SlideShare a Scribd company logo
1 of 81
MY PRESENTATION
DINAMIKA ROTASI
TORSI
MOMEN INERSIA
MOMEN KOPEL
GERAK
MENGGELINDING
DINAMIKA GERAK
ROTASI
DINAMIKA ROTASI
MOMENTUM
SUDUT
KESEIMBANGAN
BENDA TEGAR
TITIK BERAT
A. Torsi
1. Pengertian Torsi
Torsi atau momen gaya, hasil perkalian
antara gaya dengan lengan gaya.
Fr


Keterangan:
 = torsi (Nm)
r = lengan gaya (m)
F = gaya (N)
Jika gaya F yang bekerja pada
jarak r arahnya tidak tegaklurus
terhadap sumbu rotasi putar
benda maka besar torsi pada
benda
sinFr 
Keterangan:
 = torsi (Nm)
r = lengan gaya (m)
F = gaya (N)
 = sudut antara gaya dan sumbu rotasi putar
Torsi positif Torsi negatif
)( ii
i
rF
B. Kopel dan Momen Kopel
1. Kopel
Kopel, pasangan gaya-gaya sejajar
tetapi berlawanan arah yang
mengakibatkan benda berotasi.
Kopel terdiri atas 2 buah gaya
sebesar F dipisahkan oleh jarak
tegak lurus garis kerja kedua gaya
d
2. Momen Kopel
Besarnya kopel dinya-takan
dalam momen kopel,
didefinisikan sebagai
perkalian antara gaya F
dengan jarak kedua gaya d.
FdM 
Keterangan:
M = momen kopel (Nm)
F = gaya (N)
R = jarak antara kedua gaya (m)
Kopel positif Kopel negatif

i
ii dFM )(

C. Momen Inersia
1. Momen Inersia Partikel
Momen inersia, sebuah partikel
bermassa m yang melakukan
gerak rotasi atau gerak orbital
pada jari-jari lintasan r adalah
2
mrI 
Keterangan:
I = momen inersia (kgm2)
m = massa partikel (kg)
r = jari-jari lintasan (m)
Hubungan langsung antara percepatan sudut 
dengan torsi  yang diberikan adalah
 I
Keterangan:
τ = torsi (Nm)
α = percepatan sudut (rad/s2)
2. Momen Inersia Benda Tegar
Benda tegar, benda yang tidak mengalami perubahan
bentuk atau volume akibat bekerjanya gaya pada benda
tersebut.
Momen Inersia Beberapa Benda
D. Dinamika Gerak Rotasi
1. Pusat Massa
• Titik pusat massa, titik yang bergerak dalam lintasan yang
sama dengan yang dilewati partikel jika mendapat gaya
yang sama.
• Pusat koordinat titik pusat massa suatu benda panjang (1
dimensi) ditentukan sebagai berikut.
i i
i
pm
i
i
m x
X
m



i i
i
pm
i
i
m y
Y
m



pm = (Xpm ; Ypm)
2. Gerak Rotasi Benda Tegar
Hukum II Newton untuk gerak
rotasi dapat dinyatakan sebagai
berikut
“ Besar torsi resultan sama dengan
momen inersia dikalikan percepatan
sudut.”
   I
Keterangan:
 = torsi pada benda (Nm)
I = momen inersia benda (kgm2)
 = percepatan sudut benda (rad/s2)
3. Katrol
Dengan anggapan bahwa antara katrol
dengan tali tidak terjadi selip, torsi
resultan pada katrol adalah
  21 rTrT
Keterangan:
r = jari-jari katrol (m)
T = tegangan tali (N)
ra 
Hubungan percepatan linier dengan
percepatan sudut gerak rotasi katrol adalah
Keterangan:
a = percepatan gerak beban (m/s2)
 = percepatan sudut katrol (rad/s2)
Dengan menjumlahkan kedua persamaan di atas diperoleh,
1 1 1m g T m a 
2 2 2T m g m a 
1 2
1 2 2
m m
a g
I
m m
r
 
 
  
   
 
Hukum II Newton untuk gerak kedua beban m1 dan m2
dapat dinyatakan dengan persamaan
E. Gerak Menggelinding
• Suatu benda yang menggelinding tanpa selip, melibatkan
gerak translasi dan rotasi.
• Hubungan sederhana antara laju linier v dengan
kecepatan sudut  pada benda yang menggelinding berjari-
jari r dinyatakan dengan
rv 
Keterangan:
v = laju linier (m/s)
 = kecepatan sudut (rad/s2)
R = jari-jari (m)
1. Gerak Menggelinding pada Bidang Horizontal
Gerak translasi silinder:
mafsF 
Gerak rotasi silinder:
 I
Torsi penyebab gerak rotasi silinder hanya ditimbulkan oleh gaya
gesek statis maka:
srf
• Gaya gesek statis yang
terjadi dapat bervariasi
tergantung pada besarnya
momen inersia I, percepatan
a, dan jari-jari r
2
r
a
Ifs 
• Percepatan gerak translasi silinder
dapat ditulis dalam persamaan:
m
r
I
F
a


2
Keterangan:
a = percepatan linier (m/s2)
F = gaya penggerak (N)
I = momen inersia (kg m2)
r = jari-jari (m)
m = massa (kg)
• Percepatan translasi silinder pejal yang
menggelinding adalah
m
F
a
3
2

• Gerak translasi silinder yang tidak
mengalami selip:
mafsmg sin
2. Gerak Menggelinding pada Bidang Miring
• Gerak rotasi silinder:
r
a
I
• Percepatan gerak
translasi silinder:
rIm
mg
a
/
sin



