SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
1 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
Mata Pelajaran Sains dalam Pandangan Siswa Madrasah
Tsanawiyah
Rimbasadewo
Pushakarsa Journal & Article
rimbasadewo@gmail.com
Abstrak: Sains adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang sekolah tingkat
dasar hingga atas. Stigma siswa dalam pembelajaran sains berbeda-beda, begitupun pandangan
siswa dengan mata pelajaran lainnya. Sains dianggap salah satu pelajaran sulit yang masih ada
hubungannya dengan kemampuan berhitung atau konsep matematika di dalammnya. Pada
tingkat MTs atau SMP sains diajarkan dalam bentuk IPA terpadu yang di dalamnya terdapat
bidang biologi, fisika, dan kimia. Walaupun madrasah Tsanawiyah dan SMP memiliki level
atau tingkatan yang sama, madrasah lebih dianggap condong ke pelajaran agama ditambah lagi
MTS yang diteliti berada dalam lingkup pondok pesantren. Tujuan orang tua sebagian besar
menyekolahkan putra-putrinya di lingkungan pesantren adalah untuk mendapatkan kemampuan
lebih di bidang agama. Dari segi kurikulum tentu pada sekolah madrasah diseimbangkan antara
materi agama dan materi umum. Berdasarkan profil dan lingkungan madrasah maka sangat
menarik untuk mengetahui sudut pandang siswa dalam pelajaran sains. Hasil observasi dan
pengamatan menunjukkan pelajaran sains masih dianggap pelajaran yang sulit yang menjadi
alasan siswa kurang meminati pelajaran ini. Peran sekolah dan pendidik dibutuhkan untuk
meningkatkan motivasi dan memperluas pandangan siswa tentang pelajaran sains. Pendekatan
secara emosional serta pemetaan siswa sangat penting dilakukan untuk menentukan metode
proses belajar mengajar dilaksanakan.
Kata kunci: Sains, Madrasah Tsanawiyah, Pandangan dan Minat Siswa, Motivasi.
I. Pendahuluan
Sebagai siswa dalam sebuah sekolah tentunya ada banyangan tentang mata pelajaran
yang akan dipelajari. Mata pelajaran sains yang dibagi menjadi natural science dan social
science merupakan salah satu pelajaran yang ada dalam tingkat dasar hingga atas suatu
sekolah. Sains sendiri lebih condong diartikan ke arah natural science atau dalam pelajaran
sekolah biasanya di kenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Di tingkat atas sains terbagi
dalam bidang mata pelajaran yaitu fisika, kimia, dan biologi. Kesan umum siswa yang pintar
sains biasanya digolongkan anak yang pintar karena setiap pelajaran sains harus memahami
dasar ilmu matematika untuk memahami beberapa materi di dalamnya. Sehingga umumnya
sains merupakan pelajaran yang menakutkan bagi siswa yang tidak suka berhitung. Kesan
sebagai pelajaran yang sulit masih identik dengan mata pelajaran sains sehingga dihindari
oleh sebagian siswa yang membuatnya setengah hati untuk mempelajarinya.
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
2 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
Madarasah yang diteliti merupakan sekolah tempat penulis mengabdi. Latar belakang
sekolah sebagai pondok pesantren besar di timur pulau jawa. Tingkat pendidikan yang
tersedia cukup lengkap dari lembaga madrasah tingkat dasar hingga sekolah umum dan
perguruan tinggi. Sekolah madraah sendiri dibagi menjadi dua yaitu madrasah diniyah yang
khusus mempelajari kitab dan madrasah program kemenag atau sering disebut MTs Depag.
Siswa MTs diniyah lebih beragam dari berbagai umur yang disesuaikan dengan tingkat
pemahaman kitabnya, sementara MTs Depag memiliki siswa sesuai dengan usia jenjang
menengah pertama. MTs depag yang diteliti adalah MTs dengan siswa putra karena lembaga
pendidikan putra dan putri dipisah menjadi lembaga berbeda.
Profil MTs yang diteliti merupakan lembaga dalam naungan pondok pesantren. Siswa
MTs cukup banyak sekitar dua kelas untuk setiap tingkat kelas yaitu kelas 7, 8 dan 9. Kesan
yang diberikan pada MTs depag merupakan sekolah tunggal karena dalam pondok pesantren
ada sekolah rangkap yaitu sekolah agama pagi dan siang sekolah umum. Jadi siswa yang
belajar di MTs depag hanya sekolah di waktu pagi dengan pendidikan agama dan umum
dalam satu waktu tersebut. Banyak alasan siswa memilih satu sekolah dibandingkan
merangkap sekolah. Alasan pertama adalah fokus di bidang agama, dan alasan kedua dari
segi pembiayaan yang lebih terjangkau dibanding sekolah rangkap. Peminat dari MTs depag
lebih sedikit dibandingkan dengan sekolah rangkap dengan berbagai timbangan wali murid
tentunya. Dari sumber daya siswa yang ada, kualitas siswa yang masuk di MTs bisa dibilang
kurang dibandingkan siswa dengan pendidikan rangkap. Tetapi anggapan tersebut tidak bisa
dikatakan sepenuhnya benar karena dalam kompetisi yang diadakan, siswa MTs bisa
bersaing dengan siswa sekolah umum lainnya.
Secara statistik kemampuan siswa MTs Depag dalam mata pelajaran sains dasar juga
matematik terbilang kurang. Terbilang hanya 10-20% yang memiliki kemampuan sains dan
matematik dan aktif dalam kelas. Sehingga peneliti ingin mengobservasi pandangan siswa
terhadap mata pelajaran sains dengan tujuan bisa melakukan tindakan pembelajaran yang
menarik dan dapat menggugah minat siswa dalam bidang sains. Tujuan sekolah yang ingin
unggul dalam bidang agama bisa dikolaborasikan dengan sains terintegrasi. Ilmu kitab yang
diajarkan juga berkaitan dengan beberapa topik yang dibahas dalam pembelajaran sains.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memetakan pandangan sains pada siswa agar
pelajaran yang berhubungan bisa saling terkoneksi dalam benak siswa.
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
3 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
II. Tinjauan Pustaka
Menurut Volderman (2015) bahwa Science dapat diartikan sebagai “Knowledge”
yang berasal dari bahasa latin. Scientist adalah seseorang yang menemukan sesuatu yang
baru. Scientific Knowledge merupakan langkah untuk menjelaskan kejadian di alam
semesta. Beberapa pengertian lain dari science adalah kumpulan pengetahuan yang
digunakan untuk menjelaskan fenomena alam dengan fakta yang dapat dikonfirmasi
kebenarannya. Science juga diartikan sebagai proses membuka potongan pengetahuan
dengan cara observasi dan uji coba untuk mengetahui kebenarannya. Dalam bahasa
Indonesia science diserap membentuk kata sains dan lebih dikenal terjemahannya sebagai
ilmu pengetahuan alam. Walaupun sebenarnya sains juga mencakup ilmu social, tetapi
biasanya istilah sains lebih dimelekat pada ilmu pengetahuan alam atau diakronimkan
dengan istilah IPA.
IPA merupakan salah satu pembelajaran wajib yang diajarkan semenjak siswa
mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar. Hal ini senada dengan yang disampaikan
Susanto (2013), yaitu salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia pada jenjang sekolah dasar adalah IPA. Setiawan, W. E., dan Neri (2018) juga
menyampaikan bahwa IPA adalah salah satu pelajaran pokok yang didapat pada jenjang
pendidikan dasar hingga menengah. Menurut Harlen (dalam Kelompok Kerja Dosen 2018:
2) ilmu pengetahuan alam adalah sebagian besar aktivitas mental dan praktik manusia untuk
menghasilkan pengetahuan. Sedangkan menurut Baharuddin, dkk (2017) IPA merupakan
salah satu disiplin ilmu yang mengandung pengetahuan, meliputi cara kerja, cara berpikir,
dan memcahkan masalah terkait alam yang tersusun secara sistematis.
IPA sebagai sebuah mata pelajaran memiliki beberapa tujuan. Menurut BNSP (dalam
Susanto, 2013) tujuan IPA di SD, meliputi: 1) menumbuhkan keyakinan terhadap kekuasaan
Tuhan Yang Maha Esa atas segala cipta-Nya, 2) mengembangkan sikap positif, rasa ingin
tahu untuk mengembangkan pemahaman kosnep IPA yang bergunan dalam kehidupan
sehari-hari, 3) mengembangkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah dan
mengangbil keputusan, 4) menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan, dan 5) sebagai bekal untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Nana Sudjana (2005: 76), metode pembelajaran ialah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
4 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
pengajaran. Yang dimaksud disini bahwa metode merupakan sebuah cara yang digunakan
guru mata pelajaran dalam menyampaikan materi ajar kepada siswanya. Metode
pembelajaran tersebuat harus disesuaikan dengan kebutuhan dan pokok bahasan yang
diajarkan. Menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah
cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Tujuan yang hendak
dicapai dalam proses pembelajaran tentu adalah tingkat keberhasilan dari pembelajaran
tesebut.
Fensham (2008) dalam forum Unesco Science Report 2008 menyatakan bahwa ada
sebelas isu penting dalam kebijakan pendidikan sains/ IPA. Salah satu diantaranya adalah
isu tentang scientific literacy (literasi sains), yakni tujuan utama pendidikan IPA adalah
menciptakan generasi muda yang melek sains. Kebermaknaan dalam pembelajaran IPA bagi
peserta didik dapat diperoleh apabila peserta didik memiliki kecakapan literasi sains yang
baik (Yanti, dkk., 2015). Dalam upaya untuk mengoptimalisasi pemahaman konsep pada
siswa adalah siswa harus berani mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang
disampaikan guru atau temannya. Ada tujuh ciri pemahaman konsep yaitu sebagai berikut.
1. Menyatakan ulang sebuah konsep;
2. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu atau sesuai dengan konsepnya;
3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep;
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis;
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep;
6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu;
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Menurut Rosser dan Ratna Wilis Dahar (2006:63) “konsep adalah suatu abstraksi
yang mewakili satu kelas obyek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut
yang sama”. Senada dengan Sagala (2005:71) “konsep merupakan buah pemikiran
seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan
produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori”. Konsep diperoleh dari fakta,
peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak, konsep dapat mengalami
perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru.
Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
5 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Menurut Dahar (1998:96)
“konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian,
kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempuyai atribut yang sama”. Setiap konsep
tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut
tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu
konsep dengan konsep yang lainnya.
Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep
setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan
siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari (Dahar, 2003:4). Sedangkan definisi penguasaan konsep yang lebih
komprehensi dikemukakan oleh Bloom yaitu kemampuan menangkap pengertian pengertian
seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih
dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.
Dahar (2003:5) mendefinisikan penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam
memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan definisi penguasaan konsep yang lebih komprehensif dikemukakan oleh
Bloom (dalam Rustaman et al., 2005) yaitu kemampuan menangkap pengertian-pengertian
seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih
dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Lebih lanjut,
penguasaan konsep adalah kemampuan siswa yang bukan hanya sekedar memahami,
tetapi juga dapat menerapkan konsep yang diberikan dalam memecahkan suatu
permasalahan, bahkan untuk memahami konsep yang baru.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan
konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator penguasaan konsep menurut
Sumaya (2004:43) “yaitu seseorang dapat dikatakan menguasai suatu konsep jika orang
tersebut benar-benar memahami konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan
dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi
tidak mengubah makna yang ada didalamnya”. Konsep diri merupakan salah satu hal
terpenting yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Ada beberapa pengertian
tentang konsep diri, diantaranya menurut Desmita (2009:164) menyatakan:“ konsep diri
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
6 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian
seseorang terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri terdiri atas bagaimana seseorang merasa tentang dirinya sendiri menjadi
manusia, dan bagaimana seseorang menginginkan dirinya sendiri menjadi manusia
sebagaimana ia harapkan.” Konsep diri dalam bukunya Slameto, (2013:182) adalah
“persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. “Burns (1977:42)
dalam bukunya mengatakan: “the self concept refers to the connection of attitudes and
beliefs we hold about ourselves”. Apakah konsep diri mempengaruhi hasil pendidikan
ataukah hasil pendidikan mempengaruhi konsep diri, masih sering ditanyakan.Studi-studi
korelasi menunjukan hubungan positif yang besar antara prestasi siswa dengan hasil
pengukuran konsep dirinya. Elizabeth B. Hurlock (1978:114) menerangkan minat
merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka
inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan
menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian akan mendatangkan kepuasan.
Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang.
Pengertian Minat belajar adalah suatu penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu diluar diri. Seseorang memiliki minat terhadap subjek tertentu
cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu
(Djamarah, 2008: 154). Definisi Minat belajar dari bukunya Muhibbin Syah (2006:66)
adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu yang ingin dicapai.
Hamalik (2001: 158) berpendapat bahwa minat (motivasi) adalah perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Tanpa adanya tujuan, orang tidak akan berminat (motivasi) untuk berbuat
sesuatu. Seorang siswa melakukan kegiatan belajar selalu mempunyai tujuan mengapa ia
melakukan kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, minat (motivasi) merupakan faktor
penting dalam kegiatan belajar. Adanya minat (motivasi) diharapkan dapat memperoleh
hasil yang memuaskan dalam setiap kegiatan.
Sardiman, (2004:83) mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki minat
(motivasi) tinggi yaitu berupa; (a) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus-
menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai), (b) Ulet
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
7 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
menghadapi kesulitan tidak (tidak lekas putus asa), (c) Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah, (d) Lebih senang bekerja mandiri, (e) Cepat bosan pada tugas-
tugas yang rutin (hal-hal yang berifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang
kreatif), (f) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu), (g)
Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, dan (h) Senang mencari dan memecahkan
masalah soal-soal. Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu
sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada
pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang
sikapnya hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit
untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu, untuk memperoleh hasil
yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga
akan mendorong ia untuk terus belajar. Indikator Minat Belajar adalah: a) Perasaan senang,
b) Perhatian dalam belajar, c) Bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik, d) manfaat dan
fungsi mata pelajaran.
III. Pembahasan
Pandangan mata pelajaran sains bagi siswa madrasah tidak dapat dipisahkan dari
pandangan pribadi seorang siswa dan lingkungan yang membentuk siswa memahami konsep
ilmu pegetahuan. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan pandangan tersebut yang dapat
dijabarkan dalam berbagai sebab. Usaha dan kepekaan guru mata pelajaran juga memberi peran
penting untuk menanamkan pandangan ilmu pengetahuan secara umum dan mata pelajaran yang
diajarkan agar siswa memiliki kematangan pandangan agar mampu menilai apa yang mereka
pelajari dengan lebih objektif.
3.1 Latar Belakang Siswa
Latar belakang siswa tidak dapat dipisahkan dari beragamnya pandangan siswa terhadap
mata pelajaran sains. Di lingkungan madrasah tsanawiyah yang diteliti dengan basis
pesantren memiliki keragaman siswa dari berbagai daerah. Siswa yang berada dalam
lingkup MTs berasal dari berbagai daerah yang lebih luas dibandingkan dengan sekolah
madrasah nonpesantren atau sekolah umum disekitarnya. Dengan adanya sistem zonasi
tentunya di tingkat MTs atau sekolah umum lainnya memiliki keragaman asal siswa hanya
dari daerah sekitaran sekolah itu saja. Sehingga cukup mudah mengetahui rekam jejak
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
8 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
pendidikan dasar baik dari segi kualiatas yang dibuktikan dari capaian akreditasi sekolah
dan beberapa aspek lain yang menggambarkan kualitas pendidikan di lingkungan tersebut.
Namun, Hal tersebut tidak berlaku di sekolah berbasis pesantren yang tidak terpengaruh
system zonasi.
Standar kelulusan secara nasional memang sudah digalakkan dengan adanya standar
baku kompetensi capaian. Namun, kenyataannya tetap ada perbedaan capaian tersebut
dengan berbagai faktor pemicunya. Pemetaan kembali latar belakang siswa sangat penting
untuk menemukan formulasi yang tepat, baik itu dalam memulai dan melakukan proses
pembelajaran. Pandangan siswa terhadap mata pelajaran sains yang telah diajarkan di
bangku sekolah dasar menjadi hal penting untuk acuan dan menentukan titik awal
penjelasan mata pelajaran sains dengan lebih detail dan dalam.
Pandangan siswa dalam mata pelajaran sains sangat variatif. Siswa yang berasal dari
wilayah yang dikatakan maju dengan standar pendidikan dasar yang bagus memiliki
pandangan tentang pelajaran yang kompleks. Bahkan adanya siswa yang pernah mengikuti
olimpiade sains menjadi nilai tambah dengan kemampuan hitung diatas rata-rata. Namun,
beberapa siswa juga ada yang memiliki kemapuan dibawah rata-rata yaitu dengan kondisi
cara membaca yang masih terbata-bata. Hal tersebut menjadi problem karena kedepannya
anak-anak tersebut dianggap kurang mampu beradaptasi dalam pelajaran sekolah
dibandingkan dengan siwa yang memiliki kemampuan dasar membaca dan berhitung yang
cukup.
Tujuan memilih madrasah bagi siswa ada yang merupakan pilihan dan keinginan sendiri
atau pilihan orang tua. Beberapa siswa dengan jujur ada yang mengatakan bahwa memilih
MTs dikarenakan ingin menghindari pelajaran berhitung termasuk sains atau IPA.
Pandangan mereka bahwa tidak ada pelajaran berhitung di madrasah. Mungkin benar
pandangan mereka jika madrasah yang dimaksud adalah madrasah diniyah yang khusus
belajar tentang agama, tetapi Madrasah Tsanawiyah departemen agama tetap mempelajari
ilmu umum seperti matematika dan Sains sebagai mata pelajaran yang diwajibkan. Masih
banyak alasan lain yang menunjukkan kepolosan usia anak remaja mengapa memilih
madrasah dibandigkan SMP yang rata-rata ingin menghindari pelajaran umum yang mereka
anggap lebih sulit.
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
9 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
Latar belakang orang tua juga menjadi faktor yang sangan mempengaruhi siswa. Masih
ada kesan madrasah adalah jenjang pendidikan untuk kalangan menengah kebawah.
Walaupun hal tersebut tidak sepenuhnya benar dengan menjamurnya pondok modern
dengan kualitas internasonal yang memberikan pelayanan madrasah dengan berbagai
keunggulannya. Tentunya pondok modern tersebut sulit dijangkau semua kalangan orang
tua dengan biaya pendidikan yang cukup tinggi dan tidak semua daerah atau wilayah
membangun pendidikan tersebut.
3.2 Karakteristik Madrasah
Setiap pondok pesantren memiliki kekhasannya sendiri yang mempengaruhi lembaga
pendidikan yang berdiri di dalamnya, baik lembaga pendidikan agama ataupun umum.
Kualitas sekolah dapat dibuktikan dengan adanya akreditasi yang merupakan standar baku
penilaian sekolah dari berbagai aspek. Begitupun sekolah umum saat ini menonjolkan
karakternya masing-masing untuk menarik minat siswa dan wali murid menyekolahkan
putra-putrinya.
Madrasah tempat penelitian terkenal dengan pondok pesantrennya dengan kekuatan
lulusan dibidang kitab. Sehingga memang tujuan utama siswa belajar di pondok pesantren
ini adalah untuk mendapatkan ilmu agama. Dalam perkembangannya pesantren meluas dari
segi pilihan ragam pendidikannya. Tidak hanya pendidikan agama yang ditegaskan, tetapi
pendidikan umum dan praktik seperti sekolah kejuruan dan berbagai bidang pendidikan
modern dibangun untuk memenuhi tuntutan jaman. Karakteristik madrasah tetap sebagai
lembaga pendidikan dengan kekuatan utama dibidang agama, tetapi untuk bersaing juga
mulai ditingkatkan pembelajaran umum seperti sains dan bahasa. Memang masih terus
dikembangkan dan belum menemukan bentuk rigitnya karena harus disesuaikan dengan
arah minat dan kemampuan sumber daya siswa yang bersekolah di madrasah.
Dapat disimpulkan memang di madrasah tempat penelitian pelajaran umum belum
menjadi pelajaran unggulan khususnya mata pelajaran sains. Karakteristik utama madrasah
yaitu masih di bidang agama, tetapi keadaaan saat ini terus dikembangkan untuk
meningkatkan pelajaran umum lain seperti sains yang bertujuan mengintegrasikan pelajaran
agama terhadap ilmu sains dan perkembangan ilmu pengetahuan modern sehingga siswa
lebih memahami ilmu pengetahuan termasuk bidang agama yang diaplikasikan dalam
bidang umum. Dengan poemahaman tersebut pengetahuan siswa lebih luas dan dapat
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
10 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
3.3 Pemahaman Siswa Tentang Konsep Diri
Usia sekolah menengah pertama merupakan usia yang tergolong labil.
Kecenderungan siswa masih berusaha mengenali dirinya, mencari apa yang mereka sukai,
dan mencoba apa yang menarik bagi mereka. Namun, konsep diri siswa ini berhubungan
