SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Psikologi Gestalt
Ekarini Saraswati
Pendahuluan
 Psikologi gestal memiliki pandangan yang
sama dengan psikologi humanistik yang
menganggap manusia secara utuh bukan
elemen-elemen. Namun, keduanya memiliki
perbedaan yang mendasar di samping tokoh-
tokoh pencetusnya pun berbeda. Maslow
sebagai tokoh humanistik mendasarkan diri
pada ketidakpuasan terhadap pendapat kaum
behaviorisme sedangkan para tokoh gestalt
mendasarkan pendapatnya pada
ketidakpuasan terhadap kaum strukturialisme
Pengertian
 Istilah “Gestalt” sendiri merupakan istilah bahasa
Jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam
bahasa-bahasa lain.Arti Gestalt bisa bermacam-
macam, yaitu “form” “shape”. (dalam bahasa Inggris)
atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas.
Terjemahannya ke dalam bahasa inggris pun
bermacam-macam antara lain “shape psychology”,
“configurationism” “whole psychology” dan sebagainya.
Karena adanya kesimpangsiuran dalam
penerjemahan. Akhirnya para sarjana diseluruh dunia
sepakat untuk menggunakan istilah “Gestalt” tanpa
menerjemahkannya ke dalam bahasa lain.
Tokoh-tokoh
 Max Wertheimer merupakan tokoh pendiri
psikologi Gestalt di Jerman. Psikologi Gestalt
lebih menekankan kritiknya pada penguraian
kesadaran ke dalam elemen-elemen yang
dilakukan oleh strukturalismenya Wundt, tetapi
masih mengakui adanya unsur kesadaran itu
sendiri dalam bentuk yang utuh (totalitas tidak
terbagi-bagi dalam elemen-elemen)
 Psikologi Gestalt mempelajari suatu
gejala sebagai suatu keseluruhan atau
totalitas dan bahwa data-data dalam
psikologi Gestalt disebut sebagai
fenomena
 Prinsip mempelajari gejala sebagai
totalitas dikemukakan pertama kalinya
oleh Christian Von Ehrenfels, tokoh yang
merangsang timbulnya aliran ini, pada
tahun 1890 dalam eksperimennya
mengenai musik.
 Suatu komposisi lagu mempunyai sifat tertentu
yang disebut “emergent” yang tidak dimiliki
oleh not-not dalam lagu itu secara satu pe satu.
Kalau tangga nada lagu itu diubah, maka not-
not dalam lagu itupun berubah, namun selama
komposisinya masih tetap, maka emergentnya
masih sama, maka kita tetap akan mendengar
lagu yang sama. Jadi, yang penting adalah
sifat daripada totalitas yang disebut emergent,
bukan sifat-sifat dari pada elemen-elemen.
 psikologi Gestelt sependapat dengan
pandangan filsafat fenomenologi yang
mengatakan bahwa pengalaman haruslah
dilihat secara netral. Tidak dipengaruhi oleh
apapun.
 Di dalam fenomena kita harus selalu melihat
adanya dua unsur, yaitu objek dan arti. Objek
dari fenomena mempunyai sifat-sifat yang
dapat dideskripsikan, tetapi segera objek itu
tertangkap oleh indera kita, maka kita akan
menerimanya sebagai informasi dan pada saat
ini kita sudah memberi arti pada objek itu.
Ilusi Kontur
Max Wertheimer
 Dalam kertas kerjanya ini ia mengemukakan hasil eksperimennya
dengan menggunakan alat yang disebut Stroboskop (stroboscop)
yaitu alat yang berbentuk kotak yang diberi alat untuk melihat ke
dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat gambar dua buah garis
yang satu melintang dan yang lain tegak. Kedua gambar itu tidak
terlihat sekaligus, melainkan berganti-ganti. Mula-mula tampak
garis yang melintang, kemudian tampak garis tegak, kemudian