2
Percepatan translasi silinder pejal yang menggelinding
tanpa selip sepanjang bidang miring dengan sudut
kemiringan terhadap horizontal Ө adalah
Keterangan:
a = percepatan gerak translasi (m/s2)
m = massa (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Ө = sudut kemiringan bidang ( °)
I = momen inersia (kgm2)
r = jari-jari (m)
3
sin2 g
a 
F. Momentum Sudut
1. Pengertian Momentum Sudut
Sebuah benda bermassa m berotasi pada sumbu tetap dengan
kecepatan sudut  sehingga memiliki momen inersia I, besar
momentum sudutnya:
IL 
Keterangan:
L = momentum sudut (kg m2/s)
I = momentum inersia (kg m2)
 = kecepatan sudut (rad/s)
2. Hukum Kekekalan Momentum Sudut
“Momentum sudut total pada
benda yang berotasi, tetap konstan
jika torsi total yang bekerja padanya
sama dengan nol.”
2211  II 
konstanI 
Aplikasi hukum keke-kalan
momentum sudut
G. Keseimbangan Benda Tegar
1. Keseimbangan Statis dan Dinamis
• Sebuah benda berada dalam keadaan setimbang jika benda
tersebut tidak mengalami percepatan linier ataupun
percepatan sudut.
• Benda yang diam merupakan benda yang berada pada
kesetimbangan statis.
• Benda yang bergerak tanpa percepatan merupakan benda yang
berada pada kesetimbangan dinamis.
“Benda tegar dikatakan berada
dalam kesetimbangan statik jika
jumlah gaya yang bekerja pada
benda itu sama dengan nol dan
jumlah torsi terhadap sembarang
titik pada benda tegar itu sama
dengan nol.”
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
Benda tegar yaitu benda yang jika
dikenai gaya dan kemudian gayanya
dihilangkan bentuk dan ukurannya
tidak berubah. Tentu saja gaya yang
bekerja pada benda tersebut besarnya
dalam batas kewajaran sehingga
pengaruh gaya tersebut tidak
mengakibatkan kerusakan pada benda
yang dikenainya, dan perlu untuk
diingat bahwa benda itu sendiri
tersusun atas partikel-partikel kecil.
Partikel yaitu ukuran atau bentuk
kecil dari benda, misalkan saja
partikel itu kita gambarkan berupa
benda titik.
Partikel dikatakan setimbang jika
jumlah gaya yang bekerja pada
partikel sama dengan nol, dan jika
ditulis dalam bentuk persamaan
akan didapat seperti di bawah.
( Hkm I Newton )
0F 
Jika jumlah gaya yang bekerja pada
partikel sama dengan nol maka
partikel itu kemungkinan yaitu :
1. Benda dalam keadaan diam.
2. Benda bergerak lurus beraturan
(glb)
Persamaan di atas dapat diuraikan
menjadi tiga komponen gaya yaitu
terhadap sumbu x, sumbu y dan sumbu
z , dimana komponen terhadap masing-
masing sumbu yaitu :
1.Terhadap sumbu x ditulis menjadi
2.Terhadap sumbu y ditulis menjadi
3. Terhadap sumbu z ditulis menjadi
0F x 
0F y 
0F z 
3. Macam-Macam Kesetimbangan Benda Tegar
a. Kesetimbangan Stabil
Ketimbangan stabil,
kesetimbangan yang dialami
benda, dimana jika pada benda
diberikan gangguan yang
mengakibatkan posisi benda
berubah, setelah gangguan
tersebut dihilangkan, benda akan
kembali ke posisi semula
b. Kesetimbangan Labil
Kesetimbangan labil, kesetimbangan
yang dialami benda, di mana jika
pada benda diberikan ganguan yang
mengakibatkan posisi benda berubah,
dan setelah gangguan tersebut
dihilangkan maka benda tidak
kembali ke posisi semula.
c. Kesetimbangan Indiferen
Kesetimbangan indiferen,
kesetimbangan yang dialami benda
di mana jika pada benda diberikan
gangguan yang mengakibatkan
posisi benda berubah, dan setelah
gangguan tersebut dihilangkan,
benda tidak kembali ke posisi
semula, namun tidak mengubah
kedudukan titik beratnya.
Contoh Soal
1. Tentukan tegangan tali pengikat beban di bawah
300 600
T2 T1
8 kg
Jawab.
Nilai tegangan tali T1 = ? Nilai tegangan tali T2 = ?
1
cos
sin ( )
W
T

 


1
8.10 cos30
sin (30 60)
T 

1
1
80 . 3
2
1
T 
1 40 3T 
2
1
80.
2
1
T 
2
cos
sin ( )
W
T

 


2
80 cos60
sin (30 60)
T 

2 40T N
Titik berat adalah suatu titik
dimana resultan gaya gravitasi
partikel partikel terkonsentrasi
pada titik ini. (nol)(pusat massa)
Xo= L1X1
∑L
Yo= L1Y1
∑L
FLUIDA
MASA JENIS DAN
TEKANAN
TEKANAN
HIDROSTATIS
BEJANA
BERHUBUNGAN
HUKUM PASCAL
HUKUM
ARCHIMEDES
FLUIDA
TEGANGAN
PERMUKAAN
HUKUM TORICELLI
PERSAMAAN
KONTINUITAS
KAPILARITAS
HUKUM BERNOULI
FLUIDA
VISKOSITAS
VENTURIMETER
TABUNG PITOT
1. Pengertian Tekanan
Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja pada suatu
permukaan persatuan luas permukaan.
Gaya F bekerja pada permukaan seluas A, maka tekanan pada
permukaan tersebut:
P =F/A
Dimana :
F = gaya ( Newton )
A = luas permukaan ( M² )
P = tekanan ( Newton / m² )
Jadi, satuan dari tekanan adalah N/M² yang sering disebut
dengan pascal (pa) karena :
I = N/M² = I pa
Dan dimensi dari tekanan adalah : [ ML-1 T-² ]
Bak berisi air, luas penampangnya adalah A dan
tinggi air diukur dari alasnya h. maka besar
tekanan pada titik T yang terletak didalam
dasar tabung adalah:
P = F/A = mg/A
Dengan:
mg = berat air didalam bak
m = p.V
m = p.A.h
V = volume bak yang berisi air
A = (luas alas x tinggi )
p = massa jenis air
Bila persamaan (**) disubtitusikan
kedalam persamaan (*) didapatkan:
P= p.A.h.g / A = pgh
Jadi tekanan hidrostatis
P = pgh
p = massa jenis air (gr/cm³ atau kg/m³ )
g = percepatan grafitasi bumi (m/det²)
h = tinggi air diatas titik yang diamati (m)
Perlu diketahui bahwa :
Arah tekanan yang ditimbulkan zat cair itu
senantiasa tegak lurus bidang yang ditinjau.
Tekanan hidrostatis pada suatu titik sama besar
kesegala arah
Maka, dari hokum dasar hidrostatik inilah timbul
hokum pascal yang bunyinya:
“gaya yang dikerjakan pada suatu zat cair dalam
ruang tertutup akan diteruskan sama besar
kesegala arah”
• Tekanan yang diberikan pada suatu
cairan yang tertutup akan diteruskan
tanpa berkurang ke segala titik dalam
fluida dan ke dinding bejana (Blaise
Pascal 1623-1662)
• Tekanan adalah sama di setiap titik
pada kedalaman yang sama
Bila kaki-kaki dari sebuah bejana diisi dengan
dua jenis zat cair yang mempunyai massa jenis
yang berbeda, maka hubungan antara tinggi
kedua jeniszat cair itu dapat ditentukan
dengan persamaan:
PA = PB
p1 gh1 = p2 gh2 p1 h1 = p2 h2
h2
h1 F1
F2
A
Gaya Buoyant = Fb
Prinsip Archimedes: Gaya Buoyant dari benda dalam fluida
adalah sama dengan berat dari fluida yang dipindahkan oleh
benda tersebut
• Fa = W (fluida yang dipindahkan)
• Fa = m g
• Fa =  V g
Tenggelam Terapung Melayang
• Apa syarat terjadinya benda terapung,
melayang, dan tenggelam ?
• Semua berdasarkan resultan gaya arah
vertikal dengan melihat komponen gaya
gravitasi dan archimedes
W
Fa
W
Fa
W
Fa
• Timbul karena gaya tarik-menarik molekul-
molekul zat cair yang sejajar permukaan

F
Hukum toricelii “ Kelajuan air pada keran
yang terletak pada jarak h dari permukaan
penampang penampungan sama dengan
kelajuan air jika jatuh dari ketinggian h
Peristiwa naik turunnya suatu zat
cair di dalam tabung dengan
diameter kecil karena pengaruh
gaya adhesi dan kohesi.
gr
cos2
h



