SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Yogyakarta, 23 Maret 2010
ANTISIPASI SEKTOR INDUSTRI
DALAM MENGHADAPI AC-FTA
I. KERJASAMA PERDAGANGAN DUNIA
II. KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM FORA KERJASAMA
INTERNASIONAL
III. KONDISI INDUSTRI INDONESIA
IV. PELAKSANAAN AC-FTA
V. STRATEGI ANTISIPASI SEKTOR INDUSTRI
2
I. KERJASAMA PERDAGANGAN DUNIA
3
PRINSIP DASAR
4
Multilateral
Sistem
Perdagangan
diatur
Free flow of
goods & services
and Investments
Relokasi
Sumber Daya
yang Efisien
Regional
Bilateral
Building Block
Bilateral
Bilateral
Bilateral
Regional
FORUM KERJASAMA INTERNASIONAL DAN HAKEKAT MANFAATNYA
Meningkatkan
kesejahteraan
bersama
ALASAN DILAKUKAN FREE TRADE AGREEMENT
5
Doha Development Round
(Term of Trade yang adil
belum terwujud)
Perundingan Tingkat
Menteri, Hong Kong 2005
belum mencapai
kesepakatan
Perundingan Jenewa di-
suspend Juli 2006
Multilateral
GATT 1947
WTO Uruguay
Round 1994
Regional
Free Trade
Agreement
Regional
Bilateral
ASEAN
APEC
EC
NAFTA
MERCURSOR
IJEPA
Aus-Thai
Etc.
Reaksi
WTO
OKI
D-8
Etc.
Customs
Union
Preferential
Trade
Agreement
Indonesia – Pakistan
Indonesia – Iran
Indonesia – Jepang
Indonesia – Australia
ASEAN – China
ASEAN – Korea
ASEAN – Jepang
Asean – India
ASEAN – Aust/NZ
AS – Jordan
AS – Chile
AS – Singapore
EU
AEC tahun 2015
Etc.
Workshop Pembuatan Perjanjian Internasional
2) Perdagangan Jasa (Trade In Services)
6
1) Perdagangan Barang (Trade In Goods)
CAKUPAN KERJASAMA INTERNASIONAL
3) Investasi
4) Kerjasama Teknik
Modalitas
Penurunan/Penghapusan
Tarif Bea Masuk
7
Kriteria Asal Barang
(Rules of Origin)
Penghapusan
Hambatan Perdagangan
non –Tarif (NTM & NTB)
DAYASAING
Perdagangan Barang (Trade In Goods)
• Most Favoured Nation
Perlakuan yang diberikan kepada suatu negara harus juga
diberikan kepada negara lain
• National Treatment
Memberikan perlakuan sama terhadap produk-produk
impor baik barang maupun jasa, dengan produk sejenis di
dalam negeri
• Transparency
Bersikap terbuka/transparan terhadap berbagai kebijakan
perdagangannya
• Mutual Benefit
Saling menguntungkan antar negara anggota
8
1) Prinsip-prinsip Kerjasama
TANTANGAN MENGHADAPI KESEPAKATAN FTA
2) Ekspektasi Perdagangan Bebas
• Terbukanya akses pasar produk dan jasa
• Terpenuhinya bahan baku, penolong dan barang modal
• Investasi – Struktur Industri
• Penguatan Kapasitas – Daya Saing
• Peningkatan Daya Beli
9
PERDAGANGAN
BEBAS
II. KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM FORA
KERJASAMA INTERNASIONAL
10
Fora Kerjasama Internasional
1) Multilateral (WTO)
2) Regional:
a) CEPT-AFTA
b) ASEAN-China FTA
c) ASEAN-Korea FTA
d) ASEAN-Australia-New Zealand FTA
e) ASEAN-India FTA
3) Bilateral (IJ-EPA)
11
12
• World Trade Organization (WTO) merupakan organisasi yang
dimaksudkan untuk meliberalisasikan perdagangan dunia, menjadi
forum negosiasi penghapusan hambatan tarif maupun non tarif,
dan forum untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan.
• Indonesia telah menjadi anggota WTO sejak 1 Januari 1995.
• Dalam forum WTO, Indonesia tetap ingin mempertahankan
keseimbangan pembukaan akses pasar produk pertanian dan
non pertanian, namun tetap mempertahankan adanya special
and differential treatment bagi negara berkembang.
1) Multilateral (WTO)
2) Regional ASEAN (CEPT-AFTA)
• Kategori CEPT-AFTA:
a. Inclusion List (IL) sebanyak 8.626 pos tarif.
b. Temporary Exception List / TEL sebanyak 16 pos tariff.
c. Sensitive List, terdiri dari Sensitive List / SL (beras) dan Highly
Sensitive List / HSL (gula).
d. General Exception List (GEL) sebanyak 96 pos tarif (a.l. senjata,
bahan peledak, minuman beralkohol, psikotropika).
• Sesuai kesepakatan CEPT-AFTA, mulai tanggal 1 Januari 2010, tarif seluruh
produk dalam Inclusion List (IL) menjadi 0%.
13
3) ASEAN – MITRA Dialog
• ASEAN-China (AC-FTA)
AC-FTA ditandatangani 29 November 2004 dan sudah diimplementasikan
untuk Early Harvest Program (EHP) dan untuk normal track tahun 2005.
• ASEAN – Korea (AK-FTA)
AK-FTA ditandatangani 30 November 2004 dan diimplementasi mulai 1 Juli
2007. Pos tarif untuk kategori Normal Track (NT) sejumlah 7.146 pos yang akan
0% pada 2010, sedangkan sisanya pada 2012.
• ASEAN – Jepang Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
Kesepakatan AJCEP ditandatangani tanggal 1 Maret 2008. Indonesia belum
meratifikasi (direncanakan tahun ini).
• ASEAN-Australia New Zealand (AANZ)
AANZ-FTA ditandatangani 28 Februari 2009 dan diberlakukan setelah
diratifikasi oleh pihak/negara didalam kesepakatan tersebut.
• ASEAN-India FTA (AIFTA)
AIFTA ditandatangani di Bangkok tanggal 13 Agustus 2009. Implementasi
tanggal 1 Januari 2010, namun bergantung pada proses ratifikasi.
14
4) Bilateral FTA/EPA
 Indonesia telah melakukan bilateral FTA dengan Jepang dalam
kerangka kerjasama Indonesia-Jepang Economic Partnership
Agreement (IJEPA). IJEPA adalah perundingan bilateral FTA pertama.
 IJEPA dilandaskan pada 3 pilar kesepakatan, yakni: liberalisasi,
fasilitasi, dan kerjasama.
 Tujuan IJEPA adalah untuk mendorong terbukanya akses pasar
produk Indonesia, terpenuhinya bahan baku penolong dan barang
modal, masuknya investasi, peningkatan capacity building, dan
peningkatan daya beli.
 IJEPA ditandatangani tanggal 20 Agustus 2007 dan mulai berlaku
efektif 1 Juli 2008.
15
III. KESIAPAN INDUSTRI INDONESIA
16
17
PERANANSEKTORINDUSTRIDALAMPERDAGANGANBEBAS
Sampai dengan tahun 2008, sektor Industri Pengolahan masih menjadi
penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional (Produk
Domestik Bruto-PDB). Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2008
menyumbang sekitar 27,87 persen, diikuti oleh sektor Pertanian 14,40
persen dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi 13,97 persen.
1) Peran Sektor Industri Dalam Perekonomian
Kontribusi Sektor Industri non-migas terhadap PDB non-Migas tahun 2008
Industri, 27.87
Pertanian,
14.4
Transportasi &
Komunikasi,
13.97
Lainnya, 43.76
18
Persentase nilai ekspor secara
keseluruhan dan ekspor non
migas Indonesia terhadap
ASEAN dan China meningkat
setiap tahunnya
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Indonesia Total Export Share
China ASEAN Lainnya
China
ASEAN
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Indonesia Non-Oil Export Share
China ASEAN Lainnya
China
ASEAN
19
 Dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) tahun 2007
terdapat sebanyak 8.750 pos tarif berdasarkan klasifikasi
Harmonised System (HS) 10 digit. Dari jumlah tersebut pos
tarif sektor industri manufaktur adalah sebanyak 7.577 pos tarif
atau sekitar 87% dari total pos tarif seluruh sektor. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor industri sangat merasakan dampak
dari adanya berbagai kesepakatan FTA.
 BTBMI 2007 menggambarkan tingkat tarif aplikasi (applied
tariff) MFN seluruh pos tarif dimana rata – rata tingkat tarifnya
pada tahun 2007 sudah sangat rendah yaitu 7%, dibandingkan
dengan tingkat rata – rata bound tarif Indonesia yang
dinotifikasi WTO sebesar 36%.
2) Cakupan Pos Tarif Industri Dalam BTBMI
20
3) Analisis Daya Saing Produk Industri Indonesia
1. Analisis daya saing produk manufaktur diawali dengan menghitung nilai
Revealed Comparative Advantage (RCA)
1000 (Xt
ipr + Mt
ipr)
RCAt
ipr = x (Xt
ipr - Mt
ipr) – (Xt
i - Mt
i) x
(Xt
i + Mt
i) (Xt
i + Mt
i )
2. Menghitung rata-rata RCA dan tren RCA / tahun
3. Penentuan batas atas dan batas bawah kelompok berdasarkan scatter
diagram
4. Dalam analisis ini, RCA produk dihitung untuk 5 tahun terakhir
(2004 – 2008)
5. Kekuatan suatu produk Indonesia dalam perdagangan bilateral
dengan China dapat dilihat dari posisinya saat ini (digambarkan
dari rata-rata RCA) dan kecenderungan pergerakannya
(digambarkan dari tren RCA / tahun)
Nilai Ekspor Indonesia
masih lebih besar
daripada Nilai Impor
setiap tahunnya, namun
gap mengecil
KINERJAPERDAGANGANINDONESIATERHADAPDUNIA
$0
$20,000
$40,000
$60,000
$80,000
$100,000
$120,000
$140,000
$160,000
Neraca Perdagangan
Indonesia - Dunia
Export
Import
Persentase nilai
ekspor non migas
Indonesia relatif stabil
setiap tahunnya 60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
1996199719981999200020012002200320042005200620072008
Perkembangan Ekspor Non
Migas Indonesia - Dunia
Export Import
22
Kuat
14%
Sedang
26%
Lemah
13%
Lemah Sekali
45%
Non Transaksi
2%
Daya Saing Produk Industri Indonesia Terhadap Dunia
(2004-2008)
Nilai Ekspor Indonesia terhadap
ASEAN selalu mengalami
peningkatan walaupun pada 5
tahun terakhir mengalami
penurunan jumlah jika
dibandingkan nilai impornya.
KinerjaPerdaganganIndonesiaTerhadapASEAN
$0
$5,000
$10,000
$15,000
$20,000
$25,000
$30,000
$35,000
$40,000
$45,000
Millions
Import
Export
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
Perkembangan Ekspor Non
Migas Indonesia - ASEAN
Export
