1. MAKALAH
MEMPELAJARI TASAWUF DI INDONESIA
Dosen Pengampu:
Nur Hayati, M.Pd.
Disusun Oleh:
Maulana Ridwan Jailani Mustofa (221201200401)
Ahmad Sodiq (221201200368)
Agista Dermawan (21201200367)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan
hidayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa
kebenaran bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yakni ibu Nur Hayati, M.Pd. yang telah membimbing serta mengajarkan kami,
dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul
“Mempelajari Tasawuf di Indonesia” dan juga terima kasih yang sebesar-
besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami
sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-
teman sekalian.
Kraksaan, 08 Mei 2023
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Sejarah Tasawuf di Indonesia ..................................................................2
B. Tokoh-Tokoh ...........................................................................................2
1. Syeikh Hamzah Fansuri ......................................................................2
2. Syeikh Yusuf Makasari .......................................................................3
3. Syeikh Abdul Rauf as-Singkili............................................................3
4. Nuruddin Ar-Raniri.............................................................................4
5. Syeikh Nawawi Al-Bantani.................................................................4
6. Hamka .................................................................................................5
7. Wali Songo..........................................................................................5
8. Syeikh Syamsuddin bin Abdillah As-Sumatraaniy.............................6
9. Syeikh Abdus Shamad Al-Falimbani..................................................6
10. Syeikh Burhanuddin..........................................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................7
A. Kesimpulan ..............................................................................................7
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan-perkembangan tasawuf di Indonesia erat kaitannya
dengan budaya-budaya bangsa Indonesia yang bersifat mistik, tasawuf dapat
berkembang secara cepat dalam penyebarannya. Tasawuf merupakan bagian
dari metode penyebaran ajaran Islam yang sangat mempunyai kemiripan dalam
metode pendekatan-pendekatan agama Hindu-Buddha yang merupakan sistem
keagamaan masyarakat Indonesia sebelum Islam. Kemiripan dalam metode
pendekatan dengan latihan kerohanian, inilah yang kemudian mempermudah
berkembangnya tasawuf di Indonesia
Tasawuf merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kajian Islam di
Indonesia. Sejak masuknya Islam ke Indonesia, unsur tasawuf telah mewarnai
kehidupan keagamaan di masyarakat, bahkan hingga saat ini pun nuansa
tasawuf masih terlihat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pengamalan
keagamaan dari sebagian kaum muslim di Indonesia. Hal ini terbukti dengan
semakin maraknya kajian Islam di bidang ini dan juga melalui gerakan di bidang
tarekat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tasawuf di Indonesia?
2. Siapa saja tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah tasawuf di Indonesia
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Tasawuf di Indonesia
Dalam sejarah perkembangan tasawuf di Indonesia, sejak berdirinya
kerajaan islam pasai, kawasan Pasai menjadi titik sentral penyiaran agama Islam
ke berbagai daerah di Sumatra dan pesisir utara pulau Jawa. Penyebaran Islam
ke pulau Jawa, juga berasal dari kerajaan Pasai, terutama atas jasa Maulana
Malik Ibrahim, Maulana Ishak, dan Ibrahim Asmoro yang ketiganya adalah
Abituren Pasai. Perkembangan Islam di Jawa selanjutnya digerakkan oleh Wali
Songo atau Wali Sembilan. Para wali bukan saja berperan sebagai penyiar
islam, melainkan mereka juga ikut berperan kuat pada pusat kekuasaan
kesultanan. Karena posisi itu, mereka mendapat gelarSusuhunan yang biasa
disebut Sunan. Dari peranan politik itu, mereka dapat “meminjam” kekuasaan
sultan dan kelompok elite keraton dalam menyebarkan dan memantapkan
penghayatan Islam sesuai dengan keyakinan sufisme yang mereka anut.
