Etika Bisnis dan Hubungan dengan Alkitab menemukan bahwa praktek bisnis di kalangan hamba Tuhan penuh waktu dapat ditemukan dalam bentuk organisasi bisnis sederhana baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Pandangan gereja terhadap bisnis juga mengalami perkembangan seiring berkembangnya teologi.
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
Etika Bisnis
1. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Menurut kataorang, bukanhanya politik, tetapi juga ekonomi danbisnis bukan lahuntuk orang-
orang jujur, saleh danbermoral. Padahakekatnya, begitu katamereka, ekonomi danbisnis itu kotor.
Sebabitu, tinggalkanlah moralitas Seorangteman berkatabahwa bisnis itu butaetika, butasegala-
galanya kecuali uang.Dengan katalain dia mengatakan bahwa bisnis adalah sebuahdunia tersendiri
yang terlepasdari nilai-nilai dannorma-norma kecuali peraturan yang berlaku saatitu, ditempat itu.
Apayang dilarang oleh peraturan, boleh jadimenjadi legal diwaktumendatang sehingga etikatidak
lebih dariseperangkat peraturan yang dapatberubahtergantung situasi.
Pertanyaannya adalah apayang terjadi dengan etika bisnis sebagai standar untuk pengambilan
keputusan etis danbagaimana perananagama sebagai keyakinan yang mengajarkan takut akan
Tuhan?Seperti yang dikatakan Firman Tuhan, “Karena akarsegala kejahatan ialah cinta uang.
Sebabolehmemburu uanglah beberapaorangtelah menyimpang dariiman danmenyiksa
dirinyadengan berbagai-bagai duka(ITimotius 6:10).
Dalam gereja ada hamba Tuhan yang mencurahkan seluruh waktu dan tenaga
penuh untuk pelayanan, mereka adalah hamba Tuhan yang dikenal dengan istilah
hamba Tuhan penuh waktu. Mereka dituntut untuk selalu setia dalam pelayanan,
selalu siap jika ada yang membutuhkan pelayanan. Pelayanan yang dilakukan oleh
hamba Tuhan tersebut patutlah dihargai karena mereka benar-benar melakukan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan dan layak untuk mendapatkan upah
yang sepantasnya. Namun, upah yang mereka terima tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya karena sebagian orang merasa bahwa hamba Tuhan
sebaiknya hidup dalam kesederhanaan. Gajinya sedikit di atas UMR (Upah
Minimum Regional).Sehingga tak dapat dipungkiri banyak hamba Tuhan yang
menderita secara finansial, memiliki gaji pas-pasan yang mana gaji tersebut tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sedangkan hamba Tuhan adalah
manusia biasa yang memiliki tuntutan kebutuhan hidup bahkan ikut mengemban
mandat Allah untuk bertanggung jawab terhadap isi dunia ini termasuk dirinya,
keluarga dan sesamanya (Kejadian 1:28; I Timotius 5:8; Filipi 2:4). Mereka juga
membutuhkan sandang, pangan dan papan yang cukup untuk kelangsungan hidup.
Keadaan seperti itu membuat sebagian hamba Tuhan mencari jalan keluar sendiri
dan tak ingin menyusahkan jemaat sehingga solusi yang mereka ambil adalah
melakukan bisnis. Bisnis dapat membantu hamba Tuhan untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya seperti halnya Rasul Paulus yang mencukupi kebutuhan
hidupnya tanpa membebani jemaat dengan cara membuat tenda, bisnis merupakan
sarana untuk menunjang pelayanan (II Korintus 11:9). Sebuah bisnis adalah
lingkunganyang sangat sesuai untuk melaksanakan kebenaran Kristus.