melintang lagi dan demikian seterusnya.Kesan yang akan terjadi
adalah akan tampak bahwa garis itu bergerak dari tegak ke
melintang dan sebaliknya, terus menerus. Gerak yang disebut
gerak stroboskopik ini merupakan gerakan yang semu karena
sesungguhnya garis-garis itu sendiri tidak bergerak melainkan
muncul berganti-ganti. Gejala ini disebut juga sebagai Phi-
phenomenon dan dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai
misalnya kalau kita menonton bioskop atau melihat lampu-lampu
reklame yang bergerak-gerak.
Kurt Koffka (1886 – 1941)
 Tokoh kedua adalah Kurt Koffka (1886 –
1941) yang mengungkapkan tentang
teori belajar
 Salah satu faktor yang penting dalam
belajar adalah jejak-jejak ingatan
(memory traces), yaitu pengalaman-
pengalaman yangmembekas pada
temapt-tempat tertentudi otak.
 Perubahan-perubahan yang terjadi pada
ingatan bersamaan dengan jalannya waktu
tidak melemahkan jejak-jejak ingatan itu
(dengan perkataan lain tidak menyebabkan
terjadinya lupa) melainkan menyebabkan
perubahan jejak karena jejak ingatan itu
cenderung diperhalus dan disempurnakan
untuk Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
 Latihan-latihan akan memperkuat daya ingat.
Wolfgang Kohler
 Tokoh ketiga adalah Wolfgang Kohler
 Karya Kohler yang paling terkenal adalah
penyelidikannya mengenai tingkah laku
kecerdasan (intelligent behaviour) pada hewan
utamanya simpanse. Bertitik tolak dari teori
Thorndike yang beranggapan bahwa tingkah
laku hewan pada dasarnya adalah tingkah laku
coba-salah (trial and error). Kohler membuat
eksperimen-eksperimen dengan kera dan
membuktikan bahwa pada kera pun terdapat
pemahaman (insight).
Kurt Lewin (1890-1947).
 Tokoh lain yang memiliki pengaruh
dalam aliran psikologi ini adalah Kurt
Lewin (1890-1947). Menurutnya persepsi
dan tingkah laku seseorang tidak hanya
ditentukan oleh bentuk keseluruhan atau
sifat totalitas dari rangsang atau
emergent, tetapi ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan (force) yang ada
lapangan psikologis seseorang.
 Lewin membagi konflik dalam tiga jenis:
 Konflik mendekat-mendekat (approach-
approach conflict). Konflik ini terjadi kalau
seseorang menghadapi du aobjek yang sama-
sama bernilai positif.
 Konflik menjauh-menjauh (avoidance-
avoidance conflict). Konflik ini terjadi kalau
seseorang berhadapan dengan dua objek yang
sama-sama mempunyai nilai negatif, tetapi ia
tidak bisa menghindari kedua objek itu
sekaligus
 Konflik mendekat-menjauh (Approach-
avoidance conflict). Dalam konflik ini
terdapat hanya satu objek yang
mempunyai nilai positif dan negatif
sekaligus
Kajian Sastra
 Novel ini menggambarkan perjalanan hidup seorang ronggeng dianggap memiliki bakat alam. Srintil, nama
ronggeng itu, dibentuk oleh lingkungannya sebagai ronggeng dan dididik serta semua perilakinya diarahkan
untuk menjadi ronggeng. Kehidupannya sebagai ronggeng itu sendiri bagi Srintil bukan merupakan pilihan
hidupnya. Setelah mengalami suka duka menjadi ronggeng, ada perasaan yang hilang dalam dirinya, yaitu
cinta. Dia mencintai Rasus dan ingin menjadi istrinya. Keinginannya ini jelas menentang adat dan harapan
masyarakat Dukuh Paruk yang menganggap dia sebagai pembawa berkah bagi dukuh itu sebagai dukuh
ronggeng.
 Latar tempat peristiwa di dalam novel ini lebih banyak menggambarkan kehidupan orang Jawa, sekalipun
