1. Kegiatan Kewirausahaan Menurut Pandangan Agama Islam
Islam memang tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait konsep tentang kewirausahaan
(entrepreneurship) ini, namun di antara keduanya mempunyai kaitan yang cukup erat; memiliki ruh atau
jiwa yang sangat dekat, meskipun bahasa teknis yang digunakan berbeda. Dalam Islam digunakan istilah
kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng. Setidaknya terdapat beberapa ayat al-Qur’an
maupun Hadis yang dapat menjadi rujukan pesantentang semangatkerja kerasdan kemandirian ini, seperti;
“Amal yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucurankeringatnya sendiri, ‘amalurrajuli
biyadihi (HR.Abu Dawud)”. Dalam sebuah ayat Allah mengatakan, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan
orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan kamu”(Q.S. at-Taubah : 105). Oleh karena itu, apabila
shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia (rizki) Allah. (Q.S. al-
Jumu’ah : 10). Bahkan sabda Nabi, “Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang halal itu merupakan
kewajiban setelah ibadah fardlu” (HR.Tabrani dan Baihaqi).
Nash ini jelas memberikan isyarat agar manusia bekerja keras dan hidup mandiri. Bekerja keras
merupakan esensidarikewirausahaan.Prinsip kerja keras,menurut Wafiduddin, adalah suatu langkah nyata
yang dapat menghasilkan kesuksesan (rezeki), tetapi harus melalui proses yang penuh dengan tantangan
(reziko). Dengan kata lain, orang yang berani melewati resiko akan memperoleh peluang rizki yang besar.
Kata rizki memiliki makna bersayap, rezeki sekaligus reziko (baca; resiko). Dalam sejarahnya Nabi
Muhammad, istrinya dan sebagian besar sahabatnya adalah para pedagang dan entrepre mancanegara yang
pawai. Beliau adalah praktisi ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah
asing jika dikatakan bahwa mental entrepreneurship inheren dengan jiwa umat Islam itu sendiri. Bukanlah
Islam adalah agama kaum pedagang, disebarkan ke seluruh dunia setidaknya sampai abad ke -13 M, oleh
para pedagang muslim.
Aktivitas perdagangan yang dilakukan, Nabi dan sebagian besar sahabat telah meubah pandangan
dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan terletak pada kebangsawanan darah, tidak pula pada jabatan yang
tinggi, atau uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan.Oleh karena itu, Nabi juga bersabda “Innallaha
yuhibbul muhtarif” (sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang bekerja untuk mendapatkan
penghasilan). UmarIbnu Khattab mengatakan sebaliknya bahwa,“Aku benci salah seorang di antara kalian
yang tidak mau bekerja yang menyangkut urusan dunia.
Keberadaan Islam di Indonesia juga disebarkan oleh para pedagang. Di samping menyebarkan
ilmu agama,para pedagang ini juga mewariskan keahlian berdagang khususnya kepada masyarakat pesisir.
Di wilayah Pantura, misalnya, sebagian besar masyarakatnya memiliki basis keagamaan yang kuat,
kegiatan mengaji dan berbisnis sudah menjadi satu istilah yang sangat akrab dan menyatu sehingga muncul
istilah yang sangat terkenal jigang (ngaji dan dagang).
2. Adapun Motif Berwirausaha Dalam Bidang Perdagangan menurut ajaran agama Islam, yaitu:
1. Berdagang buat Cari Untung?
Pekerjaan berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis yang sebagian besar bertujuan untuk
mencari laba sehingga seringkali untuk mencapainya dilakukan hal-hal yang tidak baik. Padahalini sangat
dilarang dalam agama Islam. Seperti diungkapkan dalam hadis : “ Allah mengasihi orang yang bermurah
hati waktu menjual, waktu membeli, dan waktu menagih piutang.”
Pekerjaan berdagang masih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang rendahan karena biasanya berdagang
dilakukan dengan penuh trik, penipuan, ketidakjujuran, dll.
2. Berdagang adalah Hobi
Konsep berdagang adalah hobi banyak dianut oleh para pedagang dari Cina. Mereka menekuni kegiatan
berdagang ini dengan sebaik-baiknya dengan melakukan berbagai macam terobosan.Yaitu dengan open
display (melakukan pajangan di halaman terbuka untuk menarik minat orang), window display (melakukan
pajangan di depan toko), interior display (pajangan yang disusun didalam toko), dan close display (pajangan
khusus barang-barang berharga agar tidak dicuri oleh orang yang jahat).
3. Berdagang Adalah Ibadah
Bagi umat Islam berdagang lebih kepada bentuk Ibadah kepada Allah swt. Karena apapun yang kita
lakukan harus memiliki niat untuk beribadah agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat ini akan
mempermudah jalan kita mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat mengambil barang dari tempat grosir
dan menjual ditempatnya. Dengan demikian masyarakat yang ada disekitarnya tidak perlu jauh untuk
membeli barang yang sama. Sehingga nantinya akan terbentuk patronage buying motive yaitu suatu motif
berbelanja ketoko tertentu saja.