Warna sufisme yang kental juga terlihat dari nilai anutan mereka yang
didominasi sufisme aliran al-Ghazali. Buku-buku karangan al-Ghazali menjadi
sumber bacaan sufisme yang paling digemari dan pada umumnya memuat
pokok bahasan tasawuf akhlak dan tasawuf amali. Pengaruh tasawuf falsafi
cukup kuat dan luas penganutnya dikalangan penganut tarekat. Sedangkan
tokohnya yang paling populer pada masa itu adalah Syekh Siti Jenar. Semenjak
penyiaran Islam di Jawa diambil alih oleh kerabat elite keraton, secara perlahan-
lahan terjadi proses akulturasi sufisme dengan kepercayaan lama dan tradisi
lokal, yang berakibat bergesernya nilai keislaman sufisme karena tergantikan
oleh model spiritualis nonreligius
B. Tokoh-Tokoh
1. Syeikh Hamzah Fansuri
Hampir semua penulis sejarah Islam mencatat behwa Syeikh Hamzah
Fansuri dan muridnya Syeikh Samsudin Sumatrani adalah tokoh sufi yang
sepaham dengan al-Hallaj, faham hulul, ittihad, mahabbah dan lain-lain
6. 3
adalah seirama. Syeikh Hamzah Fansuri diakui salah seorang pujangga
islam yang sangat populer di zamannya, sehingga kini namanya menghiasi
lembaran-lembaran sejarah kesusteraan Melayu dan Indonesia
2. Syeikh Yusuf Makasari
Seorang tokoh sufi yang agung yang tiada taranya, berasal dari
Sulawesi ialah Syeikh Yusuf Makasari. Beliau dilahirkan pada 8 Syawal
1036 H atau bersamaan dengan 3 Juli 1629 M, yang berarti belum beberapa
lama setelah kedatangan tiga orang penyebar Islam ke Sulawesi, yaitu Datuk
Ri Banding dan kawan-kawannya dari Minangkabau. Dalam salah satu
karangannya beliau menulis diujung namanya dengan bahasa arab “Al-
Mankasari” yaitu mungkin yang beliau maksudkan adalah ”Makassar” yaitu
nama kota di Sulawesi Selatan dimasa pertengahan dan nama kota itu
sekarang diganti pula dengan ”Ujung Pandang” yaitu mengambil nama yang
lebih tua dari pada nama Makasar.
Naluri atau fitrah pribadinya sejak kecil telah menampakkan diri
cinta akan pengetahuan keislaman, dalam tempo relatif singkat al-Qur’an
30 juz telah tamat dipelajarinya. Setelah lancar benar tentang al-Qur’an dan
mungkin beliau termasuk seorang penghafal maka dilanjutkannya pula
dengan pengetahuan-pengetahuan lain yang ada hubungannya dengan itu.
Dimulainya dengan ilmu nahwu, ilmu sharaf kemudian meningkat hingga
keilmu bayan, mani’, badi’, balaghah dan manthiq.
3. Syeikh Abdul Rauf as-Singkili
Nama lengkapnya Abdul Rauf Singkel dalam ejaan bahasa arab
disebut ’Abd ar-Rauf bin ’Ali al-Jawiyy al-Fansuriyy as-Sinkilyy,
selanjutnya akan disebut Abdurrauf. Ia adalah seorang Melayu dari Fansur,
Sinkil (Singkel) di wilayah pantai barat laut Aceh. Hingga saat ini tidak ada
data pasti mengenai tanggal dan tahun kelahirannya. Akan tetapi menurut
hipotesis Rinkes, Abdurrauf dilahirkan sekitar tahun 1615 M. Rinkes
mendasarkan dugaannya setelah menghitung mundur dari saat kembalinya
Abdurrahman dari tanah Arab ke Aceh pada 1661M.
7. 4
Abdurrahman wafat pada tahun 1693M dan dimakamkan disamping makam
teuku Anjong yang dianggap paling keramat di aceh, dekat kuala sungai
Aceh. Oleh karena itulah di Aceh ia dikenal dengan sebutan Teuku di Kuala.
