SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Petir
Petir adalah salah satu fenomena kelistrikan udara di alam. Proses terjadinya
petir akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif
(proton). Para ilmuwan menduga lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada
beberapa tahapan yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik
pada awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan
adalah listrik muatan negatif, di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif,
sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan
positif, pada bagian inilah petir biasa berlontaran. Petir dapat terjadi antara awan
dengan awan, dalam awan itu sendiri, antara awan dan udara, antara awan dengan
tanah (bumi). Energi yang dihasilkan oleh satu sambaran 55 kw/hour.
1.2. Proses terjadinya petir
Petir terjadi diakibatkan terkumpulnya ion bebas bermuatan negatif
dan positif di awan, ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan dan juga
kejadian Ionisasi ini disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair
menjadi gas atau sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair.
Gambar 1.1. Proses sambaran petir
1
Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses
bergeraknya awan ini maka saling bergesekan satu dengan yang lainya , dari
proses ini terlahir electron-electron bebas yang memenuhi permukaan awan.
Ion bebas menempati permukaan awan dan bergerak mengikuti angin yang
berhembus, bila awan-awan terkumpul di suatu tempat maka awan
bermuatan akan memiliki beda potensial yang cukup untuk menyambar
permukaan bumi maka inilah yang disebut petir.
proses ini bisa digambarkan secara sederhana pada sebuah penggaris
plastik yang digosokkan pada rambut maka penggaris ini akan mampu
menarik potongan kertas.
Pada suatu saat awan ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat
inilah petir dimungkinkan terjadi karena electron-elektron bebas ini saling
menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga memiliki cukup beda potensial
untuk menyambar permukaan bumi.
Ada 2 teori yang mendasari proses terjadinya petir, diantarnya adalah;
a. Proses Ionisasi
Sambaran Petir merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan
muatan listrik (Electrical Discharge) yang terjadi di atmosfer, hal ini
disebabkan berkumpulnya ion bebas bermuatan negatif dan positif di awan,
ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan dan juga kejadian ionisasi ini
disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau
sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair. Ion bebas menempati
permukaan awan dan bergerak mengikuti angin yang berhembus, bila
awan-awan terkumpul di suatu tempat maka awan bermuatan ion tersebut
akan memiliki beda potensial yang cukup untuk menyambar permukaan
bumi maka inilah yang disebut petir.
b. Gesekan Antar Awan
Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses
bergeraknya awan ini maka saling bergesekan satu dengan yang lainya, dari
2
proses ini terlahir electron-electron bebas yang memenuhi permukaan
awan. Proses ini bisa di simulasikan secara sederhana pada sebuah
penggaris plastik yang digosokkan pada rambut maka penggaris ini akan
mampu menarik potongan kertas. Pada suatu saat awan ini akan terkumpul
di sebuah kawasan, saat inilah petir dimungkinkan terjadi karena electron-
elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga
memiliki cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi.
1.3 PEMBENTUKAN AWAN PETIR
Awan adalah sekumpulan dari titik-titik uap air yang berasal dari proses
pemanasan air di permukaan bumi oleh panas matahari. Karena adanya perbedaan
temperatur di udara untuk setiap ketinggian yang berbeda, maka terjadilah
perbedaan tekanan udara yang menyebabkan timbulnya aliran udara dari tempat
yang bertekanan udara lebih tinggi ke arah tekanan udara yang lebih
rendah. Tekanan udara yang lebih tinggi pada umumnya terjadi pada daerah
ketinggiannya yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan adanya aliran udara naik
ke atas yang akan mendorong naik titik-titik air dari hasil penguapan yang terjadi
oleh pemanasan matahari.
Semakin tinggi dari permukaan bumi, maka semakin rendah temperatur udara yang
menyebabkan terjadi kondensasi dari ketinggian tertentu. Setelah mencapai
temperatur kondensasi, titik-titik uap air yang terkandung pada bagian atas awan
tersebut berubah menjadi kristal-kristal es. Karena adanya aliran angin ke atas, ke
samping dan ke bawah, maka terjadilah tubrukan-tubrukan atau gesekan-gesekan
antara kristal-kristal es tersebut yang menyebabkan terbentuknya ion-ion positif di
bagian atas dan negatif di bagian bawah darl awan tersebut. Jenis awan seperti
inilah yang menjadi cikal bakal awan petir apabila terbentuk proses lonisasi yang
sangat besar.
3
BAB II
PERLINDUNGAN TERHADAP BAHAYA PETIR
2.1 Bahaya sambaran petir
Kerusakan harta benda dan kematian umat manusia yang disebabkan
oleh sambaran petir relatif tinggi, mulai dari meninggalnya seorang petani
yang sedang bekerja di sawah sampai terhentinya produksi sebuah kilang
minyak penghasil devisa negara disebabkan oleh sambaran petir baik secara
langsung maupun tidak langsung yaitu melalui radiasi, konduksi atau induksi
gelombang elektromagnetik petir.
Dengan demikian ancaman sambaran petir (LEMP) pada peralatan
canggih perlu diwaspadai dan upaya perlindungan terhadap instalasi,
bangunan yang berisikan peralatan elektronik seperti pada industri, bank,
instalasi penting, militer, bahkan perorangan perlu ditingkatkan. Kerugian
juga berdampak terhadap operasional sebuah perusahaan dimana sambaran
petir dapat menimbulkan kerusakan yang cukup parah terhadap instrument
kerja perusahaan danmengakibatkan terhentinya operasional. Apalagi pada
saat sekarang ini tidak ada satu pun perusahaan yang tidak memakai
komponen yang berhubungan dengan elektronika.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi padadewasa ini,
maka pelepasan muatan petir dapat merusak jaringanlistrik dan peralatan
elektronika yang sensitive. Sambaran petir padatempat yang jauh +/- 1,5 km
sudah dapat merusak sistem elektronikadan peralatan, seperti instalasi
komputer, telekomunikasi kantor daninstrumentasi serta peralatan elektornik
sensetif lainnya.Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlindungan yang
sesuai harus diterapkan pada peralatan atau instalasi terhadap bahaya
sambaran petir secara langsung maupun tidak langsung.
Memperhatikan bahaya yang diakibatkan sambaran petir di atas,
maka systemproteksi petir harus mampu melindungi fisik maupun peralatan
4
dari bahaya sambaran langsung (external protection) dan sambaran petir
tidak langsung (internal protection) serta penyediaan grounding system yang
memadai serta terintegrasi dengan baik
1. Bahaya Akibat Sambaran Petir
a. Sambaran Petir Langsung Melalui Bangunan
Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah,
kantor dan gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan bangunan
tersebut beserta seluruh isinya karena dapat menimbulkan kebakaran,
kerusakan perangkat elektrik/elektronik atau bahkan korban jiwa. Maka
dari itu setiap bangunan di wajibkan memasang instalasi penangkal petir.
Cara penanganannya adalah dengan cara memasang terminal penerima
sambaran petir serta instalasi pendukung lainnya yang sesuai dengan
standart yang telah di tentukan. Terlebih lagi jika sambaran petir langsung
mengenai manusia, maka dapat berakibat luka atau cacat bahkan dapat
menimbulkan kematian. Banyak sekali peristiwa sambaran petir langsung
yang mengenai manusia dan biasanya terjadi di areal terbuka.
b. Sambaran Petir Melalui Jaringan Listrik
Bahaya sambaran ini sering terjadi, petir menyambar dan mengenai
sesuatu di luar area bangunan tetapi berdampak pada jaringan listrik di
dalam bangunan tersebut, hal ini karena sistem jaringan distribusi
listrik/PLN memakai kabel udara terbuka dan letaknya sangat tinggi,
bilamana ada petir yang menyambar pada kabel terbuka ini maka
arus petir akan tersalurkan ke pemakai langsung. Cara penanganannya
adalah dengan cara memasang perangkat arrester sebagai pengaman
tegangan lebih (over voltage). Instalasi surge arresterlistrik ini dipasang
harus dilengkapi dengan grounding system.
c. Sambaran Petir Melalui Jaringan Telekomunikasi
Bahaya sambaran petir jenis ini hampir serupa dengan yang ke-2 akan
tetapi berdampak pada perangkat telekomunikasi, misalnya telepon dan
PABX. Penanganannya dengan cara pemasangan arresterkhusus untuk
jaringan PABX yang di hubungkan dengan grounding. Bila bangunan yang
5
akan di lindungi mempunyai jaringan internet yang koneksinya melalui
jaringan telepon maka alat ini juga dapat melindungi jaringan internet
tersebut.
PABX atau Private Automatic Branch eXchange adalah perangkat
komunikasi telepon yang terletak di sisi pelanggan, misalnya di gedung-
gedung perkantoran yang memerlukan percabangan sambungan telepon.
Secara umum perangkat PABX terhubung ke penyedia layanan
telekomunikasi publik.
Ukuran atau parameter PABX dalam kapasitas jumlah line telkom yang
tersambung ke PABX dan jumlah Extention ( cabang ).Mulai yang
kapasitas satuan,puluhan,ratusan maupun ribuan Ext.
Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek dari
sambaran petir pada prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana untuk
menghantarkan arus petir yang mengarah ke bangunan yang akan kita
lindungi tanpa melalui struktur bangunan yang bukan merupakan bagian
dari sistem proteksi petir atau instalasi penangkal petir, tentunya harus
sesuai dengan standart pemasangan instalasinya.
Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :
1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya
kebakaran.
2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur
bangunan retak, rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan
kematian.
2. Efek Sambaran Petir
a. Efek Listrik
Ketika arus petir melalui kabel penyalur (konduktor) menuju resistansi
elektroda bumi instalasi penangkal petir, akan menimbulkan tegangan jatuh
6
resistif, yang dapat dengan segera menaikan tegangan sistem proteksi
kesuatu nilai yang tinggi dibanding dengan tegangan bumi. Arus petir ini
juga menimbulkan gradien tegangan yang tinggi disekitar elektroda bumi,
yang sangat berbahaya bagi makluk hidup. Dengan cara yang sama
induktansi sistem proteksi harus pula diperhatikan karena kecuraman muka
gelombang pulsa petir. Dengan demikian tegangan jatuh pada sistem
proteksi petir adalah jumlah aritmatik komponen tegangan resistif dan
induktif
b. Efek Tegangan Tembus - Samping
Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan
yang lebih tinggi terhadap unsur logam didekatnya. Maka dari itu akan
dapat menimbulkan resiko tegangan tembus dari sistem proteksi petir yang
telah terpasang menuju struktur logam lain. Jika tegangan tembus ini terjadi
maka sebagian arus petir akan merambat melalui bagian internal struktur
logam seperti pipa besi dan kawat. Tegangan tembus ini dapat
menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi dan kerangka struktur
bangunan yang akan dilindungi
c. Efek Termal
Dalam kaitannya dengan sistem proteksi petir, efek termal pelepasan
muatan petir adalah terbatas pada kenaikan temperatur konduktor yang
dilalui arus petir. Walaupun arusnya besar, waktunya adalah sangat singkat
dan pengaruhnya pada sistem proteksi petir biasanya diabaikan. Pada
umumnya luas penampang konduktor instalasi penangkal petir dipilih
terutama umtuk memenuhi persyaratan kualitas mekanis, yang berarti
sudah cukup besar untuk membatasi kenaikan temperatur 1 derajat celcius.
d. Efek Mekanis
Apabila arus petir melalui kabel penyalur pararel (konduktor) yang
berdekatan atau pada konduktor dengan tekukan yang tajam akan
menimbulkan gaya mekanis yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan
ikatan mekanis yang cukup kuat. Efek mekanis lain ditimbulkan
7
oleh sambaran petir yang disebabkan kenaikan temeratur udara yang tiba-
tiba mencapai 30.000 K dan menyebabkan ledakkan pemuaian udara
disekitar jalur muatan bergerak. Hal ini dikarenakan jika konduktifitas
logam diganti dengan konduktifitas busur api listrik, enegi yang timbul
akan meningkatkan sekitar ratusan kali dan energi ini dapat menimbulkan
kerusakan pada struktur bangunan yang dilindungi.
e. Efek Kebakaran Karena Sambaran Langsung
Ada dua penyebab utama kebakaran bahan yang mudah terbakar
karena sambaran petir, pertama akibat sambaran langsung pada fasilitas
tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar. Bahan yang mudah
terbakar ini mungkin terpengaruh langsung oleh efek pemanasan sambaran
atau jalur sambaran petir. Kedua efek sekunder, penyebab utama kebakaran
minyak. Terdiri dari muatan terkurung, pulsa elektrostatis dan
elektromagnetik dan arus tanah
f. Efek Muatan Terjebak
Muatan statis ini di induksikan oleh badai awan sebagai kebalikan dari
proses pemuatan lain. Jika proses netralisasi muatan berakhir dan jalur
sambaran sudah netral kembali, muatan terjebak akan tertinggal pada benda
yang terisolir dari kontak langsung secara listrik dengan bumi, dan pada
bahan bukan konduktor seperti bahan yang mudah terbakar. Bahan bukan
konduktor tidak dapat memindahkan muatan dalam waktu singkat ketika
terdapat jalur sambaran.
3. Mengapa Gedung Perlu Di Beri Penangkal Petir
1. Kebutuhan Bangunan Terhadap Ancaman Bahaya Petir
Suatu instalasi penangkal petir yang telah terpasang harus dapat
melindungi semua bagian dari struktur bangunan dan arealnya termasuk
manusia serta peralatan yang ada didalamnya terhadap ancaman bahaya dan
kerusakan akibat sambaran petir. Berikut ini akan dibahas mengenai cara
8
menentukan besarnya kebutuhan bangunan akan
proteksi petir menggunakan beberapa standart yaitu berdasarkan Peraturan
Umum Instalasi Penangkal Petir, Nasional Fire Protection Association 780,
International Electrotechnical Commision 1024-1-1.
Kebutuhan Bangunan Terhadap Ancaman Bahaya Petir Berdasarkan
Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir. Jenis Bangunan yang perlu
diberi penangkal petir dikelompokan menjadi :
1. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara dan cerobong
pabrik.
2. Bangunan penyimpanan bahan mudah meledak atau terbakar,
misalnya pabrik amunisi, gudang bahan kimia.
3. Bangunan untuk kepentingan umum seperti gedung sekolah, stasiun,
bandara dan sebagainya.
4. Bangunan yang mempunyai fungsi khusus dan nilai estetika
misalnya museum, gedung arsip negara.
Besarnya kebutuhan suatu bangunan terhadap instalasi proteksi
petir ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang
terjadi jika bangunan tersebut tersambar petir. Berdasarkan Peraturan
umum Instalasi Penangkal Petir besarnya kebutuhan tersebut mengacu
kepada penjumlahan indeks-indeks tertentu yang mewakili keadaan
bangunan di suatu lokasi dan dituliskan sebagai berikut;
R =
A+B+C+D+E
Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar nilai
indeks akan semakin besar pula resiko (R) yang di tanggung suatu
bangunan sehingga semakin besar kebutuhan bangunan tersebut
akan sistem proteksi petir.
9
2.2. Metode Penangkal Petir
Manusia selalu mencoba untuk menjinakkan keganasan alam , salah
satunya adalah Sambaran Petir. dan metode yang pernah dikembangkan:
2.2.1. Penangkal petir konvensional
Teknik penangkal petir yang sederhana dan pertama kali dikenal menggunakan
prinsip yang pertama, yaitu dengan membentuk sebuah tameng atau perisai yang
berupa konduktor yang akan mengambil alih sambaran petir. Penangkal petir
semacam ini biasa disebut groundwires (kawat tanah) pada jaringan hantaran
udara, sedangkan pada bangunan-bangunan dan perlindungan terhadap struktur,
Benjamin franklin memperkenalkan
dengan sebutan lightning rod. Istilah ini tetap digunakan sampai sekarang.
10
Gambar 2.1. Sistem Proteksi Penangkal Petir Konvensional
Penangkal petir konvensional sifatnya pasif, menunggu petir untuk menyambar
dengan mengandalkan posisinya yang lebih tinggi dari objek sekitar serta ujung
runcingnya.
2.2.2 Penangkal Petir RadioAktif
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir ,
dan dihasilkan kesimpulan bahwa petir terjadi karena ada muatan
listrik di awan yang dihasilkan oleh proses ionisasi , maka
penggagalan proses ionisasi di lakukan dengan cara memakai Zat
berradiasi. Radiun 226 dan Ameresium 241 , karena 2 bahan ini
mampu menghamburkan ion radiasinya yang bisa menetralkan
muatan listrik awan.
Sedang manfaat lain adalah hamburan ion radiasi akan
menambah muatan pada Ujung Finial / Splitzer dan bila mana awan
yang bermuatan besar yang tidak mampu di netralkan zat radiasi
kemuadian menyambar maka akan condong mengenai penangkal
petir ini.
Keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang
pemakaiannya , berdasarkan kesepakatan internasional dengan
pertimbangan mengurangi pemakaian zat beradiasi dimasyarakat.
11
Gambar
2.2. Sistem Proteksi Penangkal Petir radio aktif
2.2.3 Penangkal Petir Elektrostatik
Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi
sebagian system penangkal petir Radioaktif , yakni menambah
muatan pada ujung finial / splitzer agar petir selalu memilih ujung
ini untuk disambar .
Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada
energi yang dipakai. Untuk Penangkal Petir Radioaktif muatan
listrik dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi sedangkan
pada penangkal petir elektrostatik energi listrik dihasilkan dari
Listrik Awan yang menginduksi permukaan bumi.
12
BAB III
PEMASANGAN INSTALASI PETIR
3.1. Pemasangan Penangkal Petir
Sistem proteksi petir tidaklah dapat mencegah atau menangkal
terjadinya petir. Suatu sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang
sesuai dengan standar, tidak dapat menjamin proteksi terhadap bangunan
gedung, manusia atau obyek secara mutlak. Namun demikian penggunaan
sistem proteksi petir akan mengurangi secara nyata resiko kerusakan yang
disebabkan petir terhadap bangunan gedung yang memiliki sistem proteksi
petir.
Jenis dan lokasi sistem proteksi petir sebaiknya dipertimbangkan
secara seksama pada tahap perancangan suatu gedung baru, sehingga bagian
bangunan gedung yang secara listrik bersifat konduktif dapat dimanfaatkan
secara maksimum. Dengan demikian rancangan dan kontruksi instalasi
13
secara keseluruhan akan lebih mudah dilaksanakan dan efektivitas sistem
proteksi petir dapat ditingkatkan dengan biaya dan usaha yang minimum.
Pemasangan penangkal petir untuk rumah adalah memberikan saluran
elektris dari atas bangunan ke tanah dengan tujuan bila ada sambaran petir
yang mengenai atas bangunan maka arus petir bisa mengalir ke ground
dengan baik.
Langkah pertama yang harus di lakukan adalah memilih jalur
penurunan kabel , ada 2 hal penting dalam pemilihan jalur kabel ini.
a) Pertama, jalur terpendek dengan pertimbangan Hemat dan Tahanan
kabel kecil,
b) Kedua, Sesedikit mungkin belokan agar tidak terjadi loncatan keluar
jalur kabel (Site Flasing)
14
Untuk indeks keperluan pemasangan instalasi penangkal petir dapat
diketahui dengan menghitung nilai indeks R, R ditentukan dengan melihat
indeks nilai A,B,C,D dan E,jika nilai R :
< 11 Diabaikan Tidak Perlu
=11 Kecil Tidak Perlu
=12 Sedang Agak Dianjurkan
=13 Agak Besar Dianjurkan
=14 Besar Sangat Dianjurkan
> 14 Sangat Besar Sangat Perlu
Tabel A. Faktor berdasarkan penggunaan bangunan
NO Penggunaan dan Isi Indeks
