kecepatan 150.000 km/detik, hampir setengah kecepatan cahaya
dan 100.000 kali lebih cepat dari kecepatan suara.
Suara yang dilepaskan oleh satu kilatan lebih besar dari pada cahaya 10 juta bola
lampu berdaya 100 watt.
Ini menerangkan; apabila setiap rumah di Istanbul menyalakan satu bola lampu,
pancaran cahaya dari satu kilatan petir akan lebih besar.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Petir dalam pandangan Islam
3. 3
Ada tiga istilah untuk kilatan petir dan geledek yaitu ar ro’du, ash showa’iq dan
al barq. Ar ro’du adalah istilah untuk suara petir atau geledek. Sedangkan ash showa’iq
dan al barq adalah istilah untuk kilatan petir, yaitu cahaya yang muncul beberapa saat
sebelum adanya suara petir.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, ”Dalam hadits marfu’ (sampai
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen) pada riwayat At Tirmidzi dan selainnya,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang ar ro’du, lalu beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab,
اَهِب ُقوُسَي ٍَارن ْنِم مخاريق ُهَعَم ِباَحَّسالِب ٌلَّك َوُم ِةَكِئ ََلَمْال ْنِم ٌكَلَم
ُ َّاَلل َءَاش ُْثيَح َابَحَّسال.
”Ar ro’du adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya pengoyak
dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah.”
Disebutkan dalam Makarimil Akhlaq milik Al Khoro-ithi, ’Ali pernah ditanya
mengenai ar ro’du. Beliau menjawab, ”Ar ro’du adalah malaikat. Beliau ditanya pula
mengenai al barq. Beliau menjawab, ”Al barq (kilatan petir) itu adalah pengoyak di
tangannya.” Dan dalam riwayat lain dari Ali juga,” Al barq itu adalah pengoyak dari besi
di tangannya”.”
Kemudian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan lagi, ”Ar ro’du adalah
mashdar (kata kerja yang dibendakan) berasal dari kata ro’ada, yar’udu, ro’dan (yang
berarti gemuruh, pen). … Namanya gerakan pasti menimbulkan suara. Malaikat adalah
yang menggerakkan (menggetarkan) awan, lalu memindahkan dari satu tempat ke tempat
lainnya. Dan setiap gerakan di alam ini baik yang di atas (langit, pen) maupun di bawah
(bumi, pen) adalah dari malaikat. Suara manusia dihasilkan dari gerakan bibir, lisan, gigi,
lidah, dan dan tenggorokan. Dari situ, manusia bisa bertasbih kepada Rabbnya, bisa
mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Oleh karena itu, ar ro’du
(suara gemuruh) adalah suara yang membentak awan. Dan al barq (kilatan petir) adalah
kilauan air atau kilauan cahaya. … ”
4. 4
Ketika menafsirkan surat al Baqarah ayat 19, As Suyuthi mengatakan bahwa ar
ra’du adalah malaikat yang ditugasi mengatur awan. Ada juga yang berpendapat bahwa
ar ro’du adalah suara malaikat. Sedangkan al barq (kilatan petir) adalah kilatan cahaya
dari cambuk malaikat untuk menggiring mendung.
Kesimpulan:
Ar ro’du kadang dimaknakan dengan malaikat yang ditugasi mengatur awan. Ada pula
yang berpendapat bahwa ar ro’du (geledek) adalah suara malaikat. Sedangkan al barq
atau ash showa’iq adalah kilatan cahaya dari cambuk malaikat yang digunakan untuk
menggiring mendung.
Karena apa yang diperbuat oleh malaikat ini termasuk ranah ghoib, maka kewajiban kita
hanyalah mengimaninya saja, dan tidak boleh mengingkari.
Firman allah tentang Petir.
أَلَمَْ أََرَ أَنَْ أَ ََه ي ُز َجِي سَحسَبَا أَلَِّ أِؤَُمَفِي أِيَنَيَح أَلَِّ أِيِعَلَزَي سَكسَمِر فََرََى ََْأَ َََْم أِخِرَجَي
أَنُك أُيُمه ُج أِيََُجنِي َْ أَنُك أُسسَكَاَم أَنُك أِيسَح ُز سَييُى أَنُك أََِرَح أِيي ُِِيَى أُيُح أَنَك أِسَسءَي
أِيِى ُرََِي َْ أَنَْ أَنَك أِسَسءَي أَِسَمَي َسنَا أُيُق َرَح أِيَهَبَي أُسرََِحساُح
Artinya:
"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-
bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar
dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es
itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.
Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. an-Nûr [24]: 43)
Do’a Ketika Mendengar Petir
5. 5
Dari ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tatkala
mendengar suara petir, beliau mengucapkan,
ُهَل ْتَحَّبَس يِذَّلا َانَحْبُس
”Subhanalladzi sabbahat lahu”
Artinya: Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya).
Lalu beliau mengatakan, ”Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki
(membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana pengembala ternak membentak
hewannya.”
Apabila ’Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan,
kemudian mengucapkan,
ِهِتَفْي ِخ ْنِم ُةَكِئ ََلَمْال َو ِهِدْمَحِب ُدْعَّالر ُحِِّبَسُي ْيِذَّلا َانَحْبُس
“Subhanalladzi yusabbihur ro’du bi hamdihi wal mala-ikatu min khiifatih”
Artinya: (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya
karena rasa takut kepada-Nya). Kemudian beliau mengatakan,
ِض ْرَِلا ِلْهَ ِِل ٌدْيِدَش ٌدْيِع َوَل اَذَه َّنِإ
Artinya: ”Inilah ancaman yang sangat keras untuk penduduk suatu negeri”.
6. 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan :
Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kapasitor
raksasa, di mana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng
positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral).
Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan
lainnya. Sehingga muatan listrik yang berada di awan berpindah ke awan yang
lainnya. Sebagian keluar, dan sering disebut sebagai halilintar, kilat.
Didalam al qur’an telah dijelaskan bahwa, allah telah menggerakkan awan,
menjadikannya bertindih tindih