Wajarlah jika hamba Tuhan itu melakukan bisnis karena di dunia bisnis pun
mereka dapat melayani dan membawa jiwa kepada Kristus dan mereka tidak
memerlukan gaji dari gereja. Namun seorang hamba Tuhan penuh waktu yang
merangkapsebagai pebisnis memiliki masalah dilematis, seolah-olah berdiri didua
sisi, pada satu sisi, hamba Tuhan dituntut untuk penuh waktu di gereja, tetapi pada
sisi yang lain, hamba Tuhan memiliki tuntutan kebutuhan hidupnya yang banyak
sehingga ia harus berbisnis. Ini merupakan hal yang sulit bagi hamba Tuhan
karena mau tidak mau pelayanan harus diutamakan. Dengan melihat penjelasan
tersebut di atas, membandingkan dengan pengamatan langsung di lapangan,
ternyata yang penulis jumpai bahwa ada hamba Tuhan yang tidak dapat mengatur
2. 2
waktunya sehingga seolah-olah bisnis yang diutamakan. Kebanyakan waktu,
tenaga dan pikiran lebih banyak digunakan untukurusan bisnis daripada untuk
mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan pelayanandi gereja. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah karya ilmiahyang berjudul
“Pandangan Alkitab Tentang Praktik Bisnis di Kalangan Hamba Tuhanyang
Penuh Waktu.”
1.Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis mengangkat pokok
masalah, sebagai berikut:
1. faktor-faktor apakah yang menyebabkan hamba Tuhan melakukan bisnis?
2. Apakah prinsip-prinsip hamba Tuhan melakukan bisnis?
3. Apakah bahaya menjadi hamba Tuhan yang berbisnis?
2.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini berdasarkan atas
beberapa
hal, yaitu:
1.Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkanhamba Tuhan
melakukan praktik bisnis.
2. Untuk memberi masukan bagi hamba Tuhan yang berbisnis agar dapat
menjalankan bisnisnya dengan menerapkan prinsip-prinsip yang benar.
3.Untuk mengetahui bahaya-bahaya menjadi hamba Tuhan berbisnis.
3.Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1.Sebagai bahan kajian untuk didiskusikan, sehingga mendapat pemahaman yang
benar berdasarkan Alkitab, sehingga sebagai hamba Tuhan yang melakukan
praktik bisnis
menggunakan materi mereka untuk kemuliaan Tuhan
2.Sebagai sarana untuk memberi masukan, motivasi, dorongan bagi hamba Tuhan
untuk melakukan praktik bisnis dengan mengikuti prinsip-prinsip Alkitabiah.
3. Untuk memenuhi tuntutan akademik guna memenuhi salahsatu persyaratan
dalam jenjang pendidikan program strata satu di Sekolah Tinggi Ekonomi Sultan
Agung.
“Etika Bisnis dan Hubungan dengan Alkitab menemukan satu kata yang dengan
jelas memaparkan tentang praktek bisnis di kalangan hamba Tuhan penuh waktu
tetapi dalam Alkitab dapat ditemukan bentuk organisasi bisnis yang masih dalam
bentuk sederhana baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Menurut Perjanjian Lama Dalam kitab Perjanjian Lama hal berusaha sangat
ditekankan oleh Alkitab karena merupakan tugas yang diberikan oleh Allah
kepada manusia. Seperti dikatakan dalam kitab Kejadian 1:26 bahwa bumi ini
diciptakan Tuhan untuk dimanfaatkan oleh manusia dan berbisnis merupakan
salah satu cara untuk melaksanakan kehendak Allah untuk menguasai, memenuhi
dan menaklukkan bumi dengan penuh tanggung jawab. Allah telah
mendelegasikan wewenang kepada Adam supaya dapat menjalankan tugas dan
fungsinya.
3. 3
Sebenarnya sudah terjadi transaksi sederhana antara Tuhan dan manusia. Hal ini
berarti bahwa bisnis itu muncul sejak manusia ada di muka bumi.
Pada zaman Nuh, manusia mulai berusaha membuat bahtera. Ordernya datang
dari Tuhan dan digunakan oleh manusia yang ingin diselamatkan oleh Allah dari
air bah (Kejadian 6:14). Setelah peristiwa air bah, Allah memberkati bumi lagi
dan ini memberikan gambaran tentang
perkembangan bisnis yang kelihatan dan bisa dicapai oleh anak-anak manusia
sampai saat ini.
Usaha pertanian dan perkebunan yang sekarang dikenal sebagai agrobisnis.
Tuhan menunjukkan perhatian-Nya dalam agrobisnis ketika Ia berjanji: ”Selama
bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai.”
Bisnis perburuan dipelopori oleh Nimrod, seorang pemburu yang gagah perkasa
di hadapan Tuhan (Kejadian 10:9). Peristiwa di Babel (Kejadian 11:8-9) ternyata
tumbuh banyak cikal bakal bisnis manusia seperti membuat batubata, bisnis
bahasa, keramik.