1 Bangunan dan isinya jarang digunakan 0
2 Bangunan tempat tinggal, toko, pabrik kecil 2
3 Bangunan dan isinya cukup penting misalnya
menara air, pabrik, gedung pemerintahan
2
4 Bangunan untuk umum, misalnya bioskop,
sekolah, masjid, dan gereja
3
5 Instalasi gas, bensin, dan rumah sakit 5
6 Bangunan yang mudah meledak 15
Tabel B. Faktor berdasarkan kontruksi bangunan
NO Kontruksi Bangunan Indeks
15
1 Seluruh bangunan terbuat dari logam (mudah
menyalurkan arus listrik)
0
2 Bangunan dengan konstruksi beton bertulang
atau rangka besi dengan atap logam
1
3 Bangunan dengan konstruksi beton bertulang
atau rangka besi dengan atap bukan logam
2
4 Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3
Tabel C. Faktor berdasarkan ketinggian bangunan
NO Tinggi bangunan (dalam meter) Indeks
1 0 sampai dengan 6 0
2 > 6 sampai dengan 12 2
3 > 12 sampai dengan 17 3
4 > 17 sampai dengan 25 4
5 > 25 sampai dengan 35 5
6 > 35 sampai dengan 50 6
7 > 50 sampai dengan 70 7
8 > 70 sampai dengan 100 8
9 > 100 sampai dengan 140 9
10 > 140 sampai dengan 200 10
Tabel D. Faktor berdasarkan situasi bangunan
16
No Situasi bangunan Indeks
1 Pada tanah datar di semua ketinggian 0
2 Di kaki bukti sampai tiga per empat tinggi bukit
atau di pegunungan sampai 1000 meter
1
3 Di puncak gunung atau pegunungan lebih dari
1000 meter
2
Tabel E. Faktor berdasarkan intensitas guruh
NO Hari guruh pertahun Indeks
1 2 0
2 4 1
3 8 2
4 1 3
5 32 4
6 64 5
7 128 6
8 256 7
Bangunan bertingkat  bahaya sambaran petir  Penangkal petir
Penangkal petir : dipasang pada bangunan min. 2 lantai (paling tinggi diantara
sekitarnya, konstruksi bangunan yang menonjol : cerobong asap, antena TV, tiang
bendera )
Instalasi terdiri dari :
- Alat penerima logam tembaga ( logam bulat panjang yang runcing ) atau
penerima kawat mendatar.
- Kawat penyalur dari tembaga
17
- Pentanahan kawat penyalur sampai dengan pada bagian tanah yang basah,
ukuran dari instalasi ditentukan berdasarkan daerah/bangunan yang
dilindungi.
-
3.2 Strategi perlindungan bahaya petir
1. Franklin rod.
Terdiri dari komponen-komponen :
- Alat penerima logam tembaga ( logam bulat panjang runcing )
- Kawat penyalur dari tembaga
- Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah basah.
- Sistem perlindungan dengan bentuk sudut ± 45 O
.
45O
45 O
Batang yang runcing ( bahan copper spit )  dipasang paling atas 
batang tembaga  elektroda yang ditanamkan.
Batang elektroda pentanahan dibuat bak kontrol  memudahkan
pemeriksaan dan pengetesan.
Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah  jangkauannya terbatas.
2. Sangkar Farady
Terdiri dari komponen :
- Alat penerima kawat mendatar
- Kawat dari tembaga
18
- Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah yang basah.
Perlindungan bangunan  jarak antar kawat mendatar tidak melebihi 20 m
pada titik-titik yang tertentu diberi ujung vertikal ½ M.
Sistem pemasangan dibuat memanjang sehingga jangkauannya lebih luas dari
sistem Franklin  Biaya sedikit mahal, menggangu keindahan
3. Radio Aktif
Terdiri dari komponen :
a. Elektrode
Udara disekeliling elektrode akan di ionisasi, akibat pancaran partikel alpa
dari isotop ( americum 241 ). Elektrode akan terus menerus menciptakan
arus ion ( Min. 10 8 ion/det. ).
b. Coaxial cabel
Untuk menghindari kerusakan benda-benda akibat muatan listrik petir yang
menuju tanah maka coaxial cabel dibungkus pipa isolasi.
Metode tahanan langsung dari muatan listrik petir ke dalam tanah
menyebabkan seluruh unit mempunyai potensial yang sama dengan bumi.
Sehingga benda-benda yang berada disekitar system akan aman.
19
c. Pentanahan
Perlu test lokasi geografis dari pentanahan  5 ohm. Tahanan bumi max.
Yang terbaik untuk system ini = 5 ohm.
Saat petir mengenai electroda maka muatan negatif akan menetralkan muatan.
Sistem  cocok untuk bangunan tinggi dan besar
Pemasangan tidak perlu dibuat karena sistem payung yang digunakan dapat
melindunginya.
Bentangan cukup besar  satu bangunan cukup satu tempat penagkal petir
Cara pemasangan ketiga sistem adalah titik puncak/kepala dari alat penangkal petir
dihubungkan dengan pipa tembaga menuju ke dasar tempat sebagai pentanahan
yaitu pipa tembaga tersebut harus mencapai tanah berair. Oleh karena itu, tempat-
tempat tesebut harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak menggangu keindahan
bangunan dan tetap berfungsi baik terhadap penanggulangan bahaya petir.
20
Elektrode
3.3 Bagian – Bagian Sistem Proteksi Petir Konvensional
Secara umum sistem proteksi petir konvensional dapat dibagi kedalam 3
bagian
3.3.1. Air Terminal
Dalam sistem proteksi petir konvensional di Indonesia Air
Terminal juga disebut sebagai splitzen dan untuk orang awam di
Indonesia mengenalnya sebagai tombak penangkal petir ( walaupun
seharusnya penangkap petir bukan penangkal petir). Splitzen atau
tombak ini di pasang vertikal diatas atap bangunan dengan posisi
ujung tombak yang runcing menghadap ke atas.
Ada 2 bentuk Tombak atau Splitzen yang pada umumnya
dipasang dalam sistem proteksi petir konvensional di bangunan
rumah atau gedung, yang pertama berbentuk tombak lurus (yang
banyak digunakan saat ini pada bangunan gedung dan rumah), yang
kedua berbentuk trisula (dipercaya beberapa orang memiliki radius
penangkapan sambaran petir lebih luas dari yang berbentuk lurus).
21
Gambar 3.1. Air terminal
3.3.2. Konduktor
Kabel Konduktor dalam sistem proteksi petir konvensional
berfungsi menghubungkan Air Terminal/tombak/splitzen ke
komponen sistem proteksi petir lainnya dan ke sistem grounding
atau sistem pertanahan. Jika ada sambaran petir yang tertangkap
oleh air terminal/tombak/splitzen maka arus petir tersebut akan
segera disalurkan melalui kabel konduktor tersebut.
Kabel Konduktor untuk sistem proteksi petir umumnya
berbahan tembaga tanpa bungkus atau dikenal dengan sebutan
Kabel BC (Bare Cooper). Kabel BC ini terdiri dari beberapa ukuran
kabel yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, semakin besar
ukuran kabelnya semakin baik penyaluran arus petirnya.
3.3.3 Sistem Grounding/Pentanahan
22
Gambar 3.2 kawat konduktor
Gambar 3.3. Sistem Grounding
Sistem grounding / pertanahan merupakan bagian dari sistem
proteksi petir konvensional yang sangat penting, di sistem
grounding ini semua arus petir yang di salurkan oleh kabel
konduktor akan di-eliminasi secara maksimal. maksimal atau
tidaknya suatu sistem grounding dapat di lihat menggunakan alat
ukur grounding atau pertanahan, untuk wilayah indonesia sesuai
dengan standarisasi yang dikeluarkan oleh SNI (Standar Nasional
Indonesia) maksimal tahanan tanah yang bagus untuk perlindungan
terhadap bangunan adalah harus dibawah 5 ohm (makin kecil
ukuran tahanan tanahnya semakin bagus).
Material yang digunakan dalam sistem grounding ada
beberapa macam, material yang biasa digunakan adalah Ground
Rod yang berbentuk seperti tongkat dengan panjang 2 meter,
3meter, atau 4meter yang nantinya Ground Rod tersebut ditanam
dengan kedalaman tertentu untuk mendapatkan hasil tahanan tanah
yang bagus. Selain Ground Rod, bisa juga menggunakan kabel
konduktor sebagai pengganti Ground Rod untuk ditanam didalam
tanah, opsi ini biasanya digunakan untuk menghemat biaya. Untuk
daerah tidak memungkinkan menggunakan Ground Rod atau Kabel
BC sistem grounding dapat dibuat menggunakan Plat tembaga
dengan ukuran 1mX1m yang sudah di rangkai dengan kabel BC
seperti gambar dibawah ini
23
3.3.4 Tips Untuk Menghindari Tersambar Petir :
a. Jika anda melihat sambaran petir atau mendengar gelegar guruh
segeralah menuju bangunan yang telah terlindungi
dengan penangkal petir atau mendekatlah ke mobil atau truk.
b. Pakailah sepatu dari kulit atau karet yang tidak bocor, usahakan
memakai kaos kaki yang kering, sebagai upaya memisahkan
tubuh kita dari tanah sehingga petir enggan melalui tubuh kita.
c. Jika anda berada di luar rumah maka hindarilah berada di areal
terbuka, tempat ketinggian, berada di tempat yang berair, di
bawah pohon tinggi atau benda logam yang menjulang tinggi.
d. Jika tempat berlindung tidak ada, sebaiknya anda jongkok tapi
hindari tangan anda menyentuh tanah dan jangan berbaring
karena akan memudahkan penyaluran tenaga petir ke tanah.
e. Jika anda berada di luar ruangan maka hindari berdiri
bergerombol dengan orang lain.
f. Jika kita berada di areal terbuka dan merasakan rambut kita
berdiri itu pertanda petir akan menyambar kita, kita harus
melakukan gerakan rukuk yaitu menekuk badan ke arah depan
(Syukur bila menghadap kiblat) dan menempatkan kedua tangan
di lutut, cara ini akan membuat kita selamat.
g. Jika kita berada di dalam ruangan hindarilah berdiri dekat pintu,
jendela dan tempat yang berair.
h. Perangkat elektronik seperti televisi, radio, komputer sebaiknya
di matikan dan di cabut stop kontaknya, bila tidak
memungkinkan menjauhlah dari perangkat elektronik tersebut.
i. Bagi kita menbawa HP, HT dan radio saku sebaiknya di matikan
segera, pisahkan antena dengan body untuk mengurangi
rangsangan petir menyambar.
j. Jika ada korban terkena petir tangani dengan hati-hati dan
jangan dibawa bersama barang yang bermuatan listrik agar tidak
terkena sambaran ulang
24
DAFTAR PUSTAKA
PROF.DR.IR.H. Djuheri. Definisi Penangkal Petir.from
http://deltanarendra.com/definisi-penangkal-petir
Fajrianto Handaru. Indonesia Tempat Segudang Petir???. From
http://www.bloggaul.com/ kargo23/readblog/108514/indonesia-tempat-segudang-
petir
P.T. Aman Barkah Sejahtera, Sistem Proteksi Petir Terpadu.from
http://www.petir.com/
http://networking.jaringan-komputer.com/instalasi-penangkal-petir.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Penangkal_petir
http://www.instalasijaringan.com/petir.html
25

