SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Materi Mata Kuliah Tafsir Ahkam
Oleh : H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA.
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba
  tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
  orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan)
  penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
  itu, adalah disebabkan mereka berkata
  (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
  dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
  jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
  yang telah sampai kepadanya larangan dari
  Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
  riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
  dahulu (sebelum datang larangan); dan
  urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
  mengulangi (mengambil riba), maka orang itu
  adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
  di dalamnya.
276. Allah memusnahkan riba dan
  menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
  menyukai setiap orang yang tetap dalam
  kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
277. Sesungguhnya orang-orang yang
  beriman, mengerjakan amal
  saleh, mendirikan sembahyang dan
  menunaikan zakat, mereka mendapat pahala
  di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
  terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
  bersedih hati.
278. Hai orang-orang yang beriman,
  bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
  riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-
  orang yang beriman.
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan
  (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah,
  bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
  memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari
  pengambilan riba), maka bagimu pokok
  hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
  (pula) dianiaya.
280. Dan jika (orang berutang itu) dalam
  kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
  berkelapangan. Dan menyedekahkan
  (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
  bagimu, jika kamu mengetahui.
281. Dan peliharalah dirimu dari (azab yang
  terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
  semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian
  masing-masing diri diberi balasan yang
  sempurna terhadap apa yang telah
  dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun
  tidak dianiaya (dirugikan).
            : arti harfiyahnya adalah memakan, disini
 berarti mengambil atau memanfaatkan. Karena itulah
 tujuan utamanya. Maksudnya bahwa kebanyakan bentuk
 dalam mengambil manfaat adalah memakannya.
(    ) : Riba menurut bahasa tambahan. Menurut syara’
 riba berarti tambahan harta tertentu tanpa imbalan
 dalam tukar menukar harta dengan harta. Atau
 tambahan dalam transaksi jual beli, utang uang atau
 makanan dalam ukuran dan tempo. Ini pendapat
 madzhab Syafi’i. madzhab Maliki membatasinya dalam
 riba fadhli dengan bahan makanan yang tahan disimpan.
 Tentang riba nasi’ah sama dengan madzhab Syafi’i.
 Adapun madzhab Hanafi dan Hanbali menyama ratakan
 riba pada setiap yang ditakar dan ditimbang.
(          : maksudnya bangkit dari kubur mereka
             : artinya kesurupan atau kemasukan
  syetan
(         ):            : nasihat dan larangan.
(                  ) : menambah, mengembangkan,
  dan melipat gandakan sedekah.
(       ) : artinya mengurangkannya dan
  menghilangkan barakahnya.
          : arti perang dari Allah dan Rasul-Nya disni
  adalah diperlakukan seperti seorang bughot
  (pemberontak) dan sebagai musuh Allah.
(           ) : kamu tidak menganiaya : tidak
 mengambil tambahan dari yang punya utang.
(             ) : dan (pula) dianiaya : tidak
 dikurangi sedikit pun dari pokok harta.
(        ) : jika ada orang yang berutang itu.
(          ) : dalam kesukaran, karena
 kehabisan harta.
(      ) : berilah tangguh atau tempo.
(       ) : waktu lapang.
 Sebab turunnya ayat 278-279
Kaum Tsaqif, penduduk kota Taif telah membuat kesepakatan
dengan Rasulullah SAW bahwa semua hutang mereka demikian
juga piutang ( tagihan) yang berdasarkan riba agar dibekukan
dan dikembalikan hanya pokoknya saja. Setelah Fathu Makkah,
Rasulullah SAW menunjuk ‘Itab ibn Usaid sebagai gubernur
Makkah yang juga meliputi kawasan Thaif. Bani Amr ibn Umar
adalah orang yang biasa meminjamkan uang secara riba kepada
bani Mughirah sejak zaman jahiliyah dan Bani Mughiroh
senantiasa membayarkannya. Setelah kedatangan Islam,
mereka memiliki kekayaan yang banyak. Karennya, datanglah
Bani Amer untuk menagih hutang dengan tambahan riba, tetapi
Bani Mughirah menolak. Maka diangkatlah masalah itu kepada
Gubernur ‘Itab ibn Usaid dan beliau menulis kepada Rasulullah
SAW. Maka turunlah ayat ini. Rasulullah Saw lalu menulis surat
balasan yang isinya “ Jika mereka ridha atas ketentuan Allah
SWT di atas maka itu baik, tetapi jika mereka menolaknya
maka kumandangkanlah ultimatum perang kepada mereka
 Sebab turunnya ayat 280.
 Banu ‘Amr bin ‘Umair berkata kepada Bani
 Mughirah : Berikanlah pokok harta kami, dan
 biarkan harta riba bagi kalian. Banu Mughirah
 berkata : Sekarang ini kami sedang susah, berilah
 tangguh buat kami sampai musim buah. Banu ‘Amr
 tidak mau memberikan tangguh, lalu Allah
 menurunkan ayat ini : (                         )
   Pada beberapa ayat yang telah lalu Allah
    berbicara tentang nafkah dan sedekah harta
    tanpa imbalan untuk mendekatkan diri kepada
    Allah, mencari ridha-Nya, dan mengokohkan
    iman dalam jiwa. Sementara beberapa ayat ini
    berbicara tentang orang-orang yang melakukan
    riba, yang mengambil harta orang lain tanpa
    imbalan. Allah akan memberikan keberkahan
    padasedekah. Sementara riba, Allah akan
    membinasakan dan menghilangkan
    keberkahannya. Jadi hubungan ayat-ayat ini
    adalah hubungan kontradiksi, karena kontradiksi
    ini lebih melekat pada hati dari pada yang lain.
   (
                      /Orang-orang yang makan
  (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
  seperti berdirinya orang yang kemasukan setan
  lantaran (tekanan) penyakit gila).
 Potongan ayat ini menerangkan akibat yang akan
  dialami oleh orang-orang yang memakan riba, yaitu jiwa
  dan hati mereka tidak tenteram, pikiran mereka tidak
  menentu. Keadaan mereka seperti orang yang
  kemasukan setan atau seperti orang gila.
 Ini merupakan gambaran yang sangat buruk dan
  mengerikan dan merupakan dalil bahwa sistem kapitalis
  yang riba di dunia modern akan menimbulkan
  kegoncangan, jiwa dan hati yang tidak tenteram, rasa
  takut dan pikiran yang tidak menentu.
   Menurut jumhur mufassirin, ayat ini menerangkan
    keadaan pemakan riba pada hari kiamat, yaitu seperti
    orang yang kemasukan setan. Pendapat ini berdasarkan
    sabda Rasulullah saw:

    Artinya:
    Jauhilah olehmu dosa yang tidak diampuni, yaitu gulul
    (ialah menyembunyikan harta rampasan dalam
    peperangan dan lainnya), maka barang siapa melakukan
    gulul nanti barang yang disembunyikan itu akan
    dibawanya pada hari kiamat. Dan pemakan riba, barang
    siapa yang makan riba ia akan dibangkitkan pada hari
    kiamat dalam keadaan gila lagi kemasukan (setan). (HR At
    Tabrani dai 'Auf bin Malik)
    Sekelompok mufassir mufassir membatasi pendapatnya
    bahwa yang dimaksud berdiri dalam ayat ini adalah
    berdiri pada hari kiamat.
Digunakannya kata (          ) yang berarti berdiri dalam
 ayat ini, karena berdiri merupakan aktifitas yang paling
 menonjol dalam bekerja.
(
     /Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
 disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
 jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
 menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba). Dari
 potongan ayat ini dapat dipahami, bahwa keadaan
 pemakan riba itu sedemikian rupa sehingga mereka tidak
 dapat lagi membedakan antara yang halal dan yang
 haram, antara yang bermanfaat dengan mudarat, antara
 yang dibolehkan Allah dan yang dilarang-Nya, sehingga
 mereka mengatakan jual beli itu sama dengan riba.
   Selanjutnya Allah menegaskan bahwa Dia menghalalkan jual-
    beli dan mengharamkan riba. Allah tidak menerangkan
    sebabnya. Allah tidak menerangkan hal itu agar mudah
    dipahami oleh pemakan riba, sebab mereka sendiri telah
    mengetahui, mengalami dan merasakan akibat riba itu.
   Dari penegasan itu dipahami pula bahwa seakan-akan Allah swt.
    memberikan suatu perbandingan antara jual-beli dengan riba.
    Hendaklah manusia mengetahui dan memikirkan dan
    memahami perbandingan itu.
   Pada jual-beli ada pertukaran dan penggantian yang seimbang
    yang dilakukan oleh pihak penjual dengan pihak pembeli, serta
    ada manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari kedua belah
    pihak dan ada pula kemungkinan mendapat keuntungan yang
    wajar sesuai dengan usaha yang telah dilakukan oleh mereka.
    Pada riba tidak ada pertukaran dan penggantian yang seimbang
    itu. Hanya ada semacam pemerasan yang tidak langsung yang
    dilakukan oleh pihak yang empunya terhadap pihak yang sedang
    memerlukan yang waktu meminjam itu dalam keadaan
    terpaksa.
   Setelah Allah swt. menerangkan akibat yang dialami oleh
    pemakan riba, perkataan yang diucapkan oleh pemakan
    riba yang pikirannya sedang dipengaruhi keenakan
    memakan riba dan penegasan Allah tentang hukum jual-
    beli dan riba, maka Allah mengajak para pemakan riba
    dengan ajakan yang lemah-lembut, yang langsung menuju
    ke hati nurani mereka, sebagaimana lanjutan ayat di
    atas.(

           / Orang-orang yang telah sampai kepadanya
    larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
    mengambil riba), maka baginya apa yang telah
    diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
    urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
    mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah
    penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.)
 Allah swt. menyebut larangan-Nya tentang riba itu
  "Mau`izhah" (asal artinya adalah pengajaran), maksudnya
  ialah larangan memakan riba itu adalah larangan yang
  bertujuan untuk kebaikan manusia sendiri, agar
  berbahagia hidup di dunia dan akhirat, hidup dalam
  keadaan rasa cinta dan kasih sesama manusia dan hidup
  penuh ketenteraman dan kedamaian.
 Barang siapa memahami larangan Allah swt. dan
  melaksanakannya hendaklah ia menghentikan perbuatan
  riba itu dengan segera. Mereka tidak dihukum Allah swt.
  terhadap perbuatan yang mereka lakukan sebelum ayat
  ini diturunkan.
  Mereka tidak diwajibkan mengembalikan riba pada waktu
  ayat ini diturunkan, hendaklah segera berhenti, mereka
  boleh mengambil pokok pinjaman mereka saja, tanpa
  bunga yang mereka setujui sebelumnya.
 Dalam ayat ini terkandung suatu asas pokok yang dapat
  dijadikan dasar untuk menetapkan undang-
  undang, peraturan atau hukum, yaitu suatu undang-
  undang, peraturan atau hukum yang akan ditetapkan
  tidak boleh berlaku surut jika berakibat merugikan pihak-
  pihak yang dikenai atau yang dibebani undang-
  undang, peraturan atau hukum itu. Sebaliknya boleh
  berlaku surut bila menguntungkan pihak-pihak yang
  dikenai atau dibebani olehnya.
 Akhir ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang telah
  melakukan riba, dan orang-orang yang telah berhenti
  melakukan riba kemudian mengerjakannya kembali
  setelah larangan ini, mereka termasuk penghuni
  neraka, mereka akan kekal di dalamnya. "Kekal di dalam
  neraka", maksudnya ialah lama tinggal di dalam neraka.
  Dari perkataan "kekal" ini dimaksudkan bahwa perbuatan
  riba ini termasuk dosa besar. Karena pelakunya diazab
  dalam waktu yang lama.
   (                                                         /Allah
    memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
    menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu
    berbuat dosa). Ayat ini menegaskan bahwa riba itu tidak ada
    manfaatnya sedikit pun, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Yang
    ada manfaatnya adalah sedekah. Allah memusnahkan riba dan
    menyuburkan sedekah. Artinya memusnahkan harta riba dan harta
    yang bercampur dengan riba atau meniadakan berkahnya. Dan
    "menyuburkan sedekah" ialah mengembangkan harta yang telah
    dikeluarkan sedekahnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama
    atau melipat gandakan berkah harta itu. Allah swt. Berfirman : (
                               /Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu
    berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
    menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat
    yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka orang-
    orang (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat
    gandakan (pahalanya). (Q.S Ar Rum: 39)
   Para ulama berpendapat yang dimaksud dengan perkataan "Allah
    memusnahkan riba" ialah Allah memusnahkan keberkahan harta riba
    itu karena akibat melakukan riba timbul permusuhan antara orang-
    orang pemakan riba, dan kebencian masyarakat terhadap mereka
    terutama orang yang pernah membayar utang kepadanya dengan riba
    yang berlipat ganda, dan mereka juga menyebabkan bertambah
    jauhnya jarak hubungan antara yang punya dan yang tidak punya.
    Kebencian dan permusuhan ini bila mencapai puncaknya akan
    menimbulkan peperangan dan kekacauan dalam masyarakat.
   Pada akhir ayat ini Allah swt. menegaskan bahwa Allah tidak menyukai
    orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya berupa harta yang telah
    dianugerahkan kepada mereka. Mereka tidak menggunakan harta itu
    menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah serta tidak
    memberikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
    Demikian pula Allah swt. tidak menyukai orang-orang yang selalu
    berbuat dosa, yang mengambil keuntungan dari orang-orang yang
    susah. Akhir ayat ini merupakan larangan keras terhadap riba, dan
    mengumandangkan bahwa riba merupakan perbuatan orang-orang
    kafir, bukan perbuatan orang-orang Islam.
 Kemudian Allah membandingkan perbuatan orang
 yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa
 dengan perbuatan orang-orang yang beriman dan
 mengerjakan amal shaleh supaya jelas perbedaan
 antara dua golongan ini, sehingga hal itu akan
 mendorong orang ingkar untuk berhenti dari
 perbuatannya, dan mendorong orang yang beriman
 untuk mentaati Allah. Allah berfirman : (


