Dokumen tersebut merupakan laporan akhir praktikum sanitasi pengolahan objek 1 tentang sanitasi ruang dan udara. Laporan ini berisi tentang pendahuluan, tinjauan pustaka, bahan dan metode, serta hasil dan pembahasan dari praktikum yang dilakukan. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan densitas koloni mikroba pada berbagai sampel udara dan lingkungan.
Pengendalian Lingkungan Perawatan Pasien COVID -19.pptx
laporan akhir objek 1 print
1. LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
SANITASI PENGOLAHAN
OBJEK 1
SANITASI RUANG DAN UDARA
NAMA : UTARI YOLLA SUNDARI
NO BP : 1211123022
ANGGOTA KELOMPOK : 1. NISA AMELIA 1211123012
2.ZIEZIE JHOANNE 1211123025
3. FATMA GANDHI 1211123033
4. SRI INDAH PURWANTI 1211122036
5. RATISMAR 1211122026
6. MARTA WELA 1311121043
NAMA ASISTEN : 1. EFNI JUITA 1111121012
3. ELSA TRESIA 1111121022
4. PUTI HELMIA 1111122054
5. RAMADANI KUMARA PUTRA 1111122073
DOSEN PENANGGUNG JAWAB : RISA MEUTIA FIANA STP, M.P
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
2. BAB I
PENDAHULUAN
Sanitasi merupakan istilah yang secara tradisional dikaitkan dengan kesehatan
terutama kesehatan manusia. Oleh karena kesehatan manusia dapat dipengaruhi oleh
semua faktor-faktor dalam lingkungan, maka dalam prakteknya, implikasi saniter meluas
hingga kesehatansemua organisme hidup.
Sanitasi didefinisikan sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit
tersebut. Sudah merupakan sifat alamiah manusia untuk berusaha mengubah lingkungan
dengan cara-cara tertentu untuk menghasilkan kondisi yang paling menguntungkan
baginya. Salah satu contoh dari usaha ini tercakup dalam ilmu sanitasi (sanitary science).
Secara luas ilmu sanitasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip tersebut yang akan
membantu dalam memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan kesehatan yang
baik pada manusia. Untuk mempraktekkan ilmu ini, maka seseorang harus mengubah
segala sesuatu dalam lingkungan yang dapat secara langsung atau tidak langsung
membahayakan terhadap kehidupan manusia. Dalam arti luas, juga mencakup kesehatan
masyarakat (taman, gedung-gedung umum, sekolah , restoran dan lingkungan lainnya).
Sanitasi akan membantu melestarikan hubungan ekologik yang seimbang (ovaria
suwandri, 2010).
Sanitasi dilakukan dimulai dari hal yang kecil hingga hal yang besar, sanitasi perlu
dilakukan untuk menjaga kebersihan, baik itu kebersihan manusia maupun lingkungan.
Pada mata kuliah Sanitasi Pengolahan ini akan dilakukan praktikum mengenai sanitasi
ruang dan udara.
Udara sebenarnya bukan merupakan habitat untuk mikroorganisme. Sel- sel
mikroorganisme dalam udara bersama kontaminan bersama debu atau dengan tetesan
ludah. Mikroorganisme yang banyak terdapat di udara adalah bakteri, dan jamur atau
khamir. Mikroba tersebut ada di udara dalam bentuk vegetatif atau dalam bentuk generatif.
Mikroorganisme yang berada di atmosfer merupakan spesies yang ada dari sumber dimana
mikroorganisme tersebut sebelumnya. Mikroorganisme yang berasal dari tanah terbawa
3. debu angin,demikian juga dengan mikroorganisme yang berasal dari perairan, mikroba
terbawa tetesan air atau angin ke udara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan meningkatkan kesehatan manusia.
Usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Bahaya ini mungkin bisa
terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit yang
terkait. Ada beberapa contoh dari bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan
buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan
industri dan bahan bungan pertanian. Cara pencegahannya dapat dilakukan dengan
menggunakan solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan).
Defenisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin
terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara beberapa defenisi
lainnya menitik beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya
(Maskia, 2012).
Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen
(N2) 23%, Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu, kapang,
bakteri, khamir, virus dan lain-lain. Walaupun udara bukan medium yang baik untuk
mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena
pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba
yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan
dalam keadaan kering (Pelczar, 1988).
Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas lingkungan
misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana aktivitas kehidupan relatif
sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contoh lain udara di sekitar rumah,
4. pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat pembuangan sampah maka jumlah
mikroba relatif banyak (Pelczar, 1988).
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi udara. Udara
tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari lingkungan
sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air,
proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan
yang digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya
melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Volk dan
Whleer, 1984).
Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang ditularkan melalui
udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang dapat ditularkan
melalui udara pernapasan. Beberapa cara yang digunkan untuk membersihkan udara yaitu:
1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.
2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya
3. Dengan radiasi sinar ultraviolet.
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan tumbuh
terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme yang
terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu. Setiap
kegiatan manusia agaknya akan menimbulkan bakteri di udara. Jadi, walaupun udara tidak
mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan
dalam cuplikan udara (Volk dan Wheeler, 1984).
Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga
organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad penyebab penyakit
melalui udara. Beberapa diantara infeksi bakteri biasa yang disebarkan oleh udara adalah
infeksi streptococus tonsil dan tenggorokan, difteria, batuk rejam dan meningitis
epidermik. Tuberculosis mempunyai arti penting dari segi transpor udara, karena
mikroorganisme dapat hidup lama di luar tubuh. Organisme ini tahan terhadap kekeringan
dan mungkin tetap bertahan berbulan-bulan dalam ludah kering dan pertikel debu.
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding, dan
langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah dibersihkan.
5. Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk dibersihkan. Lantai yang
terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan tidak ditiriskan dengan baik dapat
menjadi tempat penyediaan makanan bagi bakteri dan serangga. Dinding dan langit-langit
yang kasar dapat membawa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Lantai, dinding, dan
langit-langit yang konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan
tetapi, struktur yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan
bila tidak dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif.
BAB III
BAHAN DAN METODE
Alat : Cawan petri
Bahan : Media NA dan PDA, akuades
Prosedur kerja :
Petri disterilkan
Petri diisi dengan media NA dan PDA
yang telah disterilkan, dinginkan
Petri dibawa ketempat yang telah ditentukan, buka
tutupnya selama 15-20 menit kemudian tutup kembali
Diikubasi semalam 2 sampai 3 hari pada suhu 300
Dihitung koloni pada kedua media
6. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel hasil pengamatan
Kelompok
Hasil Pengamatan
(Jumlah Koloni)
Media / Sampel
Hasil perhitungan
densitas (g/cm2)
1 80 koloni NA / by fresh 1,92 x 101
2 33 koloni PDA / by fresh 0,79 x 101
3 35 koloni NA / by fresh 0,84 x 101
4 108 koloni PDA / force magic 2,59 x 101
5 112 koloni NA / force magic 2,68 x 101
6 11 koloni PDA / stela semprot 2,68 x 101
7 56 koloni NA /stela semprot 0,27 x 101
8 109 koloni PDA / udara bebas 2,62 x 101