More Related Content

What's hot

Unsafe act and condition
Unsafe act and conditionUnsafe act and condition
Unsafe act and conditionJulita Anggrek
 
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaSNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaMuhamad Imam Khairy
 
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...Muhamad Imam Khairy
 
Teknisi k3 listrik
Teknisi k3 listrik Teknisi k3 listrik
Teknisi k3 listrik Eko Kiswanto
 
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-listrik.ppt
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-listrik.pptkeselamatan-dan-kesehatan-kerja-listrik.ppt
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-listrik.pptariefrahman154541
 
Sistem Pengamanan bahaya listrik
Sistem Pengamanan bahaya listrikSistem Pengamanan bahaya listrik
Sistem Pengamanan bahaya listrikEko Supriyadi
 
190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-darurat190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-daruratAgus Witono
 
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahayaEdi Sutanto
 
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudRancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudYOHANIS SAHABAT
 
Panduan k3 pengemudi forklift
Panduan k3 pengemudi forkliftPanduan k3 pengemudi forklift
Panduan k3 pengemudi forkliftslametr
 
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan NyamukIndeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan NyamukNindya Harum Solicha
 
SMK3 - sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja PP No 50 tahun 2012
SMK3 -  sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja PP No 50 tahun 2012SMK3 -  sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja PP No 50 tahun 2012
SMK3 - sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja PP No 50 tahun 2012Ekhsan Hari Nuryanto
 

What's hot (20)

Unsafe act and condition
Unsafe act and conditionUnsafe act and condition
Unsafe act and condition
 
Smk3 listrik
Smk3 listrikSmk3 listrik
Smk3 listrik
 
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaSNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
 
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
 
Petir
PetirPetir
Petir
 
Teknisi k3 listrik
Teknisi k3 listrik Teknisi k3 listrik
Teknisi k3 listrik
 
K3 l forklift
K3 l forkliftK3 l forklift
K3 l forklift
 
Rambu rambu k3
Rambu rambu k3Rambu rambu k3
Rambu rambu k3
 
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-listrik.ppt
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-listrik.pptkeselamatan-dan-kesehatan-kerja-listrik.ppt
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-listrik.ppt
 
Sistem Pengamanan bahaya listrik
Sistem Pengamanan bahaya listrikSistem Pengamanan bahaya listrik
Sistem Pengamanan bahaya listrik
 
190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-darurat190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-darurat
 
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya
 
Contoh Analisa JSA.pdf
Contoh Analisa JSA.pdfContoh Analisa JSA.pdf
Contoh Analisa JSA.pdf
 
3. kebisingan-industri
3. kebisingan-industri3. kebisingan-industri
3. kebisingan-industri
 
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudRancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
 
Bahaya Listrik.ppt
Bahaya Listrik.pptBahaya Listrik.ppt
Bahaya Listrik.ppt
 
Panduan k3 pengemudi forklift
Panduan k3 pengemudi forkliftPanduan k3 pengemudi forklift
Panduan k3 pengemudi forklift
 
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan NyamukIndeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
 
listrik
listriklistrik
listrik
 
SMK3 - sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja PP No 50 tahun 2012
SMK3 -  sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja PP No 50 tahun 2012SMK3 -  sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja PP No 50 tahun 2012
SMK3 - sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja PP No 50 tahun 2012
 

Similar to Petir

KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptx
KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptxKELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptx
KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptxAnggriawanReza
 
KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptx
KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptxKELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptx
KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptxPemasaranPelayananPe
 
Presentation grounding K3 Listrik
Presentation grounding K3 Listrik Presentation grounding K3 Listrik
Presentation grounding K3 Listrik Dzul Fiqri
 
Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung.pptx
Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung.pptxMitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung.pptx
Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung.pptxDwi Rahmayana
 
Proses terjadinya petir satria dhaniswara r.w. t.elektro (135060300111004)
Proses terjadinya petir satria dhaniswara r.w. t.elektro (135060300111004)Proses terjadinya petir satria dhaniswara r.w. t.elektro (135060300111004)
Proses terjadinya petir satria dhaniswara r.w. t.elektro (135060300111004)Satria Wijaya
 
Materi Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung
Materi Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting BeliungMateri Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung
Materi Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting BeliungDwi Rahmayana
 
Pengembangan Sistem Penangkal Petir dan Pentanahan Elektroda Rod dan Plat pad...
Pengembangan Sistem Penangkal Petir dan Pentanahan Elektroda Rod dan Plat pad...Pengembangan Sistem Penangkal Petir dan Pentanahan Elektroda Rod dan Plat pad...
Pengembangan Sistem Penangkal Petir dan Pentanahan Elektroda Rod dan Plat pad...Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Lightning arrester dan gejala petir
Lightning arrester dan gejala petirLightning arrester dan gejala petir
Lightning arrester dan gejala petirrezon arif
 
Peralatan listrik statis dalam kehidupan sehari hari
Peralatan listrik statis dalam kehidupan sehari hariPeralatan listrik statis dalam kehidupan sehari hari
Peralatan listrik statis dalam kehidupan sehari haridarinhanakr
 
Thunder Hazard 2022
Thunder Hazard 2022Thunder Hazard 2022
Thunder Hazard 2022Erwin196998
 
Elangga b s lingkungan SUTET
Elangga b s   lingkungan SUTETElangga b s   lingkungan SUTET
Elangga b s lingkungan SUTETElangga Sofwan
 
avalance electrons fenomena .pptx
avalance electrons fenomena .pptxavalance electrons fenomena .pptx
avalance electrons fenomena .pptxRayhanGhassani
 
instalasipeneranganlistrik-220725033630-9d95e1eb (1).pdf
instalasipeneranganlistrik-220725033630-9d95e1eb (1).pdfinstalasipeneranganlistrik-220725033630-9d95e1eb (1).pdf
instalasipeneranganlistrik-220725033630-9d95e1eb (1).pdfPrakerjaOpa
 

Similar to Petir (20)

KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptx
KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptxKELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptx
KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptx
 
KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptx
KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptxKELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptx
KELOMPOK 5 PERALATAN & TEKNIK TEGANGAN TINGGI-Rev003.pptx
 
Presentation grounding K3 Listrik
Presentation grounding K3 Listrik Presentation grounding K3 Listrik
Presentation grounding K3 Listrik
 
Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung.pptx
Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung.pptxMitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung.pptx
Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung.pptx
 
Proses terjadinya petir satria dhaniswara r.w. t.elektro (135060300111004)
Proses terjadinya petir satria dhaniswara r.w. t.elektro (135060300111004)Proses terjadinya petir satria dhaniswara r.w. t.elektro (135060300111004)
Proses terjadinya petir satria dhaniswara r.w. t.elektro (135060300111004)
 
Materi Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung
Materi Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting BeliungMateri Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung
Materi Mitigasi Bencana Petir dan Angin Puting Beliung
 
Pengembangan Sistem Penangkal Petir dan Pentanahan Elektroda Rod dan Plat pad...
Pengembangan Sistem Penangkal Petir dan Pentanahan Elektroda Rod dan Plat pad...Pengembangan Sistem Penangkal Petir dan Pentanahan Elektroda Rod dan Plat pad...
Pengembangan Sistem Penangkal Petir dan Pentanahan Elektroda Rod dan Plat pad...
 
Lightning arrester dan gejala petir
Lightning arrester dan gejala petirLightning arrester dan gejala petir
Lightning arrester dan gejala petir
 
GROUNDING_SYSTEM.pdf
GROUNDING_SYSTEM.pdfGROUNDING_SYSTEM.pdf
GROUNDING_SYSTEM.pdf
 
Peralatan listrik statis dalam kehidupan sehari hari
Peralatan listrik statis dalam kehidupan sehari hariPeralatan listrik statis dalam kehidupan sehari hari
Peralatan listrik statis dalam kehidupan sehari hari
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Thunder Hazard 2022
Thunder Hazard 2022Thunder Hazard 2022
Thunder Hazard 2022
 
Elangga b s lingkungan SUTET
Elangga b s   lingkungan SUTETElangga b s   lingkungan SUTET
Elangga b s lingkungan SUTET
 
P pt petir 2
P pt petir 2P pt petir 2
P pt petir 2
 
Petir
PetirPetir
Petir
 
PARTIEL DISCHARGE DAN KORONA
PARTIEL DISCHARGE DAN KORONAPARTIEL DISCHARGE DAN KORONA
PARTIEL DISCHARGE DAN KORONA
 
Rpp 3.13 jun
Rpp 3.13 junRpp 3.13 jun
Rpp 3.13 jun
 
Fenomena Petir
Fenomena PetirFenomena Petir
Fenomena Petir
 
avalance electrons fenomena .pptx
avalance electrons fenomena .pptxavalance electrons fenomena .pptx
avalance electrons fenomena .pptx
 
instalasipeneranganlistrik-220725033630-9d95e1eb (1).pdf
instalasipeneranganlistrik-220725033630-9d95e1eb (1).pdfinstalasipeneranganlistrik-220725033630-9d95e1eb (1).pdf
instalasipeneranganlistrik-220725033630-9d95e1eb (1).pdf
 