55
Untuk fluida yang tak termampatkan, maka massa fluida
yang masuk pipa = massa fluida yang keluar pipa .
A1 V1 V2 A2
Persamaan kontinuitas : AV = konstan
maka : A1 V1 = A2 V2
Debit aliran : Q = AV
dimana : A = luas penampang pipa
V = kecepatan aliran fluida dalam pipa
Jika air mengalir tidak termanfaatkanmaka
akan berlaku kekekalan debit atau aliran
fluida dan dinamakan kontinuitas.
Kontinuitas atau kekekalan debit ini dapat
dituliskan sebagai berikut.
Q1 = Q2
A1 v1 = A2 v2
57
Untuk aliran fluida di dalam pipa yang diameternya / luas
penampangnya berubah dan juga ketinggian (elevasinya)
berubah.
P + ½ V2 +  g Y = KONSTAN
P +  g Y = tekanan statik
½ V2 = tekanan dinamik
Fluida diam memiliki tekanan yang dinamakan tekanan
hidrostatis, P = ρgh. Bagaimana dengan tekanan oleh fluida
dinamis? Besarnya sesuai dengan energi kinetik, P = ρ v2. Pada
suatu fluida ternyata berlaku kekekalan tekanan. Kekekalan
tekanan ini pertama kali dijelaskan oleh Bernoulli sehingga
dikenal sebagai azas Bernoulli.
1
2
1
2
1
2
Aplikasi pada persamaan bernoulli di terapkan untuk mengalirkan air ke
lantai atas, iluastrasinya seperti berikut
59
Besaran yang menggambarkan adanya gesekan antar partikel
dalam fluida.
• PENGUKURAN VISKOSITAS
Fluida diletakan di antara dua keping kaca, dan mempunyai
gaya geser F :
A = luas keping
V = kecepatan
d = jarak antara 2 keping
V / d = gradien kecepatan
Satuan : 1 poise = 1 dyne sec. Cm-2
η:atauη
dV /
/ AF
d
V AF 
60
Alat untuk mengukur kecepatan aliran fluida di dalam pipa
V, A1 V2 , A2 ρ
h
ρ’
h = beda tinggi fluida dalam pipa U
ρ = massa jenis fluida dalam pipa ( yang diukur kecepatannya)
ρ’ = massa junis fluida dalam pipa U
)Aρ(A
ρ)gh2(ρ
2
AV 2
2
2
1
1


61
Alat untuk mengukur kecepatan aliran udara .
 = rapat massa udara
’ = rapat massa fluida dalam pipa U
h = beda tinggi fluida dalam pipa U

12ghV
TEORI KINETIK GAS
CIRI – CIRI GAS
IDEAL
HUKUM BOYLE
HUKUM GUY-
LUSSAC
HUKUM BOYLE-
LUSSAC
PERSAMAAN GAS
IDEAL
TEORI KINETIK GAS
TEKANAN GAS
IDEAL
BAGAIMANA
DENGAN N
PARTIKEL?
TEMPERATUR GAS
IDEAL
ENERGI DALAM GAS
IDEAL
1. Terdiri atas partikel (atom atau molekul) yang jumlahnya
besar
2. Partikel-partikel tersebut tersebar merata dalam seluruh
ruang
3. Partikel-partikel tersebut bergerak acak ke segala arah
4. Jarak antar partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel
5. Tidak ada gaya interaksi antar partikel kecuali bila
bertumbukan
6. Semua tumbukan (antar partikel atau dengan dinding)
bersifat lenting sempurna dan terjadi dalam waktu yang
sangat singkat
7. Hukum Newton tentang gerak berlaku
Seorang ilmuwan Inggris, Robert Boyle
(1627-1691) mendapatkan bahwa jika
tekanan gas diubah tanpa mengubah suhu,
volume yang ditempatinya juga berubah,
sehingga perkalian antara tekanan dan
volume tetap konstan.
P1 V1 = P2 V2 = C
Dimana p menunjukkan tekanan dan V menunjukkan
volume gas. Dalam suhu dan ruang tetap, jika
tekanan naik maka volume akan turun, Dan
sebaliknya, jika tekanan turun maka volume akan
naik.Hal ini bisa dilihat pada pompa sepeda, jika kita
mendorong pompa ke bawah, maka volume udara
dalam pompa akan mengecil dan tekanan udara
dalam pompa akan naik sehingga mampu meniupkan
udara ke dalam ban sepeda.
Hukum Gay Lussac berbicara tentang hubungan antara
volume gas dan suhu gas pada tekanan yang sama. Hukum
Gay Lussac berbunyi:
“Volume gas sebanding dengan suhunya asalkan
tekanannya tetap”
V/T = konstan, atau
V1/T1 = V2/T2
P adalah tekanan gas.
T adalah temperatur gas (dalam Kelvin).
Dimana V menunjukkan Volume dan T menunjukkan
suhu. Pada tekanan tetap, udara yang dipanaskan
akan mengembang, dan sebaliknya, udara yang
didinginkan akan menyusut. Hal ini dapat dilihat
pada balon udara. Udara pada balon udara dibuat
panas supaya udaranya mengembang sehingga
lebih ringan dari udara sekitar, oleh karena itu
balon udara bisa terbang.
Rn
T
VP
.
.

2
22
1
11
T
.VP
T
.VP

Jadi gas dengan massa tertentu menjalani proses
yang bagaimanapun perbandingan antara hasil
kali tekanan dan volumedengan suhu mutlaknya
adalah konstan.
Hukum Boyle-Gay Lussac
P = Tekanan gas [N.m-2]
V = Volume gas [m3]
n = Jumlah mol gas [mol]
N = Jumlah partikel gas
NA = Bilangan Avogadro = 6,02 x 1023
R = Konstanta umum gas = 8,314 J.mol-1 K-1 atau 0,0821 atm
liter/mol.K
T = Temperatur mutlak gas [K]
nRTPV 
AN
N
n 
nRTPV 
TR
N
N
VP
A

AN
N
n 
TkNVP 
k
N
R
A

T
N
R
NVP
A
 N = Jumlah mol
k = Tetapan Boltzman 1,3807.10-23 J/K
rM
m
n 
T
M
R
mVP 
T
M
R
V
m
P 
 
m
V
T
M
R
P 
TR
MP
.

M = massa molekul
= massa jenis
p.V = N.k.T
Dimana:
k = konstanta Boltzmann (1,38 . 10-23 J.K-1)
N = jumlah partikel gas(
Sedangkan dalam kondisi ideal, rumus persaamaan gas ideal menurut Hukum
Boyle-Gay Lussac adalah:
Tinjau N buah partikel suatu gas ideal
dalam kotak, masing-masing dengan
kecepatan:
………….
kvjvivv zyx
ˆˆˆ 1111 
kvjvivv zyx
ˆˆˆ 2222 
• Besarnya momentum total yg diberikan N buah partikel pada
dinding kanan tiap satuan waktu:
• Tekanan gas pada dinding kanan:
• Tetapi dan
• sehingga
 jvvv
m
t
p
yNyy
ˆ... 22
2
2
1 



  222
2
2
1 ... yyNyy v
V
mN
vvv
A
m
tA
p
P 




2222
zyx vvvv  222
zyx vvv 
22
3
1
vvy 
2
3
1
v
V
Nm
P 
2
3
1
v
V
Nm
P 
22
rmsvv 
2222
zyx vvvv 
Energi kinetik rata-rata molekul:
2
2
1
rmsk vmE 
V
N
vmP rms
2
2
1
2
3
1

V
EN
P k
3
2

N
VP
Ek
2
3

Tk
N
VP
TkNVP


TkEk
2
3

TkEk
2
3

TkvmE rmsk
2
3
2
1 2

m
Tk
vrms
32

m
Tk
vrms
3

M
3RT
rmsv
AN
M
m 
AN
R
k 

3P
rmsv
Dari persamaan
dan persamaan gas ideal
dapat diperoleh hubungan atau
sehingga
2
3
1
v
V
Nm
P 
BkvmT 2
31
EK
k
vm
k
T
BB 3
2
2
1
3
2 2