Import
Persentase nilai ekspor
non migas Indonesia
cenderung mengalami
penurunan walaupun tetap
masih lebih tinggi
dibanding impornya
24
Kuat
15%
Sedang
21%
Lemah
17%
Lemah Sekali
41%
Non Transaksi
6%
Daya Saing Produk Industri Indonesia Terhadap ASEAN
(2004 – 2008)
$0
$5,000
$10,000
$15,000
$20,000
$25,000
$30,000
Millions
Neraca Perdagangan Indonesia - China
Imports
Exports
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
18.00%
20.00%
Perkembangan Ekspor Non Migas
Indonesia - China
Ekspor
Impor
Nilai total ekspor dan Non-
Migas indonesia dengan
China terus meningkat setiap
tahunnya, namun gap defisit
kian besar
KinerjaPerdaganganIndonesiaTerhadapChina
26
Kuat
7%
Sedang
29%
Lemah
11%
Lemah Sekali
43%
Non Transaksi
10%
Daya Saing Produk Industri Indonesia Terhadap China
(2004-2008)
27
DayaSaingSektorIndustriKecildanMenengahIndonesia–China
•Produk IKM Sandang adalah yang paling kuat diantara Produk IKM lainnya,
sedangkan IKM Logam dan Elektronika merupakan yang terlemah.
•Jumlah HS Industri Kecil Menengah: 112+68+393+34+87+762(Non
Transaksi) = 1456 Kode HS
28
ContohKasusTekstil:PerbandinganFaktorPendukungDayaSaing
IndustriIndonesiadenganChina
No Indikator Indonesia China
1
Kapas
(Cotton)
Masih diimpor dari negara penghasil kapas
antara lain karena mutu kapas dalam negeri
belum dapat memenuhi syarat kualitas.
Dipasok dari hasil pertanian dalam negeri
dan masih import dari negara lain.
2
Tenaga
Kerja/Buruh
Kebijakan pemerintah yang tetap konsisten
dalam mempertahankan industri padat
karya, membuat perusahaan tekstil tidak
leluasa dalam meningkatkan efisiensi
produksi melalui penggunaan mesin (full
automatic machine).
-
Jam kerja : 40 Jam / minggu Jam kerja : 44 - 48 Jam / minggu
Hari kerja per tahun : 337 hari Hari kerja per tahun : 347 - 350 hari
Labor cost : US$ 0.65 / jam Labor cost : US$ 0.55 - 0.85 / jam
3 Energi/Listrik
Tarif : US$ 0.08 / kWh Tarif : US$ 0.09 / kWh
Supply tidak kontinyu sehingga ada
penambahan biaya (tidak ekonomis untuk
perusahaan)
Supply stabil
4
Mesin dan
Peralatan
Industri
> 20 tahun dan baru 6% dilakukan program
restrukturisasi mesin dari pemerintah tahun
2007
< 10 Tahun dan telah melakukan
peremajaan mesin sejak tahun 2000
5
Suku Bunga
Pinjaman
14% 6%
29
ContohKasusTekstil-Lanjutan
No Indikator Indonesia China
6 PPN
Restitusi 10 % tanpa ada kepastian waktu 17 % dengan waktu 25 hari
Penjualan Ritel : Produsen harus menggunakan
faktur PPN Lengkap
Penjualan Ritel : Lebih senang membeli
produk dari importir karena tidak
menggunakan faktur lengkap
7
Impor Kimia
Tekstil
Bea Masuk 15% Mandiri
8
Potongan
Pajak
-
Kebijakan fasilitas insentif potongan pajak
(tax rebate) hingga 15 % kepada
perusahaan produsen produk berorientasi
ekspor (export oriented), termasuk produk
tekstil.
IV. PELAKSANAAN AC-FTA
30
PELAKSANAAN AC-FTA
31
 ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) didasarkan pada perjanjian
komprehensif kerjasama ekonomi ASEAN China tahun 2002, dilaksanakan
dalam 3 tahap, yaitu dengan jadwal penurunan tarif:
1. Untuk sektor yang sudah siap (early harvest program) khususnya produk
pertanian, perikanan, makanan minuman dengan jadwal tahun 2004 –
2006;
2. Normal Track (NT1 dan NT2). NT1 tahun 2005 – 2010 dan NT2
selesai tahun 2012;
3. Tahap ketiga untuk produk yang masuk kategori Sensitive Track (ST) dan
Highly Sensitive Track (HST).
 Dalam kerangka AC-FTA, skema penurunan tarif bea masuk untuk Normal
Track 1 (NT 1) seluruhnya menjadi 0% pada tanggal 1 Januari 2010. Sisa
jumlah pos tarif yang dijadwalkan menjadi 0% pada tahun 2010 adalah
sebanyak 1.597 pos tarif, sehingga total jumlah pos tarif yang sudah
menjadi 0% pada tahun 2010 adalah 7.306 pos tarif.
32
 Jumlah pos tarif sektor industri dalam kategori NT1 adalah 6.064 pos tarif. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 228 pos tarif, saat ini telah diusulkan untuk ditunda jadwal
penurunannya.
 Untuk kategori Normal Track 2 (NT 2), tarif bea masuknya menjadi 0% pada tahun
2012, untuk kategori Sensitive List (SL), menjadi 0% – 5% pada tahun 2018, untuk
kategori High Sensitive List (HSL) diturunkan/dihapuskan menjadi 0%-50% mulai
tahun 2015, dan untuk kategori General Exception List (GEL) tetap berlaku tarif MFN.
 Berdasarkan masukan dunia usaha dan kajian pemerintah, terdapat 228 pos tarif
produk yang daya saingnya masih lemah sehingga Indonesia mengusulkan
renegosiasi untuk penundaan pelaksanaannya.
PELAKSANAAN AC-FTA - LANJUTAN
33
No Kelompok Produk ∑ Penundaan Total pos tarif
1 Besi Baja 114 524
2 Tekstil & Produk Tekstil 53 1017
3 Permesinan 10
4 Elektronika 7 752
5 Kimia Anorganik Dasar 7 193
6 Petrokimia 2 288
7 Furniture 5 8
8 Kosmetika 1
9 Jamu 1
10 Alas kaki 5 35
11 Produk Industri Kecil 1 137
12 Maritim* 22
TOTAL 228 2954
USULAN PENUNDAAN TARIF 0% AC-FTA
Periode Nopember 2009 – Februari 2010
NO NEGARA ASAL NILAI IMPOR (RIBU$) %
1 ASEAN 6,323,473.684 26.62
2 CHINA 4,173,263.158 17.57
3 JAPAN 2,745,578.947 11.56
4 UNITED STATES 1,783,578.947 7.51
5 AUSTRALIA 1,083,578.947 4.56
6 KOREA, REPUBLIC OF 845,578.947 3.56
7 INDIA 676,210.526 2.85
8 TAIWAN, PROVINCE OF CHINA 634,000.000 2.67
9 GERMANY 587,157.895 2.47
10 SAUDI ARABIA 437,894.737 1.84
11 LAINNYA 4,465,052.632 18.80
TOTAL 23,755,368.421 100
GAMBARAN IMPOR DARI CHINA
35
-5000
0
5000
10000
15000
20000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 JAN-OKT
2009
US$
Million
Export to China Import from China Trade Balance
• Pada periode 1999-2007, Indonesia mencatat surplus perdagangan
dengan China, tetapi sejak tahun 2008 dan 2009 (Jan-Okt)
mengalami defisit.
• Defisit neraca perdagangan tahun 2009 relatif lebih rendah
dibanding 2008.
Neraca Perdagangan Indonesia-RRT
36
Consumption Goods
Intermediate Goods
Capital Goods
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 JAN-OKT
2009
US
$
Miliion
•Impor barang dari China didominasi oleh barang modal dan
bahan baku penolong yang digunakan oleh industri dalam yang
selalu meningkat setiap tahunnya.
•Sedangkan barang konsumsi dari China masih sedikit jika
dibandingkan nilai barang modal dan bahan baku penolong.
Impor Indonesia-China Menurut Golongan
Penggunaan Barang
Periode Nopember 2009 – Februari 2010
0
200,000,000
400,000,000
600,000,000
800,000,000
1,000,000,000
1,200,000,000
1,400,000,000
2009-11 2009-12 2010-01 2010-02
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2009-11 2009-12 2010-01 2010-02
ACFTA
NONACFTA
Periode Nopember 2009 – Februari 2010
KOMODITI Nilai Impor (Ribu $)
Alas Kaki 15,263.2
Besi baja 391,789.5
Elektronika 427,894.7
Lainnya 3,285,052.6
Mainan Anak 15,157.9
Makanan dan Minuman 13,578.9
Pakaian Jadi 24,526.3
TOTAL 4,173,263.2
Periode Nopember 2009 – Februari 2010
Periode Nopember 2009 – Februari 2010
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
2009-11 2009-12 2010-01 2010-02
NONACFTA
ACFTA
V. STRATEGI ANTISIPASI SEKTOR INDUSTRI
42
RE-NEGOSIASI
Pemerintah telah menyampaikan notifikasi kepada Sekretariat
ASEAN mengenai:
 Indonesia tetap melaksanakan komitmen sesuai jadwal
 Sektor industri tertentu menghadapi ancaman pelemahan daya
saing yang akan berdampak lebih luas
 Pemerintah tengah melakukan pembicaraan ulang dengan
pihak pihak yang terkait dengan ASEAN China FTA
 Persiapan-persiapan untuk pembicaraan ulang tengah
dilaksanakan secara intensif
43
 Organisasi:
 Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan
Perdagangan (SK Menko Perekonomian No Kep-42/M.EKON/12/2009)
 Pengarah: Menko Perekonomian dan para menteri terkait
 Tim Pelaksana: para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku usaha
(KADIN dan APINDO)
 3 Tim Teknis yang fokus pada pengawasan atas pelaksanaan FTA dan
Strategi Non Tarif dalam upaya percepatan penguatan Industri
Nasional dalam menghadapi persaingan global
 Tugas Tim
 Identifikasi dan analisis masalah/hambatan
 Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan
perdagangan
 Pemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatan
44
PEMBENTUKAN TIM NASIONAL
45
LANGKAH
LANGKAH-
-LANGKAH PENGAMANAN
LANGKAH PENGAMANAN
SEKTOR INDUSTRI
SEKTOR INDUSTRI
B. Penguatan
Ekspor Produk
Industri
I. Menjaga Daya Saing
1. Fasilitasi Umum
2. Trade Financing
3. Mengurangi
Ekonomi Biaya
Tinggi
4. Insentif Khusus
II. Menjaga Akses Pasar
1. Negosiasi dan Lobi
2. Promosi yang
Terarah
A. Pengamanan Pasar DN
dan Peningkatkan
Penggunaan Produk
Dalam Negeri (P3DN)
C. Pengamanan
Cabang
Industri
I. Pengamanan Pasar thd
Gangguan Luar
1. Impor Ilegal
2. Trade Remedy
3. Tarif
4. Tata Niaga
II. Stimulasi Penggunaan
Produk DN
1. Pembelanjaan
Pemerintah dan
BUMN
2. Penguatan dan
Pembinaan
Produsen Produk
DN
I. Produk Industri
1. Makanan, Minuman, dan
Tembakau
2. Tekstil, Barang Kulit, dan Alas
Kaki
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan
Lainnya