Berkat kemasyurannya, nama Abdurrauf diabadikan menjadi nama sebuah
perguruan tinggi di Aceh, yaitu Univeraitas Syiah Kuala. Abdul Rauf telah
menghasilkan berbagai karangan yang mencakup bidang fiqih, hadist,
tasawuf, tafsir al-Qur’an, dan ilmu-ilmu agama lainnya.
4. Nuruddin Ar-Raniri
Nuruddin Ar-Raniri lahir di kota Ranir Pantai Gujarat, India. Tahun
kelahirannya tidak di ketahui tetapi banyak ahli yang memperkirakan ia
lahir di akhir abad 16. Guru yang paling berpengaruh adalah Abu Nafs
Sayyid Imam bin ‘Abdullah bin Syaiban, seorang guru Tarekat Rifa’iyah.
Ar-Raniri merupakan tokoh pembaharuan Islam di Aceh. Mengenai
ketuhanan, Ar-Raniri berupaya menyatukan paham Mutakallimin dengan
paham para sufi yang diwakili oleh Ibn Arabi. Ia berpendapat ungkapan
“wujud Allah dan Alam Esa” berarti alam ini merupakan sisi lahir dari
hakikat batin yaitu Allah SWT sebagaimana yang dimaksud Ibn Arabi.
Tetapi hakikatnya alam ini tidak ada yang ada adalah wujud Allah Yang
Esa. Jadi ia berpendapat bahwa alam ini tidak bisa dikatakan berbeda
dengan Allah atau bersatu dengan Allah, alam ini merupakan tajalli Allah
SWT.
5. Syeikh Nawawi Al-Bantani
Lahir dengan nama Abu Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin
‘Umar bin ‘Arabi. Ulama besar ini hidup dalam tradisi keagamaan yang
sangat kuat. Ulama yang lahir di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di
kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Bernasab kepada
keturunan Maulana Hasanuddin Putra Sunan Gunung Jati, Cirebon.
Keturunan ke-12 dari Sultan Banten. Nasab beliau melalui jalur ini sampai
kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Di usia beliau yang belum lagi
mencapai 15 tahun, Syaikh Nawawi telah mengajar banyak orang.
8. 5
Dalam bidang tasawuf ia memiliki konsep yang identik dengan
tasawuf ortodok. Pandangan tasawufnya meski tidak tergantung pada
gurunya Syekh Khatib Sambas, seorang ulama tasawuf asal Jawi yang
memimpin sebuah organisasi tarekat, bahkan tidak ikut menjadi anggota
tarekat, namun ia memiliki pandangan bahwa keterkaitan antara praktek
tarekat, syariat dan hakikat sangat erat. Untuk memahami lebih mudah dari
keterkaitan ini Nawawi mengibaratkan syariat dengan sebuah kapal, tarekat
dengan lautnya dan hakekat merupakan intan dalam lautan yang dapat
diperoleh dengan kapal berlayar di laut.
6. Hamka
Hamka, atau nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(lahir di Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia pada 17
Februari 1908-24 Juli 1981) adalah seorang penulis dan ulama terkenal
Indonesia. Ayahnya ialah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal
sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di
Minangkabau. Beliau melibatkan diri dengan pertubuhan Muhammadiyah
dan menyertai cawangannya dan dilantik menjadi anggota pimpinan pusat
Muhammadiyah. Oleh karena itu, beliau mengambil inisiatif untuk
mendirikan pusat latihan dakwah Muhammadiyah. Sebagai realisasi dari
upayanya memurnikan kembali ajaran tasawuf, Hamka menulis beberapa
karya yang berkenaan dengan tasawuf.