TNknRTPV B
Energi kinetik translasi partikel gas
mTkv B32

• Gas ideal tidak memiliki energi potensial, maka
energi dalam total (U) suatu gas ideal dengan N
partikel adalah
U = N . Ek
atau U = 3/2 N k T (untuk gas monoatomik)
dan U = 7/2 N k T (untuk gas diatomik)
• Energi dalam adalah jumlah energi kinetik
translasi, energi kinetik rotasi dan energi getaran
(vibrasi) partikel.
• Koefisien 3 dan 7 pada energi dalam, dinamakan
derajat kebebasan.
TNkvmN B
2
3
2
1 2






nRTTNkU B
2
3
2
3

V
V
T
U
C 








nRCC VP 
67,1
3
5

V
P
C
C

Dari hubungan terakhir di atas dapat dituliskan
yaitu energi kinetik gas, yg juga merupakan energi total dan energi
dalam gas
Perbandingan dengan eksperimen ?
Kapasitas kalor pada volume tetap:
atau kapasitas kalor pd tekanan tetap:
Perbandingan CP dan CV adalah suatu konstanta:
nRCV
2
3

nRCP
2
5

FISIKA VINI KOMALA DEWI

More Related Content

What's hot

Materi 7. kesetimbangan benda tegar statika
Materi 7. kesetimbangan benda tegar statikaMateri 7. kesetimbangan benda tegar statika
Materi 7. kesetimbangan benda tegar statikaDanang Darmawan
 
Dinamika partikel fisika randina eka putri (xii ipa 2)
Dinamika partikel fisika   randina eka putri (xii ipa 2)Dinamika partikel fisika   randina eka putri (xii ipa 2)
Dinamika partikel fisika randina eka putri (xii ipa 2)Paarief Udin
 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda TegarDinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda TegarRizka A. Hutami
 
Fisika bab dinamika i
Fisika bab dinamika iFisika bab dinamika i
Fisika bab dinamika iputrimanggala
 
Fisika Dasar 1- Dinamika Partikel
Fisika Dasar 1- Dinamika PartikelFisika Dasar 1- Dinamika Partikel
Fisika Dasar 1- Dinamika PartikelYuliia Nuur Annisa
 
hukum 2 newton dan bidang miring
hukum 2 newton dan bidang miringhukum 2 newton dan bidang miring
hukum 2 newton dan bidang miringDavi Conan
 
Hukum Newton Pada Bidang Miring
Hukum Newton Pada Bidang MiringHukum Newton Pada Bidang Miring
Hukum Newton Pada Bidang MiringWork Free
 
materi kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerak
materi kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerakmateri kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerak
materi kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerakMario Yuven
 
Momentum sudut dan titik berat
Momentum sudut dan titik beratMomentum sudut dan titik berat
Momentum sudut dan titik beratnur alamsyah
 
Hukum hukum newton tentang gerak_basrib.fisika
Hukum hukum newton tentang gerak_basrib.fisikaHukum hukum newton tentang gerak_basrib.fisika
Hukum hukum newton tentang gerak_basrib.fisikabaskimia
 
IPA Fisika Gaya, Hukum Newton, Usaha dan Energi
IPA Fisika Gaya, Hukum Newton, Usaha dan EnergiIPA Fisika Gaya, Hukum Newton, Usaha dan Energi
IPA Fisika Gaya, Hukum Newton, Usaha dan EnergiMaharotullaili Nur Azizah
 
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
KESETIMBANGAN BENDA TEGARKESETIMBANGAN BENDA TEGAR
KESETIMBANGAN BENDA TEGARNesha Mutiara
 
Peta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegarPeta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegarDzikri Fauzi
 

What's hot (20)

Dinamika gerak
Dinamika gerakDinamika gerak
Dinamika gerak
 
Dinamika partikel
Dinamika partikelDinamika partikel
Dinamika partikel
 
Dinamika partikel
Dinamika partikelDinamika partikel
Dinamika partikel
 
Gaya
GayaGaya
Gaya
 
Materi 7. kesetimbangan benda tegar statika
Materi 7. kesetimbangan benda tegar statikaMateri 7. kesetimbangan benda tegar statika
Materi 7. kesetimbangan benda tegar statika
 
Dinamika partikel fisika randina eka putri (xii ipa 2)
Dinamika partikel fisika   randina eka putri (xii ipa 2)Dinamika partikel fisika   randina eka putri (xii ipa 2)
Dinamika partikel fisika randina eka putri (xii ipa 2)
 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda TegarDinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
 
Fisika bab dinamika i
Fisika bab dinamika iFisika bab dinamika i
Fisika bab dinamika i
 
Hk. Dinamika
Hk. Dinamika Hk. Dinamika
Hk. Dinamika
 
Bab 3 dinamika partikel
Bab 3 dinamika partikelBab 3 dinamika partikel
Bab 3 dinamika partikel
 
Fisika Dasar 1- Dinamika Partikel
Fisika Dasar 1- Dinamika PartikelFisika Dasar 1- Dinamika Partikel
Fisika Dasar 1- Dinamika Partikel
 
hukum 2 newton dan bidang miring
hukum 2 newton dan bidang miringhukum 2 newton dan bidang miring
hukum 2 newton dan bidang miring
 
Hukum Newton Pada Bidang Miring
Hukum Newton Pada Bidang MiringHukum Newton Pada Bidang Miring
Hukum Newton Pada Bidang Miring
 
materi kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerak
materi kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerakmateri kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerak
materi kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerak
 
Momentum sudut dan titik berat
Momentum sudut dan titik beratMomentum sudut dan titik berat
Momentum sudut dan titik berat
 
Hukum hukum newton tentang gerak_basrib.fisika
Hukum hukum newton tentang gerak_basrib.fisikaHukum hukum newton tentang gerak_basrib.fisika
Hukum hukum newton tentang gerak_basrib.fisika
 
IPA Fisika Gaya, Hukum Newton, Usaha dan Energi
IPA Fisika Gaya, Hukum Newton, Usaha dan EnergiIPA Fisika Gaya, Hukum Newton, Usaha dan Energi
IPA Fisika Gaya, Hukum Newton, Usaha dan Energi
 
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
KESETIMBANGAN BENDA TEGARKESETIMBANGAN BENDA TEGAR
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
 
Peta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegarPeta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegar
 
Momentum Sudut
Momentum SudutMomentum Sudut
Momentum Sudut
 

Viewers also liked

파우치 스티커받은 컷
파우치 스티커받은 컷파우치 스티커받은 컷
파우치 스티커받은 컷dydy3254
 
Search Marketing Success Blueprint [Webcast]
Search Marketing Success Blueprint [Webcast]Search Marketing Success Blueprint [Webcast]
Search Marketing Success Blueprint [Webcast]AIS Media, Inc.
 
Jyväskylän keskustan kehittämishankkeen esittely
Jyväskylän keskustan kehittämishankkeen esittelyJyväskylän keskustan kehittämishankkeen esittely
Jyväskylän keskustan kehittämishankkeen esittelyJyväskylän keskusta 3.0
 
proposal hijab suka-suka. HIKA!!!
proposal hijab suka-suka. HIKA!!!proposal hijab suka-suka. HIKA!!!
proposal hijab suka-suka. HIKA!!!Dana Harum
 
Amusement and recreation industry mailing list
Amusement and recreation industry mailing listAmusement and recreation industry mailing list
Amusement and recreation industry mailing listContactmailworld
 
업사이클링
업사이클링업사이클링
업사이클링dydy3254
 
Asia-Pacific Biotech News_Quintiles MDD bylined article_June 2016 issue
Asia-Pacific Biotech News_Quintiles MDD bylined article_June 2016 issueAsia-Pacific Biotech News_Quintiles MDD bylined article_June 2016 issue
Asia-Pacific Biotech News_Quintiles MDD bylined article_June 2016 issueSimranjit Singh
 
Zero to tested
Zero to testedZero to tested
Zero to testedMagenTys
 
Social structure & social integration chap 24
Social structure & social integration chap 24Social structure & social integration chap 24
Social structure & social integration chap 24Liaqat Jogi .
 
