2. • Keputusan strategik merupakan keputusan yang sangat penting dan faktor
penentu kesuksesan organisasi di masa yang akan datang
• Keputusan ini juga merupakan faktor kritis yang membedakan antara
keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi (Maule dan Hodgkinson, 2002).
Mengingat pentingnya keputusan tersebut , seorang decision maker
diharapkan dapat membuat suatu keputusan yang optimal
• Namun seringkali dalam proses pengambilan keputusan tersebut, banyak para
pengambil keputusan hanya mendasarkan pada cara yang sederhana dan
mudah saja (Bazzarman, 1994)
A. Cognitive Framing
3. • Hal ini terjadi karena terbatasnya kapasistas kemampuan dalam memproses
informasi, sehingga mereka hanya mengadopsi cara-cara sederhana.
Fenomena ini juga terjadi pada saat pengambilan keputusan strategik
• Perilaku pengambil keputusan strategik akan diwarnai oleh bias judgmental
dan heuristic ketika menghadapi alternative keputusan (Maule dan
Hodgkinson, 2002)
• Framing merupakan salah satu alasan penyebab terjadinya bias dalam
pengambilan keputusan
A. Cognitive Framing (cont’d)
4. • Framing atas informasi dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil
keputusan. Frame yang dihadapi tergantung pada formulasi masalah yang
dihadapi, norma, kebiasaan, dan karakteristik pengambilan keputusan itu
sendiri (Gudono dan Hartadi, 1998)
• Teori yang digunakan dalam menguji bias akibat framing ini adalah teori
prospek yang mengemukakan bahwa frame yang diadopsi seseorang dapat
mempengaruhi keputusannya
• Ketika seorang pengambil keputusan diberikan alternatif keputusan yang
dibingkai secara positif maka keputusan yang diambil akan cenderung risk
averse (menghindari resiko). Sedangkan ketika informasi yang disajikan
secara negatif mka keputusan yang diambil akan cenderung risk seeking
(mencari resiko)
A. Cognitive Framing (cont’d)
5. • Bias terjadi akibat pembingkaian informasi dan dapat membuat keputusan
yang diambil menjadi tidak optimal karena frame informasi tersebut
mempengaruhi preferensi resiko si pengambil keputusan
• Untuk mengendalikan terjadinya bias tersebut dapat digunakan teknik causal
cognitive mapping
• Dalam konteks pengambilan keputusan, Hodgkinson, Bown, Maule, Glaister
dan Pearman (1999) menguji dampak teknik causal cognitive mapping untuk
mengatasi bias kognitif yang diakibatkan oleh pembingkaian informasi yang
diadopsi pengambil keputusan
A. Cognitive Framing (cont’d)
6. • Hasilnya menunjukkan bahwa, partisipan yang melakukan teknik causal
cognitive mapping sebelum mengambil keputusan cenderung tidak
dipengaruhi oleh bias kognitif. Dengan kata lain terjadi peningkatan kualitas
keputusan yang diambil
• Causal cognitive mapping sendiri adalah adanya kesempatan bagi pengambil
keputusan untuk mempertimbangkan dan menghubungkan faktor-faktor yang
dianggap dapat mempengaruhi hasil keputusan, maka keputusan yang diambil
akan terhindar dari pengaruh bias kognitif akibat penyajian informasi alternatif
keputusan dengan framing positif maupun negatif
A. Cognitive Framing (cont’d)
7. • Analytical skill adalah kemampuan untuk menganalisis suatu hal dengan
mengumpulkan berbagai informasi guna memecahkan suatu masalah
• Biasanya untuk menerapkan kemampuan analisis yang baik, seseorang harus
bisa membedah suatu masalah yang akan dianalisis
• Pembedahan masalah itu bisa dicari tahu dari penyebab masalah itu muncul,
faktor pendukung penyelesaiannya, hingga komunikasi dengan tim lain yang
berkaitan
B. Analytical Skill
8. Ciri seseorang memiliki analytical skill:
• Berpikir kritis, dapat melihat celah yang tidak dilihat orang lain
• Berpendapat berdasarkan hasil analisa atau data yang akurat
• Mampu mengambil keputusan sulit dengan mempertimbangkan peluang dan
resikonya
• Mampu mengajukan solusi untuk masalah kompleks
B. Analytical Skill (cont’d)
9. Beberapa manfaat analytical skill di dunia kerja :
• Cara berpikir lebih komprehensif sehingga penyelesaian masalah bisa lebih
mudah
• Mampu berpikir kreatif sehingga bisa mengikuti perkembangan tren yang ada
• Bisa lebih terorganisasi dalam menyelesaikan pekerjaan
• Dapat berkomunikasi secara baik dengan divisi lain sehingga bisa saling
membantu dan berkoordinasi
• Mampu memberikan kontribusi lebih terhadap kemajuan tim
B. Analytical Skill (cont’d)
10. Contoh analytical skill yang harus dikuasai :
• Kemampuan riset
• Analisis data
• Berpikir kreatif
• Berpikir kritis
• Forecasting atau memprediksi masa depan
• Diskusi efektif atau brainstorming
B. Analytical Skill (cont’d)
11. • Resnick (Putro, B.L, 2013) mengemukakan bahwa salah satu
pengembangan metode pembelajaran Learning by Doing adalah metode
creativity learning dengan tujuan membantu siswa merancang, membuat
dan menciptakan sesuatu
• Creativity learning cycle mempunyai tahapan yang dimulai dari Imagine,
Create, Play, Share, Reflect lalu kembali lagi ke Imagine
C. Creativity Cycle
12. • Pada tahap Imagine, siswa diminta untuk mengemukakan ide dengan cara
membayangkan suatu kasus yang dapat membantu dalam proses pemecahan
masalah dalam bentuk storyboard
• Tahap Create, merupakan tahap dimana siswa menciptakan sesuatu yang
sederhana sesuai dengan ide-ide mereka secara berkelompok, ini mengajarkan
kepada siswa agar mereka dapat bekerja sama dalam tim dan memiliki tanggung
jawab
• Selanjutnya tahap Play, yang bukan berarti bermain, namun siswa belajar melalui
eksperimen
C. Creativity Cycle (cont’d)
13. • Pada tahap Share, siswa diminta mengkomunikasikan pada kelompok lain
hasil yang sudah diciptkan melalui pemaparan di depan kelas, bertujuan agar
siswa dapat berbagi ide satu sama lain
• Tahap selanjutnya Refleksi, agar dapat membuat karya yang lebih bak dan
luas manfaatnya dari sebelumnya
C. Creativity Cycle (cont’d)