Sebagian besar tulisan Musa dalam Perjanjian Lama terdiri atas perintah-perintah
Tuhan mengenai usaha pertanian (Imamat 25:3-4). Tuhan juga terlibat dalam
bisnis real estate(tanah dan rumah) dan cara mengadakan transaksi dalam bisnis
tersebut (Imamat 25:10-25; Ulangan 19:14;27:17).
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Hakikat Bisnis.
1.1.Pengertian Etika Bisnis
Etika berasal dari kata Yunani yaitu ethos artinya kebiasaan, adat.Juga berarti
kesusilaan, perasaan batin, atau kecenderungan hati dengan mana seseorang
melaksanakan sesuatu perbuatan.
Etika berhubungan erat dengan kelakuan manusia dan cara manusia
melakukan perbuatannya. Itu menunjuk pada dua hal yakni positif dan
negatif.Oleh sebab itu tugas etika adalah menyelidiki, mengontrol perbuatan-
perbuatan, mengoreksi, dan membimbing serta mengarahkan tindakan yang
seharusnya dilakukan agar dapat memperbaiki tindakan atau perbuatannya.
Istilah bisnis berarti usaha dagang.Bisnis merupakan hubungan antar
manusia, yang saling “membutuhkan” pada posisi yang berbeda, seperti
penjual dan pembeli.Dengan adanya kegiatan bisnis maka kebutuhannya saling
terpenuhi.
Keberadaan etika bisnis tidak dapat dipisahkan dari etika pribadi dan etika
sosial pada diri seseorang.Etika bisnis tergolong dalam etika normatif, dan
merupakan bentuk etika terapan.William Shaw sebagaimana dikutip oleh Karel
Sosiopater menuliskan pengertian etika bisnis adalah suatu ilmu untuk
mengetahui baik dan buruk, benar atau salah, dari perilaku manusia dalam
konteks bisnis.
Perlu diketahui bahwa dalam Perjanjian Lama banyak kita jumpai masyarakat
Yahudi yang melakukan bisnis yaitu usaha dagangan misalnya tukang perak atau
tukang tenun. Orang Yahudi melakukan banyak kegiatan bisnis karena dalam
Perjanjian Lama bekerja itu sangat dihormati.
1.2. Menurut Beberapa Ahli Agama mengenai Praktik Bisnis:
1.William Barclay mencatat:
Bagi orang Yahudi bekerja adalah kehidupan. Orang Yahudi mengenal ungkapan
“orang yang tidak mengajar anak lelakinya berusaha, mengajarnya mencuri.”
Seorang rabi Yahudi sama kedudukannya dengan seorang dosen atau profesor di
perguruan tinggi, tetapi menurut hukum Yahudi ia tak boleh menerima satu sen
pun dari tugas mengajarnya; ia harus menguasai suatu bidang usaha yang
dilakukannya dengan tangannya dan dengan demikian ia memenuhi
kebutuhannya sendiri. Karena itu ada Juga yang menjadi tukang jahit, tukang
sepatu, tukang cukur, atau tukang roti dan bahkan pula menjadi aktor. Bekerja
bagi seorang Yahudi adalah kehidupan.
Jadi, orang Yahudi khususnya rabi mereka juga mencari penghasilan sendiri
salah satu cara adalah berbisnis. Orang Yahudi sangat menghargai keahlian dan
keterampilan Dalam Perjanjian Lama kita jumpai hamba Tuhan yang melakukan
bentuk bisnis misalnya pengusaha di bidang peternakan, Abraham, Ayub, Lot,
Habel, Musa, Jitro, dan Daud. Ketika bangsa Israel menduduki tanah Kanaan yang
merupakan daerah yang subur dan produktif yang melimpah susu dan madu
(Keluaran 3:8; Ulangan 26:8), orang Israel mulai mengusahakan daerah itu untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Kanaan merupakan tempat perdagangan
yang disukai karena letaknya tepat pada jalur perdagangan yang utama. Banyak
bangsa membarter hasil-hasil dari tanah Kanaan misalnya minyak zaitun
5. 5
ditukarkan dengan hasil dari Mesir. Yehezkiel menulis, “Yuda dan tanah Israel
berdagang dengan engkau; mereka menukarkan gandum dari Minit, mur, madu,
minyak dan balsam ganti barang-barang daganganmu” (Yehezkiel 27:17).
