Kajian awal pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di sekolah dasar DKI Jakarta menemukan bahwa tantangan utama bagi orang tua adalah membuat anak fokus pada materi pelajaran, sedangkan guru menggunakan berbagai metode penyampaian materi secara daring dan luring.
1. MENELAAH EFEKTIVITAS
BELAJAR DARI RUMAH
Temuan Awal Kajian Pelaksanaan Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) Tingkat Sekolah Dasar (SD) di DKI
Jakarta
Kajian awal pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh
menemukan bahwa metode pembelajaran utama yang
digunakan adalah pembelajaran daring asinkron dan
tantangan utama bagi orang tua adalah membuat anak fokus
pada materi.
LATAR BELAKANG
Mewabahnya COVID-19 menjadi dasar pertimbangan pemerintah
Provinsi DKI Jakarta menutup kegiatan belajar mengajar di sekolah
di wilayah DKI Jakarta. Kegiatan belajar mengajar di sekolah
diganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Proses peralihan
cepat dari sekolah normal ke PJJ ini menimbulkan pertanyaan
mengenai kesiapan guru, orang tua, dan siswa dalam
mendampingi dan menjalankan proses belajar-mengajar di rumah
secara efektif.
Berlatar belakang permasalahan tersebut, J-PAL Asia Tenggara (J-
PAL SEA) LPEM FEB Universitas Indonesia, bekerja sama dengan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Dinas Pendidikan Provinsi DKI
Jakarta, melakukan studi ekplorasi untuk mengkaji jalannya PJJ di
DKI Jakarta. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tantangan dan
pengalaman orang tua dan guru selama periode PJJ berlangsung.
Studi ini mengkaji pelaksanaan PJJ pada jenjang Sekolah Dasar
(SD). Sekolah dasar merupakan jenjang awal pendidikan yang
krusial dimana anak belajar pengetahuan dasar yang penting untuk
jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, agar efektif, siswa SD
membutuhkan pendampingan orang tua dan guru dalam kegiatan
belajarnya.
PERTANYAAN PENELITIAN
Studi ini diharapkan dapat menjawab 3 pertanyaan utama, yaitu:
1. Apa tantangan yang dihadapi murid dan orang tua dalam
menjalani PJJ, dan bagaimana tantangan ini bervariasi antara
rumah tangga dengan tingkat pendapatan berbeda?
2. Apa tantangan yang dihadapi guru dalam menjalani PJJ?
3. Apa praktik-praktik terbaik yang dilaksanakan oleh guru dan
orang tua untuk mengoptimalkan PJJ?
METODOLOGI
Studi ini memilih secara acak 100 SD (negeri dan swasta) di
wilayah Kota Administrasi DKI Jakarta. Di masing-masing wilayah
kota dipilih secara acak 10 Sekolah Kemiskinan Tinggi
(SKT) dan 10 Sekolah Kemiskinan Rendah (SKR). Status kemiskinan
sekolah ditentukan dengan menghitung proporsi siswa penerima
Kartu Jakarta Pintar (KJP) pada masing-masing sekolah. Sekolah
dengan proporsi penerima KJP sama dengan atau di atas 50%
dikategorikan sebagai Sekolah Kemiskinan Tinggi, sedangkan
sekolah dengan proporsi penerima KJP di bawah 50%
dikategorikan sebagai Sekolah Kemiskinan Rendah.
Kemudian, 14 SD dari Kepulauan Seribu ditambahkan langsung
kedalam sampel sekolah tanpa pemilihan acak karena jumlah SD
yang sudah sedikit. 14 SD tambahan ini merupakan Sekolah
Kemiskinan Tinggi. Total 114 SD terpilih sebagai sampels sekolah
studi ini.
Untuk pertanyaan lebih lanjut mengenai evaluasi program
silakan menghubungi Terry Muthahhari di surel
tmuthahhari@povertyactionlab.org
Comment [p1]:
Judul dan sub judul yang dipakain ini
tidak salah. Dari cara penulisan
judulnya, saya tangkap, penulis di sini
lebih mengutamakan completion.
Laporan ini dibuat untuk
menyampaikan kepada atasan/orang
yang menugaskan bahwa tugas telah
dilaksanakan.
Tapi kalau hendak mengutamakan
temuannya, maka judul semestinya
menggambarkan poin penting
terungkap dari riset ini. Kalau
membaca ringkasan, judul alternatif
untuk laporan ini bisa tentang problem
anak untuk fokus pada materi saat
belajar dari rumah.
Comment [p2]: Ringkasan bagus,
memberikan informasi cepat kepada
pembacam apa yang penting dari
laporan ini. Seharusnya bisa
dirumuskan lebih baik: apa problem
dan target riset ini, ringkasan temuan
utama, lalu kalau ini kajian awal,
apakah akan ada kajian lanjutan dan
yang membedakan kajian awal ini
dengan yang akan datang.