nama Dukuh Paruk itu sendiri tidak ada. Sebagaimana layaknya sebuah dukuh, tempat-tempat yang ditemui
dalam novel ini seperti sawah, kuburan, ladang, pasar, kelurahan, kecamatan dan sebagainya.
 Dalam kajian ini yang menjadi tokoh kajian adalah Srintil dan Rasus. Srintil merupakan seorang ronggeng yang
dibentuk oleh lingkungan. Dia belajar menjadi seorang ronggeng karena diarahkan oleh seorang dukun
ronggeng. Selain belajar yang dia lakukan juga ada bakat alam yang dia miliki.
 Hidup sebagai ronggeng memang menjanjikan materi yang banyak dan dapat membuat iri wanita-wanita di
dukuh itu. Kecantikan dan kegemerlapan sebagai ronggeng membuat Srintil banyak dipuja orang, selain Rasus
kekasihnya. Setelah menjadi ronggeng, Rasus merasa kehilangan Srintil yang telah menjadi milik masyarakat.
Rasus benci kepada Srintil dan pergi meninggalkannya. Cintanya kepada Srintil punah.
 Perasaan kehilangan dalam diri Rasus dialami juga oleh Srintil. Kehidupan ronggeng yang dia jalani ternyata
merupakan kehidupan yang semu. Dia mendambakan kehidupan tenang menjadi istri Rasus dan memiliki anak
darinya.
 Dalam diri Srintil dan Rasus ada sisi kehidupan manusia yang tidak mereka dapatkan, yaitu perwujudan cinta.
Cinta itu sendiri tidak mungkin terbagi. Setelah terbagi menjadi ternoda. Sekalipun Rasus masih mencintai
Srintil, namun dia merasakan tak mungkin menyatu, karena hidup mereka yang berbeda.
 Hidup sebagai ronggeng memang menjanjikan materi yang
banyak dan dapat membuat iri wanita-wanita di dukuh itu.
Kecantikan dan kegemerlapan sebagai ronggeng membuat Srintil
banyak dipuja orang, selain Rasus kekasihnya. Setelah menjadi
ronggeng, Rasus merasa kehilangan Srintil yang telah menjadi
milik masyarakat. Rasus benci kepada Srintil dan pergi
meninggalkannya. Cintanya kepada Srintil punah.
 Perasaan kehilangan dalam diri Rasus dialami juga oleh Srintil.
Kehidupan ronggeng yang dia jalani ternyata merupakan
kehidupan yang semu. Dia mendambakan kehidupan tenang
menjadi istri Rasus dan memiliki anak darinya.
 Dalam diri Srintil dan Rasus ada sisi kehidupan manusia yang
tidak mereka dapatkan, yaitu perwujudan cinta. Cinta itu sendiri
tidak mungkin terbagi. Setelah terbagi menjadi ternoda. Sekalipun
Rasus masih mencintai Srintil, namun dia merasakan tak mungkin
menyatu, karena hidup mereka yang berbeda.
 Hidup sebagai ronggeng memang menjanjikan
materi yang banyak dan dapat membuat iri
wanita-wanita di dukuh itu. Kecantikan dan
kegemerlapan sebagai ronggeng membuat
Srintil banyak dipuja orang, selain Rasus
kekasihnya. Setelah menjadi ronggeng, Rasus
merasa kehilangan Srintil yang telah menjadi
milik masyarakat. Rasus benci kepada Srintil
dan pergi meninggalkannya. Cintanya kepada
Srintil punah.
 Perasaan kehilangan dalam diri Rasus
dialami juga oleh Srintil. Kehidupan
ronggeng yang dia jalani ternyata
merupakan kehidupan yang semu. Dia
mendambakan kehidupan tenang
menjadi istri Rasus dan memiliki anak
darinya.
 Dalam diri Srintil dan Rasus ada sisi
kehidupan manusia yang tidak mereka
dapatkan, yaitu perwujudan cinta. Cinta
itu sendiri tidak mungkin terbagi. Setelah
terbagi menjadi ternoda. Sekalipun
Rasus masih mencintai Srintil, namun dia
merasakan tak mungkin menyatu, karena
hidup mereka yang berbeda.

