Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan kerja, yang mencakup pengertian, tujuan, dan fokus utama kesehatan kerja menurut ILO dan WHO. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan produktivitas tenaga kerja, serta upaya pencegahan gangguan kesehatan akibat kerja melalui optimalisasi beban kerja, pengurangan beban lingkungan kerja, dan peningkatan kapasitas kerja.
6. Kuliah 7 - K3
PENGERTIAN KESEHATAN KERJA
(MENURUT ILO DAN WHO)
Kesehatan kerja adalah aspek / unsur kesehatan
yang erat bertalian dengan lingkungan kerja dan
pekerjaan yang secara langsung / tak langsung
dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja.
7. Kuliah 7 - K3
TUJUAN KESEHATAN KERJA
1. Melaksanakan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan fisik,
mental dan sosial semua pekerja yang setinggi tingginya, disemua
lapangan kerja.
2. Mencegah pekerja dari gangguan kesehatan akibat kondisi kerja
3. Melindungi pekerja terhadap semua faktor resiko bahaya kesehatan
4. Menempatkan dan memelihara pekerja dalam lingkungan kerja
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologinya.
8. Kuliah 7 - K3
Fokus utama kesehatan kerja
ditujukan untuk :
1. Pemeliharaan dan promosi kesehatan pekerja dan kapasitas kerja
2. Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang menjamin
keselamatan dan kesehatan.
3. Pembentukan organisasi dan budaya kerja, yang menciptakan
suasana sosial positif, melancarkan pekerjaan dan meningkatkan
produktivitas perusahaan.
10. Kuliah 7 - K3
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan dan
produktivitas Tenaga kerja
A. Beban kerja
B. Beban tambahan dari lingkungan Kerja
C. Kapasitas kerja
Untuk mendapatkan derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal dan
produktivitas kerja yang tinggi, maka ketiga faktor itu harus dalam
keseimbangan yang serasi
11. Kuliah 7 - K3
A. BEBAN KERJA
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya.
Beban kerja dibagi menjadi :
Beban fisik : mengangkat, memikul, panas/dingin, dll, dialami
pekerja.
Beban mental : target penjualan, target keuntungan perusahaan
dialami para manajer, pengusaha.
Beban sosial : tuntutan kesejahteraan, keamanan, kesehatan
dialami pengusaha dan pekerja .
12. Kuliah 7 - K3
B. Beban tambahan dari lingkungan Kerja
Beban dari lingkungan kerja yang dapat mengganggu kesehatan
pekerja adalah :
Faktor fisik, berupa :
1. Suara / kebisingan
2. Suhu / iklim : suhu panas, suhu Dingin
3. Radiasi
4. Tekanan udara
5. Penerangan
6. Getaran
13. Kuliah 7 - K3
Beban tambahan dari lingkungan kerja (lanjutan)
Faktor kimia
1. Gas dan uap
2. Partikel / aerosol : Debu, kabut, awan, asap.
3. Cairan / pelarut
Faktor biologik
Berupa virus, bakteri, jamur, serangga, cacing, parasit, binatang
buas, tumbuhan beracun, dll.
14. Kuliah 7 - K3
Beban tambahan dari ligkungan kerja ( lanjutan)
Faktor fisiologik (ergonomik)
Faktor yang mempengaruhi keserasian antara pekerja dgn pekerjaannya
(cara kerja, posisi kerja, alat kerja, beban kerja).
Ketidakserasian dapat menimbulkan kecelakaan kerja :
sakit otot, sakit pinggang, cedera punggung, dll.
Faktor mental psikologi
Berupa kondisi atau hubungan kerja kurang baik.
Sifat pekerjaan : monoton, tidak sesuai bakat, kesejahteraan kurang, Dll.
Faktor ini selain menurunkan produktivitas, juga dapat menimbulkan
penyakit-penyakit psikosomatik.