7. Wali Songo
Wali Songo yang sangat berperan dalam penyebaran Islam di
Indonesia khususnya Tanah Jawa, mempunyai andil yang besar dalam
mengajarkan tasawuf kepada masyarakat. Pada abad ke-12 M, peranan
ulama tasawuf sangat dominan di dunia Islam. Hal ini antara lain
disebabkan pengaruh pemikiran Islam al-Ghazali (wafat 111 M), yang
berhasil mengintegrasikan tasawuf ke dalam pemikiran keagamaan madzab
Sunnah wal Jamaah menyusul penerimaan tasawuf di kalangan masyarakat
menengah. Hal ini juga berlaku di Indonesia, sehingga corak tasawuf yang
berkembang di Indonesia lebih cenderung mengikuti tasawuf yang diusung
9. 6
oleh al-Ghazali, walaupun tidak menutup kemungkinan berkembang
tasawuf dengan corak warna yang lain.
8. Syeikh Syamsuddin bin Abdillah As-Sumatraaniy
Beliau adalah seorang keturunan ulama, ayahnya bernama Abdullah
as-Sumatri, dan mendapat pendidikan kesufian dari Syekh Hamzah Pansuri.
Syamsuddin Sumatrani dikenal dengan nama Syamsuddin Pasai. Ia pernah
belajar Ilmu Tasawuf pada syekh Hamzah Pansuri dan Sunan bonang di
Jawa.Dia lebih giat menulis buku tasawuf daripada gurunya (Hamzah
Pansuri), dan keberhasilannya karena ditunjang oleh dana yang memadai.
Tentang Allah, Syamsuddin Sumatrani mengajarkan bahwa Allah itu
Esa adanya, Qadim, dan Baqa. Tentang Penciptaan. Menggambarkan
tentang penciptaan dari Dzat yang mutlak. Tentang manusia ia berpendapat
bahwa manusia seolah-olah semacam objek ketika Tuhan menzahirkan
sifatnya. Semua sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia ini hanyalah sekedar
penggambaran sifat-sifat Tuhan dan tidak bearti bahwa sifat-sifat Tuhan itu
sama dengan sifat yang dimiliki manusia.
9. Syeikh Abdus Shamad Al-Falimbani
Ia termasuk seorang Shufi, putra dari seorang Ulama Tasawuf yang
terkemuka di zamannya, bernama Syekh Abdul Jaiil bin Abdil Wahhab bin
Syekh Ahmad Al-Mahdan Al- Yaman. Dari beberapa ungkapannya, ia
sering mengatakan; seorang Shufi tidak boleh belajar dan berdzikir saja,
tetapi ia harus tampil membela agama Islam dengan perjuangan pisik.
Karena itu, ia gugur di medan peperangan ketika ia turut memimpin pasukan
Muslim melawan Siam (Muanthai) yang hendak melenyapkan agama Islam.
10. Syeikh Burhanuddin
Beliau merupakan penduduk asli Minangkabau, lahir pada tahun
1056 H/1646 M dan meninggal pada bulanSyafar 1111 H/1693 M. Murid
dari Syekh Abdul Ra‟uf Singkel yang berpaham Syafi‟I, Beliau mendirikan
madrasah dan mengajar di ulakan,diantara murid-murid yang pernah belajar
dengan beliau a
10. 7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejak berdirinya kerajaan Islam Pasai, kawasan Pasai menjadi titik sentral
penyebaran agama Islam ke berbagai daerah di Sumatera dan pesisir utara Pulau
Jawa. Perkembangan tasawuf di Indonesia berkaitan erat dengan proses
islamisasi di kawasan Nusantara. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar
penyebaran Islam di Nusantara merupakan jasa para sufi. Adapun tokoh-tokoh
sufi yang sangat berpengaruh di Indonesia adalah Hamzah Fansuri, al-Raniri,
Abd. Rauf Sinkel, Abd Shamad al-Palembani, Sheh Yusuf al-Makassari,
Nawawi al-Bantani, dan Hamka. Dari tokoh-tokoh tersebut di atas Islam di
Indonesia berkembang dan dapat di terima oleh masyarakat bangsa Indonesia,
walau tidak bisa di pungkiri ada perbedaan dan pertentangan di antara ajaran
seorang sufi yang satu dengan tokoh sufi yang lain