More Related Content

Similar to Psikologi-Desain-Pertemuan-14.ppt

Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Marliena An
 
Yoseph Yapi Taum - Pengantar teori sastera _ ekspresivisme, strukturalisme, p...
Yoseph Yapi Taum - Pengantar teori sastera _ ekspresivisme, strukturalisme, p...Yoseph Yapi Taum - Pengantar teori sastera _ ekspresivisme, strukturalisme, p...
Yoseph Yapi Taum - Pengantar teori sastera _ ekspresivisme, strukturalisme, p...
SigitWisnuTomo1
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Lailin Luthfiana
 
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADUKAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
Momee Rain
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
TiaBronte
 
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docxALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
NurKarina1
 
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesiaManfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Mujahid Vanquisher
 
Gestalt (Psikologi Umum)
Gestalt (Psikologi Umum)Gestalt (Psikologi Umum)
Gestalt (Psikologi Umum)
atone_lotus
 

Similar to Psikologi-Desain-Pertemuan-14.ppt (20)

184339-none-b21bf6c8.pdf
184339-none-b21bf6c8.pdf184339-none-b21bf6c8.pdf
184339-none-b21bf6c8.pdf
 
Makalah ekspresionisme
Makalah ekspresionismeMakalah ekspresionisme
Makalah ekspresionisme
 
Makalah ekspresionisme
Makalah ekspresionismeMakalah ekspresionisme
Makalah ekspresionisme
 
Makalah ekspresionisme
Makalah ekspresionismeMakalah ekspresionisme
Makalah ekspresionisme
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
 
Loveintrique
LoveintriqueLoveintrique
Loveintrique
 
Makalah Pemikiran Politik
Makalah Pemikiran PolitikMakalah Pemikiran Politik
Makalah Pemikiran Politik
 
Yoseph Yapi Taum - Pengantar teori sastera _ ekspresivisme, strukturalisme, p...
Yoseph Yapi Taum - Pengantar teori sastera _ ekspresivisme, strukturalisme, p...Yoseph Yapi Taum - Pengantar teori sastera _ ekspresivisme, strukturalisme, p...
Yoseph Yapi Taum - Pengantar teori sastera _ ekspresivisme, strukturalisme, p...
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
 
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADUKAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
 
Strukturalisme dan Semiotik
Strukturalisme dan SemiotikStrukturalisme dan Semiotik
Strukturalisme dan Semiotik
 
TEORI PSIKOLOGI ISLAM DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
TEORI PSIKOLOGI ISLAM DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIHTEORI PSIKOLOGI ISLAM DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
TEORI PSIKOLOGI ISLAM DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
 
Makalah pu 1
Makalah pu 1Makalah pu 1
Makalah pu 1
 
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docxALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
 
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesiaManfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
 
Psikologi sastra
Psikologi sastraPsikologi sastra
Psikologi sastra
 
Manusia Makhluk Multidimensi
Manusia Makhluk MultidimensiManusia Makhluk Multidimensi
Manusia Makhluk Multidimensi
 
Power point psikologi gestalt
Power point psikologi gestaltPower point psikologi gestalt
Power point psikologi gestalt
 
Gestalt (Psikologi Umum)
Gestalt (Psikologi Umum)Gestalt (Psikologi Umum)
Gestalt (Psikologi Umum)
 

More from ZuliRizal2 (6)

PPt fungsi Kuadrat (2).pptx
PPt fungsi Kuadrat (2).pptxPPt fungsi Kuadrat (2).pptx
PPt fungsi Kuadrat (2).pptx
 
dakwah media sosial.pdf
dakwah media sosial.pdfdakwah media sosial.pdf
dakwah media sosial.pdf
 
dasar dasar media komunikasi.pdf
dasar dasar media komunikasi.pdfdasar dasar media komunikasi.pdf
dasar dasar media komunikasi.pdf
 
