Dokumen tersebut membahas tentang resonansi dan intensitas bunyi. Secara singkat, resonansi terjadi ketika frekuensi getaran benda sama dengan frekuensi alamiah kolom udara, sehingga bunyi akan diperkeras. Panjang kolom udara mempengaruhi tinggi rendahnya frekuensi bunyi yang dihasilkan.
1. LAPORAN RESONANSI DAN INTENSITAS BUNYI
I. TUJUAN
untuk mengetahui proses resonansi.
II. LANDASAN TEORI
Resonansi adalah ikut bergetarnya molekul udara dalam kolom udara akibat getaran
benda lain apabila frekuensi dari benda tersebut sama. Syarat resonansi ada benda pertama
(sumber getaran), benda kedua (sumber getaran lain) dengan frekuensi sama dan adanya
kolom udara. Frekuensi benda yang ikut bergetar tersebut disebut frekuensi alamiahnya.
Suatu benda, misalnya gelas, mengeluarkan nada musik jika diketuk sebab ia
memiliki frekuensi getaran alami sendiri. Jika kita menyanyikan nada musik berfrekuensi
sama dengan suatu benda, benda itu akan bergetar. Peristiwa ini dinamakan resonansi. Bunyi
yang sangat keras dapat mengakibatkan gelas beresonansi begitu kuatnya sehingga pecah.
Rumus resonansi pada kolom udara:
L = ¼ (2n-1)
Keterangan
L = panjang kolom udara
= panjang gelombang
n = resonansi ke 1, 2, 3,…..
Keuntungan dan kerugian adanya resonansi
Beberapa keuntungan adanya resonansi bunyi adalah sebagai berikut :
a. pada telinga kita terdapat kolom udara yang disebut kanal pendengaran yang akan
memperuat bunyi yang kita dengar.
b. Adanya ruang resonansi pada gitar, biola, saron, kolintang, dan kentongan dapat
memperkeras bunyi alat-alat tersebut.
c. Kantung udara yang dimiliki katak pohon dna katak sawah dapat memperkeras bunyi yang
dihasilkan.
Contoh-contoh kerugian akibat resonansi antara lain :
a. Suara tinggi seorang penyanyi dapat memecahkan gelas yang berbentuk piala karena gelas
berresonansi.
b. Dentuman bom atau mesin pesawat supersonik dapat memecahkan kaca-kaca jendela
bangunan.
c. Bunyi yang terlalu kuat dapat memecahkan telinga kita.
d. Pengaruh kecepatan angin pada sbeuah jembatan di Selat Tacoma, Amerika Serikat,
menghasilkan resonansi yang menyebabkan jembatan roboh.
III. ALAT DAN BAHAN
3 Gelas lengkung
2. Air
IV. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Isi masing-masing gelas dengan ketinggian yang berbeda.
3. Celupkan tangan dan gosokkan tangan di bibir gelas beberapa kali.
4. Ulangi kegiatan seperti diatas pada semua gelas.
5. Amati apa yang terjadi
V. HASIL KEGIATAN
1. Gelas yang berisi penuh suara kurang nyaring
2. Gelas yang berisi air sedang suara nyaring
3. Gelas yang berisi sedikit air suara sangat nyaring
VI. PEMBAHASAN
Dalam percobaan tersebut jari tangan harus basah terlebih dahulu agar mengeluarkan
suara. Gelas yang berisi air sedikit mengeluarkan suara paling nyaring karena kolom udara
yang luas dan suara yang dihasilkan berasal dari getaran air. Gelas yang berisi air setengah
mengeluarkan suara yang nyaring, karna kolom udaranya tidak lebih luas dari yang memiliki
air sedikit, suara yang dihasilkannya tidak lebih nyaring. Gelas yang berisi air penuh suara
yang dihasilkan hampir tidak terdengar karena hanya berisi air dengan sedikit kolom udara.
VII. KESIMPULAN
Resonansi adalah ikut bergetarnya molekul udara dalam kolom akibat getaran benda
lain
Tinggi rendahnya frekuensi bunyi pada peristiwa resonansi dipengaruhi oleh panjang kolom
udara dalam benda
http://moeluzie.blogspot.com/2012/01/resonansi-dan-intensitas-bunyi.html.11/05/2014, jam19.36
3. Secara prinsip, bunyi merupakan gelombang longitudinal yang merambat melalui zat
perantara atau medium. Medium perambatan bunyi ini bias berupa zat padat, cair,
maupun gas. Yang membuat saya tertarik untuk mengangkat bunyi sebagai topik pada
tulisan kali ini adalah kaitannya dengan medium gas atau udara. Selanjutnya kita
definisikan bahwa bunyi merupakan getaran udara. Sekedar info, bunyi mempunyai
kecepatan tertentu di udara, sekitar 340 m/s. Masih kalah jauh dengan kecepatan
cahaya yang bernilai 300.000.000 m/s. Hal ini menjelaskan kenapa jika terjadi petir
kita melihat kilat dulu baru mendengar gemuruh.
Perhatikan animasi mobil hijau yang saya “colong” dari wikipedia berikut :
Sebuah mobil awalnya diam, lalu bergerak ke kiri sambil membunyikan klakson. Bunyi
dari klakson digambarkan oleh garis – garis merah. Kerapatan garis merah – garis
merah tersebut adalah frekuensi bunyi klakson. Sedangkan jarak antara dua garis
merupakan panjang gelombangnya. Nampak bahwa gelombang di kiri mobil lebih rapat
daripada yang di sebelah kanan. Artinya frekuensi gelombang di depan mobil lebih
tinggi (panjang-gelombang lebih pendek) daripada sebelah kanan. Fenomena ini diamati
pertama kali, dan dijelaskan oleh Christian Johann Doppler pada tahun 1842, karena
itulah selanjutnya fenomena ini disebut efek Doppler.