4. Pulp, Kertas, dan Barang
Cetakan
5. Pupuk, Kimia & Barang dari
Karet
6. Semen & Barang Galian Bukan
Logam
7. Logam Dasar Besi & Baja dan
Non Ferro
8. Alat Angkut, Mesin &
Peralatannya, termasuk
elektronika dan IT
9. Barang Lainnya
II. Industri Kecil dan Menengah:
1. Perluasan Akses Pembiayaan
2. Perluasan Akses Pasar
3. Peningkatan Kapasitas SDM
LANGKAH
LANGKAH-
-LANGKAH PENGAMANAN
LANGKAH PENGAMANAN
SEKTOR INDUSTRI
SEKTOR INDUSTRI
B. Penguatan
Ekspor Produk
Industri
I. Menjaga Daya Saing
1. Fasilitasi Umum
2. Trade Financing
3. Mengurangi
Ekonomi Biaya
Tinggi
4. Insentif Khusus
II. Menjaga Akses Pasar
1. Negosiasi dan Lobi
2. Promosi yang
Terarah
B. Penguatan
Ekspor Produk
Industri
I. Menjaga Daya Saing
1. Fasilitasi Umum
2. Trade Financing
3. Mengurangi
Ekonomi Biaya
Tinggi
4. Insentif Khusus
II. Menjaga Akses Pasar
1. Negosiasi dan Lobi
2. Promosi yang
Terarah
A. Pengamanan Pasar DN
dan Peningkatkan
Penggunaan Produk
Dalam Negeri (P3DN)
C. Pengamanan
Cabang
Industri
I. Pengamanan Pasar thd
Gangguan Luar
1. Impor Ilegal
2. Trade Remedy
3. Tarif
4. Tata Niaga
II. Stimulasi Penggunaan
Produk DN
1. Pembelanjaan
Pemerintah dan
BUMN
2. Penguatan dan
Pembinaan
Produsen Produk
DN
I. Produk Industri
1. Makanan, Minuman, dan
Tembakau
2. Tekstil, Barang Kulit, dan Alas
Kaki
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan
Lainnya
4. Pulp, Kertas, dan Barang
Cetakan
5. Pupuk, Kimia & Barang dari
Karet
6. Semen & Barang Galian Bukan
Logam
7. Logam Dasar Besi & Baja dan
Non Ferro
8. Alat Angkut, Mesin &
Peralatannya, termasuk
elektronika dan IT
9. Barang Lainnya
II. Industri Kecil dan Menengah:
1. Perluasan Akses Pembiayaan
2. Perluasan Akses Pasar
3. Peningkatan Kapasitas SDM
STRATEGI PENGAMANAN SEKTOR INDUSTRI
Pengamanan Pasar Dalam Negeri dan Peningkatan
Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN)
 Pengamanan Pasar Dalam Negeri
 Menganalisis secara menyeluruh daya saing produk
industri yang tarifnya menjadi 0% pada tahun 2010
terhadap 7.577 pos tarif (87%) sektor industri.
 Kementerian Perindustrian bekerjasama dengan
Ditjen Bea dan Cukai untuk menganalisis laporan
berkala pemanfaatan SKA Form-E (AC-FTA), SKA
Form-D (CEPT-AFTA) dan SKA Form AK (ASEAN-
Korea).
46
Pengamanan Pasar Dalam Negeri-Lanjutan
 Peningkatan Pengawasan di Pelabuhan, Peredaran Barang di Pasar
Lokal.
a. Meningkatkan pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri
Perdagangan No. 56/M-DAG/PER/12/2008 tentang pembatasan
pelabuhan impor untuk produk-produk tertentu, yaitu produk-produk
garmen, alas kaki, mainan anak, elektronika konsumsi, serta
makanan dan minuman, yang hanya boleh masuk melalui
Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Makassar,
dan Belawan.
b. Diusulkan perluasan cakupan produk industri dalam Peraturan
Menteri Perdagangan di atas untuk produk: 1) kosmetika, 2)
keramik, 3) LHE, 4) handphone, 5) komponen otomotif (busi dan
filter), dan 6) sepeda tertentu.
c. Diusulkan kewajiban verifikasi di negara asal untuk importasi
produk-produk di atas.
47
Pengamanan Pasar Dalam Negeri-Lanjutan
 Mengoptimalkan instrumen trade defense (safeguard, antidumping, dan
counter veiling duty).
 Menerapkan regulasi teknis (technical barrier to trade):
a. Perluasan penerapan SNI Wajib untuk produk terkait dengan
perlindungan keselamatan, keamanan atau kesehatan serta
pelestarian lingkungan hidup.
b. Pencegahan praktek perdagangan yang curang (deceptive practices).
 Mengoptimalkan pemberian Pertimbangan Teknis (Rekomendasi) dalam
rangka penerapan Importir Produses (IP)/ Importir Tertentu (IT).
 Mensyaratkan mill certificate pada setiap importasi besi baja tertentu.
 Mengharmonisasikan tarif Bea Masuk bahan baku/komponen dengan
produk jadi.
 Memaksimalkan pengawasan penyelundupan.
 Penggunaan Label Berbahasa Indonesia.
48
 Mengoptimalkan Penggunaan Produksi Dalam Negeri,
khususnya dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
 Pembelanjaan Pemerintah dan BUMN.
a. Mengoptimalkan Belanja Pemerintah/BUMN/BUMD dalam bentuk
Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dengan memberikan
preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri.
b. Menyusun direktori jenis barang/jasa buatan dalam negeri yang
memiliki tingkat kandungan komponen dalam negeri antara 20-90%
(21 kelompok dan 456 jenis barang):
1. Bahan Penunjang Produksi Pertanian (3 jenis barang)
2. Alat Mesin Pertanian (17 jenis barang)
3. Peralatan Penunjang Pertambangan (5 jenis barang)
4. Peralatan Penunjang Migas (28 jenis barang)
5. Peralatan Kelistrikan (27 jenis barang)
6. Peralatan Telekomunikasi (36 jenis barang)
7. Peralatan Elektronika (40 jenis barang)
8. Bahan Bangunan dan Konstruksi (30 jenis barang)
9. Mesin Peralatan Pabrik (77 jenis barang)
10. Alat Besar dan Konstruksi (10 jenis barang)
49
Lanjutan…
11. Alat Transportasi(24 jenis barang)
12. Peralatan Kesehatan (19 jenis barang)
13. Alat Instrumentasi dan Laboratorium (2 jenis barang)
14. Alat Tulis dan Peralatan Kantor (15 jenis barang)
15. Alat Olah Raga dan Pendidikan (18 jenis barang)
16. Pakaian dan Perlengkapan Kerja (37 jenis barang)
17. Bahan Kimia (5 jenis barang)
18. Logam dan Produk Logam (19 jenis barang)
19. Sarana Pertahanan (7 jenis barang)
20. Barang Lainnya (24 jenis barang)
21. Jasa Keteknikan EPC (13 jenis barang)
 Pemberlakukan SNI Wajib untuk produk-produk tertentu untuk
mewujudkan persaingan yang sehat.
50
Penguatan Daya Saing dan Kemampuan
Ekspor Industri
 Meningkatkan daya saing
 Meningkatkan Pelayanan dan Fasilitasi Umum:
 Meninjau kembali kenaikan tarif THC.
 Mempercepat pembangunan Jalan dari dan ke
pelabuhan.
 Mendorong terlaksananya pembangunan dry port
di kawasan industri PT. Jababeka Cikarang-
Bekasi.
 Mengefektifkan mekanisme imbal beli (counter
purchase) untuk proyek-proyek pemerintahan dan
BUMN.
 Mengoptimalkan penggunaan jasa
pelayaran/kapal berbendera Indonesia.
51
 Menyediakan Fasilitas Trade Financing :
 Rediskonto wesel ekspor untuk post shipment (PBI).
Garansi post-shipment financing.
 Optimalisasi skema kredit ekspor.
 Mengefektifkan lembaga pembiayaan dan penjaminan
ekspor.
 Kewajiban menggunakan L/C untuk ekspor komoditi
tertentu.
 Menyediakan insentif khusus melalui Fasilitas PPh untuk
bidang usaha tertentu dan daerah tertentu (PP 62/2008).
 Mengurangi ekonomi biaya tinggi :
 Percepatan restitusi PPN dan Bea Masuk.
 Penyediaan pasokan listrik, gas dan batubara (DMO).
52
 Melonggarkan tata niaga ekspor.
 Melaksanakan program konservasi dan diversifikasi
energi.
 Mengamankan ketersediaan bahan baku melalui
penerapan tata niaga ekspor dan impor bahan baku
scrap.
 Mengusulkan pemberian insentif BMDTP untuk bahan
baku yang diperlukan oleh industri tertentu.
 Melaksanakan restrukturisasi permesinan dan peralatan,
misal TPT, Alas Kaki, dan Pabrik Gula.
 Meningkatkan kemampuan industri dalam memenuhi
standar teknis dan kepatuhan sosial (keamanan,
keselamatan, kesehatan, dan lingkungan).
53
 Menjamin ketersediaan bahan baku kulit melalui
pengenaan Bea Keluar untuk kulit mentah dan
setengah jadi.
 Memfasilitasi penerapan manajemen mutu.
 Melakukan harmonisasi tarif bea masuk untuk produk
hulu dan hilir yang dapat memacu investasi dan daya
saing.
 Membatasi ekspor bahan baku mentah untuk
mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam
negeri.
 Mendorong Investasi untuk pengembangan Industri
Baja Hulu menggunakan SDA Lokal.
54
 Meningkatkan akses pasar
 Memperkuat distribusi (pemanfaatan ritel dan perdagangan
internasional) pemasaran ekspor produk IKM dan
mengikutsertaan IKM di pameran internasional.
 Memperluas negara tujuan ekspor melalui kegiatan promosi,
khususnya ke pasar-pasar berpotensi, seperti :
1. Emerging market di Asia (India, Korea, Taiwan, ASEAN lain).
2. Timur Tengah; Russia, Asia Tengah dan Eropa Timur/Tengah.
3. Afrika (Afsel, Nigeria, Mesir, Tunisia).
4. Amerika Latin (Brazil, Argentina).
5. Negara-negara yang sedang melakukan rekonstruksi yaitu
Irak dan Afghanistan.
55
Pengamanan dan Penguatan Cabang Industri
Tertentu
 Mengoptimalkan fasilitas sistem peringatan dini (early warning system).
 Mengoptimalkan pemanfaatan insentif fiskal berupa Bea Masuk
Ditanggung Pemerintah (BMDTP).
 Penyederhanaan pemberian rekomendasi yang terintegrasi dengan
National Single Window (NSW).
 Identifikasi dan evaluasi produk-produk industri untuk dikenakan SNI
Wajib.
 Meningkatkan pengawasan terhadap produk industri SNI Wajib.
 Meningkatkan sistem, kapasitas, dan kemampuan laboratorium uji.
 Menyusun instrumen kebijakan regulasi teknis untuk menjamin adanya
playing-field yang fair di pasar domestik antara produk lokal dengan
produk impor.
 Penghapusan peraturan-peraturan yang berpotensi menimbulkan
ekonomi biaya tinggi.
56
Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia

More Related Content

Similar to IKM Bidakara.ppt

Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015
Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015
Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015Syafril Djaelani,SE, MM
 
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyat
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyatASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyat
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyatFerie Sulistiono
 
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...Hermanto .
 
Dampak perdagangan bebas asean terhadap perekonomian indonesia
Dampak perdagangan bebas asean terhadap perekonomian indonesiaDampak perdagangan bebas asean terhadap perekonomian indonesia
Dampak perdagangan bebas asean terhadap perekonomian indonesiaYudi_udet
 
Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA)
Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA)Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA)
Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA)novie2804
 
PASAR BEBAS PPT.pptx
PASAR BEBAS PPT.pptxPASAR BEBAS PPT.pptx
PASAR BEBAS PPT.pptxDewiMutiaraS
 
Masyarakat Ekonomi ASEAN - Peluang dan Hambatan
Masyarakat Ekonomi ASEAN - Peluang dan HambatanMasyarakat Ekonomi ASEAN - Peluang dan Hambatan
Masyarakat Ekonomi ASEAN - Peluang dan HambatanSandhi Soekartawi
 
Makalah ttg asean deplu 10 des.2010
Makalah ttg asean  deplu 10 des.2010 Makalah ttg asean  deplu 10 des.2010
Makalah ttg asean deplu 10 des.2010 Amril Taufik Gobel
 
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015alsalcunsoed
 
3000 Dasar Awam 2005
3000 Dasar Awam 20053000 Dasar Awam 2005
3000 Dasar Awam 2005aimm reka
 
Dasar dasar awam
Dasar dasar awamDasar dasar awam
Dasar dasar awamaimm reka
 
bab 2 Lingkungan pemasaran global.pptx
bab 2 Lingkungan pemasaran global.pptxbab 2 Lingkungan pemasaran global.pptx
bab 2 Lingkungan pemasaran global.pptxestisundari
 

Similar to IKM Bidakara.ppt (20)

Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015
Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015
Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015
 
Visi 2030 Road Map
Visi 2030 Road MapVisi 2030 Road Map
Visi 2030 Road Map
 
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyat
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyatASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyat
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyat
 
MEA
MEAMEA
MEA
 
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...
 
Paparan makasar 1
Paparan makasar 1Paparan makasar 1
Paparan makasar 1
 
Dampak perdagangan bebas asean terhadap perekonomian indonesia
Dampak perdagangan bebas asean terhadap perekonomian indonesiaDampak perdagangan bebas asean terhadap perekonomian indonesia
Dampak perdagangan bebas asean terhadap perekonomian indonesia
 
Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA)
Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA)Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA)
Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA)
 
PASAR BEBAS PPT.pptx
PASAR BEBAS PPT.pptxPASAR BEBAS PPT.pptx
PASAR BEBAS PPT.pptx
 
Masyarakat Ekonomi ASEAN - Peluang dan Hambatan
Masyarakat Ekonomi ASEAN - Peluang dan HambatanMasyarakat Ekonomi ASEAN - Peluang dan Hambatan
Masyarakat Ekonomi ASEAN - Peluang dan Hambatan
 
Makalah ttg asean deplu 10 des.2010
Makalah ttg asean  deplu 10 des.2010 Makalah ttg asean  deplu 10 des.2010
Makalah ttg asean deplu 10 des.2010
 
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
 
3000 Dasar Awam 2005
3000 Dasar Awam 20053000 Dasar Awam 2005
3000 Dasar Awam 2005
 
Dasar dasar awam
Dasar dasar awamDasar dasar awam
Dasar dasar awam
 
MEA
MEAMEA
MEA
 
Perdagangan Internasional
Perdagangan InternasionalPerdagangan Internasional
Perdagangan Internasional
 
bab 2 Lingkungan pemasaran global.pptx
bab 2 Lingkungan pemasaran global.pptxbab 2 Lingkungan pemasaran global.pptx
bab 2 Lingkungan pemasaran global.pptx
 