Jadi, kita dapat melihat bahwa perekonomian di Israelsangat maju dan banyak
membuka peluang bisnis pada masa itu. Bahkan kitab Torat menempatkan semua
kegiatan ekonomi (bisnis) dalam kerangka hubungan perjanjian dengan bangsa
Israel.Dalam kitab-kitab sejarah, dapat kita melihat bahwa bisnis dalam bidang
perdagangan sangat maju bahkan Salomo yang adalah raja juga terlibat dalam
usaha dagang. Dalam 1 Raja-raja 4:22-24 dengan jelas mem
perlihatkan daerah kekuasaan Salomo yang di dalamnya terdapat pertaian dan
peternakan. Salomo mengimpor bahan untuk bait suci dari negeri-negeri tetangga
(1 Raja-raja 9:15)
1.12.Pandangan Gereja Terhadap Bisnis.
Pandangan gereja terhadap bisnis berbeda-beda.Namun dapat dikatakan
bahwa pandangan gereja terhadap bisnis ini mengalami perkembangan ditiap
masanya sebagaimana teologi juga berkembang. Jadi, dengan melihat sejarah
gereja maka kita akan mengerti bagaimana proses perkembangan pandagan
gereja tentang bisnis. Sejarah mencatat dunia Yunani tidak mempunyai konsep
tentang “panggilan” (vocation) dan menganggap bekerja adalah sebagai kutukan.
Pola pikir ini sangat mempengaruhi pandangan gereja mula-mula yang disebut
zaman patriatistik, sehingga sebagian besar bapa-bapa gereja mula-mula
(kecuali Clement dari Alexandria) menerapkan pendekatan “atas dan bawah”
dalam kehidupan. Berada dalam urutan tertinggi adalah rohaniawan yang
tidak melakukan pekerjaan biasa di dunia.Secara universal, bidang bisnis
biasanya menempati urutan kedua atau bahkan ketiga.
Sebenarnya ini berawal dari sikap Perjanjian Baru sendiri yang memang
sama sekali tidak menaruh kepedulian serius terhadap baik dunia bisnis
maupun dunia politik. Mereka memahami diri sebagai “ciptaan baru” dari
“dunia baru” yang sedang dan akan didatangkan oleh Allah sendiri. Maka dunia
yang ada sekarang ini adalah dunia yang kotor, korup, dan lain-lain.
Pada abad ke-15, keadaan berubah agak fundamental.Masyarakat membuat
struktur yang ditandai dengan hierarki yang rumit dan berlapis.Etika Kristen
pada masa itu cenderung ingin mengatur segala sesuatu sampai hal
kecil.Pada waktu ini gereja mengeluarkan doktrin yang mengatur mengenai
masalah harga dan upah dengan maksud untuk keadilan.Namun akhirnya
ekonomi adalah ekonomi. Bagaimanapun gereja mau mengaturnya, ia
mempunyai mekanisme sendiri. Ekonomi berkembang terutama karena
berkembangnya sektor perdagangan, keuangan dan industri dan pemikiran
gereja semakin tertinggal. Pada abad 16, hanya para rohaniawan yang
dianggap menerima panggilan sedangkan orang percaya lainnya dianggap tidak
mempunyai panggilan.Pandangan ini mulai berubah ketika Martin Luther dan
diikuti John Calvin dan kaum Puritan mengungkapkan bahwa “kita tidak
memilih, kita dipanggil, dan kita semua dipanggil”.
Bahwa Allah tidak hanya memanggil orang untuk mejadi imam atau guru atau
pesuruh, tetapi juga menjadi pedagang dan pengusaha. Juga doktrin”imamat am
orang percaya”. Dengan doktrin ini meruntuhkan tembok pemisah antara
imam dan awam.Menjadi pedagang tidak lebih rendah daripada menjadi
imam.Bekerja di dunia Usaha tidak lebih hina daripada dilingkungan
6. 6
gereja.Marthin Luther mengatakan bahwa seluruh dunia ini adalah biara
kita.Seluruh karya manusia adalah ibadah.Dengan itulah dunia dan kegiatan
bisnis mempunyai tempat dan makna secara teologis.Pandangan para
reformator benar-benar menjadi dasar bagi bisnis yang dilakukan oleh orang
percaya dan membongkar pandangan umum yang selama ini salah kaprah
karena “panggilan telah disekulerkan di dunia dan disakralkan di gereja.