dengan kedewasaan karena juga ada beberapa siswa yang memiliki cita-cita, tujuan dan
bahkan rencana serta bagaimana cara menggapainya. Termasuk tujuan masuk madrasah agar
bisa belajar ilmu agama lebih dalam. Konsep diri yang mereka pahami masih bisa dianggap
polos, dengan rutinitas keseharian mereka yang belum sanggup mereka maknai nilainya.
Berkenaan dengan konsep diri ini memang tugas sekolah dan peran guru untuk
membimbing siswa. Belajar mengajar bukan lagi diartikan transfer pengetahuan, tetapi
berkenaan dengan kepribadian, akhlak, sopan santun, juga secara tidak langsung diajarkan
dalam sekolah. Pergeseran anggapan bahwa sekolah saat ini hanya sekedar tempat
memperoleh ijazah dan mempermudah mencari pekerjaan sepertinya perlu diperbaiki.
Sekolah harus bisa membangun karakter siswa menemukan konsep dan jati dirinya untuk
bekal mewujudkan keinginan dan cita-citanya.
Secara umum gambaran konsep sains bagi siswa di usia madrasah tsanawiyah adalah
tentang cara mengenal alam. Banyak hal yang masih berupa pengetahuan baru bagi mereka
yang dianggap sulit karena dianggap asing. Sehingga konsep sains juga aharus diajarkan
perlahan sambil membimbing mereka menemukan konsep diri. Pendapat para guru senior
menyatakan bahwa mengajar bukan sekedar berhasil dari segi kuantitas tapi harus secara
kualitas. Memang target memenuhi kuantitas sesuai kurikuluim sangat penting, tetapi
kedalaman konsep dan tertanamnya konsep dari mata pelajaran yang diajarkan secara
kualitas juga harus sampai kepada siswa. Konsep pesantren yang secara religius memaknai
proses belajar adalah suatu hal yang sakral dan pemahaman merupakan anugrah menjadi hal
yang bernilai sangat dalam. Keikhlasan seorang guru dan takdzimnya seorang murid dapat
membawa keberkahan terhadap ilmu itu sendiri.
3.4 Konsep Sains dalam benak Siswa
Dari hasil wawancara sains dalam benak siswa adalah pelajran yang sulit. Mereka
berpendapat bahwa sains mengacu pada pelajaran dengan banyak hitungan, dan mereka
tidak tahu bahwa sains mengacu pada kegiatan mereka sehari-hari dan ada di sekeliling
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
11 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
mereka. Pelajaran yang sulit dan anggapan tentang sains yang terlampau tidak sederhana ini
perlu dibenahi agar ketertarikan mereka terhadap pelajaran sains dapat ditingkatkan.
Secara sederhana mereka memahami bahwa sains mempelajari hal di lingkungan
sekitar mereka. Namun, untuk pelajaran fisika dengan aplikasi hitungan mereka merasa
kesulitan dan bahkan sulit memahami konsepnya. Sehingga perlu penjabaran secara
sederhana oleh pendidik sehingga pelan-pelan siswa dapat membayangkan dan
tmenumbuhkan konsep sains yang menarik di dalam benak siswa. Kesabaran diperlukan
pendidik dengan menampilkan realita dari konsep-konsep sains yang diajarkan sehingga
siswa merasa lebih dekat terhadap pelajaran sains dan dapat mengurangi kesan sulit serta
kesan tidak ada kegunaan dari mempelajari materi sains.
3.5 Motivasi Siswa terhadap Pelajaran Sains
Motivasi siswa biasanya dan lebih banyak mengacu pada pelajaran biologi. Mereka
menganggap dengan literasi yang biasanya bergambar dan minim hitungan adalah hal atau
pelajaran yang paling aman. Pelajaran biologi lebih menarik walaupun beberapa siswa tidak
tertarik karena tidak suka menghafal dan kurang menyukai istilah ilmiah yang disematkan
dalam pelajaran biologi. Hal tersebut lah yang terkadang apa yang mereka sukai tidak
sebanding dengan nilai yang didapat. Pokok pembelajaran biologi yang mengharuskan
kemampuan literasi, dan menghafal yang kuat terkadang membuat siswa bosan jika tidak
diikuti dengan sesuatu yang menarik bagi mereka.
Pokok pembelajaran fisika dan kimia biasanya disukai oleh siswa yang memiliki
kemampuan lebih dalam berhitung atau matematika. Namun, secara keseluruhan motivasi
utama suatu pelajaran menarik bagi mereka adalah mudah dengan sesuatu yang menarik,
pelajaran tersebut pernah mereka alami dan membuat mereka penasaran, mereka tahu
kegunaan mempelajari materi pelajaran, dan penyampaian dari guru yang menarik adalah
salah satu pemicu motivasi mereka untuk giat dalam suatu pelajaran.
Kesimpulannya motivasi siswa terhadap pelajaran sains berasal dari rasa penasaran
mereka terhadap fenomena alam yang pernah mereka alami. Biologi adalah pelajaran yang
siswa anggap lebih mudah dan menarik dengan alasan pada literasinya terdapat banyak
gambar baik hewan dan tumbuhan walaupun dari segi nilai capaian banyak siswa yang
masih kesulitan terutama berhubungan dengan istilah biologi yang menurut mereka masih
sulit dihafal. Sementara materi lain seperti fisika dan kimia perlu diperkenalkan konsep
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
12 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
pelajaran yang mudah dimengerti serta aplikatif agar siswa mudah menerima konsepnya
serta tidak menganggap pelajaran tersebut diluar bayangan mereka sehingga terkesan sulit.
3.6 Motivasi Pendidik dan Metodenya dalam Proses Pembelajaran
Tanggung jawab pendidik tidak hanya seedar transfer ilmu. Tetapi membuka
wawasan, memicu minat, membimbing siswa menemukan konsep diri, dan hal lainnya
dengan tujuan bukan sekedar pintar atau intelektualitas siswa saja, tetapi siswa dapat
mengamalkan ilmu sehingga berguna bagi dirinya dan sekitarnya. Pendapat dari guru senior
menyatakan bahwa kelebihan dari pondok pesantren yaitu metode pendidikan berdasarkan
religiulitas. Sebagai bangsa yang beragama tentunya sistem pendidikan pondok pesantren
lah yang paling cocok walaupun dianggap tidak modern lagi disaat ini. Puncak dari ilmu
pengetahuan adalah segala pujian bagi Sang Pencipta, sehingga ilmu tidak sekedar soal
intelektualitas saja tetapi hati yang ikhlas sehingga nilai dari suatu ilmu bisa menjadi lebih
berkah. Apapun mata pelajaran yang dipelajari semata-mata tempat bersyukur dan
kekaguman pada Sang Pencipta. Hal tersebut merupakan motivasi yang sangat dalam yang
membedakan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya yang terkesan hanya
mengejar kebanggaan, intelektualitas dari diperolehnya ilmu. Ilmu memiliki keangkuhannya
sehingga diperlukan sesuatu untuk meredamnya. Sehingga, tepatlah peribahasa tentang padi
yang berisi maka akan semakin menunduk.
Sebagai pendidik harus mengetahui karakter kelasnya sebelum menentukan metode
yang tepat dalam tiap materi yang diajarkan. Hal ini tidak terbatas pada pelajaran sains saja
tetapi berlaku untuk pelajaran lainnya. Metode pembelajaran seperti ceramah, diskusi,
eksperimen, role-play hanyalah sebuah media yang digunakan agar proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar
mengajar dengan capaian siswa dapat nilai yang bagus, tetapi tugas secara hakikatnya lebih
dalam sebagai motivator, pembimbing dan berperan dalam perkembangan siswa yang tidak
sekedar intelektualitas saja. Pendidik harus memiliki keikhlasan dan rasa khidmad agar ilmu
yang diajarkan dapat sampai dan membuka hijab pada hakikat ilmu yang lebih dalam serta
membawa berkah dan nilai ibadah yang tak ternilai secara materi.
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
13 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
IV. Penutup
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pandangan sains pada siswa madrasah cukup variatif yang dapat dilihat dari latar
belakang tujuan memilih madrasah yang lebih menonjolkan bidang agama daripada ilmu
umum lainnya, latar belakang pendidikan dasar siswa serta orang tua juga berpengaruh
terhadap cara pandang siswa terhadap sains.
2. Pandangan sains juga dapat digambarkan dari konsep diri siswa karena masa Madrasah
Tsanawiyah masih tergolong usia labil sehingga pandangan dan pemaknaan tentang
sesuatu belum sampai pada pemahaman yang mendalam. Sehingga, perlu peran pendidik
untuk membimbing siswa dalam menyusun konsep diri serta memotivasi untuk
memandang apapun dengan lebih baik.
3. Tugas pendidik tidak sekedar transfer pengetahuan saja, karena pendidikan tidak sebatas
mencapai wawasan intelektualitas saja. Perlu adanya pengenalan dan pemetaan karakter
siswa untuk menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran sehingga konsep-
konsep sains yang diajarkan mampu memotivasi siswa.
4.2 Saran
Perlu adanya batasan masalah dalam penelitian mengingat kompleksitas faktor-faktor
yang mempengaruhi pandangan siswa terhadap sains. Faktor sebelum masuk madrasah,
faktor saat masuk madrasah, dan faktor pendidik dalam memotivasi dan membimbing siswa.
Faktor-faktor tersebut berkaitan dan berpengaruh cukup signifikan pada siswa dalam
memandang sains. Konsep diri siswa juga memiliki pengaruh terhadap pandangannya
terhadap sains. Sehingga perlu adanya pengelompokan dan pengaruhnya dari faktor-faktor
tersebut untuk mendiskripsikan hasil yang lebih sempurna.
Tulisan ini tidak untuk dijadikan standar acuan terhadap judul yang telah dibahas.
Tulisan ini sebagai sudut pandang penulis untuk menerjemahkan fenomena yang dialami
dan masih banyak memuat asumsi pribadi didalamnya.
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
14 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
Daftar Pustaka
Baharuddin, dkk. (2017). “Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing den gan
Tugas Proyek Materi Sistem Ekskresi Untuk Menuntaskan Hasil Belajar Siswa SMP.”
Jurnal IPA Dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1.
Dahar, R. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Dr. M. Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Fensham, P. J. 2018. Science Education Policy Making: Eleven Emerging Issues. Paris:
UNESCO, Section for Science,Technical and Vocational Education. Diakses 06
Agustus 2018 pada unesdoc.unesco.org/images/0015/001567/156700e.pdf.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:Erlangga.
Rusman, 2010. Model-Model Pembelajaran. Depok: Raja Grafindo Persada.
Sanada dan Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta.
Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.
Setiawan, W. E., dan Neri, E. r. (2018). “Penerapan Model Pembelajaran Children Learning
In Science (CLIS) Dalam Pembelajaran Konsep Dasar IPA
UntukMeningkatkanKeterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Mahasiswa Calon Guru
IPA SD.” Jurnal Pesona Dasar, 6.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2005. Dasar-Dasar Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: PT
Fajar Interpratama Mandiri.Kelompok Kerja Dosen. (2018). Pendidikan IPA. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Vorderman, Carol. 2015. Help Your Kids With Science. London: Dorling Kidnesey.
Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021”
15 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 )
Wuryani, Sri Estuti. 2002. Psikolog Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Yanti, I. W., Sudarisman, S., Maridi. 2015. Penerapan Modul Berbasis Guided Inquiry
Laboratory (GIL) terhadap Literasi Sains Dimensi Konten dan Hasil Belajar
Kognitif pada Materi Sistem Pencernaan. Proceeding Seminar Nasional Pendidikan
Sains V(ISSN: 2407-4659) 2015: 287-295.