15. Kuliah 7 - K3
FAKTOR LINGKUNGAN KERJA
DAN GANGGUAN KESEHATAN
Kondisi
Lingkungan
Faktor-2
Berbahaya
Jenis
Gangguan
Dsb
Kerja
Yang
Dicakup
1. Lingkungan
Kimia
A. Kontaminasi
udara, partikel-2,
Uap / gas
B. Kekurangan
Oksigen
C. Kontak
Debu mineral
Bahan-2 kimia
Macam-2 gas
Berbahaya,
uap
Pneumoconiosis
Keracunan
Industri
Anoksia (tanpa
Oksigen)
Penyakit kulit
Pertambangan,
Keramik,
Industri cor logam
Bekerja di
dalam lubang,
Tangki-2, dsb
Berendam,
Pengecatan, dsb
16. Kuliah 7 - K3
FAKTOR LINGKUNGAN KERJA
DAN GANGGUAN KESEHATAN
Kondisi
Lingkungan
Faktor-2
Berbahaya
Jenis
Gangguan
Dsb
Kerja
Yang
Dicakup
2. Lingkungan
fisik
A. Kelembaban dan
suhu, tidak normal
B. Tekanan atmosfer yg
tidak normal
C. Gelombang suara Batas ambang
pendengaran
Batas ambang
ultrasonik
Heat stroke,
Radang dingin
Beku, dsb
Penyakit pada
Penyelam (diver’s
Disease)
Kurang / kehilangan
Pendengaran
Suara bising di telinga,
Muntah, sakit Kepala
Bekerja di Dapur api,
bekerja pd suhu
Dingin,dsb
Pekerja bawah air
( las, konstruksi bawah
air ), dsb
Berbagai jenis
Industri (pertenunan,
pembangkit listrik,
penggergajian
kayu/logam)
Kerja yg menggunakan
Perlengkapan
Ultrasonik
17. Kuliah 7 - K3
FAKTOR LINGKUNGAN KERJA
DAN GANGGUAN KESEHATAN
Kondisi
Lingkungan
Faktor-2
Berbahaya
Jenis
Gangguan
Dsb
Kerja
Yang
Dicakup
2. Lingkungan
Fisik
D. Getaran
E. Gelombang
elektromagnetik,
sinar radioaktif
Getaran pd sebagian
tubuh
Getaran seluruh
Tubuh
Gelombang-2
Mikro
Sinar-sinar infra
Merah
Penyakit
Raynaud’s, sindroma
Bahu-lengan leher
Gangguan pencernaan
Dsb
Katarak, Peningkatan
Temperatur Tubuh
Katarak,
Centraphose
Alat-alat yg
Bergetar, misal
Pelubang kertas
Pengoperasian
Forklift, traktor,
stamper.
Radar-radar, dsb
Pengeringan,
Pelapisan, dsb
18. Kuliah 7 - K3
FAKTOR LINGKUNGAN KERJA
DAN GANGGUAN KESEHATAN
Kondisi
Lingkungan
Faktor-2
Berbahaya
Jenis
Gangguan
Dsb
Kerja
Yang
Dicakup
2. Lingkungan
fisik
E. Gelombang
elektromagnetik,
Sinar radioaktif
Sinar laser
Mendekati sinar-2
ultraviolet
Sinar-sinar
ultraviolet
Sinar x
Terbakarnya retina
kebutaan
Kemerahan di kulit
Radang kornea
mata (keratitis)
Bahaya sinar x
Penandaan,
pengukuran jarak,
Pengerjaan logam,
dsb
Penggunaan
sumber-2 cahaya
khusus, dsb
Pengelasan.