         /Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
 mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang
 dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di
 sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap
 mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati)
   Ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman kepada
    Allah dan Rasul-Nya dan beriman kepada segala perintah
    dan larangan-Nya, mengerjakan amal shaleh yang dapat
    memperbaiki jiwa mereka seperti memberikan santunan
    kepada orang-orang yang membutuhkan, memberikan
    tangguh kepada orang yang tidak mampu, menegakkan
    shalat yang dapat mengingatkan dan mendekatkan
    seorang mukmin dengan Tuhannya, menunaikan zakat
    yang wajib yang mempunyai kontribusi dalam
    meringankan beban orang-orang miskin dan saling
    mencintainya manusia, mereka akan mendapatkan pahala
    yang sempurna, yang disimpan di sisi Tuhan mereka,
    tidak ada kekhawatiran atas diri mereka terhadap yang
    akan datang, dan mereka tidak bersedih hati terhadap
    yang telah lalu. Disebutkannya shalat dan zakat secara
    khusus padahal sudah tercakup oleh amal shaleh, karena
    Allah mempunyai perhatian pada keduanya, karena
    keduanya merupakan ibadah praksis yang paling besar.
   (                                                                /
    Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
    tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
    yang beriman). Ayat 275 menerangkan keadaan orang yang memakan
    riba di dunia dan di akhirat dan ayat 276 menerangkan tentang
    didikan yang baik yang harus dikerjkaan oleh seseorang pemakan riba
    untuk menghilangkan akibat dan pengaruh riba pada dirinya.
    Semuanya itu disampaikan dengan ungkapan yang halus, sehingga
    jelaslah sikap agama Islam yang sebenarnya terhadap riba. Allah swt.
    memerintahkan agar orang-orang yang beriman dan bertakwa
    menghentikan riba itu.
    Dalam ayat ini Allah swt. menghubungkan perintah meninggalkan riba
    dengan perintah bertakwa. Dengan hubungan itu seakan-akan Allah
    swt. mengatakan, "Jika kamu benar-benar beriman tinggalkanlah riba
    itu. Jika kamu tidak menghentikannya berarti kamu telah berdusta
    kepada Allah swt. dalam pengakuan imanmu. Mustahillah seseorang
    yang mengakui beriman dan bertakwa melakukan riba. Karena
    perbuatan-perbuatan itu mungkin ada pada diri seseorang pada saat
    atau waktu yang sama."
 Yangmungkin terjadi ialah seseorang menjadi
 pemakan riba atau seseorang beriman dan bertakwa
 tanpa memakan riba.
 Ayat ini senada dengan sabda Rasulullah saw.:
                           /Tidak berzina seorang
 pezina dalam keadaan dia beriman. (HR Bukhari)
 Maksudnya seseorang yang betul-betul beriman tidak
 akan melakukan zina, begitu pula seseorang yang
 betul-betul beriman tidak akan melakukan riba.
 Dari ayat ini dipahami bahwa iman yang tidak
 membuahkan amal yang saleh adalah iman yang
 lemah. Iman yang demikian tidak meresap dalam hati
 sanubari seseorang. Oleh sebab itu ia tidak
 menghasilkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
   (
                                           /Maka jika
  kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
  ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
  memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari
  pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu
  tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya).
 Ayat ini merupakan penegasan yang terakhir dari Allah
  swt. kepada pemakan riba. Nadanya pun sudah bersifat
  ancaman keras dan dihadapkan kepada orang yang telah
  mengetahui hukum riba tetapi mereka masih terus
  melakukannya. Ini berarti bahwa mereka orang yang tidak
  mengindahkan perintah-perintah Allah karena itu Allah
  menyamakan mereka dengan orang yang memerangi
  agama Allah. Orang yang memerangi agama Allah akan
  diperangi Allah dan Rasul-Nya.
 "Diperangi Allah", maksudnya ialah bahwa Allah akan
  menimpakan azab yang pedih di dunia dan di akhirat.
 "Diperangi rasul-Nya" ialah bahwa para rasul telah
  memerangi pemakan riba di zamannya, orang
  pemakan riba dihukum murtad dan menentang hukum
  Allah, karena itu mereka boleh diperangi.
 Jika pemakan riba itu menghentikan perbuatannya,
  dengan mengikuti perintah-perintah Allah dan
  menghentikan larangan-larangan-Nya, maka mereka
  boleh menerima kembali pokok modal mereka, tanpa
  dikurangi sedikit pun juga. Dengan demikian mereka
  tidak berbuat aniaya kepada siapa pun dengan
  mengambil riba, dan juga mereka tidak dianiaya
  dengan tidak dikurangi hartanya sedikitpun.
   (
                     /Dan jika (orang berutang itu) dalam
  kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
  berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
  semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
  mengetahui).
 Ayat ini merupakan lanjutan ayat yang sebelumnya. Ayat
  yang lalu memerintahkan agar orang yang beriman
  menghentikan perbuatan riba setelah turun ayat di atas.
  Para pemberi utang menerima kembali pokok yang
  dipinjamkannya. Maka ayat ini menerangkan: Jika pihak
  yang berutang itu dalam kesukaran berilah dia tempo,
  hingga dia sanggup membayar utangnya. Sebaliknya bila
  yang berutang dalam keadaan lapang, ia wajib segera
  membayar utangnya. Rasulullah saw. bersabda: “
            /Penundaan pembayaran utang oleh orang kaya
  adalah perbuatan zalim”. (HR Bukhari dan Muslim)
 Dalam pada itu Allah swt. menyatakan bahwa memberi
  sedekah kepada orang yang berutang yang tidak sanggup
  membayar utangnya adalah lebih baik. Jika orang-orang
  yang beriman telah mengetahui perintah itu, hendaklah
  mereka melaksanakannya.
 Dari ayat ini dipahami juga bahwa:
  1.Allah swt. memerintahkan agar memberi sedekah
  kepada orang yang berutang, yang tidak sanggup
  membayar utangnya.
  2.Orang yang berpiutang wajib memberi tangguh kepada
  orang yang berutang bila mereka dalam kesulitan.
  3.Bila seseorang mempunyai piutang pada seseorang yang
  tidak sanggup membayar utangnya diusahakan agar orang
  itu bebas dari utangnya dengan jalan membebaskan dari
  pembayaran utangnya baik sebahagian maupun seluruhnya
  atau dengan jalan yang lain yang baik.
   (
                         /Dan peliharalah dirimu dari (azab
  yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
  semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-
  masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa
  yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun
  tidak dianiaya (dirugikan)).
 Setelah Allah swt. mengakhiri ayat-ayat riba dengan ayat
  yang lalu, maka Dia memperingatkan hamba-Nya secara
  umum agar manusia takut kepada-Nya. Di akhirat nanti
  mereka akan kembali kepada-Nya. Waktu itu dihitung dan
  dinilai seluruh perbuatan hamba, termasuk harta yang
  pernah didapat dan dipergunakan. Jika mereka lalai atau
  sedang terpengaruh oleh harta benda dan
  sebagainya, maka hendaklah mereka sadar dan ingat akan
  kedatangan hari itu.
 Pada  hari itu Allah swt. menghukum dengan adil,
  tidak mengurangi pahala kebaikan sedikit pun dan
  tidak pula menambah siksa atas kejahatan yang
  diperbuat.
 Menurut riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas, ayat ini
  adalah ayat yang terakhir yang diturunkan kepada
  Nabi Muhammad saw. Dan Jibril a.s. berkata kepada
  Rasulullah saw.: "Letakkanlah ayat ini antara ayat "Wa
  in kaana zuu `usratin....(280) dan ayat "Ya Ayyuhal
  laziina aamanuu idzaa tadaayantum bidainin....(Al-
  Baqarah:282). Rasulullah saw. masih hidup selama 21
  hari setelah turunnya ayat ini. Menurut riwayat yang
  lain beliau wafat 81 hari kemudian.
Beberapa ayat di atas mengandung 5 hal
  pokok :
1. Dibolehkannya seluruh jual beli yang tidak
   mengandung larangan syar’i. Jual beli
   (    ) adalah memberikan kepemilikan
   harta dengan harta, dilakukan dengan ijab
   dan qabul karena suka sama suka antara
   penjual dan pembeli.
2. Pengharaman riba serta pengumuman
   perang dari Allah dan Rasul-Nya terhadap
   pemakannya.
3.   Bersikap sabar terhadap orang yang dalam
     kesusahan.
4.   Balasan bagi orang yang beriman dan
     beramal shaleh.
5.   Mengingatkan dahsyatnya hari kiamat.