Apec
Apec Apec
Apec
 
GEOGRAFI
GEOGRAFIGEOGRAFI
GEOGRAFI
 
Iso,1 20-abas
Iso,1 20-abasIso,1 20-abas
Iso,1 20-abas
 

More from WinardiZainal1

PROSEDUR DAN TIMELINE PENYUSUNAN DAN PENGUSULAN DUPAK ANALIS KEBIJAKAN_250922...
PROSEDUR DAN TIMELINE PENYUSUNAN DAN PENGUSULAN DUPAK ANALIS KEBIJAKAN_250922...PROSEDUR DAN TIMELINE PENYUSUNAN DAN PENGUSULAN DUPAK ANALIS KEBIJAKAN_250922...
PROSEDUR DAN TIMELINE PENYUSUNAN DAN PENGUSULAN DUPAK ANALIS KEBIJAKAN_250922...WinardiZainal1
 
Overview Bimtek TPI Kemenperin rev.pptx
Overview Bimtek TPI Kemenperin rev.pptxOverview Bimtek TPI Kemenperin rev.pptx
Overview Bimtek TPI Kemenperin rev.pptxWinardiZainal1
 
1.-KABAN-Bahan-Tayang-Laporan-Kepala-Bappeda-Musrenbang-2022_v30.03-perbaikan...
1.-KABAN-Bahan-Tayang-Laporan-Kepala-Bappeda-Musrenbang-2022_v30.03-perbaikan...1.-KABAN-Bahan-Tayang-Laporan-Kepala-Bappeda-Musrenbang-2022_v30.03-perbaikan...
1.-KABAN-Bahan-Tayang-Laporan-Kepala-Bappeda-Musrenbang-2022_v30.03-perbaikan...WinardiZainal1
 
PPT Industri 0821 eksim.pdf
PPT Industri 0821 eksim.pdfPPT Industri 0821 eksim.pdf
PPT Industri 0821 eksim.pdfWinardiZainal1
 
Session 11.2 - Environment-related Provisions in FTAs - Prepared by R.Lindaya...
Session 11.2 - Environment-related Provisions in FTAs - Prepared by R.Lindaya...Session 11.2 - Environment-related Provisions in FTAs - Prepared by R.Lindaya...
Session 11.2 - Environment-related Provisions in FTAs - Prepared by R.Lindaya...WinardiZainal1
 
(Materi) Proses Pembentukan FTA.pdf
(Materi) Proses Pembentukan FTA.pdf(Materi) Proses Pembentukan FTA.pdf
(Materi) Proses Pembentukan FTA.pdfWinardiZainal1
 

More from WinardiZainal1 (7)

PROSEDUR DAN TIMELINE PENYUSUNAN DAN PENGUSULAN DUPAK ANALIS KEBIJAKAN_250922...
PROSEDUR DAN TIMELINE PENYUSUNAN DAN PENGUSULAN DUPAK ANALIS KEBIJAKAN_250922...PROSEDUR DAN TIMELINE PENYUSUNAN DAN PENGUSULAN DUPAK ANALIS KEBIJAKAN_250922...
PROSEDUR DAN TIMELINE PENYUSUNAN DAN PENGUSULAN DUPAK ANALIS KEBIJAKAN_250922...
 
Overview Bimtek TPI Kemenperin rev.pptx
Overview Bimtek TPI Kemenperin rev.pptxOverview Bimtek TPI Kemenperin rev.pptx
Overview Bimtek TPI Kemenperin rev.pptx
 
1.-KABAN-Bahan-Tayang-Laporan-Kepala-Bappeda-Musrenbang-2022_v30.03-perbaikan...
1.-KABAN-Bahan-Tayang-Laporan-Kepala-Bappeda-Musrenbang-2022_v30.03-perbaikan...1.-KABAN-Bahan-Tayang-Laporan-Kepala-Bappeda-Musrenbang-2022_v30.03-perbaikan...
1.-KABAN-Bahan-Tayang-Laporan-Kepala-Bappeda-Musrenbang-2022_v30.03-perbaikan...
 
PPT Industri 0821 eksim.pdf
PPT Industri 0821 eksim.pdfPPT Industri 0821 eksim.pdf
PPT Industri 0821 eksim.pdf
 
Session 11.2 - Environment-related Provisions in FTAs - Prepared by R.Lindaya...
Session 11.2 - Environment-related Provisions in FTAs - Prepared by R.Lindaya...Session 11.2 - Environment-related Provisions in FTAs - Prepared by R.Lindaya...
Session 11.2 - Environment-related Provisions in FTAs - Prepared by R.Lindaya...
 
(Materi) Proses Pembentukan FTA.pdf
(Materi) Proses Pembentukan FTA.pdf(Materi) Proses Pembentukan FTA.pdf
(Materi) Proses Pembentukan FTA.pdf
 
(Materi) ROO.pdf
(Materi) ROO.pdf(Materi) ROO.pdf
(Materi) ROO.pdf
 

Recently uploaded

Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfHeru Syah Putra
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxhartonohajar
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfNezaPurna
 
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...ngrecopemdes
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxZainul Ulum
 

Recently uploaded (7)

Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
 

IKM Bidakara.ppt

  • 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Yogyakarta, 23 Maret 2010 ANTISIPASI SEKTOR INDUSTRI DALAM MENGHADAPI AC-FTA
  • 2. I. KERJASAMA PERDAGANGAN DUNIA II. KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM FORA KERJASAMA INTERNASIONAL III. KONDISI INDUSTRI INDONESIA IV. PELAKSANAAN AC-FTA V. STRATEGI ANTISIPASI SEKTOR INDUSTRI 2
  • 4. PRINSIP DASAR 4 Multilateral Sistem Perdagangan diatur Free flow of goods & services and Investments Relokasi Sumber Daya yang Efisien Regional Bilateral Building Block Bilateral Bilateral Bilateral Regional FORUM KERJASAMA INTERNASIONAL DAN HAKEKAT MANFAATNYA Meningkatkan kesejahteraan bersama
  • 5. ALASAN DILAKUKAN FREE TRADE AGREEMENT 5 Doha Development Round (Term of Trade yang adil belum terwujud) Perundingan Tingkat Menteri, Hong Kong 2005 belum mencapai kesepakatan Perundingan Jenewa di- suspend Juli 2006 Multilateral GATT 1947 WTO Uruguay Round 1994 Regional Free Trade Agreement Regional Bilateral ASEAN APEC EC NAFTA MERCURSOR IJEPA Aus-Thai Etc. Reaksi WTO OKI D-8 Etc. Customs Union Preferential Trade Agreement Indonesia – Pakistan Indonesia – Iran Indonesia – Jepang Indonesia – Australia ASEAN – China ASEAN – Korea ASEAN – Jepang Asean – India ASEAN – Aust/NZ AS – Jordan AS – Chile AS – Singapore EU AEC tahun 2015 Etc. Workshop Pembuatan Perjanjian Internasional
  • 6. 2) Perdagangan Jasa (Trade In Services) 6 1) Perdagangan Barang (Trade In Goods) CAKUPAN KERJASAMA INTERNASIONAL 3) Investasi 4) Kerjasama Teknik
  • 7. Modalitas Penurunan/Penghapusan Tarif Bea Masuk 7 Kriteria Asal Barang (Rules of Origin) Penghapusan Hambatan Perdagangan non –Tarif (NTM & NTB) DAYASAING Perdagangan Barang (Trade In Goods)
  • 8. • Most Favoured Nation Perlakuan yang diberikan kepada suatu negara harus juga diberikan kepada negara lain • National Treatment Memberikan perlakuan sama terhadap produk-produk impor baik barang maupun jasa, dengan produk sejenis di dalam negeri • Transparency Bersikap terbuka/transparan terhadap berbagai kebijakan perdagangannya • Mutual Benefit Saling menguntungkan antar negara anggota 8 1) Prinsip-prinsip Kerjasama TANTANGAN MENGHADAPI KESEPAKATAN FTA
  • 9. 2) Ekspektasi Perdagangan Bebas • Terbukanya akses pasar produk dan jasa • Terpenuhinya bahan baku, penolong dan barang modal • Investasi – Struktur Industri • Penguatan Kapasitas – Daya Saing • Peningkatan Daya Beli 9 PERDAGANGAN BEBAS
  • 10. II. KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM FORA KERJASAMA INTERNASIONAL 10
  • 11. Fora Kerjasama Internasional 1) Multilateral (WTO) 2) Regional: a) CEPT-AFTA b) ASEAN-China FTA c) ASEAN-Korea FTA d) ASEAN-Australia-New Zealand FTA e) ASEAN-India FTA 3) Bilateral (IJ-EPA) 11
  • 12. 12 • World Trade Organization (WTO) merupakan organisasi yang dimaksudkan untuk meliberalisasikan perdagangan dunia, menjadi forum negosiasi penghapusan hambatan tarif maupun non tarif, dan forum untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan. • Indonesia telah menjadi anggota WTO sejak 1 Januari 1995. • Dalam forum WTO, Indonesia tetap ingin mempertahankan keseimbangan pembukaan akses pasar produk pertanian dan non pertanian, namun tetap mempertahankan adanya special and differential treatment bagi negara berkembang. 1) Multilateral (WTO)
  • 13. 2) Regional ASEAN (CEPT-AFTA) • Kategori CEPT-AFTA: a. Inclusion List (IL) sebanyak 8.626 pos tarif. b. Temporary Exception List / TEL sebanyak 16 pos tariff. c. Sensitive List, terdiri dari Sensitive List / SL (beras) dan Highly Sensitive List / HSL (gula). d. General Exception List (GEL) sebanyak 96 pos tarif (a.l. senjata, bahan peledak, minuman beralkohol, psikotropika). • Sesuai kesepakatan CEPT-AFTA, mulai tanggal 1 Januari 2010, tarif seluruh produk dalam Inclusion List (IL) menjadi 0%. 13
  • 14. 3) ASEAN – MITRA Dialog • ASEAN-China (AC-FTA) AC-FTA ditandatangani 29 November 2004 dan sudah diimplementasikan untuk Early Harvest Program (EHP) dan untuk normal track tahun 2005. • ASEAN – Korea (AK-FTA) AK-FTA ditandatangani 30 November 2004 dan diimplementasi mulai 1 Juli 2007. Pos tarif untuk kategori Normal Track (NT) sejumlah 7.146 pos yang akan 0% pada 2010, sedangkan sisanya pada 2012. • ASEAN – Jepang Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) Kesepakatan AJCEP ditandatangani tanggal 1 Maret 2008. Indonesia belum meratifikasi (direncanakan tahun ini). • ASEAN-Australia New Zealand (AANZ) AANZ-FTA ditandatangani 28 Februari 2009 dan diberlakukan setelah diratifikasi oleh pihak/negara didalam kesepakatan tersebut. • ASEAN-India FTA (AIFTA) AIFTA ditandatangani di Bangkok tanggal 13 Agustus 2009. Implementasi tanggal 1 Januari 2010, namun bergantung pada proses ratifikasi. 14
  • 15. 4) Bilateral FTA/EPA  Indonesia telah melakukan bilateral FTA dengan Jepang dalam kerangka kerjasama Indonesia-Jepang Economic Partnership Agreement (IJEPA). IJEPA adalah perundingan bilateral FTA pertama.  IJEPA dilandaskan pada 3 pilar kesepakatan, yakni: liberalisasi, fasilitasi, dan kerjasama.  Tujuan IJEPA adalah untuk mendorong terbukanya akses pasar produk Indonesia, terpenuhinya bahan baku penolong dan barang modal, masuknya investasi, peningkatan capacity building, dan peningkatan daya beli.  IJEPA ditandatangani tanggal 20 Agustus 2007 dan mulai berlaku efektif 1 Juli 2008. 15
  • 16. III. KESIAPAN INDUSTRI INDONESIA 16
  • 17. 17 PERANANSEKTORINDUSTRIDALAMPERDAGANGANBEBAS Sampai dengan tahun 2008, sektor Industri Pengolahan masih menjadi penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional (Produk Domestik Bruto-PDB). Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2008 menyumbang sekitar 27,87 persen, diikuti oleh sektor Pertanian 14,40 persen dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi 13,97 persen. 1) Peran Sektor Industri Dalam Perekonomian Kontribusi Sektor Industri non-migas terhadap PDB non-Migas tahun 2008 Industri, 27.87 Pertanian, 14.4 Transportasi & Komunikasi, 13.97 Lainnya, 43.76
  • 18. 18 Persentase nilai ekspor secara keseluruhan dan ekspor non migas Indonesia terhadap ASEAN dan China meningkat setiap tahunnya 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Indonesia Total Export Share China ASEAN Lainnya China ASEAN 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Indonesia Non-Oil Export Share China ASEAN Lainnya China ASEAN
  • 19. 19  Dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) tahun 2007 terdapat sebanyak 8.750 pos tarif berdasarkan klasifikasi Harmonised System (HS) 10 digit. Dari jumlah tersebut pos tarif sektor industri manufaktur adalah sebanyak 7.577 pos tarif atau sekitar 87% dari total pos tarif seluruh sektor. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri sangat merasakan dampak dari adanya berbagai kesepakatan FTA.  BTBMI 2007 menggambarkan tingkat tarif aplikasi (applied tariff) MFN seluruh pos tarif dimana rata – rata tingkat tarifnya pada tahun 2007 sudah sangat rendah yaitu 7%, dibandingkan dengan tingkat rata – rata bound tarif Indonesia yang dinotifikasi WTO sebesar 36%. 2) Cakupan Pos Tarif Industri Dalam BTBMI
  • 20. 20 3) Analisis Daya Saing Produk Industri Indonesia 1. Analisis daya saing produk manufaktur diawali dengan menghitung nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) 1000 (Xt ipr + Mt ipr) RCAt ipr = x (Xt ipr - Mt ipr) – (Xt i - Mt i) x (Xt i + Mt i) (Xt i + Mt i ) 2. Menghitung rata-rata RCA dan tren RCA / tahun 3. Penentuan batas atas dan batas bawah kelompok berdasarkan scatter diagram 4. Dalam analisis ini, RCA produk dihitung untuk 5 tahun terakhir (2004 – 2008) 5. Kekuatan suatu produk Indonesia dalam perdagangan bilateral dengan China dapat dilihat dari posisinya saat ini (digambarkan dari rata-rata RCA) dan kecenderungan pergerakannya (digambarkan dari tren RCA / tahun)
  • 21. Nilai Ekspor Indonesia masih lebih besar daripada Nilai Impor setiap tahunnya, namun gap mengecil KINERJAPERDAGANGANINDONESIATERHADAPDUNIA $0 $20,000 $40,000 $60,000 $80,000 $100,000 $120,000 $140,000 $160,000 Neraca Perdagangan Indonesia - Dunia Export Import Persentase nilai ekspor non migas Indonesia relatif stabil setiap tahunnya 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00% 1996199719981999200020012002200320042005200620072008 Perkembangan Ekspor Non Migas Indonesia - Dunia Export Import
  • 22. 22 Kuat 14% Sedang 26% Lemah 13% Lemah Sekali 45% Non Transaksi 2% Daya Saing Produk Industri Indonesia Terhadap Dunia (2004-2008)
  • 23. Nilai Ekspor Indonesia terhadap ASEAN selalu mengalami peningkatan walaupun pada 5 tahun terakhir mengalami penurunan jumlah jika dibandingkan nilai impornya. KinerjaPerdaganganIndonesiaTerhadapASEAN $0 $5,000 $10,000 $15,000 $20,000 $25,000 $30,000 $35,000 $40,000 $45,000 Millions Import Export 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% Perkembangan Ekspor Non Migas Indonesia - ASEAN Export Import Persentase nilai ekspor non migas Indonesia cenderung mengalami penurunan walaupun tetap masih lebih tinggi dibanding impornya