Walaupun konsep bekerja telah dikembalikan ke posisinya semula melalui
para reformator, dewasa ini masih ada gereja yang berpandangan mendua
tentang bisnis yang dikelompokkan ke dalam lima macam sikap gereja:
a. Bukan urusan – ekonomi adalah urusan duniawi, gereja tidak sepatutnya
mengurusi masalah perekonomian.
b. Krisis/Anti – berbeda dengan yang pertama, pandangan ini tidak anti-ekonomi
melainkan anti-kapitalisme serta menekankan social gospel.
c. Mengatur – agak jarang di Indonesia, gereja mengatur perekonomian
jemaatnya,
menerapkan pajak untuk gereja dan tidak jarang praktek-praktek yang
menggambarkan bahwa tak bedanya sebuah perusahaan.
d. Kolaborasi – pada prinsipnya bahwa gereja dan ekonomi saling mendukung.
Seperti yang ditemukan secara tidak disengaja oleh Max Weber (sosiolog
Jerman), tentang pengaruh etika protestan (Calvinisme) terhadap kemajuan
ekonomi dibeberapa negara Eropa Barat bagian utara.
1.13.Pandangan Manusia masa kini Tentang Bisnis.
Pada gereja-gereja masa kini, meyakini bahwa melakukan bisnis adalah
panggilan dari Allah dan sama nilainya dengan panggilan yang lain. Namun,
yang menjadi pemikiran pada saat ini adalah bagaimana melakukan bisnis yang
benar yang sesuai dengan standar Alkitab.
A.Dasar Alkitab Dan Etika Kristen Dalam Berbisnis
Perlu diperhatikan bahwa Alkitab sendiri memberikan dasar dalam
berbisnis.Adalah kehendak Allah bagi manusia untuk bekerja, baik sebelum
kejatuhan (Kejadian 1:28), maupun sesudah kejatuhan manusia (Kejadian
3:17-19).Sebelum kejatuhan, pekerjaan adalah suatu anugerah dan panggilan
dari Allah sendiri.Sesudah kejatuhan, pekerjaan tetap merupakan anugerah
dan panggilan, namun sekarang akibat dosa maka pekerjaan itu dilakukan
dengan penuh persaingan.Di dalam Perjanjian Baru, Paulus menasihatkan
jemaat bahwa hendaklah bekerja.Ia juga memperingatkan bahwa, “Jika
seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (II Tesalonika 3:10b).
Jadi berkerja merupakan anugerah dan panggilan bagi orang Kristen.Itulah
sebabnya seorang Kristen harus bekerja bahkan bekerja dengan giat dan keras.
Maka yang menjadi dasar etika Kristen untuk bisnis adalah hukum “kasih” (Mat.
22:37-39).
Berbisnis dimaksudkan untuk mengasihi Tuhan Allah.Artinya, sebagai
ciptaan yang diciptakan segambar dengan Allah, bekerja atau berbisnis
mempunyai makna ilahi tetapi kita sedang melayani Allah.Berbisnis
dimaksudkan untuk mengasihi diri sendiri.Artinya, Allah menghendaki kita
menjadi produktif, rajin bekerja dan mandiri terhadap kebutuhan pokok sendiri
dan bukannya malas (2 Tes. 3:10).Dan berbisnis dimaksudkan untuk
7. 7
mengasihi sesama manusia.Artinya, mengasihi pekerjanya, mengasihi rekan
kerjanya, dan mengasihi konsumen atau pelanggannya.
B.Prinsip-Prinsip Etika Kristen Dalam Berbisnis
Penting dalam kehidupan orang percaya untuk memegang sola scriptura
dengan teguh dalam setiap bidang kehidupannya.Eka Darmaputera menjelaskan
lima pokok/prinsip yang dapat digali dari iman Kristen untuk menilai dan
melakukan bisnis yang alkitabiah berdasarkan firman Allah, yaitu:
1.Allah Pencipta segala sesuatu Iman, norma tingkah laku, dan Alkitab orang
Kristen berawal dengan pengakuan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu
(Kej. 1 & 2). Pengakuan ini berarti bahwa Allah adalah sumber, penguasa,
dan pemilik satu-satunya dari segala sesuatunya maka tidak ada satu hal pun
dalam kehidupan manusia yang terlepas dari-Nya.