Intervensi Pengembangan Organsasi.pptx
Intervensi Pengembangan Organsasi.pptxIntervensi Pengembangan Organsasi.pptx
Intervensi Pengembangan Organsasi.pptx
 
tata-artistik-01-pertemuan-1.pptx
tata-artistik-01-pertemuan-1.pptxtata-artistik-01-pertemuan-1.pptx
tata-artistik-01-pertemuan-1.pptx
 
gestalt ipmafa.ppt
gestalt ipmafa.pptgestalt ipmafa.ppt
gestalt ipmafa.ppt
 

Psikologi-Desain-Pertemuan-14.ppt

  • 2. Pendahuluan  Psikologi gestal memiliki pandangan yang sama dengan psikologi humanistik yang menganggap manusia secara utuh bukan elemen-elemen. Namun, keduanya memiliki perbedaan yang mendasar di samping tokoh- tokoh pencetusnya pun berbeda. Maslow sebagai tokoh humanistik mendasarkan diri pada ketidakpuasan terhadap pendapat kaum behaviorisme sedangkan para tokoh gestalt mendasarkan pendapatnya pada ketidakpuasan terhadap kaum strukturialisme
  • 3. Pengertian  Istilah “Gestalt” sendiri merupakan istilah bahasa Jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam bahasa-bahasa lain.Arti Gestalt bisa bermacam- macam, yaitu “form” “shape”. (dalam bahasa Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjemahannya ke dalam bahasa inggris pun bermacam-macam antara lain “shape psychology”, “configurationism” “whole psychology” dan sebagainya. Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahan. Akhirnya para sarjana diseluruh dunia sepakat untuk menggunakan istilah “Gestalt” tanpa menerjemahkannya ke dalam bahasa lain.
  • 4. Tokoh-tokoh  Max Wertheimer merupakan tokoh pendiri psikologi Gestalt di Jerman. Psikologi Gestalt lebih menekankan kritiknya pada penguraian kesadaran ke dalam elemen-elemen yang dilakukan oleh strukturalismenya Wundt, tetapi masih mengakui adanya unsur kesadaran itu sendiri dalam bentuk yang utuh (totalitas tidak terbagi-bagi dalam elemen-elemen)
  • 5.  Psikologi Gestalt mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dan bahwa data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai fenomena  Prinsip mempelajari gejala sebagai totalitas dikemukakan pertama kalinya oleh Christian Von Ehrenfels, tokoh yang merangsang timbulnya aliran ini, pada tahun 1890 dalam eksperimennya mengenai musik.
  • 6.  Suatu komposisi lagu mempunyai sifat tertentu yang disebut “emergent” yang tidak dimiliki oleh not-not dalam lagu itu secara satu pe satu. Kalau tangga nada lagu itu diubah, maka not- not dalam lagu itupun berubah, namun selama komposisinya masih tetap, maka emergentnya masih sama, maka kita tetap akan mendengar lagu yang sama. Jadi, yang penting adalah sifat daripada totalitas yang disebut emergent, bukan sifat-sifat dari pada elemen-elemen.
  • 7.  psikologi Gestelt sependapat dengan pandangan filsafat fenomenologi yang mengatakan bahwa pengalaman haruslah dilihat secara netral. Tidak dipengaruhi oleh apapun.  Di dalam fenomena kita harus selalu melihat adanya dua unsur, yaitu objek dan arti. Objek dari fenomena mempunyai sifat-sifat yang dapat dideskripsikan, tetapi segera objek itu tertangkap oleh indera kita, maka kita akan menerimanya sebagai informasi dan pada saat ini kita sudah memberi arti pada objek itu.
  • 8.