More Related Content

What's hot (20)

Riba
RibaRiba
Riba
 
Riba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islamRiba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islam
 
Fiqih Riba
Fiqih RibaFiqih Riba
Fiqih Riba
 
Riba
RibaRiba
Riba
 
Mengenal Riba
Mengenal RibaMengenal Riba
Mengenal Riba
 
Ppt muamalah
Ppt muamalah Ppt muamalah
Ppt muamalah
 
Konsep kewajipan zakat dan pengharaman riba dalam kehidupan manusia
Konsep kewajipan zakat dan pengharaman riba dalam kehidupan manusiaKonsep kewajipan zakat dan pengharaman riba dalam kehidupan manusia
Konsep kewajipan zakat dan pengharaman riba dalam kehidupan manusia
 
Rangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh MuamalahRangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh Muamalah
 
Jual beli, utang piutang dan gadai
Jual beli, utang piutang dan gadaiJual beli, utang piutang dan gadai
Jual beli, utang piutang dan gadai
 
Muamalah
MuamalahMuamalah
Muamalah
 
70. riba dan bunga dalam ISLAM
70. riba dan bunga dalam ISLAM70. riba dan bunga dalam ISLAM
70. riba dan bunga dalam ISLAM
 
Makalah muamalah
Makalah muamalahMakalah muamalah
Makalah muamalah
 
Wakalah, Sulhu, Daman, Kafalah
Wakalah, Sulhu, Daman, KafalahWakalah, Sulhu, Daman, Kafalah
Wakalah, Sulhu, Daman, Kafalah
 
Presentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAPresentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBA
 
All About Riba v2003
All About Riba v2003All About Riba v2003
All About Riba v2003
 
Materi bab 9
Materi bab 9Materi bab 9
Materi bab 9
 
Ekonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang ribaEkonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang riba
 
Mengenal Riba
Mengenal RibaMengenal Riba
Mengenal Riba
 
Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
 
ayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beliayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beli
 

Similar to 11. riba

Albaqarah tafsir
Albaqarah tafsirAlbaqarah tafsir
Albaqarah tafsirAyed Wahyu
 
Ceramah riba docx
Ceramah riba docxCeramah riba docx
Ceramah riba docxAminullah55
 
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docxAYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docxIsmanLeandro
 
elemen_haram_ribadanlain.ppt
elemen_haram_ribadanlain.pptelemen_haram_ribadanlain.ppt
elemen_haram_ribadanlain.pptAhmadShazzren
 
Elemen Haram dalam kewangan Islam (Riba, Gharar, Maisir)
Elemen Haram dalam kewangan Islam (Riba, Gharar, Maisir)Elemen Haram dalam kewangan Islam (Riba, Gharar, Maisir)
Elemen Haram dalam kewangan Islam (Riba, Gharar, Maisir)DrWanMohammedSallamW
 
elemen haram riba dan lain dalam takaful.ppt
elemen haram riba dan lain dalam takaful.pptelemen haram riba dan lain dalam takaful.ppt
elemen haram riba dan lain dalam takaful.pptarifiskandar26
 
Membangun Bisnis Syariah
 Membangun Bisnis Syariah Membangun Bisnis Syariah
Membangun Bisnis SyariahMye Gucci
 
01. membangun bisnis syariah
01. membangun bisnis syariah01. membangun bisnis syariah
01. membangun bisnis syariahRendra Visual
 