Penggunaan cahaya
utk sterilisasi
Pengobatan di
bidang kedokteran,
tes-2 yg tdk
Merusak
19. Kuliah 7 - K3
FAKTOR LINGKUNGAN KERJA
DAN GANGGUAN KESEHATAN
Kondisi
Lingkungan
Faktor-2
Berbahaya
Jenis
Gangguan
Dsb
Kerja
Yang
Dicakup
2. Lingkungan
Fisik
E. Gelombang
Elektromagnetik,
Sinar Radioaktif
Sinar-sinar alfa
Sinar-sinar
Gamma
Sinar-sinar beta
Sinar-sinar
Neutron
Bahaya-bahaya
Radiasi ionisasi
Penanganan
bahan Bahan
radioaktif, Tes-tes
yg tdk Merusak,
dsb
20. Kuliah 7 - K3
FAKTOR LINGKUNGAN KERJA
DAN GANGGUAN KESEHATAN
Kondisi
Lingkungan
Faktor-2
Berbahaya
Jenis
Gangguan
Dsb
Kerja
Yang
Dicakup
3. Kondisi kerja
A. Jenis kerja
B. Kondisi kerja
Tugas bergilir,
tugas malam hari
Kerja yg tdk
teratur, kerja yg
statis, kerja yg
monoton, dsb
Posisi kerja,
Intensitas kerja,
Lama kerja
Kelelahan fisik
mental, emosi yg
tidak stabil,
Penyakit psikis,dsb
Sindrom bahu –
Lengan – leher,
Pegal punggung
Tugas jaga, pengendali
lalu lintas udara, dsb
Operator jahit,
operator pada ban
berjalan, operator
komputer, dsb
21. Kuliah 7 - K3
C. Kapasitas kerja
Kapasitas kerja seseorang dipengaruhi oleh :
1. Keterampilan
2. Kesegaran jasmani dan rohani
3. Kondisi kesehatan
4. Tingkat gizi
5. Jenis kelamin
6. Umur
7. Ukuran-ukuran tubuh (anthropometri)
22. Kuliah 7 - K3
Usaha pencegahan dan pengendalian
penyakit akibat kerja
A. Optimalisasi beban kerja.
B. Menghilangkan atau mengurangi beban tambahan dari
lingkungan Kerja.
C. Meningkatkan kapasitas kerja.
23. Kuliah 7 - K3
A. OPTIMALISASI BEBAN KERJA
Program kesehatan kerja yang diperlukan dalam
optimalisasi beban kerja ini adalah :
1. Pemeriksaan kesehatan
2. Psikologi kerja
3. Ergonomi
24. Kuliah 7 - K3
B. Mengurangi beban tambahan dari lingkungan
kerja
1. Identifikasi dan evaluasi faktor bahaya
Identifikasi merupakan langkah pertama dalam pengendalian setiap
faktor bahaya.
Identifikasi faktor bahaya dilakukan dengan cara mengetahui :
a. Bahan yang digunakan, produk dihasilkan, hasil antara, dan lain-
lain.
b. Proses kerja : jenis peralatan, mesin, teknologi yang digunakan.
25. Kuliah 7 - K3
Mengurangi beban … (lanjutan)
2. Usaha pengendalian teknis
Tujuannya untuk menghilangkan atau menurunkan tingkat pemaparan
kepada pekerja sampai tingkat yang aman.
Usaha pengendalian teknis terdiri dari :
A. Mengurangi faktor bahaya seperti :
• Asbes biru [crocidolite] dilarang digunakan di seluruh dunia
sejak 1986
* Arsen ----- dari pestisida
26. Kuliah 7 - K3
Mengurangi beban … (lanjutan)
B. Substitusi .
Mengganti dgn bahan yang tidak atau kurang berbahaya seperti :
• Roda gerinda yang terbuat dari batu pasir diganti dengan silikon
karbida atau boron nitrida
• Pada abrasive blasting, batu pasir diganti dengan steel shot atau
alumina
• Benzena diganti dengan toluene
27. Kuliah 7 - K3
Mengurangi beban … (lanjutan)
C. Perubahan proses :
Untuk mencegah timbulnya faktor bahaya di lingkungan kerja,
seperti :
Proses dengan gas dan uap dengan sistem tertutup.
Supresi pembentukan debu dengan cara basah : Menyemprotkan atau
mengalirkan air pada tempat pembentukan debu
D. Isolasi sumber bahaya
E. Ventilasi
F. Penggunaan alat pelindung diri
G. Kebersihan dan pemeliharaan tempat kerja
H. Hygiene perorangan
28. Kuliah 7 - K3
C. Meningkatkan kapasitas kerja
1. Meningkatkan ketrampilan kerja, dengan memberikan pendidikan
dan latihan kepada pekerja
2. Meningkatkan kesehatan tenaga kerja
3. Meningkatkan gizi tenaga kerja
4. Menerapkan gerakan hidup sehat, yang mencakup :
Kesegaran jasmani
Program berhenti merokok
Manajemen stress dll
5. Penerapan ergonomi di tempat kerja.
6. Meningkatkan motivasi dan
dedikasi tenaga kerja
29. Kuliah 7 - K3
PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN
PENEMPATAN KERJA
30. Kuliah 7 - K3
PELAYANAN DAN FASILITAS KESEHATAN
a. Pelayanan Kesehatan Kerja, meliputi:
Pemeriksaan kesehatan badan awal, berkala dan khusus
Pengobatan, perawatan, vaksinasi, dan imunisasi
Asuransi Kesehatan.