  • 10. Max Wertheimer  Dalam kertas kerjanya ini ia mengemukakan hasil eksperimennya dengan menggunakan alat yang disebut Stroboskop (stroboscop) yaitu alat yang berbentuk kotak yang diberi alat untuk melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat gambar dua buah garis yang satu melintang dan yang lain tegak. Kedua gambar itu tidak terlihat sekaligus, melainkan berganti-ganti. Mula-mula tampak garis yang melintang, kemudian tampak garis tegak, kemudian melintang lagi dan demikian seterusnya.Kesan yang akan terjadi adalah akan tampak bahwa garis itu bergerak dari tegak ke melintang dan sebaliknya, terus menerus. Gerak yang disebut gerak stroboskopik ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis-garis itu sendiri tidak bergerak melainkan muncul berganti-ganti. Gejala ini disebut juga sebagai Phi- phenomenon dan dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai misalnya kalau kita menonton bioskop atau melihat lampu-lampu reklame yang bergerak-gerak.
  • 11. Kurt Koffka (1886 – 1941)  Tokoh kedua adalah Kurt Koffka (1886 – 1941) yang mengungkapkan tentang teori belajar  Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah jejak-jejak ingatan (memory traces), yaitu pengalaman- pengalaman yangmembekas pada temapt-tempat tertentudi otak.
  • 12.  Perubahan-perubahan yang terjadi pada ingatan bersamaan dengan jalannya waktu tidak melemahkan jejak-jejak ingatan itu (dengan perkataan lain tidak menyebabkan terjadinya lupa) melainkan menyebabkan perubahan jejak karena jejak ingatan itu cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.  Latihan-latihan akan memperkuat daya ingat.
  • 13. Wolfgang Kohler  Tokoh ketiga adalah Wolfgang Kohler  Karya Kohler yang paling terkenal adalah penyelidikannya mengenai tingkah laku kecerdasan (intelligent behaviour) pada hewan utamanya simpanse. Bertitik tolak dari teori Thorndike yang beranggapan bahwa tingkah laku hewan pada dasarnya adalah tingkah laku coba-salah (trial and error). Kohler membuat eksperimen-eksperimen dengan kera dan membuktikan bahwa pada kera pun terdapat pemahaman (insight).
  • 14. Kurt Lewin (1890-1947).  Tokoh lain yang memiliki pengaruh dalam aliran psikologi ini adalah Kurt Lewin (1890-1947). Menurutnya persepsi dan tingkah laku seseorang tidak hanya ditentukan oleh bentuk keseluruhan atau sifat totalitas dari rangsang atau emergent, tetapi ditentukan oleh kekuatan-kekuatan (force) yang ada lapangan psikologis seseorang.
  • 15.  Lewin membagi konflik dalam tiga jenis:  Konflik mendekat-mendekat (approach- approach conflict). Konflik ini terjadi kalau seseorang menghadapi du aobjek yang sama- sama bernilai positif.  Konflik menjauh-menjauh (avoidance- avoidance conflict). Konflik ini terjadi kalau seseorang berhadapan dengan dua objek yang sama-sama mempunyai nilai negatif, tetapi ia tidak bisa menghindari kedua objek itu sekaligus
  • 16.  Konflik mendekat-menjauh (Approach- avoidance conflict). Dalam konflik ini terdapat hanya satu objek yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus
  • 17. Kajian Sastra  Novel ini menggambarkan perjalanan hidup seorang ronggeng dianggap memiliki bakat alam. Srintil, nama ronggeng itu, dibentuk oleh lingkungannya sebagai ronggeng dan dididik serta semua perilakinya diarahkan untuk menjadi ronggeng. Kehidupannya sebagai ronggeng itu sendiri bagi Srintil bukan merupakan pilihan hidupnya. Setelah mengalami suka duka menjadi ronggeng, ada perasaan yang hilang dalam dirinya, yaitu cinta. Dia mencintai Rasus dan ingin menjadi istrinya. Keinginannya ini jelas menentang adat dan harapan masyarakat Dukuh Paruk yang menganggap dia sebagai pembawa berkah bagi dukuh itu sebagai dukuh ronggeng.  