Riba_dan_bunga_bank.pptx
Riba_dan_bunga_bank.pptxRiba_dan_bunga_bank.pptx
Riba_dan_bunga_bank.pptxKLEKtipiStudio
 
Bahaya maksiat
Bahaya maksiatBahaya maksiat
Bahaya maksiatalaulawy
 
Makalah_Tentang_Riba.docx
Makalah_Tentang_Riba.docxMakalah_Tentang_Riba.docx
Makalah_Tentang_Riba.docxMhmmdAfrozi
 
Bahaya maksiat
Bahaya maksiatBahaya maksiat
Bahaya maksiatalaulawy
 
Riba dan bahayanya
Riba dan bahayanyaRiba dan bahayanya
Riba dan bahayanyamr_haryono
 
Materi Riba - Akmal.pptx
Materi Riba - Akmal.pptxMateri Riba - Akmal.pptx
Materi Riba - Akmal.pptxakmal738219
 
Riba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransiRiba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransifawaida
 

Similar to 11. riba (20)

Albaqarah tafsir
Albaqarah tafsirAlbaqarah tafsir
Albaqarah tafsir
 
Ceramah riba docx
Ceramah riba docxCeramah riba docx
Ceramah riba docx
 
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docxAYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
 
elemen_haram_ribadanlain.ppt
elemen_haram_ribadanlain.pptelemen_haram_ribadanlain.ppt
elemen_haram_ribadanlain.ppt
 
Elemen Haram dalam kewangan Islam (Riba, Gharar, Maisir)
Elemen Haram dalam kewangan Islam (Riba, Gharar, Maisir)Elemen Haram dalam kewangan Islam (Riba, Gharar, Maisir)
Elemen Haram dalam kewangan Islam (Riba, Gharar, Maisir)
 
elemen haram riba dan lain dalam takaful.ppt
elemen haram riba dan lain dalam takaful.pptelemen haram riba dan lain dalam takaful.ppt
elemen haram riba dan lain dalam takaful.ppt
 
Saham saham-bank
Saham saham-bankSaham saham-bank
Saham saham-bank
 
Membangun Bisnis Syariah
 Membangun Bisnis Syariah Membangun Bisnis Syariah
Membangun Bisnis Syariah
 
01. membangun bisnis syariah
01. membangun bisnis syariah01. membangun bisnis syariah
01. membangun bisnis syariah
 
Riba_dan_bunga_bank.pptx
Riba_dan_bunga_bank.pptxRiba_dan_bunga_bank.pptx
Riba_dan_bunga_bank.pptx
 
Fikihmuamalah
FikihmuamalahFikihmuamalah
Fikihmuamalah
 
Bahaya maksiat
Bahaya maksiatBahaya maksiat
Bahaya maksiat
 
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
 
Makalah_Tentang_Riba.docx
Makalah_Tentang_Riba.docxMakalah_Tentang_Riba.docx
Makalah_Tentang_Riba.docx
 
Bahaya maksiat
Bahaya maksiatBahaya maksiat
Bahaya maksiat
 
Pengertian debat
Pengertian debatPengertian debat
Pengertian debat
 
Riba dan bahayanya
Riba dan bahayanyaRiba dan bahayanya
Riba dan bahayanya
 
Materi Riba - Akmal.pptx
Materi Riba - Akmal.pptxMateri Riba - Akmal.pptx
Materi Riba - Akmal.pptx
 
#02# riba dan jenis jenisnya
#02# riba dan jenis jenisnya#02# riba dan jenis jenisnya
#02# riba dan jenis jenisnya
 
Riba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransiRiba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransi
 

More from asnin_syafiuddin

02. pengertian dan pembagian hukum
02. pengertian dan pembagian hukum02. pengertian dan pembagian hukum
02. pengertian dan pembagian hukumasnin_syafiuddin
 
01. pendahuluan ushul fiqh
01. pendahuluan  ushul fiqh01. pendahuluan  ushul fiqh
01. pendahuluan ushul fiqhasnin_syafiuddin
 
Perbaharui hidupmu dengan puasa
Perbaharui hidupmu dengan puasaPerbaharui hidupmu dengan puasa
Perbaharui hidupmu dengan puasaasnin_syafiuddin
 
10 cara menyambut ramadhan
10 cara menyambut ramadhan10 cara menyambut ramadhan
10 cara menyambut ramadhanasnin_syafiuddin
 
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslimasnin_syafiuddin
 
13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batil13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batilasnin_syafiuddin
 
10. memenuhi akad dan janji
10. memenuhi akad dan janji10. memenuhi akad dan janji
10. memenuhi akad dan janjiasnin_syafiuddin
 
08. memelihara pandangan dan kehormatan
08. memelihara pandangan dan kehormatan08. memelihara pandangan dan kehormatan
08. memelihara pandangan dan kehormatanasnin_syafiuddin
 
makanan dan minuman (tafsir ahkam)
makanan dan minuman (tafsir ahkam)makanan dan minuman (tafsir ahkam)
makanan dan minuman (tafsir ahkam)asnin_syafiuddin
 
02. mengenal jin dan syaithan
02. mengenal jin dan syaithan02. mengenal jin dan syaithan
02. mengenal jin dan syaithanasnin_syafiuddin
 

More from asnin_syafiuddin (14)

01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan
 
02. pengertian dan pembagian hukum
02. pengertian dan pembagian hukum02. pengertian dan pembagian hukum
02. pengertian dan pembagian hukum
 
01. pendahuluan ushul fiqh
01. pendahuluan  ushul fiqh01. pendahuluan  ushul fiqh
01. pendahuluan ushul fiqh
 
Perbaharui hidupmu dengan puasa
Perbaharui hidupmu dengan puasaPerbaharui hidupmu dengan puasa
Perbaharui hidupmu dengan puasa
 
Ramadhan dan perubahan
Ramadhan dan perubahanRamadhan dan perubahan
Ramadhan dan perubahan
 
10 cara menyambut ramadhan
10 cara menyambut ramadhan10 cara menyambut ramadhan
10 cara menyambut ramadhan
 
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
 
13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batil13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batil
 
12. utang dan gadai
12. utang dan gadai12. utang dan gadai
12. utang dan gadai
 
10. memenuhi akad dan janji
10. memenuhi akad dan janji10. memenuhi akad dan janji
10. memenuhi akad dan janji
 