Petir

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Petir Petir adalah salah satu fenomena kelistrikan udara di alam. Proses terjadinya petir akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuwan menduga lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa tahapan yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif, di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif, sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif, pada bagian inilah petir biasa berlontaran. Petir dapat terjadi antara awan dengan awan, dalam awan itu sendiri, antara awan dan udara, antara awan dengan tanah (bumi). Energi yang dihasilkan oleh satu sambaran 55 kw/hour. 1.2. Proses terjadinya petir Petir terjadi diakibatkan terkumpulnya ion bebas bermuatan negatif dan positif di awan, ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan dan juga kejadian Ionisasi ini disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair. Gambar 1.1. Proses sambaran petir 1
  • 2. Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses bergeraknya awan ini maka saling bergesekan satu dengan yang lainya , dari proses ini terlahir electron-electron bebas yang memenuhi permukaan awan. Ion bebas menempati permukaan awan dan bergerak mengikuti angin yang berhembus, bila awan-awan terkumpul di suatu tempat maka awan bermuatan akan memiliki beda potensial yang cukup untuk menyambar permukaan bumi maka inilah yang disebut petir. proses ini bisa digambarkan secara sederhana pada sebuah penggaris plastik yang digosokkan pada rambut maka penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas. Pada suatu saat awan ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat inilah petir dimungkinkan terjadi karena electron-elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga memiliki cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi. Ada 2 teori yang mendasari proses terjadinya petir, diantarnya adalah; a. Proses Ionisasi Sambaran Petir merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan muatan listrik (Electrical Discharge) yang terjadi di atmosfer, hal ini disebabkan berkumpulnya ion bebas bermuatan negatif dan positif di awan, ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan dan juga kejadian ionisasi ini disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair. Ion bebas menempati permukaan awan dan bergerak mengikuti angin yang berhembus, bila awan-awan terkumpul di suatu tempat maka awan bermuatan ion tersebut akan memiliki beda potensial yang cukup untuk menyambar permukaan bumi maka inilah yang disebut petir. b. Gesekan Antar Awan Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses bergeraknya awan ini maka saling bergesekan satu dengan yang lainya, dari 2
  • 3. proses ini terlahir electron-electron bebas yang memenuhi permukaan awan. Proses ini bisa di simulasikan secara sederhana pada sebuah penggaris plastik yang digosokkan pada rambut maka penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas. Pada suatu saat awan ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat inilah petir dimungkinkan terjadi karena electron- elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga memiliki cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi. 1.3 PEMBENTUKAN AWAN PETIR Awan adalah sekumpulan dari titik-titik uap air yang berasal dari proses pemanasan air di permukaan bumi oleh panas matahari. Karena adanya perbedaan temperatur di udara untuk setiap ketinggian yang berbeda, maka terjadilah perbedaan tekanan udara yang menyebabkan timbulnya aliran udara dari tempat yang bertekanan udara lebih tinggi ke arah tekanan udara yang lebih rendah. Tekanan udara yang lebih tinggi pada umumnya terjadi pada daerah ketinggiannya yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan adanya aliran udara naik ke atas yang akan mendorong naik titik-titik air dari hasil penguapan yang terjadi oleh pemanasan matahari. Semakin tinggi dari permukaan bumi, maka semakin rendah temperatur udara yang menyebabkan terjadi kondensasi dari ketinggian tertentu. Setelah mencapai temperatur kondensasi, titik-titik uap air yang terkandung pada bagian atas awan tersebut berubah menjadi kristal-kristal es. Karena adanya aliran angin ke atas, ke samping dan ke bawah, maka terjadilah tubrukan-tubrukan atau gesekan-gesekan antara kristal-kristal es tersebut yang menyebabkan terbentuknya ion-ion positif di bagian atas dan negatif di bagian bawah darl awan tersebut. Jenis awan seperti inilah yang menjadi cikal bakal awan petir apabila terbentuk proses lonisasi yang sangat besar. 3
  • 4. BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP BAHAYA PETIR 2.1 Bahaya sambaran petir Kerusakan harta benda dan kematian umat manusia yang disebabkan oleh sambaran petir relatif tinggi, mulai dari meninggalnya seorang petani yang sedang bekerja di sawah sampai terhentinya produksi sebuah kilang minyak penghasil devisa negara disebabkan oleh sambaran petir baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui radiasi, konduksi atau induksi gelombang elektromagnetik petir. Dengan demikian ancaman sambaran petir (LEMP) pada peralatan canggih perlu diwaspadai dan upaya perlindungan terhadap instalasi, bangunan yang berisikan peralatan elektronik seperti pada industri, bank, instalasi penting, militer, bahkan perorangan perlu ditingkatkan. Kerugian juga berdampak terhadap operasional sebuah perusahaan dimana sambaran petir dapat menimbulkan kerusakan yang cukup parah terhadap instrument kerja perusahaan danmengakibatkan terhentinya operasional. Apalagi pada saat sekarang ini tidak ada satu pun perusahaan yang tidak memakai komponen yang berhubungan dengan elektronika. Sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi padadewasa ini, maka pelepasan muatan petir dapat merusak jaringanlistrik dan peralatan elektronika yang sensitive. Sambaran petir padatempat yang jauh +/- 1,5 km sudah dapat merusak sistem elektronikadan peralatan, seperti instalasi komputer, telekomunikasi kantor daninstrumentasi serta peralatan elektornik sensetif lainnya.Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlindungan yang sesuai harus diterapkan pada peralatan atau instalasi terhadap bahaya sambaran petir secara langsung maupun tidak langsung. Memperhatikan bahaya yang diakibatkan sambaran petir di atas, maka systemproteksi petir harus mampu melindungi fisik maupun peralatan 4
  • 5. dari bahaya sambaran langsung (external protection) dan sambaran petir tidak langsung (internal protection) serta penyediaan grounding system yang memadai serta terintegrasi dengan baik 1. Bahaya Akibat Sambaran Petir a. Sambaran Petir Langsung Melalui Bangunan Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah, kantor dan gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan bangunan tersebut beserta seluruh isinya karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat elektrik/elektronik atau bahkan korban jiwa. Maka dari itu setiap bangunan di wajibkan memasang instalasi penangkal petir. Cara penanganannya adalah dengan cara memasang terminal penerima sambaran petir serta instalasi pendukung lainnya yang sesuai dengan standart yang telah di tentukan. Terlebih lagi jika sambaran petir langsung mengenai manusia, maka dapat berakibat luka atau cacat bahkan dapat menimbulkan kematian. Banyak sekali peristiwa sambaran petir langsung yang mengenai manusia dan biasanya terjadi di areal terbuka. b. Sambaran Petir Melalui Jaringan Listrik Bahaya sambaran ini sering terjadi, petir menyambar dan mengenai sesuatu di luar area bangunan tetapi berdampak pada jaringan listrik di dalam bangunan tersebut, hal ini karena sistem jaringan distribusi listrik/PLN memakai kabel udara terbuka dan letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang menyambar pada kabel terbuka ini maka arus petir akan tersalurkan ke pemakai langsung. Cara penanganannya adalah dengan cara memasang perangkat arrester sebagai pengaman tegangan lebih (over voltage). Instalasi surge arresterlistrik ini dipasang harus dilengkapi dengan grounding system. c. Sambaran Petir Melalui Jaringan Telekomunikasi Bahaya sambaran petir jenis ini hampir serupa dengan yang ke-2 akan tetapi berdampak pada perangkat telekomunikasi, misalnya telepon dan PABX. Penanganannya dengan cara pemasangan arresterkhusus untuk jaringan PABX yang di hubungkan dengan grounding. Bila bangunan yang 5
  • 6. akan di lindungi mempunyai jaringan internet yang koneksinya melalui jaringan telepon maka alat ini juga dapat melindungi jaringan internet tersebut. PABX atau Private Automatic Branch eXchange adalah perangkat komunikasi telepon yang terletak di sisi pelanggan, misalnya di gedung- gedung perkantoran yang memerlukan percabangan sambungan telepon. Secara umum perangkat PABX terhubung ke penyedia layanan telekomunikasi publik. Ukuran atau parameter PABX dalam kapasitas jumlah line telkom yang tersambung ke PABX dan jumlah Extention ( cabang ).Mulai yang kapasitas satuan,puluhan,ratusan maupun ribuan Ext. Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek dari sambaran petir pada prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana untuk menghantarkan arus petir yang mengarah ke bangunan yang akan kita lindungi tanpa melalui struktur bangunan yang bukan merupakan bagian dari sistem proteksi petir atau instalasi penangkal petir, tentunya harus sesuai dengan standart pemasangan instalasinya. Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu : 1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran. 2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak, rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian. 2. Efek Sambaran Petir a. Efek Listrik Ketika arus petir melalui kabel penyalur (konduktor) menuju resistansi elektroda bumi instalasi penangkal petir, akan menimbulkan tegangan jatuh 6