4. Perintah Kerja Keras
Kemauan yang keras dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Menurut
Murphy dan Peck, untuk mencapai sukses dalam karir seseorang, maka harus dimulai dengan kerja keras.
Kemudian diikuti dengan mencapai tujuan dengan orang lain, penampilan yang baik, keyakinan diri,
membuat keputusan, pendidikan, dorongan ambisi, dan pintar berkomunikasi. Allah memerintahkan kita
untuk tawakkal dan bekerja keras untuk dapat mengubah nasib. Jadi intinya adalah inisiatif, motivasi,
kreatif yang akan menumbuhkan kreativitas untuk perbaikan hidup. Selain itu kita juga dianjurkan untuk
tetap berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah swt sesibuk apapun kita berusaha karena Dialah
yang menentukan akhir dari setiap usaha.
5. Perdagangan/ Berwirausaha Pekerjaan Mulia Dalam Islam
Pekerjaanberdagang ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran Islam, seperti yang disabdakan Rasul
:“ Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah?”Jawab beliau: Ialah seseorang yang bekerja
dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar).
3. Dalam QS.Al-Baqarah:275 dijelaskan bahwa Allah swt telah menghalalkan kegiatan jual beli dan
mengharamkan riba. Kegiatan riba ini sangat merugikan karena membuat kegiatan perdagangan tidak
berkembang. Hal ini disebabkan karena uang dan modal hanya berputar pada satu pihak saja yang akhirnya
dapat mengeksploitasi masyarakat yang terdesak kebutuhan hidup.
Perilaku Terpuji dalam Perdagangan/ Berwirausaha
Menurut Imam Ghazali, ada 6 sifat perilaku yang terpuji dalam perdagangan, yaitu :
1. Tidak mengambil laba lebih banyak.
Membayar harga yang sedikit lebih mahal kepada pedagang yang miskin. Memurahkan harga dan
memberi potongan kepada pembeli yang miskin sehingga akan melipatgandakan pahala. Bila membayar
hutang, maka bayarlah lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan. Membatalkan jual beli bila pihak
pembeli menginginkannya. Bila menjual bahan pangan kepada orang miskin secara cicilan, maka jangan
ditagih apabila orang tersebut tidak mampu membayarnya dan membebaskan ia dari hutang apabila
meninggal dunia.
2. Manajemen Utang Piutang
Hutang ini sudah melekat pada kehidupan masyarakatkita. Dosa hutang tidak akan hilang apabila tidak
dibayarkan. Bahkan orang yang mati syahidpun dosa utangnya tidak berampun. Jadi jika seseorang
meninggal, maka ahli warisnya wajib melunasi hutang tersebut. Tapi jika orang tersebut telah berusaha
membayarnya, tetapi memang betul-betul tidak mampu, dan ia kemudian meninggal dunia, maka Rasul
saw menjadi penjaminnya. Seperti dalam hadis berikut :“ Barang siapa dari umatku yang punya hutang,
kemudian ia berusaha keras untuk membayarnya, lalu ia meninggal dunia sebelum lunas hutangnya, maka
aku sebagai walinya.” (HR. Ahmad).
3. Demonstration Effect Menyebabkan Faktor Modal Menjadi Beku
Demonstration Effect atau pamer kekayaan akan dapat mengundang kecemburuan social, orang lain
menjadi iri, mengundang pencuri/perampok, membuat modal masyarakat menjadi beku dan membuat
masyarakat tidak produktif. Nabi saw menganjurkan agar kita menggunakan uang untuk kepentingan yang
di ridhoi Allah, terutama untuk tujuan pengembangan produktivitas yang digunakan untuk kepentingan
umat. Dalam sebuah hadist disebutkan : “ Barang siapa mengurus anak yatim yang mempunyai harta, maka
hendaklah ia memperdagangkan harta ini untuknya, jangan biarkan harta itu habis termakan sedekah
(zakat).” (HR. At-Tarmidzi dan Ad-Daruquthni).
4. Kewirausahaan Menurut Pandangan budaya banjar
Faktor Kultural Pengertian kultural atau budaya (yang dapat digunakan bergantian, dengan arti
yang sama) mengacu pada perilaku yang dipelajari yang menjadi karakter cara hidup secara total
dari anggota suatu masyarakat tertentu. Kultur atau budaya terdiri dari nilai-nilai umum yang
dipegang dalam suatu kelompok manusia; merupakan satu set norma, kebiasaan, nilai dan asumsi-
asumsi yang mengarahkan perilaku kelompok tersebut. Kultur juga mempengaruhi nilai dan
keyakinan (belief) serta mempengaruhi gaya kepemimpinan dan hubungan interpersonal
seseorang (Nahavandi, 2000).