9 135 koloni NA / udara bebas 3,24 x 101
10 13 koloni PDA / baygon semprot 0,32 x 101
11 68 koloni NA / baygon semprot 1,63 x101
Perhitungan :
Densitas = Jumlah koloni x
60 Menit
waktu
x
1 cm
luas petri
Luas Petri = π r2
= 3,14 x (4,5)2 = 63,59 cm2
Kelompok 1
Densitas koloni bakteri : 80 x
60 menit
5 menit
x 1 cm
63,59
: 80 x 12 x 0,02 = 19,2 g/cm² = 1,9 x 101
7. Kelompok 2
Densitas koloni bakteri : 33 x
60 menit
5 menit
x 1 cm
63,59
: 33 x 12 x 0,02 = 7,92 g/cm² = 0,79 x 101
Kelompok 3
Densitas koloni bakteri : 35 x
60 menit
5 menit
x 1 cm
63,59
: 35 x 12 x 0,02 = 8,4 g/cm² = 0,84 x 101
Kelompok 4
Densitas koloni bakteri : 108 x
60 menit
5 menit
x 1 cm
63,59
: 108 x 12 x 0,02 = 25,92 g/cm² = 2,59 x 101
Kelompok 5
Densitas koloni bakteri : 112 x
60 menit
5 menit
x 1 cm
63,59
: 112 x 12 x 0,02 = 26,88 g/cm² = 2,68 x 101
Kelompok 6
Densitas koloni bakteri : 11 x
60 menit
5 menit
x 1 cm
63,59
: 11 x 12 x 0,02 = 2,64 g/cm² = 0,27 x 101
Kelompok 7
Densitas koloni bakteri : 56 x
60 menit
5 menit
x 1 cm
63,59
: 56 x 12 x 0,02 = 13,44 g/cm² = 0,14 x 101
Kelompok 8
Densitas koloni bakteri : 109 x
60 menit
5 menit
x 1 cm
63,59
: 109 x 12 x 0,02 = 26,16 g/cm² = 2,62 x 101
8. Kelompok 9
Densitas koloni bakteri : 135 x
ퟔퟎ 퐦퐞퐧퐢퐭
ퟓ 퐦퐞퐧퐢퐭
퐱 ퟏ 퐜퐦
ퟔퟑ,ퟓퟗ
: 135 x 12 x 0,02 = 32,4 g/cm² = 3,24 x 101
Kelompok 10
Densitas koloni bakteri : 13 x
60 menit
5 menit
x 1 cm
63,59
: 13 x 12 x 0,02 = 3.12 g/cm² = 0,32 x 101
Kelompok 11
Densitas koloni bakteri : 68 x
60 menit
5 menit
x 1 cm
63,59
: 68 x 12 x 0,02 = 16,32 g/cm² = 1,63 x 101
4.2 Pembahasan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, udara dll. Manfaat sanitasi ini
sebagai indikator dari tingkat kebersihan dari suatu lingkungan yang ditempati oleh
manusia sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya lingkungan tersebut untuk
ditinggali. Peran dari sanitasi adalah mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dan
juga memutuskan mata rantai dari sumber (Betty dan Een. 2011).
Praktikum kali ini mengenai sanitasi ruang dan udara dilakukan pengujian
mikroorganisme yang terdapat diudara, udara yang digunakan adalah udara yang terdapat
pada laboratorium mikrobiologi dan bioteknologi, jurusan teknologi hasil pertanian,
Universitas Andalas. Pengujian dilakukan dengan menggunakan media tumbuh
mikroorganisme yaitu Nutrient Agar (NA).
Cawan petri yang telah disterilkan diisi media NA, pengisian media dilakukan pada
laminar air flow, hal tersebut agar pekerjaan dapat dilakukan secara aseptis. Setelah media
memadat, lalu cawan berisi media tersebut diletakkan pada udara terbuka ditempat yang
telah dipilih tadi, lalu cawan dibiarkan terbuka selama 5 menit, tujuannya adalah agar
9. mikroorganisme di udara dapat menempel dan menjadikan media agar tersebut menjadi
tempat tumbuhnya, sehingga jumlah mikroorganisme baik bakteri, kapang, dan khamir
dapat diketahui Setelah itu medium disimpan dalam inkubator selama 2 hari pada suhu
300 C.
Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan. Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan diperoleh beberapa jumlah koloni mikroba yang tumbuh
dipermukaan media. Jumlah koloni dapat dihitung dengan bantuan alat colony counter
ataupun secara manual saja. Seperti yang dapat terlihat pada tabel hasil pengamatan pada
kelompok 9 jumlah koloni mikroba dalam udara di ruang laboratorium adalah 135 koloni.
Jumlah tersebut tergolong yang sangat banyak dibandingkan dengan kelompok praktikan
lainnya, dengan sampel yang berbeda-beda. Pada umumnya koloni mikroba berbentuk
bacil (bulat) dan berwarna putih, ada juga yang agak kekuningan, ukurannya ada yang
kecil dan ada yang sedikit besar.
Hasil pengamatan juga dinyatakan dalam bentuk densitas atau kepadatan mikroba
yang terdapat di udara. Densitas mikroorganisme udara menyatakan jumlah mikroba yang
jatuh pada permukaan agar per cm2 selama satuan waktu tertentu. Satuan densitas
dinyatakan dalam g/cm2 (Anonim,2009). Untuk menghitung densitas dapat digunakan
rumus :
Density koloni bakteri : Jumlah koloni per petri x
60 menit
waktu
x 1 cm
luas petri
.
Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus diatas, didapatkan densitas koloni mikroba
pada udara dalam laboratorium adalah 3,24 x 101 g/cm2.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa udara di tempat tersebut tidak
selamanya bebas dari kontaminasi mikrooganisme dan dengan adanya pengujian ini
membuktikan bahwa adanya aktifitas di setiap tempat menunjukan adanya mikrooganisme
yang ada di tempat tersebut. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis
Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1988)
Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan orang-orang
yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk percikan
dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air
10. terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai ukuran yang beragam dari mikrometer
sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang
rendah akan tinggal dalam udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar
segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar
akan berada dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut
(Pelczar, 1994).
Pencemaran terhadap udara tidak hanya dapat disebabkan oleh mikroorganisme,
tapi juga karena polusi udara disekitar, hal tersebut mungkin lebih berbahaya. Udara yang
mengandung pencemaran dalam kadar yang tinggi dapat menggangu kesehatan dan
menyebabkan berbagai penyakit seperti ganguan pernafasan dan lain-lain. Namun hal
tersebut dapat dihindari dengan penempatan ventilasi yang baik dan jumlahnya yang
sesuai dengan ukuran ruangan, menjaga kebersihan ruangan juga dapat menjadi salah satu
cara menjaga kebersihan udara.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum adalah
- Sanitasi didefinisikan sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan
penyakit.
- Sanitasi dapat dilakukan pada udara, ruang, tempat, pekerja, wadah, alat, dll
- Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen
(N2) 23%, Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu,
kapang, bakteri, khamir, virus dan lain-lain
- Hasil yang didapatkan dalam ruang laboratorium adalah jumlah koloni mikroba
135 koloni dan densitasinya yaitu 3,24 x 101 g/cm2.
11. - Densitas mikroorganisme udara menyatakan jumlah mikroba yang jatuh pada
permukaan agar per cm2 selama satuan waktu tertentu. Satuan densitas dinyatakan
dalam g/cm2
- Pencemaran pada udara dapat terjadi karena mikroorganisme yang dibawa oleh
manusia (padat orang dan sifat serta saraf kegiatan orang-orang yang menempati
ruangan tersebut), oleh debu, laju ventilasi, dll
5.2 Saran
Pada saat melakukan perhitungan terhadap koloni mikroba dilakukan secara
manual saja oleh praktikan, akan lebih baik jika dilakukan dengan alat colony counter agar
jumlahnya lebih tepat. Praktikum yang berhubungan dengan perlakuan terhadap mikroba
haruslah dilakukan secara teliti dan hati-hati, pastikan setiap pekerjaan dilakukan secara
aseptis agar tidak ada pengaruh ataupun kontaminasi mikroba yang berasal dari praktikan
atau benda lain.
12. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Sumber Kontaminasi dan Teknik Sanitasi.: http :// bos.fkip .uns .ac .id /
pub/ono/pendidikan/materikejuruan/pertanian/pengendalian mutu/ sumber _
kontaminasi _ dan_teknik_sanitasi.pdf (Diunduh pada tanggal 6 November
2014).
Betty dan Een. 2011. Sanitasi Dan Keamanan Pangan. Jurusan Teknologi Industri
Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Jatinangor
Maskia, khya. 2012. Uji Sanitasi Lingkungan. http: //maskiahbiologi09 .blogspot.com
/2012/05/ uji-sanitasi-lingkungan_23.html ( Diakses tanggal 30 Oktober 2014).
Ovaria, Suwandri. 2010. Laporan Praktikum Penyehatan Mamin A. Tentang Uji Sanitasi
Mikroba Tangan dan Rambut Pekerja. http ://www .scribd. com/ doc/
118796617/Lap-Sanitasi-Pekerja. ( Diakses tanggal 31 Oktober 2014)
Pelczar, Michael W., 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, UI Press, Jakarta.
Volk, Wheeler , A., Margaret F. Whleer. 1998. Mikrobiologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
‘