Pendidikan Kesehatan kepada Tenaga Kerja
Penyelenggaraan Makanan
Fasilitas Keluarga Berencana
31. Kuliah 7 - K3
b. Fasilitas Kesehatan:
Sarana Kesehatan : Balai Pengobatan, Poliklinik, Pelengkapan
P3K
Tenaga Kesehatan: Dokter dan Para Medis
c. Fasilitas Sanitasi:
WC, Kamar madi
Tempat Cuci tangan
Kantin
Tempat istirahat dan pertemuan
PELAYANAN DAN FASILITAS KESEHATAN (Lanjutan )
32. Kuliah 7 - K3
d. Persyaratan Jenis dan Jumlah Sarana Sanitasi
Jumlah
Karyawan
Jumlah
Wastafel
Jumlah
Jamban
Jumlah
Peturasan
1-15 1 1 1
16-30 2 2 2
31-45 3 3 3
46-60 4 4 4
61-80 5 5 5
81-100 6 6 6
Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 wastafel, 1 jamban
dan 1 peturasan.
Toilet untuk karyawan perempuan terpisah dari toilet untuk karyawan
pria.
Sumber: Keputusan Menkes RI No. 261/MENKES/SK/II/1998
33. Kuliah 7 - K3
PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
34. Kuliah 7 - K3
PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA (Lanjutan )
35. Kuliah 7 - K3
DAFTAR PENYAKIT AKIBAT KERJA ( Lanjutan )
Standar Daftar Penyakit Akibat Kerja Yang Harus Dilaporkan
36. Kuliah 7 - K3
DAFTAR PENYAKIT AKIBAT KERJA
Standar Daftar Penyakit Akibat Kerja Yang Harus Dilaporkan
37. Kuliah 7 - K3
METODA DIAGNOSTIK PENYAKIT AKIBAT KERJA
a. Metoda Diagnostik
Diagnosa penyakit akibat kerja adalah untuk membuktikan bahwa penyakit atau
kecelakaan yang terjadi adalah akibat faktor lingkungan kerja atau karena
pekerjaannya.
Diagnosis antara lain dilakukan dengan cara:
1. Anamnesa Penyakit dan Riwayat Pekerjaan.
Riwayat penyakit ditanyakan mulai dari timbulnya gejala dini sampai timbulnya sakit,
untuk melihat hubungan antara penyakit yang diderita antara cara kerja maupun
dengan tempat kerja. Riwayat pekerjaan yang ditanyakan adalah pekerjaan utama dan
pekerjaan tambahan saat ini dan masa lalu.
2. Pemeriksaan klinis dan foto rontgen
Dicari tanda-tanda yang khas untuk suatu penyakit atau sindroma yang disebabkan oleh
faktor-faktor penyakit akibat kerja.
38. Kuliah 7 - K3
3. Pemeriksaan laboratorium
Meliputi pemeriksaan urin, darah dan tinja ataupun kuku dan rambut.
Dengan pembuktian adanya penyebab secara kualitatif dan kuantitatif pada batas-batas
tertentu, diagnosis penyakit kerja sudah dapat dipastikan.
4. Pemeriksaan Tempat Kerja
Pemeriksaan dilakukan dengan pengukuran kualitatif bahan & faktor lingkungan kerja.
Kadar bahan & faktor lingkungan kerja yang melebihi persyaratan yang sudah ditentukan,
merupakan indikasi ke arah diagnosis.
5. Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dari timbulnya gejala penyakit
Biasanya gejala penyakit akibat kerja akan berkurang atau bahkan hilang bila penderita b
berhenti bekerja. Hal ini disebabkan karena pemaparan kerja (occupational exposure)
diputuskan atau dihilangkan.