08. memelihara pandangan dan kehormatan
08. memelihara pandangan dan kehormatan08. memelihara pandangan dan kehormatan
08. memelihara pandangan dan kehormatan
 
makanan dan minuman (tafsir ahkam)
makanan dan minuman (tafsir ahkam)makanan dan minuman (tafsir ahkam)
makanan dan minuman (tafsir ahkam)
 
02. mengenal jin dan syaithan
02. mengenal jin dan syaithan02. mengenal jin dan syaithan
02. mengenal jin dan syaithan
 
01. iman kepada malaikat
01. iman kepada malaikat01. iman kepada malaikat
01. iman kepada malaikat
 

11. riba

  • 1. Materi Mata Kuliah Tafsir Ahkam Oleh : H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA.
  • 2.
  • 3. 275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
  • 4. 276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. 277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
  • 5. 278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang- orang yang beriman. 279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
  • 6. 280. Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 281. Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).
  • 7. : arti harfiyahnya adalah memakan, disini berarti mengambil atau memanfaatkan. Karena itulah tujuan utamanya. Maksudnya bahwa kebanyakan bentuk dalam mengambil manfaat adalah memakannya. ( ) : Riba menurut bahasa tambahan. Menurut syara’ riba berarti tambahan harta tertentu tanpa imbalan dalam tukar menukar harta dengan harta. Atau tambahan dalam transaksi jual beli, utang uang atau makanan dalam ukuran dan tempo. Ini pendapat madzhab Syafi’i. madzhab Maliki membatasinya dalam riba fadhli dengan bahan makanan yang tahan disimpan. Tentang riba nasi’ah sama dengan madzhab Syafi’i. Adapun madzhab Hanafi dan Hanbali menyama ratakan riba pada setiap yang ditakar dan ditimbang.
  • 8. ( : maksudnya bangkit dari kubur mereka  : artinya kesurupan atau kemasukan syetan ( ): : nasihat dan larangan. ( ) : menambah, mengembangkan, dan melipat gandakan sedekah. ( ) : artinya mengurangkannya dan menghilangkan barakahnya.  : arti perang dari Allah dan Rasul-Nya disni adalah diperlakukan seperti seorang bughot (pemberontak) dan sebagai musuh Allah.
  • 9. ( ) : kamu tidak menganiaya : tidak mengambil tambahan dari yang punya utang. ( ) : dan (pula) dianiaya : tidak dikurangi sedikit pun dari pokok harta. ( ) : jika ada orang yang berutang itu. ( ) : dalam kesukaran, karena kehabisan harta. ( ) : berilah tangguh atau tempo. ( ) : waktu lapang.
  • 10.  Sebab turunnya ayat 278-279 Kaum Tsaqif, penduduk kota Taif telah membuat kesepakatan dengan Rasulullah SAW bahwa semua hutang mereka demikian juga piutang ( tagihan) yang berdasarkan riba agar dibekukan dan dikembalikan hanya pokoknya saja. Setelah Fathu Makkah, Rasulullah SAW menunjuk ‘Itab ibn Usaid sebagai gubernur Makkah yang juga meliputi kawasan Thaif. Bani Amr ibn Umar adalah orang yang biasa meminjamkan uang secara riba kepada bani Mughirah sejak zaman jahiliyah dan Bani Mughiroh senantiasa membayarkannya. Setelah kedatangan Islam, mereka memiliki kekayaan yang banyak. Karennya, datanglah Bani Amer untuk menagih hutang dengan tambahan riba, tetapi Bani Mughirah menolak. Maka diangkatlah masalah itu kepada Gubernur ‘Itab ibn Usaid dan beliau menulis kepada Rasulullah SAW. Maka turunlah ayat ini. Rasulullah Saw lalu menulis surat balasan yang isinya “ Jika mereka ridha atas ketentuan Allah SWT di atas maka itu baik, tetapi jika mereka menolaknya maka kumandangkanlah ultimatum perang kepada mereka
  • 11.  Sebab turunnya ayat 280. Banu ‘Amr bin ‘Umair berkata kepada Bani Mughirah : Berikanlah pokok harta kami, dan biarkan harta riba bagi kalian. Banu Mughirah berkata : Sekarang ini kami sedang susah, berilah tangguh buat kami sampai musim buah. Banu ‘Amr tidak mau memberikan tangguh, lalu Allah menurunkan ayat ini : ( )
  • 12. Pada beberapa ayat yang telah lalu Allah berbicara tentang nafkah dan sedekah harta tanpa imbalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, mencari ridha-Nya, dan mengokohkan iman dalam jiwa. Sementara beberapa ayat ini berbicara tentang orang-orang yang melakukan riba, yang mengambil harta orang lain tanpa imbalan. Allah akan memberikan keberkahan padasedekah. Sementara riba, Allah akan membinasakan dan menghilangkan keberkahannya. Jadi hubungan ayat-ayat ini adalah hubungan kontradiksi, karena kontradiksi ini lebih melekat pada hati dari pada yang lain.
  • 13. ( /Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila).  Potongan ayat ini menerangkan akibat yang akan dialami oleh orang-orang yang memakan riba, yaitu jiwa dan hati mereka tidak tenteram, pikiran mereka tidak menentu. Keadaan mereka seperti orang yang kemasukan setan atau seperti orang gila.  Ini merupakan gambaran yang sangat buruk dan mengerikan dan merupakan dalil bahwa sistem kapitalis yang riba di dunia modern akan menimbulkan kegoncangan, jiwa dan hati yang tidak tenteram, rasa takut dan pikiran yang tidak menentu.
  • 14. Menurut jumhur mufassirin, ayat ini menerangkan keadaan pemakan riba pada hari kiamat, yaitu seperti orang yang kemasukan setan. Pendapat ini berdasarkan sabda Rasulullah saw: Artinya: Jauhilah olehmu dosa yang tidak diampuni, yaitu gulul (ialah menyembunyikan harta rampasan dalam peperangan dan lainnya), maka barang siapa melakukan gulul nanti barang yang disembunyikan itu akan dibawanya pada hari kiamat. Dan pemakan riba, barang siapa yang makan riba ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan gila lagi kemasukan (setan). (HR At Tabrani dai 'Auf bin Malik) Sekelompok mufassir mufassir membatasi pendapatnya bahwa yang dimaksud berdiri dalam ayat ini adalah berdiri pada hari kiamat.
  • 15. Digunakannya kata ( ) yang berarti berdiri dalam ayat ini, karena berdiri merupakan aktifitas yang paling menonjol dalam bekerja. ( /Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba). Dari potongan ayat ini dapat dipahami, bahwa keadaan pemakan riba itu sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat lagi membedakan antara yang halal dan yang haram, antara yang bermanfaat dengan mudarat, antara yang dibolehkan Allah dan yang dilarang-Nya, sehingga mereka mengatakan jual beli itu sama dengan riba.