More Related Content

What's hot

Buku Guru IPA Kelas 7 SMP
Buku Guru IPA Kelas 7 SMPBuku Guru IPA Kelas 7 SMP
Buku Guru IPA Kelas 7 SMPMuhammad Idris
 
Buku Pegangan Guru IPA SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014
Buku Pegangan Guru IPA SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014Buku Pegangan Guru IPA SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014
Buku Pegangan Guru IPA SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014IWAN SUKMA NURICHT
 
Smp7ipa ipa terpadu anni winarsih
Smp7ipa ipa terpadu anni winarsihSmp7ipa ipa terpadu anni winarsih
Smp7ipa ipa terpadu anni winarsihNanda Reda
 
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^Rissa ZH
 
Falsafah sains negara
Falsafah sains negaraFalsafah sains negara
Falsafah sains negaraShah Ali
 
Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruMarliena An
 
Hakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sdHakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sdsafran hasibuan
 
Desain pembelajaran fisika
Desain pembelajaran fisika Desain pembelajaran fisika
Desain pembelajaran fisika Vina Serevina
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learningguestf6b63af
 
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan alam
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan alamFokus pembelajaran ilmu pengetahuan alam
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan alamSMPK Stella Maris
 

What's hot (18)

7 ipa buku siswa
7 ipa buku siswa7 ipa buku siswa
7 ipa buku siswa
 
Uas ipa 5
Uas ipa 5Uas ipa 5
Uas ipa 5
 
Buku Guru IPA Kelas 7 SMP
Buku Guru IPA Kelas 7 SMPBuku Guru IPA Kelas 7 SMP
Buku Guru IPA Kelas 7 SMP
 
Buku Pegangan Guru IPA SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014
Buku Pegangan Guru IPA SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014Buku Pegangan Guru IPA SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014
Buku Pegangan Guru IPA SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014
 
As5
As5As5
As5
 
Tematik makalah SD
Tematik makalah SDTematik makalah SD
Tematik makalah SD
 
Presentasi modul 5 ips kb 2
Presentasi modul 5 ips kb 2Presentasi modul 5 ips kb 2
Presentasi modul 5 ips kb 2
 
Smp7ipa ipa terpadu anni winarsih
Smp7ipa ipa terpadu anni winarsihSmp7ipa ipa terpadu anni winarsih
Smp7ipa ipa terpadu anni winarsih
 
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
 
Falsafah sains negara
Falsafah sains negaraFalsafah sains negara
Falsafah sains negara
 
Pembelajaran ipa sd
Pembelajaran ipa sdPembelajaran ipa sd
Pembelajaran ipa sd
 
Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baru
 
Hakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sdHakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sd
 
Tugas pend.ips sd
Tugas pend.ips sdTugas pend.ips sd
Tugas pend.ips sd
 
Desain pembelajaran fisika
Desain pembelajaran fisika Desain pembelajaran fisika
Desain pembelajaran fisika
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learning
 
533 2739-1-pb
533 2739-1-pb533 2739-1-pb
533 2739-1-pb
 
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan alam
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan alamFokus pembelajaran ilmu pengetahuan alam
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan alam
 

Similar to Meningkatkan Minat Siswa dalam Sains

Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdfLiterasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdfkustiyantidew94
 
Buku Guru IPA Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru IPA Kelas VII SMP Kurikulum 2013Buku Guru IPA Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru IPA Kelas VII SMP Kurikulum 2013Randy Ikas
 
7 ipa buku_guru
7 ipa buku_guru7 ipa buku_guru
7 ipa buku_guruendra2007
 
7 ipa buku_guru
7 ipa buku_guru7 ipa buku_guru
7 ipa buku_gurusmbbgb
 
7 ipa buku_guru
7 ipa buku_guru7 ipa buku_guru
7 ipa buku_gurubinatang87
 
Buku Panduan Guru IPA kelas 7 kurikulum 2013
Buku Panduan Guru IPA kelas 7 kurikulum 2013Buku Panduan Guru IPA kelas 7 kurikulum 2013
Buku Panduan Guru IPA kelas 7 kurikulum 2013gustini12linda
 
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...Arvina Frida Karela
 
Tematik makalah Sekolah Dasar
Tematik makalah Sekolah DasarTematik makalah Sekolah Dasar
Tematik makalah Sekolah Dasarfatimahsyahfistp
 
CP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdfCP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdfDewaGdeWira
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 
[1] sk & kd tematik 3
[1] sk & kd tematik 3[1] sk & kd tematik 3
[1] sk & kd tematik 3Asri Setiani
 
46 silabus fisika-sma-versi-120216
46 silabus fisika-sma-versi-12021646 silabus fisika-sma-versi-120216
46 silabus fisika-sma-versi-120216eli priyatna laidan
 
Silabus fisika-sma-revisi-2016
Silabus fisika-sma-revisi-2016Silabus fisika-sma-revisi-2016
Silabus fisika-sma-revisi-2016Novia Rizkianty
 
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKACP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKAModul Guruku
 
Buku IPA k13 kls VII
Buku IPA k13 kls VIIBuku IPA k13 kls VII
Buku IPA k13 kls VIIbayu hidayah
 
IPA SMP Kelas 8 Semester 2
IPA SMP Kelas 8 Semester 2IPA SMP Kelas 8 Semester 2
IPA SMP Kelas 8 Semester 2siruz manto
 
Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2Ritma Ariesha
 

Similar to Meningkatkan Minat Siswa dalam Sains (20)

Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdfLiterasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
 