Oleh karena itu, bisnis bukan merupakan tujuan akhir.Ekonomi dan bisnis
adalah salah satu fungsi di dalam kehidupan untuk melayani dan
mewujudkan kehendak serta rencana penciptaan Allah yaitu untuk kemuliaan
Allah dan kesejahteraan seluruh ciptaan-Nya.Jadi, laba, penumpukan dan
pengembangan modal, sukses material dan sebagainya tidak boleh menjadi
tujuan akhir. Uang dan materi tidak untuk diperlakukan sebagai tuan apalagi
Tuhan melainkan sebagai alat dan pelayan bagi tujuan yang agung.
Tanggung jawab terakhir para pelaku bisnis bukanlah kepada pemilik saham
melainkan kepada Allah.Dan bertanggungjawab kepada Allah berarti
bertanggungjawab atas kesejahteraan penuh setiap dan seluruh ciptaan-Nya
termasuk para pekerja, para pelanggan, para easing, bahkan seluruh
masyarakat dan lingkungan hidup.
2.Semua ciptaan Allah adalah baik bukan hanya segala sesuatu diciptakan oleh
Allah, Ia juga menekankan bahwa segala sesuatu yang diciptakan-Nya adalah
baik (Kej. 1:4, 10, 12, 17, 24, 31). Baik di sini tidak hanya mempunyai arti
estesis, namun juga berarti fungsional, artinya mempunyai segala potensi untuk
mewujudkan “yang baik” yang dikehendaki Allah melalui karya penciptaan-
Nya.Oleh karena itu, secara tegas ditolak anggapan bahwa “bisnis itu kotor” atau
bahwa uang dan materi itu jahat.Keyakinan inilah yang membuat bisnis itu
benar-benar kotor.Pada dirinya, bisnis itu tidak kotor.Ia punya segala potensi
untuk melayani tujuan ilahi yang luas dan agung. Dan masyarakat mempunyai
tanggungjawab dan sagat berkepentingan untuk mendorong, menghargai serta
memberi keluasan yang cukup agar dunia bisnis dapat memperkembangkan
dan mewujudkan potensi serta fungsinya sebaik-baiknya.
3. Manusia adalah gambar Allah
Manusia diciptakan sebagai “gambar Allah” atau “citra Allah” atau “imago
dei” (Kej.1:27). Yang artinya, sebagai citra Allah, manusia mempunyai
harkat dan martabat yang terhormat. Sebagai citra Allah, manusia adalah
individu yang memperoleh individualitasnya yang penuh di dalam
keterhubungannya dengan yang lain: dengan Allah, sesame, alam, di
samping dengan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk individual yang
relasional.
8. 8
Oleh karena itu, dalam sektor kehidupan manapun, termasuk bisnis, kedua
dimensi ini harus terpelihara dengan baik dan seimbang.Pimpinan tidak boleh
bertindak dan diperlakukan sebagai “allah”.
Karena tujuan daripada bisnis adalah meraih keuntungan sebesar-besarnya.Juga
ada anggapan bahwa “bisnis itu kotor” bukanlah untuk orang-orang jujur, saleh
dan bermoral, sehingga orang percaya tidak boleh terlibat di dalamnya.Untuk
itulah muncul pertanyaan sejauh mana keterlibatan orang Kristen dalam
praktik bisnis dan bagaimana seharusnya bisnis yang alkitabiah.Melihat dari hal
tersebut, bisnis merupakan hal yang kompleks karena terkait dengan banyak
bidang kehidupan manusia dan karenanya perlu dipikirkan dengan baik. Oleh
karena itu makalah ini akan menguraikan secara umum tentang etika bisnis
berdasarkan etika Kristen. Pandangan gereja terhadap bisnis berbeda-
beda.Namun dapat dikatakan bahwa
Pandangan gereja terhadap bisnis ini mengalami perkembangan ditiap
masanya sebagaimana teologi juga berkembang. Jadi, dengan melihat sejarah
gereja maka kita akan mengerti bagaimana proses perkembangan pandagan gereja
tentang bisnis.