Kasus pertama :
Misalkan ada dua orang pendengar / pengamat A dan B yang diam relatif terhadap jalan.
pada jarak yang sama di depan dan di belakang mobil ketika mobil diam. Saat mobil
bergerak dengan kecepatan v, keduanya mengukur frekuensi klakson yang dibunyikan
oleh mobil. Tentu saja hasil pengukuran yang didapat oleh kedua pendengar akan
berbeda. Dalam kasus ini, seolah – olah mobil itu memancarkan gelombang bunyi ke
depan dengan frekuensi lebih tinggi, padahal sebenarnya mobil bergerak maju.
Kasus kedua :
Misalkan ada sebuah mobil yang diam relatif terhadap jalan. Pada jarak tertentu dari
mobil tersebut ada dua orang pengamat A dan B yang bergerak relatif terhadapnya
dengan kecepatan sama namun arahnya berlawanan. Jadi A mendekati mobil dan B
menjauhi mobil. Keduanya mengukur frekuensi gelombang (bunyi klakson) yang
dipancarkan oleh mobil. Sebenarnya frekuensi gelombang yang dipancarkan mobil ke
depan dan ke belakang sama. Namun karena A bergerak mendekat, maka jarak
gelombang satu dengan gelombang lainnya seolah – olah lebih rapat sedangkan
menurut B lebih renggang(1).
4. Mari kita beralih sejenak ke Galileo Galilei. Ia dikenal sebagai bapak mekanika karena
mencetuskan model gerak benda (transformasi), yang kemudian dinamai sesuai
namanya galileo. Transformasi Galilean mengisyaratkan adanya dua buah kerangka
acuan yang bergerak relatif satu sama lain. Namun dalam kaitannya dengan sistem
koordinat mutlak, salah satu kerangka acuan tersebut adalah diam.
Pada gambar, O relatif diam sedangkan O’ bergerak ke kanan dengan kecepatan v. kita
perluas gerak ini, sehingga arah gerak boleh ke kiri asal masih sejajar dengan sumbu-x.
kita dapatkan rumus sebagai berikut :
Untuk gerak relatif saling menjauhi :
Untuk gerak relatif saling mendekati :
Di mana x adalah pengamat sedangkan x’ sumber.
Kecepatan kedua kerangka acuan diperoleh dengan menurunkan persamaan sebanyak
satu kali. Maka diperoleh :
Kecepatan menjauh :
Kecepatan mendekat :
Selanjutnya kita susun berdasarkan status kerangka acuan, yaitu pengamat ataukah
sumber.
5. Menurut sumber :
Menurut pengamat :
Hasil – hasil di atas berguna untuk menjelaskan perbedaan tanda pada rumus efek
Doppler (2).
Kembali ke pengukuran frekuensi, perbandingan antara frekuensi yang diukur dengan
kecepatan relatif baik untuk sumber maupun pengamat harus memberikan nilai yang
sama. Ditulis :
Dan dengan sedikit modifikasi, didapakan rumus umum efek Doppler :
Tanda yang atas kita pakai untuk kasus gerak relatif saling mendekati, sedangkan tanda
di bawah kita pakai untuk gerak relatif saling menjauhi. Dengan memegang rumus
tersebut kita dapat mengetahui adanya sistem koordinat mutlak. Akibatnya kita menjadi
tahu siapa yang sebenarnya bergerak, sumber ataukah pengamat. Untuk membuktikan
hal itu, saya ambil satu contoh dari buku yang ditulis oleh Kenneth Krane.
Kecepatan suara di udara adalah 340 m/s, sebuah sumber memancarkan gelombang
bunyi berfrekuensi 1.000 Hz. Jika sumber dan pengamat bergerak saling dengan laju
(total) 30 m/s, maka akan kita dapatkan minima tiga hasil pengukuran yang berbeda.
Sumber diam relatif terhadap medium, sedangkan pengamat bergerak dengan laju 30
m/s menuju sumber :
Pengamat diam, sumber bergerak menuju pengamat dengan laju 30 m/s :
Sumber dan pengamat masing – masing bergerak saling mendekati dengan kecepatan 15
6. m/s relatif terhadap zat perantara.
Kira – kira seperti itulah gambaran sistem koordinat mutlak yang dicari oleh Newton
300 tahun silam. namun Newton mempostulatkan koordinat tersebut dalam skala alam
semesta, sedangkan pengukuran berdasarkan medium udara dan bunyi hanya bisa
dilakukan di bumi dan planet beratmosfer lainnya. Mungkin, berdasarkan analogi
medium udara ini jugalah para fisikawan akhir abad ke-18 mengusulkan adanya eter
yang sayangnya sampai sekarang keberadaan eter tidak terbukti.
Catatan :
(1) Sebuah kasus lagi, jika saat pengukuran terjadi angin kencang. Tetapi angin tersebut
tidak akan merubah rumus, hanya mempengaruhi nilai u saja. Jika angin bergerak
menuju pendengar dengan kecepatan x maka u menjadi u + x. Dan jika menjauhi
pendengar maka u menjadi u – x.
(2) Untuk variabel y, z dan t sengaja tidak ditulis karena nilainya tidak berubah.
http://narasomanotebook.blogspot.com/2011/05/efek-doppler-untuk-gelombang-bunyi.html
11/05/2014, 20.15