  • 16. Selanjutnya Allah menegaskan bahwa Dia menghalalkan jual- beli dan mengharamkan riba. Allah tidak menerangkan sebabnya. Allah tidak menerangkan hal itu agar mudah dipahami oleh pemakan riba, sebab mereka sendiri telah mengetahui, mengalami dan merasakan akibat riba itu.  Dari penegasan itu dipahami pula bahwa seakan-akan Allah swt. memberikan suatu perbandingan antara jual-beli dengan riba. Hendaklah manusia mengetahui dan memikirkan dan memahami perbandingan itu.  Pada jual-beli ada pertukaran dan penggantian yang seimbang yang dilakukan oleh pihak penjual dengan pihak pembeli, serta ada manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari kedua belah pihak dan ada pula kemungkinan mendapat keuntungan yang wajar sesuai dengan usaha yang telah dilakukan oleh mereka. Pada riba tidak ada pertukaran dan penggantian yang seimbang itu. Hanya ada semacam pemerasan yang tidak langsung yang dilakukan oleh pihak yang empunya terhadap pihak yang sedang memerlukan yang waktu meminjam itu dalam keadaan terpaksa.
  • 17. Setelah Allah swt. menerangkan akibat yang dialami oleh pemakan riba, perkataan yang diucapkan oleh pemakan riba yang pikirannya sedang dipengaruhi keenakan memakan riba dan penegasan Allah tentang hukum jual- beli dan riba, maka Allah mengajak para pemakan riba dengan ajakan yang lemah-lembut, yang langsung menuju ke hati nurani mereka, sebagaimana lanjutan ayat di atas.( / Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.)
  • 18.  Allah swt. menyebut larangan-Nya tentang riba itu "Mau`izhah" (asal artinya adalah pengajaran), maksudnya ialah larangan memakan riba itu adalah larangan yang bertujuan untuk kebaikan manusia sendiri, agar berbahagia hidup di dunia dan akhirat, hidup dalam keadaan rasa cinta dan kasih sesama manusia dan hidup penuh ketenteraman dan kedamaian.  Barang siapa memahami larangan Allah swt. dan melaksanakannya hendaklah ia menghentikan perbuatan riba itu dengan segera. Mereka tidak dihukum Allah swt. terhadap perbuatan yang mereka lakukan sebelum ayat ini diturunkan. Mereka tidak diwajibkan mengembalikan riba pada waktu ayat ini diturunkan, hendaklah segera berhenti, mereka boleh mengambil pokok pinjaman mereka saja, tanpa bunga yang mereka setujui sebelumnya.
  • 19.  Dalam ayat ini terkandung suatu asas pokok yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan undang- undang, peraturan atau hukum, yaitu suatu undang- undang, peraturan atau hukum yang akan ditetapkan tidak boleh berlaku surut jika berakibat merugikan pihak- pihak yang dikenai atau yang dibebani undang- undang, peraturan atau hukum itu. Sebaliknya boleh berlaku surut bila menguntungkan pihak-pihak yang dikenai atau dibebani olehnya.  Akhir ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang telah melakukan riba, dan orang-orang yang telah berhenti melakukan riba kemudian mengerjakannya kembali setelah larangan ini, mereka termasuk penghuni neraka, mereka akan kekal di dalamnya. "Kekal di dalam neraka", maksudnya ialah lama tinggal di dalam neraka. Dari perkataan "kekal" ini dimaksudkan bahwa perbuatan riba ini termasuk dosa besar. Karena pelakunya diazab dalam waktu yang lama.
  • 20. ( /Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa). Ayat ini menegaskan bahwa riba itu tidak ada manfaatnya sedikit pun, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Yang ada manfaatnya adalah sedekah. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Artinya memusnahkan harta riba dan harta yang bercampur dengan riba atau meniadakan berkahnya. Dan "menyuburkan sedekah" ialah mengembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama atau melipat gandakan berkah harta itu. Allah swt. Berfirman : ( /Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka orang- orang (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (Q.S Ar Rum: 39)
  • 21. Para ulama berpendapat yang dimaksud dengan perkataan "Allah memusnahkan riba" ialah Allah memusnahkan keberkahan harta riba itu karena akibat melakukan riba timbul permusuhan antara orang- orang pemakan riba, dan kebencian masyarakat terhadap mereka terutama orang yang pernah membayar utang kepadanya dengan riba yang berlipat ganda, dan mereka juga menyebabkan bertambah jauhnya jarak hubungan antara yang punya dan yang tidak punya. Kebencian dan permusuhan ini bila mencapai puncaknya akan menimbulkan peperangan dan kekacauan dalam masyarakat.  Pada akhir ayat ini Allah swt. menegaskan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya berupa harta yang telah dianugerahkan kepada mereka. Mereka tidak menggunakan harta itu menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah serta tidak memberikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Demikian pula Allah swt. tidak menyukai orang-orang yang selalu berbuat dosa, yang mengambil keuntungan dari orang-orang yang susah. Akhir ayat ini merupakan larangan keras terhadap riba, dan mengumandangkan bahwa riba merupakan perbuatan orang-orang kafir, bukan perbuatan orang-orang Islam.
  • 22.  Kemudian Allah membandingkan perbuatan orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa dengan perbuatan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh supaya jelas perbedaan antara dua golongan ini, sehingga hal itu akan mendorong orang ingkar untuk berhenti dari perbuatannya, dan mendorong orang yang beriman untuk mentaati Allah. Allah berfirman : ( /Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati)
  • 23. Ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan beriman kepada segala perintah dan larangan-Nya, mengerjakan amal shaleh yang dapat memperbaiki jiwa mereka seperti memberikan santunan kepada orang-orang yang membutuhkan, memberikan tangguh kepada orang yang tidak mampu, menegakkan shalat yang dapat mengingatkan dan mendekatkan seorang mukmin dengan Tuhannya, menunaikan zakat yang wajib yang mempunyai kontribusi dalam meringankan beban orang-orang miskin dan saling mencintainya manusia, mereka akan mendapatkan pahala yang sempurna, yang disimpan di sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran atas diri mereka terhadap yang akan datang, dan mereka tidak bersedih hati terhadap yang telah lalu. Disebutkannya shalat dan zakat secara khusus padahal sudah tercakup oleh amal shaleh, karena Allah mempunyai perhatian pada keduanya, karena keduanya merupakan ibadah praksis yang paling besar.