Buku Guru IPA Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru IPA Kelas VII SMP Kurikulum 2013Buku Guru IPA Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru IPA Kelas VII SMP Kurikulum 2013
 
Scientific literacy
Scientific literacy Scientific literacy
Scientific literacy
 
7 ipa buku_guru
7 ipa buku_guru7 ipa buku_guru
7 ipa buku_guru
 
7 ipa buku_guru
7 ipa buku_guru7 ipa buku_guru
7 ipa buku_guru
 
7 ipa buku_guru
7 ipa buku_guru7 ipa buku_guru
7 ipa buku_guru
 
Buku Panduan Guru IPA kelas 7 kurikulum 2013
Buku Panduan Guru IPA kelas 7 kurikulum 2013Buku Panduan Guru IPA kelas 7 kurikulum 2013
Buku Panduan Guru IPA kelas 7 kurikulum 2013
 
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
 
Tematik makalah Sekolah Dasar
Tematik makalah Sekolah DasarTematik makalah Sekolah Dasar
Tematik makalah Sekolah Dasar
 
CP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdfCP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdf
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 
[1] sk & kd tematik 3
[1] sk & kd tematik 3[1] sk & kd tematik 3
[1] sk & kd tematik 3
 
46 silabus fisika-sma-versi-120216
46 silabus fisika-sma-versi-12021646 silabus fisika-sma-versi-120216
46 silabus fisika-sma-versi-120216
 
Silabus fisika-sma-revisi-2016
Silabus fisika-sma-revisi-2016Silabus fisika-sma-revisi-2016
Silabus fisika-sma-revisi-2016
 
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKACP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
 
Bg ipa 7
Bg ipa 7Bg ipa 7
Bg ipa 7
 
Buku IPA k13 kls VII
Buku IPA k13 kls VIIBuku IPA k13 kls VII
Buku IPA k13 kls VII
 
JURNAL SAINS 4
JURNAL SAINS 4JURNAL SAINS 4
JURNAL SAINS 4
 
IPA SMP Kelas 8 Semester 2
IPA SMP Kelas 8 Semester 2IPA SMP Kelas 8 Semester 2
IPA SMP Kelas 8 Semester 2
 
Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2
 

More from ZainulHasan13

Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji Fitriani
Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji FitrianiPembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji Fitriani
Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji FitrianiZainulHasan13
 
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji Fitriani
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji FitrianiMemilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji Fitriani
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji FitrianiZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejo
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejoPenilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejo
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejoZainulHasan13
 
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerak
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerakPenilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerak
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerakZainulHasan13
 
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...ZainulHasan13
 
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMP
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMPSoal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMP
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMPZainulHasan13
 
Ulangan Tekanan.pptx
Ulangan Tekanan.pptxUlangan Tekanan.pptx
Ulangan Tekanan.pptxZainulHasan13
 
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptx
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptxTry Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptx
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7B.pptx
Penilaian Sumatif 7B.pptxPenilaian Sumatif 7B.pptx
Penilaian Sumatif 7B.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7 D.pptx
Penilaian Sumatif 7 D.pptxPenilaian Sumatif 7 D.pptx
Penilaian Sumatif 7 D.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7A.pptx
Penilaian Sumatif 7A.pptxPenilaian Sumatif 7A.pptx
Penilaian Sumatif 7A.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7E.pptx
Penilaian Sumatif 7E.pptxPenilaian Sumatif 7E.pptx
Penilaian Sumatif 7E.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7F.pptx
Penilaian Sumatif 7F.pptxPenilaian Sumatif 7F.pptx
Penilaian Sumatif 7F.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7G.pptx
Penilaian Sumatif 7G.pptxPenilaian Sumatif 7G.pptx
Penilaian Sumatif 7G.pptxZainulHasan13
 
Penilaian Sumatif 7C.pptx
Penilaian Sumatif 7C.pptxPenilaian Sumatif 7C.pptx
Penilaian Sumatif 7C.pptxZainulHasan13
 
Bahasa Inggris Teks Naratif
Bahasa Inggris Teks NaratifBahasa Inggris Teks Naratif
Bahasa Inggris Teks NaratifZainulHasan13
 
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 SukorejoWawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 SukorejoZainulHasan13
 
Motivasi Belajar MPLS
Motivasi Belajar MPLSMotivasi Belajar MPLS
Motivasi Belajar MPLSZainulHasan13
 
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)ZainulHasan13
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdf
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdfModul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdf
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdfZainulHasan13
 

More from ZainulHasan13 (20)

Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji Fitriani
Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji FitrianiPembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji Fitriani
Pembuatan Pupuk Pestisida Nabati Puji Fitriani
 
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji Fitriani
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji FitrianiMemilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji Fitriani
Memilih Bibit Tabulampot Berkualitas Puji Fitriani
 
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejo
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejoPenilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejo
Penilaian Sumatif Gaya dan Hukum Newton SMP 1Ibrahimy 1 SUkorejo
 
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerak
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerakPenilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerak
Penilaian sumatif IPA SMP Ibrahimy 1 SukorejoGerak
 
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...
Bahas Soal Latihan Penilaian SUmatif Akhir Semester Ganjil SMP Ibrahimy 1 Suk...
 
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMP
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMPSoal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMP
Soal Latihan Penilaian Sumatif Akhir Semester Kelas 7 SMP
 
Ulangan Tekanan.pptx
Ulangan Tekanan.pptxUlangan Tekanan.pptx
Ulangan Tekanan.pptx
 
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptx
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptxTry Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptx
Try Out Sumatif Akhir semester ganjil Kelas 7 2023.pptx
 
Penilaian Sumatif 7B.pptx
Penilaian Sumatif 7B.pptxPenilaian Sumatif 7B.pptx
Penilaian Sumatif 7B.pptx
 
Penilaian Sumatif 7 D.pptx
Penilaian Sumatif 7 D.pptxPenilaian Sumatif 7 D.pptx
Penilaian Sumatif 7 D.pptx
 
Penilaian Sumatif 7A.pptx
Penilaian Sumatif 7A.pptxPenilaian Sumatif 7A.pptx
Penilaian Sumatif 7A.pptx
 
Penilaian Sumatif 7E.pptx
Penilaian Sumatif 7E.pptxPenilaian Sumatif 7E.pptx
Penilaian Sumatif 7E.pptx
 
Penilaian Sumatif 7F.pptx
Penilaian Sumatif 7F.pptxPenilaian Sumatif 7F.pptx
Penilaian Sumatif 7F.pptx
 
Penilaian Sumatif 7G.pptx
Penilaian Sumatif 7G.pptxPenilaian Sumatif 7G.pptx
Penilaian Sumatif 7G.pptx
 
Penilaian Sumatif 7C.pptx
Penilaian Sumatif 7C.pptxPenilaian Sumatif 7C.pptx
Penilaian Sumatif 7C.pptx
 
Bahasa Inggris Teks Naratif
Bahasa Inggris Teks NaratifBahasa Inggris Teks Naratif
Bahasa Inggris Teks Naratif
 
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 SukorejoWawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
Wawasan Wiyata Mandala MPLS SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
 
Motivasi Belajar MPLS
Motivasi Belajar MPLSMotivasi Belajar MPLS
Motivasi Belajar MPLS
 
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)
IPA Kelas 7 (Hakikat Sains)
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdf
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdfModul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdf
Modul Ajar IPA Kelas 7 Metode Ilmiah.pdf
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 