  • 7. resistif, yang dapat dengan segera menaikan tegangan sistem proteksi kesuatu nilai yang tinggi dibanding dengan tegangan bumi. Arus petir ini juga menimbulkan gradien tegangan yang tinggi disekitar elektroda bumi, yang sangat berbahaya bagi makluk hidup. Dengan cara yang sama induktansi sistem proteksi harus pula diperhatikan karena kecuraman muka gelombang pulsa petir. Dengan demikian tegangan jatuh pada sistem proteksi petir adalah jumlah aritmatik komponen tegangan resistif dan induktif b. Efek Tegangan Tembus - Samping Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan yang lebih tinggi terhadap unsur logam didekatnya. Maka dari itu akan dapat menimbulkan resiko tegangan tembus dari sistem proteksi petir yang telah terpasang menuju struktur logam lain. Jika tegangan tembus ini terjadi maka sebagian arus petir akan merambat melalui bagian internal struktur logam seperti pipa besi dan kawat. Tegangan tembus ini dapat menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi dan kerangka struktur bangunan yang akan dilindungi c. Efek Termal Dalam kaitannya dengan sistem proteksi petir, efek termal pelepasan muatan petir adalah terbatas pada kenaikan temperatur konduktor yang dilalui arus petir. Walaupun arusnya besar, waktunya adalah sangat singkat dan pengaruhnya pada sistem proteksi petir biasanya diabaikan. Pada umumnya luas penampang konduktor instalasi penangkal petir dipilih terutama umtuk memenuhi persyaratan kualitas mekanis, yang berarti sudah cukup besar untuk membatasi kenaikan temperatur 1 derajat celcius. d. Efek Mekanis Apabila arus petir melalui kabel penyalur pararel (konduktor) yang berdekatan atau pada konduktor dengan tekukan yang tajam akan menimbulkan gaya mekanis yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan ikatan mekanis yang cukup kuat. Efek mekanis lain ditimbulkan 7
  • 8. oleh sambaran petir yang disebabkan kenaikan temeratur udara yang tiba- tiba mencapai 30.000 K dan menyebabkan ledakkan pemuaian udara disekitar jalur muatan bergerak. Hal ini dikarenakan jika konduktifitas logam diganti dengan konduktifitas busur api listrik, enegi yang timbul akan meningkatkan sekitar ratusan kali dan energi ini dapat menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan yang dilindungi. e. Efek Kebakaran Karena Sambaran Langsung Ada dua penyebab utama kebakaran bahan yang mudah terbakar karena sambaran petir, pertama akibat sambaran langsung pada fasilitas tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar. Bahan yang mudah terbakar ini mungkin terpengaruh langsung oleh efek pemanasan sambaran atau jalur sambaran petir. Kedua efek sekunder, penyebab utama kebakaran minyak. Terdiri dari muatan terkurung, pulsa elektrostatis dan elektromagnetik dan arus tanah f. Efek Muatan Terjebak Muatan statis ini di induksikan oleh badai awan sebagai kebalikan dari proses pemuatan lain. Jika proses netralisasi muatan berakhir dan jalur sambaran sudah netral kembali, muatan terjebak akan tertinggal pada benda yang terisolir dari kontak langsung secara listrik dengan bumi, dan pada bahan bukan konduktor seperti bahan yang mudah terbakar. Bahan bukan konduktor tidak dapat memindahkan muatan dalam waktu singkat ketika terdapat jalur sambaran. 3. Mengapa Gedung Perlu Di Beri Penangkal Petir 1. Kebutuhan Bangunan Terhadap Ancaman Bahaya Petir Suatu instalasi penangkal petir yang telah terpasang harus dapat melindungi semua bagian dari struktur bangunan dan arealnya termasuk manusia serta peralatan yang ada didalamnya terhadap ancaman bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir. Berikut ini akan dibahas mengenai cara 8
  • 9. menentukan besarnya kebutuhan bangunan akan proteksi petir menggunakan beberapa standart yaitu berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir, Nasional Fire Protection Association 780, International Electrotechnical Commision 1024-1-1. Kebutuhan Bangunan Terhadap Ancaman Bahaya Petir Berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir. Jenis Bangunan yang perlu diberi penangkal petir dikelompokan menjadi : 1. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara dan cerobong pabrik. 2. Bangunan penyimpanan bahan mudah meledak atau terbakar, misalnya pabrik amunisi, gudang bahan kimia. 3. Bangunan untuk kepentingan umum seperti gedung sekolah, stasiun, bandara dan sebagainya. 4. Bangunan yang mempunyai fungsi khusus dan nilai estetika misalnya museum, gedung arsip negara. Besarnya kebutuhan suatu bangunan terhadap instalasi proteksi petir ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang terjadi jika bangunan tersebut tersambar petir. Berdasarkan Peraturan umum Instalasi Penangkal Petir besarnya kebutuhan tersebut mengacu kepada penjumlahan indeks-indeks tertentu yang mewakili keadaan bangunan di suatu lokasi dan dituliskan sebagai berikut; R = A+B+C+D+E Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar nilai indeks akan semakin besar pula resiko (R) yang di tanggung suatu bangunan sehingga semakin besar kebutuhan bangunan tersebut akan sistem proteksi petir. 9
  • 10. 2.2. Metode Penangkal Petir Manusia selalu mencoba untuk menjinakkan keganasan alam , salah satunya adalah Sambaran Petir. dan metode yang pernah dikembangkan: 2.2.1. Penangkal petir konvensional Teknik penangkal petir yang sederhana dan pertama kali dikenal menggunakan prinsip yang pertama, yaitu dengan membentuk sebuah tameng atau perisai yang berupa konduktor yang akan mengambil alih sambaran petir. Penangkal petir semacam ini biasa disebut groundwires (kawat tanah) pada jaringan hantaran udara, sedangkan pada bangunan-bangunan dan perlindungan terhadap struktur, Benjamin franklin memperkenalkan dengan sebutan lightning rod. Istilah ini tetap digunakan sampai sekarang. 10
  • 11. Gambar 2.1. Sistem Proteksi Penangkal Petir Konvensional Penangkal petir konvensional sifatnya pasif, menunggu petir untuk menyambar dengan mengandalkan posisinya yang lebih tinggi dari objek sekitar serta ujung runcingnya. 2.2.2 Penangkal Petir RadioAktif Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir , dan dihasilkan kesimpulan bahwa petir terjadi karena ada muatan listrik di awan yang dihasilkan oleh proses ionisasi , maka penggagalan proses ionisasi di lakukan dengan cara memakai Zat berradiasi. Radiun 226 dan Ameresium 241 , karena 2 bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang bisa menetralkan muatan listrik awan. Sedang manfaat lain adalah hamburan ion radiasi akan menambah muatan pada Ujung Finial / Splitzer dan bila mana awan yang bermuatan besar yang tidak mampu di netralkan zat radiasi kemuadian menyambar maka akan condong mengenai penangkal petir ini. Keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya , berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi pemakaian zat beradiasi dimasyarakat. 11
  • 12. Gambar 2.2. Sistem Proteksi Penangkal Petir radio aktif 2.2.3 Penangkal Petir Elektrostatik Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian system penangkal petir Radioaktif , yakni menambah muatan pada ujung finial / splitzer agar petir selalu memilih ujung ini untuk disambar . Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang dipakai. Untuk Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatik energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan yang menginduksi permukaan bumi. 12
  • 13. BAB III PEMASANGAN INSTALASI PETIR 3.1. Pemasangan Penangkal Petir Sistem proteksi petir tidaklah dapat mencegah atau menangkal terjadinya petir. Suatu sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang sesuai dengan standar, tidak dapat menjamin proteksi terhadap bangunan gedung, manusia atau obyek secara mutlak. Namun demikian penggunaan sistem proteksi petir akan mengurangi secara nyata resiko kerusakan yang disebabkan petir terhadap bangunan gedung yang memiliki sistem proteksi petir. Jenis dan lokasi sistem proteksi petir sebaiknya dipertimbangkan secara seksama pada tahap perancangan suatu gedung baru, sehingga bagian bangunan gedung yang secara listrik bersifat konduktif dapat dimanfaatkan secara maksimum. Dengan demikian rancangan dan kontruksi instalasi 13
  • 14. secara keseluruhan akan lebih mudah dilaksanakan dan efektivitas sistem proteksi petir dapat ditingkatkan dengan biaya dan usaha yang minimum. Pemasangan penangkal petir untuk rumah adalah memberikan saluran elektris dari atas bangunan ke tanah dengan tujuan bila ada sambaran petir yang mengenai atas bangunan maka arus petir bisa mengalir ke ground dengan baik. Langkah pertama yang harus di lakukan adalah memilih jalur penurunan kabel , ada 2 hal penting dalam pemilihan jalur kabel ini. a) Pertama, jalur terpendek dengan pertimbangan Hemat dan Tahanan kabel kecil, b) Kedua, Sesedikit mungkin belokan agar tidak terjadi loncatan keluar jalur kabel (Site Flasing) 14
  • 15. Untuk indeks keperluan pemasangan instalasi penangkal petir dapat diketahui dengan menghitung nilai indeks R, R ditentukan dengan melihat indeks nilai A,B,C,D dan E,jika nilai R : < 11 Diabaikan Tidak Perlu =11 Kecil Tidak Perlu =12 Sedang Agak Dianjurkan =13 Agak Besar Dianjurkan =14 Besar Sangat Dianjurkan > 14 Sangat Besar Sangat Perlu Tabel A. Faktor berdasarkan penggunaan bangunan NO Penggunaan dan Isi Indeks 1 Bangunan dan isinya jarang digunakan 0 2 Bangunan tempat tinggal, toko, pabrik kecil 2 3 Bangunan dan isinya cukup penting misalnya menara air, pabrik, gedung pemerintahan 2 4 Bangunan untuk umum, misalnya bioskop, sekolah, masjid, dan gereja 3 5 Instalasi gas, bensin, dan rumah sakit 5 6 Bangunan yang mudah meledak 15 Tabel B. Faktor berdasarkan kontruksi bangunan NO Kontruksi Bangunan Indeks 15