Political institution ch 22
Political institution ch 22Political institution ch 22
Political institution ch 22Liaqat Jogi .
 
How enterprise can benefit from internet of things
How enterprise can benefit from internet of thingsHow enterprise can benefit from internet of things
How enterprise can benefit from internet of thingsSoftweb Solutions
 
Giai doan phat trien
Giai doan phat trienGiai doan phat trien
Giai doan phat trienNhat Nguyen
 
Cô hằng p 2 a
Cô hằng p 2 aCô hằng p 2 a
Cô hằng p 2 atamlyvb2k02
 
No Silver Bullets in Functional Programming by Brian McKenna
No Silver Bullets in Functional Programming by Brian McKennaNo Silver Bullets in Functional Programming by Brian McKenna
No Silver Bullets in Functional Programming by Brian McKennaNaresh Jain
 

Viewers also liked (16)

파우치 스티커받은 컷
파우치 스티커받은 컷파우치 스티커받은 컷
파우치 스티커받은 컷
 
Search Marketing Success Blueprint [Webcast]
Search Marketing Success Blueprint [Webcast]Search Marketing Success Blueprint [Webcast]
Search Marketing Success Blueprint [Webcast]
 
Jyväskylän keskustan kehittämishankkeen esittely
Jyväskylän keskustan kehittämishankkeen esittelyJyväskylän keskustan kehittämishankkeen esittely
Jyväskylän keskustan kehittämishankkeen esittely
 
proposal hijab suka-suka. HIKA!!!
proposal hijab suka-suka. HIKA!!!proposal hijab suka-suka. HIKA!!!
proposal hijab suka-suka. HIKA!!!
 
The Rock Cycle
The Rock CycleThe Rock Cycle
The Rock Cycle
 
Our Services
Our ServicesOur Services
Our Services
 
Amusement and recreation industry mailing list
Amusement and recreation industry mailing listAmusement and recreation industry mailing list
Amusement and recreation industry mailing list
 
업사이클링
업사이클링업사이클링
업사이클링
 
Asia-Pacific Biotech News_Quintiles MDD bylined article_June 2016 issue
Asia-Pacific Biotech News_Quintiles MDD bylined article_June 2016 issueAsia-Pacific Biotech News_Quintiles MDD bylined article_June 2016 issue
Asia-Pacific Biotech News_Quintiles MDD bylined article_June 2016 issue
 
Zero to tested
Zero to testedZero to tested
Zero to tested
 
Social structure & social integration chap 24
Social structure & social integration chap 24Social structure & social integration chap 24
Social structure & social integration chap 24
 
Political institution ch 22
Political institution ch 22Political institution ch 22
Political institution ch 22
 
How enterprise can benefit from internet of things
How enterprise can benefit from internet of thingsHow enterprise can benefit from internet of things
How enterprise can benefit from internet of things
 
Giai doan phat trien
Giai doan phat trienGiai doan phat trien
Giai doan phat trien
 
Cô hằng p 2 a
Cô hằng p 2 aCô hằng p 2 a
Cô hằng p 2 a
 
No Silver Bullets in Functional Programming by Brian McKenna
No Silver Bullets in Functional Programming by Brian McKennaNo Silver Bullets in Functional Programming by Brian McKenna
No Silver Bullets in Functional Programming by Brian McKenna
 

Similar to FISIKA VINI KOMALA DEWI

Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarDinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarSuta Pinatih
 
Ppt_fisika_dinamika_rotasi_dhiba_fadhil.ppt
Ppt_fisika_dinamika_rotasi_dhiba_fadhil.pptPpt_fisika_dinamika_rotasi_dhiba_fadhil.ppt
Ppt_fisika_dinamika_rotasi_dhiba_fadhil.pptxoylyn
 
PENGERTIAN GAYA DA RESULTANNYA DAN KOPEL
PENGERTIAN GAYA DA RESULTANNYA DAN KOPELPENGERTIAN GAYA DA RESULTANNYA DAN KOPEL
PENGERTIAN GAYA DA RESULTANNYA DAN KOPEL-
 
Ppt dinamika rotasi kelas x
Ppt dinamika rotasi kelas xPpt dinamika rotasi kelas x
Ppt dinamika rotasi kelas xrikaomamih
 
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptxPRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptxCandraPurmana
 
Dinamaika rotasi
Dinamaika rotasiDinamaika rotasi
Dinamaika rotasirizki arya
 
Indra samsudin fis xi mipa
Indra samsudin fis xi mipaIndra samsudin fis xi mipa
Indra samsudin fis xi mipaRiyanAdita
 
Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11 Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11 radar radius
 
Gerak harmonis(1)
Gerak harmonis(1)Gerak harmonis(1)
Gerak harmonis(1)auliarika
 
Materi Perkuliahan Fisika Teknik
Materi Perkuliahan Fisika TeknikMateri Perkuliahan Fisika Teknik
Materi Perkuliahan Fisika TeknikCharis Muhammad
 
Ppt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhanaPpt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhanaAhmad Yansah
 

Similar to FISIKA VINI KOMALA DEWI (20)

Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarDinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
 
Ppt_fisika_dinamika_rotasi_dhiba_fadhil.ppt
Ppt_fisika_dinamika_rotasi_dhiba_fadhil.pptPpt_fisika_dinamika_rotasi_dhiba_fadhil.ppt
Ppt_fisika_dinamika_rotasi_dhiba_fadhil.ppt
 
Dinamaika rotasi
Dinamaika rotasiDinamaika rotasi
Dinamaika rotasi
 
fisika xi 1 3
fisika xi 1 3fisika xi 1 3
fisika xi 1 3
 
PENGERTIAN GAYA DA RESULTANNYA DAN KOPEL
PENGERTIAN GAYA DA RESULTANNYA DAN KOPELPENGERTIAN GAYA DA RESULTANNYA DAN KOPEL
PENGERTIAN GAYA DA RESULTANNYA DAN KOPEL
 
Ppt dinamika rotasi kelas x
Ppt dinamika rotasi kelas xPpt dinamika rotasi kelas x
Ppt dinamika rotasi kelas x
 
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptxPRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
 
PPT FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
PPT FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptxPPT FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
PPT FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
 
Gerak Harmonis Sederhana
Gerak Harmonis SederhanaGerak Harmonis Sederhana
Gerak Harmonis Sederhana
 
Dinamaika rotasi
Dinamaika rotasiDinamaika rotasi
Dinamaika rotasi
 
Indra samsudin fis xi mipa
Indra samsudin fis xi mipaIndra samsudin fis xi mipa
Indra samsudin fis xi mipa
 
Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11 Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11
 
Gerak Harmonis
Gerak HarmonisGerak Harmonis
Gerak Harmonis
 
Gerak harmonis(1)
Gerak harmonis(1)Gerak harmonis(1)
Gerak harmonis(1)
 
Materi Perkuliahan Fisika Teknik
Materi Perkuliahan Fisika TeknikMateri Perkuliahan Fisika Teknik
Materi Perkuliahan Fisika Teknik
 