Perlu diperhatikan bahwa Alkitab sendiri memberikan dasar dalam
berbisnis.Adalah
kehendak Allah bagi manusia untuk bekerja, baik sebelum kejatuhan
(Kejadian 1:28), maupun sesudah kejatuhan manusia (Kejadian 3:17-19).
9. 9
BAB III
PENUTUP
III. Kesimpulan
Allah menciptakan segala materi dan makhluk yang ada di dunia ini (Kej.
1:1-31).Sebagian besar materi ciptaan tersebut bisa menjadi materi
bisnis.Manusia tercipta sebagai “makhluk sosial” yang terkait dengan masalah
ekonomi untuk hidup.Dalam arti bahwa manusia harus berjuang untuk
“kehidupannya” melalui bidang pertanian maupun perdagangan. Akibat
dosa maka manusia akan banyak menghadapi tantangan dalam mencari makanan
dan rezeki atau berbisnis, terjadinya persaingan jutaan manusia di suatu daerah
(Kej. 3:17-19). Karena itulah perlu ada norma untuk menata dan mengatur
perekonomian untuk kesejahteraan manusia bersama.
Di sinilah peran etika bisnis Kristen menjadi salah satu hal yang perlu dan sangat
penting untuk dilaksanakan dalam setiap kehidupan masyarakat. Etika berasal dari
kata Yunani yaitu ethos artinya kebiasaan, adat.Juga berarti kesusilaan, perasaan
batin, atau kecenderungan hati dengan mana seseorang melaksanakan sesuatu
perbuatan.
Kristen merupakan usaha untuk menjelaskan dan menemukan kebenaran-
kebenaran Ilahi yang terkait dengan ekonomi dan bisnis serta perilaku di
dalamnya.Kepantasan dan ketidakpantasan dalam berbisnis serta perilaku
pelaku bisnis merupakan hal yang harus ditemukan dalam etika bisnis Kristen.
Sebagaimana etika Kristen sendiri berkaitan dengan apa yang dikehendaki Allah
untuk dilakukan manusia yang diciptakan segambar dengan-Nya. Maka
prinsip-prinsip Alkitabiah harus diterapkan dalam menjalankan bisnis tersebut.
Pandangan gereja terhadap bisnis berbeda-beda.Namun dapat dikatakan
bahwa pandangan gereja terhadap bisnis ini mengalami perkembangan ditiap
masanya sebagaimana teologi juga berkembang. Jadi, dengan melihat sejarah
gereja maka kita akan mengerti bagaimana proses perkembangan pandagan gereja
tentang bisnis. Sejarah mencatat dunia Yunani tidak mempunyai konsep tentang
“panggilan” (vocation) dan menganggap bekerja adalah sebagai kutukan. Pola
pikir ini sangat mempengaruhi pandangan gereja mula-mula yang disebut
zaman patriatistik, sehingga sebagian besar bapa-bapa gereja mula-mula
(kecuali Clement dari Alexandria) menerapkan pendekatan “atas dan bawah”
dalam kehidupan. Berada dalam urutan tertinggi adalah rohaniawan yang
tidak melakukan pekerjaan biasa di dunia.
Marthin Luther (1483-1546), bapak Reformator menyatakan, “Lakukanlah bisnis
sebagai
ibadah”. Pada dasarnya bisnis bukanlah hal yang jahat atau kotor, bisnis
bukanlah tujuan akhir
manusia, melainkan bisnis merupakan alat untuk melayani Tuhan dan
memuliakan Tuhan.Itulah
dasar etika bisnis Kristen. Penulis akan mengakhiri makalah ini dengan mengutip
tulisan Henry
dan Richard Backaby dalam bukunya “God in the Market Place”,
“Orang yang mengenal siapa dirinya, yang mengenal Tuhan dan kuasa-Nya, dapat
menjadi pribadi-pribadi yang mempunyai pengaruh besar. Mereka tidak
bergantung pada pujian dan dukungan orang lain. Nilai sejati diri mereka
10. 10
berasal dari hubungannya dengan Allah.Mereka tidak diperbudak oleh
kesombongan.Tidak menempatkan kepentingan diri di atas kesejahteraan
perusahaan, pegawai dan rekan kerja.Mereka rendah hati, sehingga sanggup
mengakui bila salah dan mau menerima nasihat.Dukungan yang mereka cari yang
berasal dari Allah, sehingga perusahaannya menjadi terbaik dan Tuhan
menerima kemuliaan.”