Meningkatkan Minat Siswa dalam Sains

  • 1. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 1 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) Mata Pelajaran Sains dalam Pandangan Siswa Madrasah Tsanawiyah Rimbasadewo Pushakarsa Journal & Article rimbasadewo@gmail.com Abstrak: Sains adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang sekolah tingkat dasar hingga atas. Stigma siswa dalam pembelajaran sains berbeda-beda, begitupun pandangan siswa dengan mata pelajaran lainnya. Sains dianggap salah satu pelajaran sulit yang masih ada hubungannya dengan kemampuan berhitung atau konsep matematika di dalammnya. Pada tingkat MTs atau SMP sains diajarkan dalam bentuk IPA terpadu yang di dalamnya terdapat bidang biologi, fisika, dan kimia. Walaupun madrasah Tsanawiyah dan SMP memiliki level atau tingkatan yang sama, madrasah lebih dianggap condong ke pelajaran agama ditambah lagi MTS yang diteliti berada dalam lingkup pondok pesantren. Tujuan orang tua sebagian besar menyekolahkan putra-putrinya di lingkungan pesantren adalah untuk mendapatkan kemampuan lebih di bidang agama. Dari segi kurikulum tentu pada sekolah madrasah diseimbangkan antara materi agama dan materi umum. Berdasarkan profil dan lingkungan madrasah maka sangat menarik untuk mengetahui sudut pandang siswa dalam pelajaran sains. Hasil observasi dan pengamatan menunjukkan pelajaran sains masih dianggap pelajaran yang sulit yang menjadi alasan siswa kurang meminati pelajaran ini. Peran sekolah dan pendidik dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi dan memperluas pandangan siswa tentang pelajaran sains. Pendekatan secara emosional serta pemetaan siswa sangat penting dilakukan untuk menentukan metode proses belajar mengajar dilaksanakan. Kata kunci: Sains, Madrasah Tsanawiyah, Pandangan dan Minat Siswa, Motivasi. I. Pendahuluan Sebagai siswa dalam sebuah sekolah tentunya ada banyangan tentang mata pelajaran yang akan dipelajari. Mata pelajaran sains yang dibagi menjadi natural science dan social science merupakan salah satu pelajaran yang ada dalam tingkat dasar hingga atas suatu sekolah. Sains sendiri lebih condong diartikan ke arah natural science atau dalam pelajaran sekolah biasanya di kenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Di tingkat atas sains terbagi dalam bidang mata pelajaran yaitu fisika, kimia, dan biologi. Kesan umum siswa yang pintar sains biasanya digolongkan anak yang pintar karena setiap pelajaran sains harus memahami dasar ilmu matematika untuk memahami beberapa materi di dalamnya. Sehingga umumnya sains merupakan pelajaran yang menakutkan bagi siswa yang tidak suka berhitung. Kesan sebagai pelajaran yang sulit masih identik dengan mata pelajaran sains sehingga dihindari oleh sebagian siswa yang membuatnya setengah hati untuk mempelajarinya.
  • 2. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 2 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) Madarasah yang diteliti merupakan sekolah tempat penulis mengabdi. Latar belakang sekolah sebagai pondok pesantren besar di timur pulau jawa. Tingkat pendidikan yang tersedia cukup lengkap dari lembaga madrasah tingkat dasar hingga sekolah umum dan perguruan tinggi. Sekolah madraah sendiri dibagi menjadi dua yaitu madrasah diniyah yang khusus mempelajari kitab dan madrasah program kemenag atau sering disebut MTs Depag. Siswa MTs diniyah lebih beragam dari berbagai umur yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman kitabnya, sementara MTs Depag memiliki siswa sesuai dengan usia jenjang menengah pertama. MTs depag yang diteliti adalah MTs dengan siswa putra karena lembaga pendidikan putra dan putri dipisah menjadi lembaga berbeda. Profil MTs yang diteliti merupakan lembaga dalam naungan pondok pesantren. Siswa MTs cukup banyak sekitar dua kelas untuk setiap tingkat kelas yaitu kelas 7, 8 dan 9. Kesan yang diberikan pada MTs depag merupakan sekolah tunggal karena dalam pondok pesantren ada sekolah rangkap yaitu sekolah agama pagi dan siang sekolah umum. Jadi siswa yang belajar di MTs depag hanya sekolah di waktu pagi dengan pendidikan agama dan umum dalam satu waktu tersebut. Banyak alasan siswa memilih satu sekolah dibandingkan merangkap sekolah. Alasan pertama adalah fokus di bidang agama, dan alasan kedua dari segi pembiayaan yang lebih terjangkau dibanding sekolah rangkap. Peminat dari MTs depag lebih sedikit dibandingkan dengan sekolah rangkap dengan berbagai timbangan wali murid tentunya. Dari sumber daya siswa yang ada, kualitas siswa yang masuk di MTs bisa dibilang kurang dibandingkan siswa dengan pendidikan rangkap. Tetapi anggapan tersebut tidak bisa dikatakan sepenuhnya benar karena dalam kompetisi yang diadakan, siswa MTs bisa bersaing dengan siswa sekolah umum lainnya. Secara statistik kemampuan siswa MTs Depag dalam mata pelajaran sains dasar juga matematik terbilang kurang. Terbilang hanya 10-20% yang memiliki kemampuan sains dan matematik dan aktif dalam kelas. Sehingga peneliti ingin mengobservasi pandangan siswa terhadap mata pelajaran sains dengan tujuan bisa melakukan tindakan pembelajaran yang menarik dan dapat menggugah minat siswa dalam bidang sains. Tujuan sekolah yang ingin unggul dalam bidang agama bisa dikolaborasikan dengan sains terintegrasi. Ilmu kitab yang diajarkan juga berkaitan dengan beberapa topik yang dibahas dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, sangat penting untuk memetakan pandangan sains pada siswa agar pelajaran yang berhubungan bisa saling terkoneksi dalam benak siswa.
  • 3. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 3 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) II. Tinjauan Pustaka Menurut Volderman (2015) bahwa Science dapat diartikan sebagai “Knowledge” yang berasal dari bahasa latin. Scientist adalah seseorang yang menemukan sesuatu yang baru. Scientific Knowledge merupakan langkah untuk menjelaskan kejadian di alam semesta. Beberapa pengertian lain dari science adalah kumpulan pengetahuan yang digunakan untuk menjelaskan fenomena alam dengan fakta yang dapat dikonfirmasi kebenarannya. Science juga diartikan sebagai proses membuka potongan pengetahuan dengan cara observasi dan uji coba untuk mengetahui kebenarannya. Dalam bahasa Indonesia science diserap membentuk kata sains dan lebih dikenal terjemahannya sebagai ilmu pengetahuan alam. Walaupun sebenarnya sains juga mencakup ilmu social, tetapi biasanya istilah sains lebih dimelekat pada ilmu pengetahuan alam atau diakronimkan dengan istilah IPA. IPA merupakan salah satu pembelajaran wajib yang diajarkan semenjak siswa mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar. Hal ini senada dengan yang disampaikan Susanto (2013), yaitu salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia pada jenjang sekolah dasar adalah IPA. Setiawan, W. E., dan Neri (2018) juga menyampaikan bahwa IPA adalah salah satu pelajaran pokok yang didapat pada jenjang pendidikan dasar hingga menengah. Menurut Harlen (dalam Kelompok Kerja Dosen 2018: 2) ilmu pengetahuan alam adalah sebagian besar aktivitas mental dan praktik manusia untuk menghasilkan pengetahuan. Sedangkan menurut Baharuddin, dkk (2017) IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang mengandung pengetahuan, meliputi cara kerja, cara berpikir, dan memcahkan masalah terkait alam yang tersusun secara sistematis. IPA sebagai sebuah mata pelajaran memiliki beberapa tujuan. Menurut BNSP (dalam Susanto, 2013) tujuan IPA di SD, meliputi: 1) menumbuhkan keyakinan terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa atas segala cipta-Nya, 2) mengembangkan sikap positif, rasa ingin tahu untuk mengembangkan pemahaman kosnep IPA yang bergunan dalam kehidupan sehari-hari, 3) mengembangkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah dan mengangbil keputusan, 4) menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, dan 5) sebagai bekal untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Nana Sudjana (2005: 76), metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
  • 4. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 4 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) pengajaran. Yang dimaksud disini bahwa metode merupakan sebuah cara yang digunakan guru mata pelajaran dalam menyampaikan materi ajar kepada siswanya. Metode pembelajaran tersebuat harus disesuaikan dengan kebutuhan dan pokok bahasan yang diajarkan. Menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran tentu adalah tingkat keberhasilan dari pembelajaran tesebut. Fensham (2008) dalam forum Unesco Science Report 2008 menyatakan bahwa ada sebelas isu penting dalam kebijakan pendidikan sains/ IPA. Salah satu diantaranya adalah isu tentang scientific literacy (literasi sains), yakni tujuan utama pendidikan IPA adalah menciptakan generasi muda yang melek sains. Kebermaknaan dalam pembelajaran IPA bagi peserta didik dapat diperoleh apabila peserta didik memiliki kecakapan literasi sains yang baik (Yanti, dkk., 2015). Dalam upaya untuk mengoptimalisasi pemahaman konsep pada siswa adalah siswa harus berani mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang disampaikan guru atau temannya. Ada tujuh ciri pemahaman konsep yaitu sebagai berikut. 1. Menyatakan ulang sebuah konsep; 2. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu atau sesuai dengan konsepnya; 3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep; 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; 6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Menurut Rosser dan Ratna Wilis Dahar (2006:63) “konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama”. Senada dengan Sagala (2005:71) “konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori”. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak, konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru. Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena
  • 5. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 5 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Menurut Dahar (1998:96) “konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempuyai atribut yang sama”. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 2003:4). Sedangkan definisi penguasaan konsep yang lebih komprehensi dikemukakan oleh Bloom yaitu kemampuan menangkap pengertian pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Dahar (2003:5) mendefinisikan penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari- hari. Sedangkan definisi penguasaan konsep yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Bloom (dalam Rustaman et al., 2005) yaitu kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Lebih lanjut, penguasaan konsep adalah kemampuan siswa yang bukan hanya sekedar memahami, tetapi juga dapat menerapkan konsep yang diberikan dalam memecahkan suatu permasalahan, bahkan untuk memahami konsep yang baru. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator penguasaan konsep menurut Sumaya (2004:43) “yaitu seseorang dapat dikatakan menguasai suatu konsep jika orang tersebut benar-benar memahami konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang ada didalamnya”. Konsep diri merupakan salah satu hal terpenting yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Ada beberapa pengertian tentang konsep diri, diantaranya menurut Desmita (2009:164) menyatakan:“ konsep diri
  • 6. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 6 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana seseorang merasa tentang dirinya sendiri menjadi manusia, dan bagaimana seseorang menginginkan dirinya sendiri menjadi manusia sebagaimana ia harapkan.” Konsep diri dalam bukunya Slameto, (2013:182) adalah “persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. “Burns (1977:42) dalam bukunya mengatakan: “the self concept refers to the connection of attitudes and beliefs we hold about ourselves”. Apakah konsep diri mempengaruhi hasil pendidikan ataukah hasil pendidikan mempengaruhi konsep diri, masih sering ditanyakan.Studi-studi korelasi menunjukan hubungan positif yang besar antara prestasi siswa dengan hasil pengukuran konsep dirinya. Elizabeth B. Hurlock (1978:114) menerangkan minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian akan mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Pengertian Minat belajar adalah suatu penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Seseorang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu (Djamarah, 2008: 154). Definisi Minat belajar dari bukunya Muhibbin Syah (2006:66) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu yang ingin dicapai. Hamalik (2001: 158) berpendapat bahwa minat (motivasi) adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya tujuan, orang tidak akan berminat (motivasi) untuk berbuat sesuatu. Seorang siswa melakukan kegiatan belajar selalu mempunyai tujuan mengapa ia melakukan kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, minat (motivasi) merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar. Adanya minat (motivasi) diharapkan dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam setiap kegiatan. Sardiman, (2004:83) mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki minat (motivasi) tinggi yaitu berupa; (a) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus- menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai), (b) Ulet
  • 7. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 7 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) menghadapi kesulitan tidak (tidak lekas putus asa), (c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, (d) Lebih senang bekerja mandiri, (e) Cepat bosan pada tugas- tugas yang rutin (hal-hal yang berifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif), (f) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu), (g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, dan (h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu, untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar. Indikator Minat Belajar adalah: a) Perasaan senang, b) Perhatian dalam belajar, c) Bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik, d) manfaat dan fungsi mata pelajaran. III. Pembahasan Pandangan mata pelajaran sains bagi siswa madrasah tidak dapat dipisahkan dari pandangan pribadi seorang siswa dan lingkungan yang membentuk siswa memahami konsep ilmu pegetahuan. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan pandangan tersebut yang dapat dijabarkan dalam berbagai sebab. Usaha dan kepekaan guru mata pelajaran juga memberi peran penting untuk menanamkan pandangan ilmu pengetahuan secara umum dan mata pelajaran yang diajarkan agar siswa memiliki kematangan pandangan agar mampu menilai apa yang mereka pelajari dengan lebih objektif. 3.1 Latar Belakang Siswa Latar belakang siswa tidak dapat dipisahkan dari beragamnya pandangan siswa terhadap mata pelajaran sains. Di lingkungan madrasah tsanawiyah yang diteliti dengan basis pesantren memiliki keragaman siswa dari berbagai daerah. Siswa yang berada dalam lingkup MTs berasal dari berbagai daerah yang lebih luas dibandingkan dengan sekolah madrasah nonpesantren atau sekolah umum disekitarnya. Dengan adanya sistem zonasi tentunya di tingkat MTs atau sekolah umum lainnya memiliki keragaman asal siswa hanya dari daerah sekitaran sekolah itu saja. Sehingga cukup mudah mengetahui rekam jejak
  • 8. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 8 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) pendidikan dasar baik dari segi kualiatas yang dibuktikan dari capaian akreditasi sekolah dan beberapa aspek lain yang menggambarkan kualitas pendidikan di lingkungan tersebut. Namun, Hal tersebut tidak berlaku di sekolah berbasis pesantren yang tidak terpengaruh system zonasi. Standar kelulusan secara nasional memang sudah digalakkan dengan adanya standar baku kompetensi capaian. Namun, kenyataannya tetap ada perbedaan capaian tersebut dengan berbagai faktor pemicunya. Pemetaan kembali latar belakang siswa sangat penting untuk menemukan formulasi yang tepat, baik itu dalam memulai dan melakukan proses pembelajaran. Pandangan siswa terhadap mata pelajaran sains yang telah diajarkan di bangku sekolah dasar menjadi hal penting untuk acuan dan menentukan titik awal penjelasan mata pelajaran sains dengan lebih detail dan dalam. Pandangan siswa dalam mata pelajaran sains sangat variatif. Siswa yang berasal dari wilayah yang dikatakan maju dengan standar pendidikan dasar yang bagus memiliki pandangan tentang pelajaran yang kompleks. Bahkan adanya siswa yang pernah mengikuti olimpiade sains menjadi nilai tambah dengan kemampuan hitung diatas rata-rata. Namun, beberapa siswa juga ada yang memiliki kemapuan dibawah rata-rata yaitu dengan kondisi cara membaca yang masih terbata-bata. Hal tersebut menjadi problem karena kedepannya anak-anak tersebut dianggap kurang mampu beradaptasi dalam pelajaran sekolah dibandingkan dengan siwa yang memiliki kemampuan dasar membaca dan berhitung yang cukup. Tujuan memilih madrasah bagi siswa ada yang merupakan pilihan dan keinginan sendiri atau pilihan orang tua. Beberapa siswa dengan jujur ada yang mengatakan bahwa memilih MTs dikarenakan ingin menghindari pelajaran berhitung termasuk sains atau IPA. Pandangan mereka bahwa tidak ada pelajaran berhitung di madrasah. Mungkin benar pandangan mereka jika madrasah yang dimaksud adalah madrasah diniyah yang khusus belajar tentang agama, tetapi Madrasah Tsanawiyah departemen agama tetap mempelajari ilmu umum seperti matematika dan Sains sebagai mata pelajaran yang diwajibkan. Masih banyak alasan lain yang menunjukkan kepolosan usia anak remaja mengapa memilih madrasah dibandigkan SMP yang rata-rata ingin menghindari pelajaran umum yang mereka anggap lebih sulit.
  • 9. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 9 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) Latar belakang orang tua juga menjadi faktor yang sangan mempengaruhi siswa. Masih ada kesan madrasah adalah jenjang pendidikan untuk kalangan menengah kebawah. Walaupun hal tersebut tidak sepenuhnya benar dengan menjamurnya pondok modern dengan kualitas internasonal yang memberikan pelayanan madrasah dengan berbagai keunggulannya. Tentunya pondok modern tersebut sulit dijangkau semua kalangan orang tua dengan biaya pendidikan yang cukup tinggi dan tidak semua daerah atau wilayah membangun pendidikan tersebut. 3.2 Karakteristik Madrasah Setiap pondok pesantren memiliki kekhasannya sendiri yang mempengaruhi lembaga pendidikan yang berdiri di dalamnya, baik lembaga pendidikan agama ataupun umum. Kualitas sekolah dapat dibuktikan dengan adanya akreditasi yang merupakan standar baku penilaian sekolah dari berbagai aspek. Begitupun sekolah umum saat ini menonjolkan karakternya masing-masing untuk menarik minat siswa dan wali murid menyekolahkan putra-putrinya. Madrasah tempat penelitian terkenal dengan pondok pesantrennya dengan kekuatan lulusan dibidang kitab. Sehingga memang tujuan utama siswa belajar di pondok pesantren ini adalah untuk mendapatkan ilmu agama. Dalam perkembangannya pesantren meluas dari segi pilihan ragam pendidikannya. Tidak hanya pendidikan agama yang ditegaskan, tetapi pendidikan umum dan praktik seperti sekolah kejuruan dan berbagai bidang pendidikan modern dibangun untuk memenuhi tuntutan jaman. Karakteristik madrasah tetap sebagai lembaga pendidikan dengan kekuatan utama dibidang agama, tetapi untuk bersaing juga mulai ditingkatkan pembelajaran umum seperti sains dan bahasa. Memang masih terus dikembangkan dan belum menemukan bentuk rigitnya karena harus disesuaikan dengan arah minat dan kemampuan sumber daya siswa yang bersekolah di madrasah. Dapat disimpulkan memang di madrasah tempat penelitian pelajaran umum belum menjadi pelajaran unggulan khususnya mata pelajaran sains. Karakteristik utama madrasah yaitu masih di bidang agama, tetapi keadaaan saat ini terus dikembangkan untuk meningkatkan pelajaran umum lain seperti sains yang bertujuan mengintegrasikan pelajaran agama terhadap ilmu sains dan perkembangan ilmu pengetahuan modern sehingga siswa lebih memahami ilmu pengetahuan termasuk bidang agama yang diaplikasikan dalam bidang umum. Dengan poemahaman tersebut pengetahuan siswa lebih luas dan dapat