  • 24. 24 Kuat 15% Sedang 21% Lemah 17% Lemah Sekali 41% Non Transaksi 6% Daya Saing Produk Industri Indonesia Terhadap ASEAN (2004 – 2008)
  • 25. $0 $5,000 $10,000 $15,000 $20,000 $25,000 $30,000 Millions Neraca Perdagangan Indonesia - China Imports Exports 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00% 16.00% 18.00% 20.00% Perkembangan Ekspor Non Migas Indonesia - China Ekspor Impor Nilai total ekspor dan Non- Migas indonesia dengan China terus meningkat setiap tahunnya, namun gap defisit kian besar KinerjaPerdaganganIndonesiaTerhadapChina
  • 26. 26 Kuat 7% Sedang 29% Lemah 11% Lemah Sekali 43% Non Transaksi 10% Daya Saing Produk Industri Indonesia Terhadap China (2004-2008)
  • 27. 27 DayaSaingSektorIndustriKecildanMenengahIndonesia–China •Produk IKM Sandang adalah yang paling kuat diantara Produk IKM lainnya, sedangkan IKM Logam dan Elektronika merupakan yang terlemah. •Jumlah HS Industri Kecil Menengah: 112+68+393+34+87+762(Non Transaksi) = 1456 Kode HS
  • 28. 28 ContohKasusTekstil:PerbandinganFaktorPendukungDayaSaing IndustriIndonesiadenganChina No Indikator Indonesia China 1 Kapas (Cotton) Masih diimpor dari negara penghasil kapas antara lain karena mutu kapas dalam negeri belum dapat memenuhi syarat kualitas. Dipasok dari hasil pertanian dalam negeri dan masih import dari negara lain. 2 Tenaga Kerja/Buruh Kebijakan pemerintah yang tetap konsisten dalam mempertahankan industri padat karya, membuat perusahaan tekstil tidak leluasa dalam meningkatkan efisiensi produksi melalui penggunaan mesin (full automatic machine). - Jam kerja : 40 Jam / minggu Jam kerja : 44 - 48 Jam / minggu Hari kerja per tahun : 337 hari Hari kerja per tahun : 347 - 350 hari Labor cost : US$ 0.65 / jam Labor cost : US$ 0.55 - 0.85 / jam 3 Energi/Listrik Tarif : US$ 0.08 / kWh Tarif : US$ 0.09 / kWh Supply tidak kontinyu sehingga ada penambahan biaya (tidak ekonomis untuk perusahaan) Supply stabil 4 Mesin dan Peralatan Industri > 20 tahun dan baru 6% dilakukan program restrukturisasi mesin dari pemerintah tahun 2007 < 10 Tahun dan telah melakukan peremajaan mesin sejak tahun 2000 5 Suku Bunga Pinjaman 14% 6%
  • 29. 29 ContohKasusTekstil-Lanjutan No Indikator Indonesia China 6 PPN Restitusi 10 % tanpa ada kepastian waktu 17 % dengan waktu 25 hari Penjualan Ritel : Produsen harus menggunakan faktur PPN Lengkap Penjualan Ritel : Lebih senang membeli produk dari importir karena tidak menggunakan faktur lengkap 7 Impor Kimia Tekstil Bea Masuk 15% Mandiri 8 Potongan Pajak - Kebijakan fasilitas insentif potongan pajak (tax rebate) hingga 15 % kepada perusahaan produsen produk berorientasi ekspor (export oriented), termasuk produk tekstil.
  • 31. PELAKSANAAN AC-FTA 31  ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) didasarkan pada perjanjian komprehensif kerjasama ekonomi ASEAN China tahun 2002, dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu dengan jadwal penurunan tarif: 1. Untuk sektor yang sudah siap (early harvest program) khususnya produk pertanian, perikanan, makanan minuman dengan jadwal tahun 2004 – 2006; 2. Normal Track (NT1 dan NT2). NT1 tahun 2005 – 2010 dan NT2 selesai tahun 2012; 3. Tahap ketiga untuk produk yang masuk kategori Sensitive Track (ST) dan Highly Sensitive Track (HST).  Dalam kerangka AC-FTA, skema penurunan tarif bea masuk untuk Normal Track 1 (NT 1) seluruhnya menjadi 0% pada tanggal 1 Januari 2010. Sisa jumlah pos tarif yang dijadwalkan menjadi 0% pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.597 pos tarif, sehingga total jumlah pos tarif yang sudah menjadi 0% pada tahun 2010 adalah 7.306 pos tarif.
  • 32. 32  Jumlah pos tarif sektor industri dalam kategori NT1 adalah 6.064 pos tarif. Dari jumlah tersebut, sebanyak 228 pos tarif, saat ini telah diusulkan untuk ditunda jadwal penurunannya.  Untuk kategori Normal Track 2 (NT 2), tarif bea masuknya menjadi 0% pada tahun 2012, untuk kategori Sensitive List (SL), menjadi 0% – 5% pada tahun 2018, untuk kategori High Sensitive List (HSL) diturunkan/dihapuskan menjadi 0%-50% mulai tahun 2015, dan untuk kategori General Exception List (GEL) tetap berlaku tarif MFN.  Berdasarkan masukan dunia usaha dan kajian pemerintah, terdapat 228 pos tarif produk yang daya saingnya masih lemah sehingga Indonesia mengusulkan renegosiasi untuk penundaan pelaksanaannya.
  • 33. PELAKSANAAN AC-FTA - LANJUTAN 33 No Kelompok Produk ∑ Penundaan Total pos tarif 1 Besi Baja 114 524 2 Tekstil & Produk Tekstil 53 1017 3 Permesinan 10 4 Elektronika 7 752 5 Kimia Anorganik Dasar 7 193 6 Petrokimia 2 288 7 Furniture 5 8 8 Kosmetika 1 9 Jamu 1 10 Alas kaki 5 35 11 Produk Industri Kecil 1 137 12 Maritim* 22 TOTAL 228 2954 USULAN PENUNDAAN TARIF 0% AC-FTA
  • 34. Periode Nopember 2009 – Februari 2010 NO NEGARA ASAL NILAI IMPOR (RIBU$) % 1 ASEAN 6,323,473.684 26.62 2 CHINA 4,173,263.158 17.57 3 JAPAN 2,745,578.947 11.56 4 UNITED STATES 1,783,578.947 7.51 5 AUSTRALIA 1,083,578.947 4.56 6 KOREA, REPUBLIC OF 845,578.947 3.56 7 INDIA 676,210.526 2.85 8 TAIWAN, PROVINCE OF CHINA 634,000.000 2.67 9 GERMANY 587,157.895 2.47 10 SAUDI ARABIA 437,894.737 1.84 11 LAINNYA 4,465,052.632 18.80 TOTAL 23,755,368.421 100 GAMBARAN IMPOR DARI CHINA
  • 35. 35 -5000 0 5000 10000 15000 20000 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 JAN-OKT 2009 US$ Million Export to China Import from China Trade Balance • Pada periode 1999-2007, Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan China, tetapi sejak tahun 2008 dan 2009 (Jan-Okt) mengalami defisit. • Defisit neraca perdagangan tahun 2009 relatif lebih rendah dibanding 2008. Neraca Perdagangan Indonesia-RRT
  • 36. 36 Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 JAN-OKT 2009 US $ Miliion •Impor barang dari China didominasi oleh barang modal dan bahan baku penolong yang digunakan oleh industri dalam yang selalu meningkat setiap tahunnya. •Sedangkan barang konsumsi dari China masih sedikit jika dibandingkan nilai barang modal dan bahan baku penolong. Impor Indonesia-China Menurut Golongan Penggunaan Barang
  • 37. Periode Nopember 2009 – Februari 2010 0 200,000,000 400,000,000 600,000,000 800,000,000 1,000,000,000 1,200,000,000 1,400,000,000 2009-11 2009-12 2010-01 2010-02
  • 38. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2009-11 2009-12 2010-01 2010-02 ACFTA NONACFTA Periode Nopember 2009 – Februari 2010
  • 39. KOMODITI Nilai Impor (Ribu $) Alas Kaki 15,263.2 Besi baja 391,789.5 Elektronika 427,894.7 Lainnya 3,285,052.6 Mainan Anak 15,157.9 Makanan dan Minuman 13,578.9 Pakaian Jadi 24,526.3 TOTAL 4,173,263.2 Periode Nopember 2009 – Februari 2010
  • 40.
  • 41. Periode Nopember 2009 – Februari 2010 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 2009-11 2009-12 2010-01 2010-02 NONACFTA ACFTA
  • 42. V. STRATEGI ANTISIPASI SEKTOR INDUSTRI 42
  • 43. RE-NEGOSIASI Pemerintah telah menyampaikan notifikasi kepada Sekretariat ASEAN mengenai:  Indonesia tetap melaksanakan komitmen sesuai jadwal  Sektor industri tertentu menghadapi ancaman pelemahan daya saing yang akan berdampak lebih luas  Pemerintah tengah melakukan pembicaraan ulang dengan pihak pihak yang terkait dengan ASEAN China FTA  Persiapan-persiapan untuk pembicaraan ulang tengah dilaksanakan secara intensif 43
  • 44.  Organisasi:  Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan Perdagangan (SK Menko Perekonomian No Kep-42/M.EKON/12/2009)  Pengarah: Menko Perekonomian dan para menteri terkait  Tim Pelaksana: para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku usaha (KADIN dan APINDO)  3 Tim Teknis yang fokus pada pengawasan atas pelaksanaan FTA dan Strategi Non Tarif dalam upaya percepatan penguatan Industri Nasional dalam menghadapi persaingan global  Tugas Tim  Identifikasi dan analisis masalah/hambatan  Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan perdagangan  Pemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatan 44 PEMBENTUKAN TIM NASIONAL