Fisika hukum newton
Fisika hukum newtonFisika hukum newton
Fisika hukum newton
 
fisika hukum newton
fisika hukum newtonfisika hukum newton
fisika hukum newton
 
Ppt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhanaPpt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhana
 
Dinamika Rotasi.pptx
Dinamika Rotasi.pptxDinamika Rotasi.pptx
Dinamika Rotasi.pptx
 
Tugas fisika
Tugas fisikaTugas fisika
Tugas fisika
 

FISIKA VINI KOMALA DEWI

  • 2.
  • 3. DINAMIKA ROTASI TORSI MOMEN INERSIA MOMEN KOPEL GERAK MENGGELINDING DINAMIKA GERAK ROTASI
  • 5. A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. Fr   Keterangan:  = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya (N)
  • 6. Jika gaya F yang bekerja pada jarak r arahnya tidak tegaklurus terhadap sumbu rotasi putar benda maka besar torsi pada benda sinFr  Keterangan:  = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya (N)  = sudut antara gaya dan sumbu rotasi putar
  • 7. Torsi positif Torsi negatif )( ii i rF
  • 8. B. Kopel dan Momen Kopel 1. Kopel Kopel, pasangan gaya-gaya sejajar tetapi berlawanan arah yang mengakibatkan benda berotasi. Kopel terdiri atas 2 buah gaya sebesar F dipisahkan oleh jarak tegak lurus garis kerja kedua gaya d
  • 9. 2. Momen Kopel Besarnya kopel dinya-takan dalam momen kopel, didefinisikan sebagai perkalian antara gaya F dengan jarak kedua gaya d. FdM  Keterangan: M = momen kopel (Nm) F = gaya (N) R = jarak antara kedua gaya (m) Kopel positif Kopel negatif  i ii dFM )( 
  • 10. C. Momen Inersia 1. Momen Inersia Partikel Momen inersia, sebuah partikel bermassa m yang melakukan gerak rotasi atau gerak orbital pada jari-jari lintasan r adalah 2 mrI  Keterangan: I = momen inersia (kgm2) m = massa partikel (kg) r = jari-jari lintasan (m)
  • 11. Hubungan langsung antara percepatan sudut  dengan torsi  yang diberikan adalah  I Keterangan: τ = torsi (Nm) α = percepatan sudut (rad/s2)
  • 12. 2. Momen Inersia Benda Tegar Benda tegar, benda yang tidak mengalami perubahan bentuk atau volume akibat bekerjanya gaya pada benda tersebut. Momen Inersia Beberapa Benda
  • 13.
  • 14.
  • 15. D. Dinamika Gerak Rotasi 1. Pusat Massa • Titik pusat massa, titik yang bergerak dalam lintasan yang sama dengan yang dilewati partikel jika mendapat gaya yang sama. • Pusat koordinat titik pusat massa suatu benda panjang (1 dimensi) ditentukan sebagai berikut. i i i pm i i m x X m    i i i pm i i m y Y m    pm = (Xpm ; Ypm)
  • 16. 2. Gerak Rotasi Benda Tegar Hukum II Newton untuk gerak rotasi dapat dinyatakan sebagai berikut “ Besar torsi resultan sama dengan momen inersia dikalikan percepatan sudut.”    I Keterangan:  = torsi pada benda (Nm) I = momen inersia benda (kgm2)  = percepatan sudut benda (rad/s2)
  • 17. 3. Katrol Dengan anggapan bahwa antara katrol dengan tali tidak terjadi selip, torsi resultan pada katrol adalah   21 rTrT Keterangan: r = jari-jari katrol (m) T = tegangan tali (N) ra  Hubungan percepatan linier dengan percepatan sudut gerak rotasi katrol adalah Keterangan: a = percepatan gerak beban (m/s2)  = percepatan sudut katrol (rad/s2)
  • 18. Dengan menjumlahkan kedua persamaan di atas diperoleh, 1 1 1m g T m a  2 2 2T m g m a  1 2 1 2 2 m m a g I m m r              Hukum II Newton untuk gerak kedua beban m1 dan m2 dapat dinyatakan dengan persamaan
  • 19. E. Gerak Menggelinding • Suatu benda yang menggelinding tanpa selip, melibatkan gerak translasi dan rotasi. • Hubungan sederhana antara laju linier v dengan kecepatan sudut  pada benda yang menggelinding berjari- jari r dinyatakan dengan rv  Keterangan: v = laju linier (m/s)  = kecepatan sudut (rad/s2) R = jari-jari (m)
  • 20. 1. Gerak Menggelinding pada Bidang Horizontal Gerak translasi silinder: mafsF  Gerak rotasi silinder:  I Torsi penyebab gerak rotasi silinder hanya ditimbulkan oleh gaya gesek statis maka: srf
  • 21. • Gaya gesek statis yang terjadi dapat bervariasi tergantung pada besarnya momen inersia I, percepatan a, dan jari-jari r 2 r a Ifs  • Percepatan gerak translasi silinder dapat ditulis dalam persamaan: m r I F a   2 Keterangan: a = percepatan linier (m/s2) F = gaya penggerak (N) I = momen inersia (kg m2) r = jari-jari (m) m = massa (kg) • Percepatan translasi silinder pejal yang menggelinding adalah m F a 3 2 
  • 22. • Gerak translasi silinder yang tidak mengalami selip: mafsmg sin 2. Gerak Menggelinding pada Bidang Miring • Gerak rotasi silinder: r a I • Percepatan gerak translasi silinder: rIm mg a / sin    2
  • 23. Percepatan translasi silinder pejal yang menggelinding tanpa selip sepanjang bidang miring dengan sudut kemiringan terhadap horizontal Ө adalah Keterangan: a = percepatan gerak translasi (m/s2) m = massa (kg) g = percepatan gravitasi (m/s2) Ө = sudut kemiringan bidang ( °) I = momen inersia (kgm2) r = jari-jari (m) 3 sin2 g a 
  • 24. F. Momentum Sudut 1. Pengertian Momentum Sudut Sebuah benda bermassa m berotasi pada sumbu tetap dengan kecepatan sudut  sehingga memiliki momen inersia I, besar momentum sudutnya: IL  Keterangan: L = momentum sudut (kg m2/s) I = momentum inersia (kg m2)  = kecepatan sudut (rad/s)
  • 25. 2. Hukum Kekekalan Momentum Sudut “Momentum sudut total pada benda yang berotasi, tetap konstan jika torsi total yang bekerja padanya sama dengan nol.” 2211  II  konstanI  Aplikasi hukum keke-kalan momentum sudut
  • 26. G. Keseimbangan Benda Tegar 1. Keseimbangan Statis dan Dinamis • Sebuah benda berada dalam keadaan setimbang jika benda tersebut tidak mengalami percepatan linier ataupun percepatan sudut. • Benda yang diam merupakan benda yang berada pada kesetimbangan statis. • Benda yang bergerak tanpa percepatan merupakan benda yang berada pada kesetimbangan dinamis.
  • 27. “Benda tegar dikatakan berada dalam kesetimbangan statik jika jumlah gaya yang bekerja pada benda itu sama dengan nol dan jumlah torsi terhadap sembarang titik pada benda tegar itu sama dengan nol.” KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