Latar tempat peristiwa di dalam novel ini lebih banyak menggambarkan kehidupan orang Jawa, sekalipun nama Dukuh Paruk itu sendiri tidak ada. Sebagaimana layaknya sebuah dukuh, tempat-tempat yang ditemui dalam novel ini seperti sawah, kuburan, ladang, pasar, kelurahan, kecamatan dan sebagainya.  Dalam kajian ini yang menjadi tokoh kajian adalah Srintil dan Rasus. Srintil merupakan seorang ronggeng yang dibentuk oleh lingkungan. Dia belajar menjadi seorang ronggeng karena diarahkan oleh seorang dukun ronggeng. Selain belajar yang dia lakukan juga ada bakat alam yang dia miliki.  Hidup sebagai ronggeng memang menjanjikan materi yang banyak dan dapat membuat iri wanita-wanita di dukuh itu. Kecantikan dan kegemerlapan sebagai ronggeng membuat Srintil banyak dipuja orang, selain Rasus kekasihnya. Setelah menjadi ronggeng, Rasus merasa kehilangan Srintil yang telah menjadi milik masyarakat. Rasus benci kepada Srintil dan pergi meninggalkannya. Cintanya kepada Srintil punah.  Perasaan kehilangan dalam diri Rasus dialami juga oleh Srintil. Kehidupan ronggeng yang dia jalani ternyata merupakan kehidupan yang semu. Dia mendambakan kehidupan tenang menjadi istri Rasus dan memiliki anak darinya.  Dalam diri Srintil dan Rasus ada sisi kehidupan manusia yang tidak mereka dapatkan, yaitu perwujudan cinta. Cinta itu sendiri tidak mungkin terbagi. Setelah terbagi menjadi ternoda. Sekalipun Rasus masih mencintai Srintil, namun dia merasakan tak mungkin menyatu, karena hidup mereka yang berbeda.
  • 18.  Hidup sebagai ronggeng memang menjanjikan materi yang banyak dan dapat membuat iri wanita-wanita di dukuh itu. Kecantikan dan kegemerlapan sebagai ronggeng membuat Srintil banyak dipuja orang, selain Rasus kekasihnya. Setelah menjadi ronggeng, Rasus merasa kehilangan Srintil yang telah menjadi milik masyarakat. Rasus benci kepada Srintil dan pergi meninggalkannya. Cintanya kepada Srintil punah.  Perasaan kehilangan dalam diri Rasus dialami juga oleh Srintil. Kehidupan ronggeng yang dia jalani ternyata merupakan kehidupan yang semu. Dia mendambakan kehidupan tenang menjadi istri Rasus dan memiliki anak darinya.  Dalam diri Srintil dan Rasus ada sisi kehidupan manusia yang tidak mereka dapatkan, yaitu perwujudan cinta. Cinta itu sendiri tidak mungkin terbagi. Setelah terbagi menjadi ternoda. Sekalipun Rasus masih mencintai Srintil, namun dia merasakan tak mungkin menyatu, karena hidup mereka yang berbeda.
  • 19.  Hidup sebagai ronggeng memang menjanjikan materi yang banyak dan dapat membuat iri wanita-wanita di dukuh itu. Kecantikan dan kegemerlapan sebagai ronggeng membuat Srintil banyak dipuja orang, selain Rasus kekasihnya. Setelah menjadi ronggeng, Rasus merasa kehilangan Srintil yang telah menjadi milik masyarakat. Rasus benci kepada Srintil dan pergi meninggalkannya. Cintanya kepada Srintil punah.
  • 20.  Perasaan kehilangan dalam diri Rasus dialami juga oleh Srintil. Kehidupan ronggeng yang dia jalani ternyata merupakan kehidupan yang semu. Dia mendambakan kehidupan tenang menjadi istri Rasus dan memiliki anak darinya.
  • 21.  Dalam diri Srintil dan Rasus ada sisi kehidupan manusia yang tidak mereka dapatkan, yaitu perwujudan cinta. Cinta itu sendiri tidak mungkin terbagi. Setelah terbagi menjadi ternoda. Sekalipun Rasus masih mencintai Srintil, namun dia merasakan tak mungkin menyatu, karena hidup mereka yang berbeda.