  • 45. 45 LANGKAH LANGKAH- -LANGKAH PENGAMANAN LANGKAH PENGAMANAN SEKTOR INDUSTRI SEKTOR INDUSTRI B. Penguatan Ekspor Produk Industri I. Menjaga Daya Saing 1. Fasilitasi Umum 2. Trade Financing 3. Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi 4. Insentif Khusus II. Menjaga Akses Pasar 1. Negosiasi dan Lobi 2. Promosi yang Terarah A. Pengamanan Pasar DN dan Peningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) C. Pengamanan Cabang Industri I. Pengamanan Pasar thd Gangguan Luar 1. Impor Ilegal 2. Trade Remedy 3. Tarif 4. Tata Niaga II. Stimulasi Penggunaan Produk DN 1. Pembelanjaan Pemerintah dan BUMN 2. Penguatan dan Pembinaan Produsen Produk DN I. Produk Industri 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 2. Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 4. Pulp, Kertas, dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 6. Semen & Barang Galian Bukan Logam 7. Logam Dasar Besi & Baja dan Non Ferro 8. Alat Angkut, Mesin & Peralatannya, termasuk elektronika dan IT 9. Barang Lainnya II. Industri Kecil dan Menengah: 1. Perluasan Akses Pembiayaan 2. Perluasan Akses Pasar 3. Peningkatan Kapasitas SDM LANGKAH LANGKAH- -LANGKAH PENGAMANAN LANGKAH PENGAMANAN SEKTOR INDUSTRI SEKTOR INDUSTRI B. Penguatan Ekspor Produk Industri I. Menjaga Daya Saing 1. Fasilitasi Umum 2. Trade Financing 3. Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi 4. Insentif Khusus II. Menjaga Akses Pasar 1. Negosiasi dan Lobi 2. Promosi yang Terarah B. Penguatan Ekspor Produk Industri I. Menjaga Daya Saing 1. Fasilitasi Umum 2. Trade Financing 3. Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi 4. Insentif Khusus II. Menjaga Akses Pasar 1. Negosiasi dan Lobi 2. Promosi yang Terarah A. Pengamanan Pasar DN dan Peningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) C. Pengamanan Cabang Industri I. Pengamanan Pasar thd Gangguan Luar 1. Impor Ilegal 2. Trade Remedy 3. Tarif 4. Tata Niaga II. Stimulasi Penggunaan Produk DN 1. Pembelanjaan Pemerintah dan BUMN 2. Penguatan dan Pembinaan Produsen Produk DN I. Produk Industri 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 2. Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 4. Pulp, Kertas, dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 6. Semen & Barang Galian Bukan Logam 7. Logam Dasar Besi & Baja dan Non Ferro 8. Alat Angkut, Mesin & Peralatannya, termasuk elektronika dan IT 9. Barang Lainnya II. Industri Kecil dan Menengah: 1. Perluasan Akses Pembiayaan 2. Perluasan Akses Pasar 3. Peningkatan Kapasitas SDM STRATEGI PENGAMANAN SEKTOR INDUSTRI
  • 46. Pengamanan Pasar Dalam Negeri dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN)  Pengamanan Pasar Dalam Negeri  Menganalisis secara menyeluruh daya saing produk industri yang tarifnya menjadi 0% pada tahun 2010 terhadap 7.577 pos tarif (87%) sektor industri.  Kementerian Perindustrian bekerjasama dengan Ditjen Bea dan Cukai untuk menganalisis laporan berkala pemanfaatan SKA Form-E (AC-FTA), SKA Form-D (CEPT-AFTA) dan SKA Form AK (ASEAN- Korea). 46
  • 47. Pengamanan Pasar Dalam Negeri-Lanjutan  Peningkatan Pengawasan di Pelabuhan, Peredaran Barang di Pasar Lokal. a. Meningkatkan pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri Perdagangan No. 56/M-DAG/PER/12/2008 tentang pembatasan pelabuhan impor untuk produk-produk tertentu, yaitu produk-produk garmen, alas kaki, mainan anak, elektronika konsumsi, serta makanan dan minuman, yang hanya boleh masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Makassar, dan Belawan. b. Diusulkan perluasan cakupan produk industri dalam Peraturan Menteri Perdagangan di atas untuk produk: 1) kosmetika, 2) keramik, 3) LHE, 4) handphone, 5) komponen otomotif (busi dan filter), dan 6) sepeda tertentu. c. Diusulkan kewajiban verifikasi di negara asal untuk importasi produk-produk di atas. 47
  • 48. Pengamanan Pasar Dalam Negeri-Lanjutan  Mengoptimalkan instrumen trade defense (safeguard, antidumping, dan counter veiling duty).  Menerapkan regulasi teknis (technical barrier to trade): a. Perluasan penerapan SNI Wajib untuk produk terkait dengan perlindungan keselamatan, keamanan atau kesehatan serta pelestarian lingkungan hidup. b. Pencegahan praktek perdagangan yang curang (deceptive practices).  Mengoptimalkan pemberian Pertimbangan Teknis (Rekomendasi) dalam rangka penerapan Importir Produses (IP)/ Importir Tertentu (IT).  Mensyaratkan mill certificate pada setiap importasi besi baja tertentu.  Mengharmonisasikan tarif Bea Masuk bahan baku/komponen dengan produk jadi.  Memaksimalkan pengawasan penyelundupan.  Penggunaan Label Berbahasa Indonesia. 48
  • 49.  Mengoptimalkan Penggunaan Produksi Dalam Negeri, khususnya dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah  Pembelanjaan Pemerintah dan BUMN. a. Mengoptimalkan Belanja Pemerintah/BUMN/BUMD dalam bentuk Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dengan memberikan preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri. b. Menyusun direktori jenis barang/jasa buatan dalam negeri yang memiliki tingkat kandungan komponen dalam negeri antara 20-90% (21 kelompok dan 456 jenis barang): 1. Bahan Penunjang Produksi Pertanian (3 jenis barang) 2. Alat Mesin Pertanian (17 jenis barang) 3. Peralatan Penunjang Pertambangan (5 jenis barang) 4. Peralatan Penunjang Migas (28 jenis barang) 5. Peralatan Kelistrikan (27 jenis barang) 6. Peralatan Telekomunikasi (36 jenis barang) 7. Peralatan Elektronika (40 jenis barang) 8. Bahan Bangunan dan Konstruksi (30 jenis barang) 9. Mesin Peralatan Pabrik (77 jenis barang) 10. Alat Besar dan Konstruksi (10 jenis barang) 49
  • 50. Lanjutan… 11. Alat Transportasi(24 jenis barang) 12. Peralatan Kesehatan (19 jenis barang) 13. Alat Instrumentasi dan Laboratorium (2 jenis barang) 14. Alat Tulis dan Peralatan Kantor (15 jenis barang) 15. Alat Olah Raga dan Pendidikan (18 jenis barang) 16. Pakaian dan Perlengkapan Kerja (37 jenis barang) 17. Bahan Kimia (5 jenis barang) 18. Logam dan Produk Logam (19 jenis barang) 19. Sarana Pertahanan (7 jenis barang) 20. Barang Lainnya (24 jenis barang) 21. Jasa Keteknikan EPC (13 jenis barang)  Pemberlakukan SNI Wajib untuk produk-produk tertentu untuk mewujudkan persaingan yang sehat. 50
  • 51. Penguatan Daya Saing dan Kemampuan Ekspor Industri  Meningkatkan daya saing  Meningkatkan Pelayanan dan Fasilitasi Umum:  Meninjau kembali kenaikan tarif THC.  Mempercepat pembangunan Jalan dari dan ke pelabuhan.  Mendorong terlaksananya pembangunan dry port di kawasan industri PT. Jababeka Cikarang- Bekasi.  Mengefektifkan mekanisme imbal beli (counter purchase) untuk proyek-proyek pemerintahan dan BUMN.  Mengoptimalkan penggunaan jasa pelayaran/kapal berbendera Indonesia. 51
  • 52.  Menyediakan Fasilitas Trade Financing :  Rediskonto wesel ekspor untuk post shipment (PBI). Garansi post-shipment financing.  Optimalisasi skema kredit ekspor.  Mengefektifkan lembaga pembiayaan dan penjaminan ekspor.  Kewajiban menggunakan L/C untuk ekspor komoditi tertentu.  Menyediakan insentif khusus melalui Fasilitas PPh untuk bidang usaha tertentu dan daerah tertentu (PP 62/2008).  Mengurangi ekonomi biaya tinggi :  Percepatan restitusi PPN dan Bea Masuk.  Penyediaan pasokan listrik, gas dan batubara (DMO). 52
  • 53.  Melonggarkan tata niaga ekspor.  Melaksanakan program konservasi dan diversifikasi energi.  Mengamankan ketersediaan bahan baku melalui penerapan tata niaga ekspor dan impor bahan baku scrap.  Mengusulkan pemberian insentif BMDTP untuk bahan baku yang diperlukan oleh industri tertentu.  Melaksanakan restrukturisasi permesinan dan peralatan, misal TPT, Alas Kaki, dan Pabrik Gula.  Meningkatkan kemampuan industri dalam memenuhi standar teknis dan kepatuhan sosial (keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan). 53
  • 54.  Menjamin ketersediaan bahan baku kulit melalui pengenaan Bea Keluar untuk kulit mentah dan setengah jadi.  Memfasilitasi penerapan manajemen mutu.  Melakukan harmonisasi tarif bea masuk untuk produk hulu dan hilir yang dapat memacu investasi dan daya saing.  Membatasi ekspor bahan baku mentah untuk mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam negeri.  Mendorong Investasi untuk pengembangan Industri Baja Hulu menggunakan SDA Lokal. 54
  • 55.  Meningkatkan akses pasar  Memperkuat distribusi (pemanfaatan ritel dan perdagangan internasional) pemasaran ekspor produk IKM dan mengikutsertaan IKM di pameran internasional.  Memperluas negara tujuan ekspor melalui kegiatan promosi, khususnya ke pasar-pasar berpotensi, seperti : 1. Emerging market di Asia (India, Korea, Taiwan, ASEAN lain). 2. Timur Tengah; Russia, Asia Tengah dan Eropa Timur/Tengah. 3. Afrika (Afsel, Nigeria, Mesir, Tunisia). 4. Amerika Latin (Brazil, Argentina). 5. Negara-negara yang sedang melakukan rekonstruksi yaitu Irak dan Afghanistan. 55
  • 56. Pengamanan dan Penguatan Cabang Industri Tertentu  Mengoptimalkan fasilitas sistem peringatan dini (early warning system).  Mengoptimalkan pemanfaatan insentif fiskal berupa Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP).  Penyederhanaan pemberian rekomendasi yang terintegrasi dengan National Single Window (NSW).  Identifikasi dan evaluasi produk-produk industri untuk dikenakan SNI Wajib.  Meningkatkan pengawasan terhadap produk industri SNI Wajib.  Meningkatkan sistem, kapasitas, dan kemampuan laboratorium uji.  Menyusun instrumen kebijakan regulasi teknis untuk menjamin adanya playing-field yang fair di pasar domestik antara produk lokal dengan produk impor.  Penghapusan peraturan-peraturan yang berpotensi menimbulkan ekonomi biaya tinggi. 56