persembahan bangsa Israel (Bilangan 18:8-24), sehingga ia tidak perlu disibukkan
oleh pikiran bagaimana memenuhi kebutuhan dasariah. Berdasarkan penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwa bisnis itu muncul sejak manusia ada di muka bumi
dan Tuhan terlibat di dalambisnis. Walaupun pada masa itu tidak secara jelas
ditemukan imam yang berbisnis tetapi bentuk bisnis dapat ditemukan dalam
kehidupan orang pilihan Tuhan yang mana mereka juga adalah hamba Tuhan.
Bagi kaum Lewi pada masa Perjanjian Lama bisnis tidak diperbolehkan karena
mereka adalah orang yang hanya dikhususkan untuk pelayanan di bait Allah dan
kebutuhan mereka telah disokong oleh persembahan bangsa Israel. Pada masa
Perjanjian Lama hidup yangberkelimpahan diartikan sebagai hidup yang diberkati
oleh Allah dan hal itu nampak dalam pola hidup dan kerja orang-orang yang
dipilih-Nya misalnya Abraham, Nuh, Daniel, Hanaya yang memperlihatkan
bahwa mereka bukanlah orang yang hidup dalam kemiskinan dan hanya berperan
dalam bidang rohani tetapi juga ikut berperan dalam bidang politik, sosial dan
ekonomi. Menurut Perjanjian Baru Dunia bisnis pada waktu itu berpengaruh
terhadap penyebaran Injil. Orang-orang Kristen mula-mula menjadikan dunia
usaha sebagai titik penting dari pelayanan mereka. Ketika mereka menjalankan
bisnis, ada sesuatu yang natural bagi mereka untuk memberitakan Injil kepada
orang-orang yang mereka temui.
IV.SARAN
Dalam melaksanakan kegatan bisnis ada baiknya kita sebagai umat Kristen
melakukan nya dengan baik dan seturut dengan keinginan Tuhan, karena Allah
berkehendak bagi Manusia untuk bekerja karena pekerjaan adalah suatu anugerah
dan panggilan dari Allah sendiri. Namun dijaman sekarang yang kemajuan
teknologi banyak mengakibatkan Manusia terjatuh kedalam Dosa karena tidak
bekerja dengan jujur, mereka seringkali mangkorupsikan uang perusahaan tanpa
meninggalkan jejak. Hal ini mengakibatkan bertambah banyaknya manusia yang
jatuh kedalam dosa, sebaiknya kita melaksanakan pekerjaan atau bisnis sesuai
dengan keinginan Allah karena Ia lebih suka melihat orang yang jujur.
11. 11
Daftar Pustaka
James Widodo, Etika Bisnis Kristen, Diakses 22 Desember 2014,
http://jameswidodo-heart.blogspot.com/2009/10/etika-bisnis-
kristen.html?m=1
Daniel Ronda, Bisnis dalam Pandangan Alkitab. Diakses 20 Desember
2014, http://danielronda.blogspot.com/2008/04/bisnis-dalam-pandangan-
alkitab.html.
Karel Sosiopater, Etika Bisnis (Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2013), 70-
76
Eka Darmaputera, Etika Sederhana Untuk Semua Bisnis, Ekonomi, dan
Penatalayanan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 11-18.
J.l. Packer, Merrill C. Tenney dkk, Ensiklopedia Fakta Alkitab Bible
almanac-1(Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 2001), 559-561.
11http://psbrahmana.blogspot.com/2009/09/dapatkah-bisnis-dilakukan-
berdasarkan_06.html. 06 Mei 2010
J.l. Packer, Merrill C. Tenney dkk, Ensiklopedia Fakta Alkitab Bible
almanac-1(Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), 556.
J. Verkuyl, Etika Kristen Bagian Umum (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1996), 1.
R. M. Drie Brotosudarmo, Etika Kristen untuk Perguruan Tinggi
(Yogyakarta: ANDI, 2010), 5.