  • 16. 1 Seluruh bangunan terbuat dari logam (mudah menyalurkan arus listrik) 0 2 Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi dengan atap logam 1 3 Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi dengan atap bukan logam 2 4 Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3 Tabel C. Faktor berdasarkan ketinggian bangunan NO Tinggi bangunan (dalam meter) Indeks 1 0 sampai dengan 6 0 2 > 6 sampai dengan 12 2 3 > 12 sampai dengan 17 3 4 > 17 sampai dengan 25 4 5 > 25 sampai dengan 35 5 6 > 35 sampai dengan 50 6 7 > 50 sampai dengan 70 7 8 > 70 sampai dengan 100 8 9 > 100 sampai dengan 140 9 10 > 140 sampai dengan 200 10 Tabel D. Faktor berdasarkan situasi bangunan 16
  • 17. No Situasi bangunan Indeks 1 Pada tanah datar di semua ketinggian 0 2 Di kaki bukti sampai tiga per empat tinggi bukit atau di pegunungan sampai 1000 meter 1 3 Di puncak gunung atau pegunungan lebih dari 1000 meter 2 Tabel E. Faktor berdasarkan intensitas guruh NO Hari guruh pertahun Indeks 1 2 0 2 4 1 3 8 2 4 1 3 5 32 4 6 64 5 7 128 6 8 256 7 Bangunan bertingkat  bahaya sambaran petir  Penangkal petir Penangkal petir : dipasang pada bangunan min. 2 lantai (paling tinggi diantara sekitarnya, konstruksi bangunan yang menonjol : cerobong asap, antena TV, tiang bendera ) Instalasi terdiri dari : - Alat penerima logam tembaga ( logam bulat panjang yang runcing ) atau penerima kawat mendatar. - Kawat penyalur dari tembaga 17
  • 18. - Pentanahan kawat penyalur sampai dengan pada bagian tanah yang basah, ukuran dari instalasi ditentukan berdasarkan daerah/bangunan yang dilindungi. - 3.2 Strategi perlindungan bahaya petir 1. Franklin rod. Terdiri dari komponen-komponen : - Alat penerima logam tembaga ( logam bulat panjang runcing ) - Kawat penyalur dari tembaga - Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah basah. - Sistem perlindungan dengan bentuk sudut ± 45 O . 45O 45 O Batang yang runcing ( bahan copper spit )  dipasang paling atas  batang tembaga  elektroda yang ditanamkan. Batang elektroda pentanahan dibuat bak kontrol  memudahkan pemeriksaan dan pengetesan. Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah  jangkauannya terbatas. 2. Sangkar Farady Terdiri dari komponen : - Alat penerima kawat mendatar - Kawat dari tembaga 18
  • 19. - Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah yang basah. Perlindungan bangunan  jarak antar kawat mendatar tidak melebihi 20 m pada titik-titik yang tertentu diberi ujung vertikal ½ M. Sistem pemasangan dibuat memanjang sehingga jangkauannya lebih luas dari sistem Franklin  Biaya sedikit mahal, menggangu keindahan 3. Radio Aktif Terdiri dari komponen : a. Elektrode Udara disekeliling elektrode akan di ionisasi, akibat pancaran partikel alpa dari isotop ( americum 241 ). Elektrode akan terus menerus menciptakan arus ion ( Min. 10 8 ion/det. ). b. Coaxial cabel Untuk menghindari kerusakan benda-benda akibat muatan listrik petir yang menuju tanah maka coaxial cabel dibungkus pipa isolasi. Metode tahanan langsung dari muatan listrik petir ke dalam tanah menyebabkan seluruh unit mempunyai potensial yang sama dengan bumi. Sehingga benda-benda yang berada disekitar system akan aman. 19
  • 20. c. Pentanahan Perlu test lokasi geografis dari pentanahan  5 ohm. Tahanan bumi max. Yang terbaik untuk system ini = 5 ohm. Saat petir mengenai electroda maka muatan negatif akan menetralkan muatan. Sistem  cocok untuk bangunan tinggi dan besar Pemasangan tidak perlu dibuat karena sistem payung yang digunakan dapat melindunginya. Bentangan cukup besar  satu bangunan cukup satu tempat penagkal petir Cara pemasangan ketiga sistem adalah titik puncak/kepala dari alat penangkal petir dihubungkan dengan pipa tembaga menuju ke dasar tempat sebagai pentanahan yaitu pipa tembaga tersebut harus mencapai tanah berair. Oleh karena itu, tempat- tempat tesebut harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak menggangu keindahan bangunan dan tetap berfungsi baik terhadap penanggulangan bahaya petir. 20 Elektrode
  • 21. 3.3 Bagian – Bagian Sistem Proteksi Petir Konvensional Secara umum sistem proteksi petir konvensional dapat dibagi kedalam 3 bagian 3.3.1. Air Terminal Dalam sistem proteksi petir konvensional di Indonesia Air Terminal juga disebut sebagai splitzen dan untuk orang awam di Indonesia mengenalnya sebagai tombak penangkal petir ( walaupun seharusnya penangkap petir bukan penangkal petir). Splitzen atau tombak ini di pasang vertikal diatas atap bangunan dengan posisi ujung tombak yang runcing menghadap ke atas. Ada 2 bentuk Tombak atau Splitzen yang pada umumnya dipasang dalam sistem proteksi petir konvensional di bangunan rumah atau gedung, yang pertama berbentuk tombak lurus (yang banyak digunakan saat ini pada bangunan gedung dan rumah), yang kedua berbentuk trisula (dipercaya beberapa orang memiliki radius penangkapan sambaran petir lebih luas dari yang berbentuk lurus). 21 Gambar 3.1. Air terminal
  • 22. 3.3.2. Konduktor Kabel Konduktor dalam sistem proteksi petir konvensional berfungsi menghubungkan Air Terminal/tombak/splitzen ke komponen sistem proteksi petir lainnya dan ke sistem grounding atau sistem pertanahan. Jika ada sambaran petir yang tertangkap oleh air terminal/tombak/splitzen maka arus petir tersebut akan segera disalurkan melalui kabel konduktor tersebut. Kabel Konduktor untuk sistem proteksi petir umumnya berbahan tembaga tanpa bungkus atau dikenal dengan sebutan Kabel BC (Bare Cooper). Kabel BC ini terdiri dari beberapa ukuran kabel yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, semakin besar ukuran kabelnya semakin baik penyaluran arus petirnya. 3.3.3 Sistem Grounding/Pentanahan 22 Gambar 3.2 kawat konduktor Gambar 3.3. Sistem Grounding
  • 23. Sistem grounding / pertanahan merupakan bagian dari sistem proteksi petir konvensional yang sangat penting, di sistem grounding ini semua arus petir yang di salurkan oleh kabel konduktor akan di-eliminasi secara maksimal. maksimal atau tidaknya suatu sistem grounding dapat di lihat menggunakan alat ukur grounding atau pertanahan, untuk wilayah indonesia sesuai dengan standarisasi yang dikeluarkan oleh SNI (Standar Nasional Indonesia) maksimal tahanan tanah yang bagus untuk perlindungan terhadap bangunan adalah harus dibawah 5 ohm (makin kecil ukuran tahanan tanahnya semakin bagus). Material yang digunakan dalam sistem grounding ada beberapa macam, material yang biasa digunakan adalah Ground Rod yang berbentuk seperti tongkat dengan panjang 2 meter, 3meter, atau 4meter yang nantinya Ground Rod tersebut ditanam dengan kedalaman tertentu untuk mendapatkan hasil tahanan tanah yang bagus. Selain Ground Rod, bisa juga menggunakan kabel konduktor sebagai pengganti Ground Rod untuk ditanam didalam tanah, opsi ini biasanya digunakan untuk menghemat biaya. Untuk daerah tidak memungkinkan menggunakan Ground Rod atau Kabel BC sistem grounding dapat dibuat menggunakan Plat tembaga dengan ukuran 1mX1m yang sudah di rangkai dengan kabel BC seperti gambar dibawah ini 23
  • 24. 3.3.4 Tips Untuk Menghindari Tersambar Petir : a. Jika anda melihat sambaran petir atau mendengar gelegar guruh segeralah menuju bangunan yang telah terlindungi dengan penangkal petir atau mendekatlah ke mobil atau truk. b. Pakailah sepatu dari kulit atau karet yang tidak bocor, usahakan memakai kaos kaki yang kering, sebagai upaya memisahkan tubuh kita dari tanah sehingga petir enggan melalui tubuh kita. c. Jika anda berada di luar rumah maka hindarilah berada di areal terbuka, tempat ketinggian, berada di tempat yang berair, di bawah pohon tinggi atau benda logam yang menjulang tinggi. d. Jika tempat berlindung tidak ada, sebaiknya anda jongkok tapi hindari tangan anda menyentuh tanah dan jangan berbaring karena akan memudahkan penyaluran tenaga petir ke tanah. e. Jika anda berada di luar ruangan maka hindari berdiri bergerombol dengan orang lain. f. Jika kita berada di areal terbuka dan merasakan rambut kita berdiri itu pertanda petir akan menyambar kita, kita harus melakukan gerakan rukuk yaitu menekuk badan ke arah depan (Syukur bila menghadap kiblat) dan menempatkan kedua tangan di lutut, cara ini akan membuat kita selamat. g. Jika kita berada di dalam ruangan hindarilah berdiri dekat pintu, jendela dan tempat yang berair. h. Perangkat elektronik seperti televisi, radio, komputer sebaiknya di matikan dan di cabut stop kontaknya, bila tidak memungkinkan menjauhlah dari perangkat elektronik tersebut. i. Bagi kita menbawa HP, HT dan radio saku sebaiknya di matikan segera, pisahkan antena dengan body untuk mengurangi rangsangan petir menyambar. j. Jika ada korban terkena petir tangani dengan hati-hati dan jangan dibawa bersama barang yang bermuatan listrik agar tidak terkena sambaran ulang 24
  • 25. DAFTAR PUSTAKA PROF.DR.IR.H. Djuheri. Definisi Penangkal Petir.from http://deltanarendra.com/definisi-penangkal-petir Fajrianto Handaru. Indonesia Tempat Segudang Petir???. From http://www.bloggaul.com/ kargo23/readblog/108514/indonesia-tempat-segudang- petir P.T. Aman Barkah Sejahtera, Sistem Proteksi Petir Terpadu.from http://www.petir.com/ http://networking.jaringan-komputer.com/instalasi-penangkal-petir.html http://id.wikipedia.org/wiki/Penangkal_petir http://www.instalasijaringan.com/petir.html 25