  • 28. Benda tegar yaitu benda yang jika dikenai gaya dan kemudian gayanya dihilangkan bentuk dan ukurannya tidak berubah. Tentu saja gaya yang bekerja pada benda tersebut besarnya dalam batas kewajaran sehingga pengaruh gaya tersebut tidak mengakibatkan kerusakan pada benda yang dikenainya, dan perlu untuk diingat bahwa benda itu sendiri tersusun atas partikel-partikel kecil.
  • 29. Partikel yaitu ukuran atau bentuk kecil dari benda, misalkan saja partikel itu kita gambarkan berupa benda titik. Partikel dikatakan setimbang jika jumlah gaya yang bekerja pada partikel sama dengan nol, dan jika ditulis dalam bentuk persamaan akan didapat seperti di bawah. ( Hkm I Newton ) 0F 
  • 30. Jika jumlah gaya yang bekerja pada partikel sama dengan nol maka partikel itu kemungkinan yaitu : 1. Benda dalam keadaan diam. 2. Benda bergerak lurus beraturan (glb)
  • 31. Persamaan di atas dapat diuraikan menjadi tiga komponen gaya yaitu terhadap sumbu x, sumbu y dan sumbu z , dimana komponen terhadap masing- masing sumbu yaitu : 1.Terhadap sumbu x ditulis menjadi 2.Terhadap sumbu y ditulis menjadi 3. Terhadap sumbu z ditulis menjadi 0F x  0F y  0F z 
  • 32. 3. Macam-Macam Kesetimbangan Benda Tegar a. Kesetimbangan Stabil Ketimbangan stabil, kesetimbangan yang dialami benda, dimana jika pada benda diberikan gangguan yang mengakibatkan posisi benda berubah, setelah gangguan tersebut dihilangkan, benda akan kembali ke posisi semula
  • 33. b. Kesetimbangan Labil Kesetimbangan labil, kesetimbangan yang dialami benda, di mana jika pada benda diberikan ganguan yang mengakibatkan posisi benda berubah, dan setelah gangguan tersebut dihilangkan maka benda tidak kembali ke posisi semula.
  • 34. c. Kesetimbangan Indiferen Kesetimbangan indiferen, kesetimbangan yang dialami benda di mana jika pada benda diberikan gangguan yang mengakibatkan posisi benda berubah, dan setelah gangguan tersebut dihilangkan, benda tidak kembali ke posisi semula, namun tidak mengubah kedudukan titik beratnya.
  • 35. Contoh Soal 1. Tentukan tegangan tali pengikat beban di bawah 300 600 T2 T1 8 kg
  • 36. Jawab. Nilai tegangan tali T1 = ? Nilai tegangan tali T2 = ? 1 cos sin ( ) W T      1 8.10 cos30 sin (30 60) T   1 1 80 . 3 2 1 T  1 40 3T  2 1 80. 2 1 T  2 cos sin ( ) W T      2 80 cos60 sin (30 60) T   2 40T N
  • 37. Titik berat adalah suatu titik dimana resultan gaya gravitasi partikel partikel terkonsentrasi pada titik ini. (nol)(pusat massa) Xo= L1X1 ∑L Yo= L1Y1 ∑L
  • 41. 1. Pengertian Tekanan Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja pada suatu permukaan persatuan luas permukaan. Gaya F bekerja pada permukaan seluas A, maka tekanan pada permukaan tersebut: P =F/A Dimana : F = gaya ( Newton ) A = luas permukaan ( M² ) P = tekanan ( Newton / m² ) Jadi, satuan dari tekanan adalah N/M² yang sering disebut dengan pascal (pa) karena : I = N/M² = I pa Dan dimensi dari tekanan adalah : [ ML-1 T-² ]
  • 42.
  • 43.
  • 44. Bak berisi air, luas penampangnya adalah A dan tinggi air diukur dari alasnya h. maka besar tekanan pada titik T yang terletak didalam dasar tabung adalah: P = F/A = mg/A Dengan: mg = berat air didalam bak m = p.V m = p.A.h V = volume bak yang berisi air A = (luas alas x tinggi ) p = massa jenis air
  • 45. Bila persamaan (**) disubtitusikan kedalam persamaan (*) didapatkan: P= p.A.h.g / A = pgh Jadi tekanan hidrostatis P = pgh p = massa jenis air (gr/cm³ atau kg/m³ ) g = percepatan grafitasi bumi (m/det²) h = tinggi air diatas titik yang diamati (m)
  • 46. Perlu diketahui bahwa : Arah tekanan yang ditimbulkan zat cair itu senantiasa tegak lurus bidang yang ditinjau. Tekanan hidrostatis pada suatu titik sama besar kesegala arah Maka, dari hokum dasar hidrostatik inilah timbul hokum pascal yang bunyinya: “gaya yang dikerjakan pada suatu zat cair dalam ruang tertutup akan diteruskan sama besar kesegala arah”
  • 47. • Tekanan yang diberikan pada suatu cairan yang tertutup akan diteruskan tanpa berkurang ke segala titik dalam fluida dan ke dinding bejana (Blaise Pascal 1623-1662) • Tekanan adalah sama di setiap titik pada kedalaman yang sama
  • 48. Bila kaki-kaki dari sebuah bejana diisi dengan dua jenis zat cair yang mempunyai massa jenis yang berbeda, maka hubungan antara tinggi kedua jeniszat cair itu dapat ditentukan dengan persamaan: PA = PB p1 gh1 = p2 gh2 p1 h1 = p2 h2
  • 49. h2 h1 F1 F2 A Gaya Buoyant = Fb Prinsip Archimedes: Gaya Buoyant dari benda dalam fluida adalah sama dengan berat dari fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut
  • 50. • Fa = W (fluida yang dipindahkan) • Fa = m g • Fa =  V g Tenggelam Terapung Melayang
  • 51. • Apa syarat terjadinya benda terapung, melayang, dan tenggelam ? • Semua berdasarkan resultan gaya arah vertikal dengan melihat komponen gaya gravitasi dan archimedes W Fa W Fa W Fa
  • 52. • Timbul karena gaya tarik-menarik molekul- molekul zat cair yang sejajar permukaan  F
  • 53. Hukum toricelii “ Kelajuan air pada keran yang terletak pada jarak h dari permukaan penampang penampungan sama dengan kelajuan air jika jatuh dari ketinggian h
  • 54. Peristiwa naik turunnya suatu zat cair di dalam tabung dengan diameter kecil karena pengaruh gaya adhesi dan kohesi. gr cos2 h   
  • 55. 55 Untuk fluida yang tak termampatkan, maka massa fluida yang masuk pipa = massa fluida yang keluar pipa . A1 V1 V2 A2 Persamaan kontinuitas : AV = konstan maka : A1 V1 = A2 V2 Debit aliran : Q = AV dimana : A = luas penampang pipa V = kecepatan aliran fluida dalam pipa
  • 56. Jika air mengalir tidak termanfaatkanmaka akan berlaku kekekalan debit atau aliran fluida dan dinamakan kontinuitas. Kontinuitas atau kekekalan debit ini dapat dituliskan sebagai berikut. Q1 = Q2 A1 v1 = A2 v2