Meningkatnya Budaya Banjar Belum Dapat Meningkatkan Kinzrja dan Keunggnlan Ber- saing
IKM Penelitian ini menemukan bahwa budaya Banj ar belum tentu meningkatkan kinerja dan
keunggulan bersaing IKM. Temuan penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Chrisman (2002) yang menemukan bahwa antara budaya tidak berpe- ngaruh terhadap
kinerja. Hasil penelitian ini menemukan bahwa mening- katnya penerapan budaya Banjar dalam
menjalankan aktivitas usaha bagi pemilik sekaligus pengelola IKM batu MuliaPermata belum
tentu meningkatkan atau menurunkan kinerja dan keunggulatl bersaing. Hal ini bisa dilihat loading
factor pembentuk variabel budaya Banjar, terdapat satu indikator yang dominan yaitu kerja keras,
sedangkan indikator yang dominan dari kinsrja adalah keuntungan dan indikator yang dominan
dari keunggulan bersaing adalah keunggulan biaya. Hal ini berarti bahwa kerja keras yang dilaku-
kan oleh pemilik sekaligus pengelola WM batu Mulial Permata belum menentukan peningkatan
atau penu- runan kinerja yaitu dalam hal keuntungan yang bersifat duniawi, begitu pula belum
mampu meningkatkan keunggulan baing yaitu dalam hal keunggulan biaya, sedangkan budaya
Banjar yang mengandwg nilai- nilai Islam di dalamnya menyatakan bahwa kerja keras dan
kesabaran yang dilakukan dan diiiliki oleh pemilik sekaligus pengelola IKM me~pakan ibadah
kepada Allah sehingga hasil yang dicapai bukan profit oriented tapi lebih kepada keridlaan dari
Allah SWT. Hal ini berarti ballwa budaya Banjar akan memiliki kemampuan meningkatkan kinerja
dan keunggulan bersaing jika berdasarkan Islam yaitu SIZ (Shadaqah, Infaq dan Zakat), karena
ha1 ini sesuai dengan budaya Banjar yang mengandung tiilai-nilai Islam.
Pengaruh Budaya Banjar terkadap Kewira- usahaan Islami: Meningkatnya Penerapan Bu- daya
Banjar Dapat Meningkatkan Kewira- usahaan Islami Temuan deskriptif penelitian ini menyatakan
bahwa budaya Banjar memiliki kemampuan dalam meningkatkan kewirausahaan Islami. Hal ini
5. berarti bahwa semakin kuat dan luas penerapan budaya Banjar maka dapat meningkatkan
kewirausahaan Islami. Hasil ini tercermin dari angka indeks persepsi responden yang tertinggi
pada indikator budaya Banjar, yaitu kerja keras. Menurut responden kerja keras dalam beraktivitas
sangat menentukan pening- katan penerapan kewirausahaan Islami yang akhirnya mampu
menghantarkan peningkatan kinerja dan keunggulan bersaing IKM. Dengan kata lain semakin kuat
nilai-nilai budaya Banjar yang ada pada diri wira- usaha muslim IKM batu Mulia/Permata maka
sema- kin meningkatkan kewirausahaan Islami, karena nilai- nilai dalam budaya Banjar
mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Knight (1 977) menunjukkan bahwa hanya negara-negara dengan tendensi budaya tertentu
yang akan menghasilkan orientasi kewirausahaan yang kuat dan karenanya akan mengalami lebih
banyak kegiatan kewirausahaan dan daya saing global. Pada penelitian ini, budaya Banjar sangat
kental sekali dengan nilai-nilai Islam sehingga budaya Banjar sangat berpengaruh dan
menghasilkan kontribusi terhadap kewirausahaan Islami yang diaplikasih oleh para .pcmilik IKM
Batu MulidPermata yang ada di Martapura.
Pengaruh Budaya Banjar terhadap Strategi: Meningkatnya penerapan budaya Banjar mampu
meningkatkan strategi Hasil penelitian ini menemukan bahwamening- katnya penerapan budaya
Banjar maka dapat mening- katkan strategi. Menurut responden kerjz keras dalam beraktivitas
sangat menentukan peningkatan penerap- an strategi yang ak!.!irnya marnpu menghantarkan
peningkatan kinerja dan keunggulan bersaing IKM. Hasil penelitian ini sesuai dengan karakteristik
masyarakat Banjar yang berkeyakinan bahwa ia hams berjuang agar tetap hidup dan harus bekerja
agar hidup sejahtera. Merekd pekerja keras dan sanggup bekerja keras demi mencapai
kesejahteraan (Daud, 2000). Maka dari itu watak dagang yang merupakan budaya masyarakat
Banjar sangat mem- pengaruhi dalam pembentukan strategi bagi berkem- bangnya usaha mereka.
Budaya Banjar yang mengandung nilai-nilai Islami memiliki karakteristik khas yang mhpu
meningkat- kan strategi. Budaya Banjar memiliki kemampuan meningkat- kan kinerja dan
keunggulan bersaing IKM dengan melalui kewirausahaan Islami dan strategi. Temuan ini
menegaskan bahwa peran budaya Banjar dalam meningkatkan kinerja dan kecngula bersaing
secara tidak langsung melalui kewirausahaan Islami yang dipengaruhi oleh budaya Banjar dan
strategi.