39. Kuliah 7 - K3
b. Diagnosis diferensial
Penyakit akibat kerja harus dibedakan dengan penyakit umum, mengingat pada
keduanya biasanya mempunyai tanda-tanda dan gejala-gejala yang mirip, misalnya
mual-mual, muntah, diare, pusing, anemia, batuk dermatitis dll.
c. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Pada sektor perindustrian (formal) penyakit-penyakit akibat kerja dapat dicegah bila
ada saling pengertian, kemauan dan kerja sama yang baik antara pimpinan atau
pemilik perusahaan dan pekerjanya. Kegiatan atau cara pencegahan penyakit akibat
kerja antara lain terdiri dari:
Pengendalian melalui peraturan atau perundang-undangan, organisasi,
teknis (engineering control) dan jalur kesehatan.
40. Kuliah 7 - K3
MACAM PEMERIKSAAN KESEHATAN
(PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA & TRANSMIGRASI No.PER.02/MEN/1980)
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.
Pre placement health examination
Pre employment health examination
2. Pemeriksaan kesehatan berkala.
Periodik health examination
Annual health examination
3. Pemeriksaan kesehatan khusus.
Special health examination
41. Kuliah 7 - K3
Ad. 1. PEMERIKSAAN KESEHATAN SEBELUM KERJA.
Tujuan :
- Tenaga kerja yg diterima harus dlm kondisi kesehatan yg setinggi-tingginya
- Tidak mempunyai penyakit menular
- Penyesuaian dengan jenis pekerjaan yg dilakukan
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Pemeriksaan fisik lengkap
2. Pemeriksaan rontgen paru-paru dan laboratorium
3. Pemeriksaan psiko tes
4. Pemeriksaan lain yang dianggap perlu
42. Kuliah 7 - K3
Ad. 2. PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA
Tujuan :
- Untuk menilai efektifitas usaha pencegahan yg telah dilakukan oleh
perusahaan
- Untuk mengidentifikasi sedini mungkin kemungkinan adanya gangguan
kesehatan pada pekerja oleh karena pekerjaan/lingkungan kerja.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Pemeriksaan fisik lengkap
2. Pemeriksaan rontgen paru-paru dan laboratorium
3. Pemeriksaan psiko tes
4. Pemeriksaan lain yang dianggap perlu
43. Kuliah 7 - K3
Ad.3. PEMERIKSAAN KESEHATAN KHUSUS
Tujuan :
- Untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu
terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu
Pemeriksaan dilakukan terhadap :
1. TK yg telah mengalami kecelakaan / P.A.K sehingga memerlukan
perawatan > 2 minggu.
2. TK berusia diatas 40 tahun, Tk wanita dan Tk cacat, serta Tk muda yg
melakukan pekerjaan tertentu.
3. TK yg terdapat dugaan gangguan kesehatan/penyakit tertentu.
4. TK yang akan pensiun (ada / tidak adanya gangguan kesehatan akibat
kerja).
44. Kuliah 7 - K3
Klasifikasi hasil pemeriksaan dan penempatan kerja.
a. Baik sekali (sehat dan tidak ada cacat) dapat bekerja apapun.
b. Baik (ada cacat kecil dapat dikoreksi) dapat bekerja. Misal ditemukan :
caries gigi, koreksi mata.
c. Baik hanya untuk pekerjaan tertentu, mempunyai kekurangan /
kecacatan yang dapat mempengaruhi daya kerja. Misal cacat yang sulit
diperbaiki : hernia, sakit jantung, diabetes, buta warna.
d. Tidak baik (punya penyakit yang membahayakan) tidak dapat dipekerjakan.
Misal : penyakit rohani / jiwa, epilepsi, TBC.
45. Kuliah 7 - K3
INDIKATOR KEBERHASILAN UPAYA KESEHATAN KERJA
Bagi manajemen perusahaan :
1. Menurunnya angka kemangkiran karena sakit.
2. Menurunnya biaya kesehatan.
3. Meningkatnya efisiensi & produktivitas.
4. Meningkatnya dukungan terhadap program kesehatan dan keselamatan
pekerja di tempat kerja.
5. Citra positif (tempat kerja yg maju dan peduli kesehatan) / meningkatnya
moral staff.
46. Kuliah 7 - K3
INDIKATOR KEBERHASILAN UPAYA KESEHATAN KERJA (lanjutan)
Bagi pekerja :
1. Meningkatnya semangat kerja
2. Meningkatnya percaya diri
3. Menurunnya stress
4. Meningkatnya kemampuan mengenali dan mencegah penyakit
5. Meningkatnya kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
sekitar