  • 10. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 10 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. 3.3 Pemahaman Siswa Tentang Konsep Diri Usia sekolah menengah pertama merupakan usia yang tergolong labil. Kecenderungan siswa masih berusaha mengenali dirinya, mencari apa yang mereka sukai, dan mencoba apa yang menarik bagi mereka. Namun, konsep diri siswa ini berhubungan dengan kedewasaan karena juga ada beberapa siswa yang memiliki cita-cita, tujuan dan bahkan rencana serta bagaimana cara menggapainya. Termasuk tujuan masuk madrasah agar bisa belajar ilmu agama lebih dalam. Konsep diri yang mereka pahami masih bisa dianggap polos, dengan rutinitas keseharian mereka yang belum sanggup mereka maknai nilainya. Berkenaan dengan konsep diri ini memang tugas sekolah dan peran guru untuk membimbing siswa. Belajar mengajar bukan lagi diartikan transfer pengetahuan, tetapi berkenaan dengan kepribadian, akhlak, sopan santun, juga secara tidak langsung diajarkan dalam sekolah. Pergeseran anggapan bahwa sekolah saat ini hanya sekedar tempat memperoleh ijazah dan mempermudah mencari pekerjaan sepertinya perlu diperbaiki. Sekolah harus bisa membangun karakter siswa menemukan konsep dan jati dirinya untuk bekal mewujudkan keinginan dan cita-citanya. Secara umum gambaran konsep sains bagi siswa di usia madrasah tsanawiyah adalah tentang cara mengenal alam. Banyak hal yang masih berupa pengetahuan baru bagi mereka yang dianggap sulit karena dianggap asing. Sehingga konsep sains juga aharus diajarkan perlahan sambil membimbing mereka menemukan konsep diri. Pendapat para guru senior menyatakan bahwa mengajar bukan sekedar berhasil dari segi kuantitas tapi harus secara kualitas. Memang target memenuhi kuantitas sesuai kurikuluim sangat penting, tetapi kedalaman konsep dan tertanamnya konsep dari mata pelajaran yang diajarkan secara kualitas juga harus sampai kepada siswa. Konsep pesantren yang secara religius memaknai proses belajar adalah suatu hal yang sakral dan pemahaman merupakan anugrah menjadi hal yang bernilai sangat dalam. Keikhlasan seorang guru dan takdzimnya seorang murid dapat membawa keberkahan terhadap ilmu itu sendiri. 3.4 Konsep Sains dalam benak Siswa Dari hasil wawancara sains dalam benak siswa adalah pelajran yang sulit. Mereka berpendapat bahwa sains mengacu pada pelajaran dengan banyak hitungan, dan mereka tidak tahu bahwa sains mengacu pada kegiatan mereka sehari-hari dan ada di sekeliling
  • 11. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 11 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) mereka. Pelajaran yang sulit dan anggapan tentang sains yang terlampau tidak sederhana ini perlu dibenahi agar ketertarikan mereka terhadap pelajaran sains dapat ditingkatkan. Secara sederhana mereka memahami bahwa sains mempelajari hal di lingkungan sekitar mereka. Namun, untuk pelajaran fisika dengan aplikasi hitungan mereka merasa kesulitan dan bahkan sulit memahami konsepnya. Sehingga perlu penjabaran secara sederhana oleh pendidik sehingga pelan-pelan siswa dapat membayangkan dan tmenumbuhkan konsep sains yang menarik di dalam benak siswa. Kesabaran diperlukan pendidik dengan menampilkan realita dari konsep-konsep sains yang diajarkan sehingga siswa merasa lebih dekat terhadap pelajaran sains dan dapat mengurangi kesan sulit serta kesan tidak ada kegunaan dari mempelajari materi sains. 3.5 Motivasi Siswa terhadap Pelajaran Sains Motivasi siswa biasanya dan lebih banyak mengacu pada pelajaran biologi. Mereka menganggap dengan literasi yang biasanya bergambar dan minim hitungan adalah hal atau pelajaran yang paling aman. Pelajaran biologi lebih menarik walaupun beberapa siswa tidak tertarik karena tidak suka menghafal dan kurang menyukai istilah ilmiah yang disematkan dalam pelajaran biologi. Hal tersebut lah yang terkadang apa yang mereka sukai tidak sebanding dengan nilai yang didapat. Pokok pembelajaran biologi yang mengharuskan kemampuan literasi, dan menghafal yang kuat terkadang membuat siswa bosan jika tidak diikuti dengan sesuatu yang menarik bagi mereka. Pokok pembelajaran fisika dan kimia biasanya disukai oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam berhitung atau matematika. Namun, secara keseluruhan motivasi utama suatu pelajaran menarik bagi mereka adalah mudah dengan sesuatu yang menarik, pelajaran tersebut pernah mereka alami dan membuat mereka penasaran, mereka tahu kegunaan mempelajari materi pelajaran, dan penyampaian dari guru yang menarik adalah salah satu pemicu motivasi mereka untuk giat dalam suatu pelajaran. Kesimpulannya motivasi siswa terhadap pelajaran sains berasal dari rasa penasaran mereka terhadap fenomena alam yang pernah mereka alami. Biologi adalah pelajaran yang siswa anggap lebih mudah dan menarik dengan alasan pada literasinya terdapat banyak gambar baik hewan dan tumbuhan walaupun dari segi nilai capaian banyak siswa yang masih kesulitan terutama berhubungan dengan istilah biologi yang menurut mereka masih sulit dihafal. Sementara materi lain seperti fisika dan kimia perlu diperkenalkan konsep
  • 12. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 12 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) pelajaran yang mudah dimengerti serta aplikatif agar siswa mudah menerima konsepnya serta tidak menganggap pelajaran tersebut diluar bayangan mereka sehingga terkesan sulit. 3.6 Motivasi Pendidik dan Metodenya dalam Proses Pembelajaran Tanggung jawab pendidik tidak hanya seedar transfer ilmu. Tetapi membuka wawasan, memicu minat, membimbing siswa menemukan konsep diri, dan hal lainnya dengan tujuan bukan sekedar pintar atau intelektualitas siswa saja, tetapi siswa dapat mengamalkan ilmu sehingga berguna bagi dirinya dan sekitarnya. Pendapat dari guru senior menyatakan bahwa kelebihan dari pondok pesantren yaitu metode pendidikan berdasarkan religiulitas. Sebagai bangsa yang beragama tentunya sistem pendidikan pondok pesantren lah yang paling cocok walaupun dianggap tidak modern lagi disaat ini. Puncak dari ilmu pengetahuan adalah segala pujian bagi Sang Pencipta, sehingga ilmu tidak sekedar soal intelektualitas saja tetapi hati yang ikhlas sehingga nilai dari suatu ilmu bisa menjadi lebih berkah. Apapun mata pelajaran yang dipelajari semata-mata tempat bersyukur dan kekaguman pada Sang Pencipta. Hal tersebut merupakan motivasi yang sangat dalam yang membedakan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya yang terkesan hanya mengejar kebanggaan, intelektualitas dari diperolehnya ilmu. Ilmu memiliki keangkuhannya sehingga diperlukan sesuatu untuk meredamnya. Sehingga, tepatlah peribahasa tentang padi yang berisi maka akan semakin menunduk. Sebagai pendidik harus mengetahui karakter kelasnya sebelum menentukan metode yang tepat dalam tiap materi yang diajarkan. Hal ini tidak terbatas pada pelajaran sains saja tetapi berlaku untuk pelajaran lainnya. Metode pembelajaran seperti ceramah, diskusi, eksperimen, role-play hanyalah sebuah media yang digunakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar dengan capaian siswa dapat nilai yang bagus, tetapi tugas secara hakikatnya lebih dalam sebagai motivator, pembimbing dan berperan dalam perkembangan siswa yang tidak sekedar intelektualitas saja. Pendidik harus memiliki keikhlasan dan rasa khidmad agar ilmu yang diajarkan dapat sampai dan membuka hijab pada hakikat ilmu yang lebih dalam serta membawa berkah dan nilai ibadah yang tak ternilai secara materi.
  • 13. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 13 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) IV. Penutup 4.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pandangan sains pada siswa madrasah cukup variatif yang dapat dilihat dari latar belakang tujuan memilih madrasah yang lebih menonjolkan bidang agama daripada ilmu umum lainnya, latar belakang pendidikan dasar siswa serta orang tua juga berpengaruh terhadap cara pandang siswa terhadap sains. 2. Pandangan sains juga dapat digambarkan dari konsep diri siswa karena masa Madrasah Tsanawiyah masih tergolong usia labil sehingga pandangan dan pemaknaan tentang sesuatu belum sampai pada pemahaman yang mendalam. Sehingga, perlu peran pendidik untuk membimbing siswa dalam menyusun konsep diri serta memotivasi untuk memandang apapun dengan lebih baik. 3. Tugas pendidik tidak sekedar transfer pengetahuan saja, karena pendidikan tidak sebatas mencapai wawasan intelektualitas saja. Perlu adanya pengenalan dan pemetaan karakter siswa untuk menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran sehingga konsep- konsep sains yang diajarkan mampu memotivasi siswa. 4.2 Saran Perlu adanya batasan masalah dalam penelitian mengingat kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi pandangan siswa terhadap sains. Faktor sebelum masuk madrasah, faktor saat masuk madrasah, dan faktor pendidik dalam memotivasi dan membimbing siswa. Faktor-faktor tersebut berkaitan dan berpengaruh cukup signifikan pada siswa dalam memandang sains. Konsep diri siswa juga memiliki pengaruh terhadap pandangannya terhadap sains. Sehingga perlu adanya pengelompokan dan pengaruhnya dari faktor-faktor tersebut untuk mendiskripsikan hasil yang lebih sempurna. Tulisan ini tidak untuk dijadikan standar acuan terhadap judul yang telah dibahas. Tulisan ini sebagai sudut pandang penulis untuk menerjemahkan fenomena yang dialami dan masih banyak memuat asumsi pribadi didalamnya.
  • 14. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 14 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) Daftar Pustaka Baharuddin, dkk. (2017). “Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing den gan Tugas Proyek Materi Sistem Ekskresi Untuk Menuntaskan Hasil Belajar Siswa SMP.” Jurnal IPA Dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1. Dahar, R. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Dr. M. Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect. Fensham, P. J. 2018. Science Education Policy Making: Eleven Emerging Issues. Paris: UNESCO, Section for Science,Technical and Vocational Education. Diakses 06 Agustus 2018 pada unesdoc.unesco.org/images/0015/001567/156700e.pdf. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:Erlangga. Rusman, 2010. Model-Model Pembelajaran. Depok: Raja Grafindo Persada. Sanada dan Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta. Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo. Setiawan, W. E., dan Neri, E. r. (2018). “Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Dalam Pembelajaran Konsep Dasar IPA UntukMeningkatkanKeterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Mahasiswa Calon Guru IPA SD.” Jurnal Pesona Dasar, 6. Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, N. 2005. Dasar-Dasar Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.Kelompok Kerja Dosen. (2018). Pendidikan IPA. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Vorderman, Carol. 2015. Help Your Kids With Science. London: Dorling Kidnesey.
  • 15. Research experience Journal (Re’J) “Volume 1, No. 2, Agustus 2021” 15 | R i m b a s a d e w o ( 2 0 2 1 ) Wuryani, Sri Estuti. 2002. Psikolog Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. Yanti, I. W., Sudarisman, S., Maridi. 2015. Penerapan Modul Berbasis Guided Inquiry Laboratory (GIL) terhadap Literasi Sains Dimensi Konten dan Hasil Belajar Kognitif pada Materi Sistem Pencernaan. Proceeding Seminar Nasional Pendidikan Sains V(ISSN: 2407-4659) 2015: 287-295.