  • 57. 57 Untuk aliran fluida di dalam pipa yang diameternya / luas penampangnya berubah dan juga ketinggian (elevasinya) berubah. P + ½ V2 +  g Y = KONSTAN P +  g Y = tekanan statik ½ V2 = tekanan dinamik Fluida diam memiliki tekanan yang dinamakan tekanan hidrostatis, P = ρgh. Bagaimana dengan tekanan oleh fluida dinamis? Besarnya sesuai dengan energi kinetik, P = ρ v2. Pada suatu fluida ternyata berlaku kekekalan tekanan. Kekekalan tekanan ini pertama kali dijelaskan oleh Bernoulli sehingga dikenal sebagai azas Bernoulli.
  • 58. 1 2 1 2 1 2 Aplikasi pada persamaan bernoulli di terapkan untuk mengalirkan air ke lantai atas, iluastrasinya seperti berikut
  • 59. 59 Besaran yang menggambarkan adanya gesekan antar partikel dalam fluida. • PENGUKURAN VISKOSITAS Fluida diletakan di antara dua keping kaca, dan mempunyai gaya geser F : A = luas keping V = kecepatan d = jarak antara 2 keping V / d = gradien kecepatan Satuan : 1 poise = 1 dyne sec. Cm-2 η:atauη dV / / AF d V AF 
  • 60. 60 Alat untuk mengukur kecepatan aliran fluida di dalam pipa V, A1 V2 , A2 ρ h ρ’ h = beda tinggi fluida dalam pipa U ρ = massa jenis fluida dalam pipa ( yang diukur kecepatannya) ρ’ = massa junis fluida dalam pipa U )Aρ(A ρ)gh2(ρ 2 AV 2 2 2 1 1  
  • 61. 61 Alat untuk mengukur kecepatan aliran udara .  = rapat massa udara ’ = rapat massa fluida dalam pipa U h = beda tinggi fluida dalam pipa U  12ghV
  • 62. TEORI KINETIK GAS CIRI – CIRI GAS IDEAL HUKUM BOYLE HUKUM GUY- LUSSAC HUKUM BOYLE- LUSSAC PERSAMAAN GAS IDEAL
  • 63. TEORI KINETIK GAS TEKANAN GAS IDEAL BAGAIMANA DENGAN N PARTIKEL? TEMPERATUR GAS IDEAL ENERGI DALAM GAS IDEAL
  • 64. 1. Terdiri atas partikel (atom atau molekul) yang jumlahnya besar 2. Partikel-partikel tersebut tersebar merata dalam seluruh ruang 3. Partikel-partikel tersebut bergerak acak ke segala arah 4. Jarak antar partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel 5. Tidak ada gaya interaksi antar partikel kecuali bila bertumbukan 6. Semua tumbukan (antar partikel atau dengan dinding) bersifat lenting sempurna dan terjadi dalam waktu yang sangat singkat 7. Hukum Newton tentang gerak berlaku
  • 65. Seorang ilmuwan Inggris, Robert Boyle (1627-1691) mendapatkan bahwa jika tekanan gas diubah tanpa mengubah suhu, volume yang ditempatinya juga berubah, sehingga perkalian antara tekanan dan volume tetap konstan. P1 V1 = P2 V2 = C
  • 66. Dimana p menunjukkan tekanan dan V menunjukkan volume gas. Dalam suhu dan ruang tetap, jika tekanan naik maka volume akan turun, Dan sebaliknya, jika tekanan turun maka volume akan naik.Hal ini bisa dilihat pada pompa sepeda, jika kita mendorong pompa ke bawah, maka volume udara dalam pompa akan mengecil dan tekanan udara dalam pompa akan naik sehingga mampu meniupkan udara ke dalam ban sepeda.
  • 67. Hukum Gay Lussac berbicara tentang hubungan antara volume gas dan suhu gas pada tekanan yang sama. Hukum Gay Lussac berbunyi: “Volume gas sebanding dengan suhunya asalkan tekanannya tetap” V/T = konstan, atau V1/T1 = V2/T2 P adalah tekanan gas. T adalah temperatur gas (dalam Kelvin).
  • 68. Dimana V menunjukkan Volume dan T menunjukkan suhu. Pada tekanan tetap, udara yang dipanaskan akan mengembang, dan sebaliknya, udara yang didinginkan akan menyusut. Hal ini dapat dilihat pada balon udara. Udara pada balon udara dibuat panas supaya udaranya mengembang sehingga lebih ringan dari udara sekitar, oleh karena itu balon udara bisa terbang.
  • 69. Rn T VP . .  2 22 1 11 T .VP T .VP  Jadi gas dengan massa tertentu menjalani proses yang bagaimanapun perbandingan antara hasil kali tekanan dan volumedengan suhu mutlaknya adalah konstan. Hukum Boyle-Gay Lussac
  • 70. P = Tekanan gas [N.m-2] V = Volume gas [m3] n = Jumlah mol gas [mol] N = Jumlah partikel gas NA = Bilangan Avogadro = 6,02 x 1023 R = Konstanta umum gas = 8,314 J.mol-1 K-1 atau 0,0821 atm liter/mol.K T = Temperatur mutlak gas [K] nRTPV  AN N n 
  • 71. nRTPV  TR N N VP A  AN N n  TkNVP  k N R A  T N R NVP A  N = Jumlah mol k = Tetapan Boltzman 1,3807.10-23 J/K
  • 72. rM m n  T M R mVP  T M R V m P    m V T M R P  TR MP .  M = massa molekul = massa jenis
  • 73. p.V = N.k.T Dimana: k = konstanta Boltzmann (1,38 . 10-23 J.K-1) N = jumlah partikel gas( Sedangkan dalam kondisi ideal, rumus persaamaan gas ideal menurut Hukum Boyle-Gay Lussac adalah:
  • 74. Tinjau N buah partikel suatu gas ideal dalam kotak, masing-masing dengan kecepatan: …………. kvjvivv zyx ˆˆˆ 1111  kvjvivv zyx ˆˆˆ 2222 
  • 75. • Besarnya momentum total yg diberikan N buah partikel pada dinding kanan tiap satuan waktu: • Tekanan gas pada dinding kanan: • Tetapi dan • sehingga  jvvv m t p yNyy ˆ... 22 2 2 1       222 2 2 1 ... yyNyy v V mN vvv A m tA p P      2222 zyx vvvv  222 zyx vvv  22 3 1 vvy  2 3 1 v V Nm P 
  • 76. 2 3 1 v V Nm P  22 rmsvv  2222 zyx vvvv  Energi kinetik rata-rata molekul: 2 2 1 rmsk vmE  V N vmP rms 2 2 1 2 3 1  V EN P k 3 2  N VP Ek 2 3  Tk N VP TkNVP   TkEk 2 3 
  • 78. Dari persamaan dan persamaan gas ideal dapat diperoleh hubungan atau sehingga 2 3 1 v V Nm P  BkvmT 2 31 EK k vm k T BB 3 2 2 1 3 2 2        TNknRTPV B Energi kinetik translasi partikel gas mTkv B32 
  • 79. • Gas ideal tidak memiliki energi potensial, maka energi dalam total (U) suatu gas ideal dengan N partikel adalah U = N . Ek atau U = 3/2 N k T (untuk gas monoatomik) dan U = 7/2 N k T (untuk gas diatomik) • Energi dalam adalah jumlah energi kinetik translasi, energi kinetik rotasi dan energi getaran (vibrasi) partikel. • Koefisien 3 dan 7 pada energi dalam, dinamakan derajat kebebasan.
  • 80. TNkvmN B 2 3 2 1 2       nRTTNkU B 2 3 2 3  V V T U C          nRCC VP  67,1 3 5  V P C C  Dari hubungan terakhir di atas dapat dituliskan yaitu energi kinetik gas, yg juga merupakan energi total dan energi dalam gas Perbandingan dengan eksperimen ? Kapasitas kalor pada volume tetap: atau kapasitas kalor pd tekanan tetap: Perbandingan CP dan CV adalah suatu konstanta: nRCV 2 3  nRCP 2 5 

Editor's Notes

  1. v