  • 24. ( / Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman). Ayat 275 menerangkan keadaan orang yang memakan riba di dunia dan di akhirat dan ayat 276 menerangkan tentang didikan yang baik yang harus dikerjkaan oleh seseorang pemakan riba untuk menghilangkan akibat dan pengaruh riba pada dirinya. Semuanya itu disampaikan dengan ungkapan yang halus, sehingga jelaslah sikap agama Islam yang sebenarnya terhadap riba. Allah swt. memerintahkan agar orang-orang yang beriman dan bertakwa menghentikan riba itu. Dalam ayat ini Allah swt. menghubungkan perintah meninggalkan riba dengan perintah bertakwa. Dengan hubungan itu seakan-akan Allah swt. mengatakan, "Jika kamu benar-benar beriman tinggalkanlah riba itu. Jika kamu tidak menghentikannya berarti kamu telah berdusta kepada Allah swt. dalam pengakuan imanmu. Mustahillah seseorang yang mengakui beriman dan bertakwa melakukan riba. Karena perbuatan-perbuatan itu mungkin ada pada diri seseorang pada saat atau waktu yang sama."
  • 25.  Yangmungkin terjadi ialah seseorang menjadi pemakan riba atau seseorang beriman dan bertakwa tanpa memakan riba. Ayat ini senada dengan sabda Rasulullah saw.: /Tidak berzina seorang pezina dalam keadaan dia beriman. (HR Bukhari) Maksudnya seseorang yang betul-betul beriman tidak akan melakukan zina, begitu pula seseorang yang betul-betul beriman tidak akan melakukan riba. Dari ayat ini dipahami bahwa iman yang tidak membuahkan amal yang saleh adalah iman yang lemah. Iman yang demikian tidak meresap dalam hati sanubari seseorang. Oleh sebab itu ia tidak menghasilkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
  • 26. ( /Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya).  Ayat ini merupakan penegasan yang terakhir dari Allah swt. kepada pemakan riba. Nadanya pun sudah bersifat ancaman keras dan dihadapkan kepada orang yang telah mengetahui hukum riba tetapi mereka masih terus melakukannya. Ini berarti bahwa mereka orang yang tidak mengindahkan perintah-perintah Allah karena itu Allah menyamakan mereka dengan orang yang memerangi agama Allah. Orang yang memerangi agama Allah akan diperangi Allah dan Rasul-Nya.
  • 27.  "Diperangi Allah", maksudnya ialah bahwa Allah akan menimpakan azab yang pedih di dunia dan di akhirat.  "Diperangi rasul-Nya" ialah bahwa para rasul telah memerangi pemakan riba di zamannya, orang pemakan riba dihukum murtad dan menentang hukum Allah, karena itu mereka boleh diperangi.  Jika pemakan riba itu menghentikan perbuatannya, dengan mengikuti perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya, maka mereka boleh menerima kembali pokok modal mereka, tanpa dikurangi sedikit pun juga. Dengan demikian mereka tidak berbuat aniaya kepada siapa pun dengan mengambil riba, dan juga mereka tidak dianiaya dengan tidak dikurangi hartanya sedikitpun.
  • 28. ( /Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui).  Ayat ini merupakan lanjutan ayat yang sebelumnya. Ayat yang lalu memerintahkan agar orang yang beriman menghentikan perbuatan riba setelah turun ayat di atas. Para pemberi utang menerima kembali pokok yang dipinjamkannya. Maka ayat ini menerangkan: Jika pihak yang berutang itu dalam kesukaran berilah dia tempo, hingga dia sanggup membayar utangnya. Sebaliknya bila yang berutang dalam keadaan lapang, ia wajib segera membayar utangnya. Rasulullah saw. bersabda: “ /Penundaan pembayaran utang oleh orang kaya adalah perbuatan zalim”. (HR Bukhari dan Muslim)
  • 29.  Dalam pada itu Allah swt. menyatakan bahwa memberi sedekah kepada orang yang berutang yang tidak sanggup membayar utangnya adalah lebih baik. Jika orang-orang yang beriman telah mengetahui perintah itu, hendaklah mereka melaksanakannya.  Dari ayat ini dipahami juga bahwa: 1.Allah swt. memerintahkan agar memberi sedekah kepada orang yang berutang, yang tidak sanggup membayar utangnya. 2.Orang yang berpiutang wajib memberi tangguh kepada orang yang berutang bila mereka dalam kesulitan. 3.Bila seseorang mempunyai piutang pada seseorang yang tidak sanggup membayar utangnya diusahakan agar orang itu bebas dari utangnya dengan jalan membebaskan dari pembayaran utangnya baik sebahagian maupun seluruhnya atau dengan jalan yang lain yang baik.
  • 30. ( /Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing- masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)).  Setelah Allah swt. mengakhiri ayat-ayat riba dengan ayat yang lalu, maka Dia memperingatkan hamba-Nya secara umum agar manusia takut kepada-Nya. Di akhirat nanti mereka akan kembali kepada-Nya. Waktu itu dihitung dan dinilai seluruh perbuatan hamba, termasuk harta yang pernah didapat dan dipergunakan. Jika mereka lalai atau sedang terpengaruh oleh harta benda dan sebagainya, maka hendaklah mereka sadar dan ingat akan kedatangan hari itu.
  • 31.  Pada hari itu Allah swt. menghukum dengan adil, tidak mengurangi pahala kebaikan sedikit pun dan tidak pula menambah siksa atas kejahatan yang diperbuat.  Menurut riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas, ayat ini adalah ayat yang terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dan Jibril a.s. berkata kepada Rasulullah saw.: "Letakkanlah ayat ini antara ayat "Wa in kaana zuu `usratin....(280) dan ayat "Ya Ayyuhal laziina aamanuu idzaa tadaayantum bidainin....(Al- Baqarah:282). Rasulullah saw. masih hidup selama 21 hari setelah turunnya ayat ini. Menurut riwayat yang lain beliau wafat 81 hari kemudian.
  • 32. Beberapa ayat di atas mengandung 5 hal pokok : 1. Dibolehkannya seluruh jual beli yang tidak mengandung larangan syar’i. Jual beli ( ) adalah memberikan kepemilikan harta dengan harta, dilakukan dengan ijab dan qabul karena suka sama suka antara penjual dan pembeli. 2. Pengharaman riba serta pengumuman perang dari Allah dan Rasul-Nya terhadap pemakannya.
  • 33. 3. Bersikap sabar terhadap orang yang dalam kesusahan. 4. Balasan bagi orang yang beriman dan beramal shaleh. 5. Mengingatkan dahsyatnya hari kiamat.