Ada inkonsistensi antara judul dan
ringkasan: yang benar ini „temuan
awal‟ atau „kajian awal‟.
Comment [p3]: Untuk sebuah laporan
ringkas seperti ini, apa perlu latar
belakang menuliskan kembali
fakta/peristiwa yang sudah jelas bagi
kebanyakan orang (stating the
obvious)?
Comment [p4]: Poin ini ada di
pertanyaan penelitian.
Comment [p5]: Kalimat ini
mengulang salah satu poin pada
kalimat pertama Alinea sebelumnya.
Comment [p6]: di mana
Comment [p7]: Kalimat ini
mengulang poin pada kalimat kedua
alinea pertama latar belakang.
Comment [p8]: Agar memudahkan
penulisan laporan penelitian, ada
baiknya satu pertanyaan hanya
memuat satu pokok pikiran.
Pertanyaan ini misalnya, bisa dipecah
menjadi dua.
Comment [p9]: sampel
2. Studi ini melakukan pengumpulan data dengan 2 metode yaitu: i)
Metode kuantitatif melalui survei daring kepada guru dan orang
tua; dan ii) Wawancara kualitatif melalui telepon kepada guru,
orang tua dan pengawas sekolah.
Pada 27 Juli – 4 Agustus 2020, survei daring dilaksanakan kepada
guru dan orang tua di 114 SD sampel. Tautan untuk mengisi survei
daring orang tua dan guru dikirimkan oleh pengawas sekolah
kepada kepala sekolah. Kepala Sekolah kemudian
mengirimkannya kepada orang tua dan guru. Pesan pengingat
untuk mengisi survei daring dikirimkan kepada orang tua dan guru
melalui alur komunikasi yang sama.
Setelah survei daring ditutup, wawancara kualitatif melalui telepon
dilaksanakan kepada guru dan orang tua yang menyelesaikan
survei daring dan setuju untuk dihubungi kembali. Wawancara
kualitatif juga dilaksanakan kepada pengawas sekolah yang
membantu jalannya studi dan terlibat dalam pengawasan
pelaksanaan PJJ. Semua responden wawancara telepon dipilih
secara acak.
Sebanyak 16.453 (48%) orang tua dari sekitar 34.000 orang tua
di SD sampel menyelesaikan survei daring yang dibagikan.
Sementara itu, 1.162 (69%) guru dari sekitar 1.667 guru di SD
yang menjadi sampel menyelesaikan survei daring yang dikirimkan.
Mayoritas responden yang mengisi survei daring guru dan orang
tua adalah perempuan. Pada periode 6 - 28 Agustus 2020
dilakukan wawancara telepon kualitatif. 198 orang tua, 50 guru,
dan 10 pengawas sekolah berhasil diwawancara.
HASIL
Kesulitan untuk Membuat Anak Fokus pada Materi
Pembelajaran Menjadi Tantangan Utama Orang
Tua Selama PJJ
Salah satu temuan awal dari survei daring orang tua adalah orang
tua di Sekolah Kemiskinan Tinggi dan Sekolah Kemiskinan Rendah
sama-sama mengalami kesulitan untuk membuat anak fokus
terhadap materi pelajaran selama masa PJJ. Berdasarkan catatan
awal dari wawancara kualitatif telepon, ditemukan bahwa rasa
bosan anak karena minim sosialisasi bersama teman sebaya selama
masa PJJ, beban tugas yang dirasa terlalu tinggi, dan perbedaan
kemampuan orang tua dalam menjelaskan materi dapat menjadi
beberapa alasan yang membuat anak sulit fokus mengikuti kegiatan
pembelajaran selama PJJ.
Analisis lanjutan menunjukkan bahwa kesulitan ini lebih dialami
secara konsisten oleh orang tua dengan anak di kelas 1, kelas 2,
kelas 3 dan kelas 4 dibandingkan kelompok kelas lanjutan (kelas 5
dan 6). Pada saat yang sama, orang tua dengan anak di kelas 4, 5,
dan 6 menghabiskan rata-rata jam lebih tinggi untuk mendampingi
anak belajar selama PJJ. Temuan lain menjelaskan bahwa keputusan
untuk memprioritaskan waktu kepada anak di kelas atas, seperti
kelas 5 dan 6, didorong oleh beban tugas yang lebih banyak dan
dekatnya jenjang kelas ini pada lulusan sekolah atau ujian
dibandingkan kelas bawah.
GAMBAR 1.
RERATA JAM YANG DIHABISKAN ORANG TUA, MENURUT
PEKERJAAN IBU
Selain jenjang kelas, rata-rata waktu yang orang tua habiskan untuk
mendampingi anak juga mungkin memiliki hubungan dengan status
pekerjaan ibu. Studi ini menemukan adanya indikasi beban
pendampingan anak yang lebih banyak kepada ibu. Hal tersebut
ditunjukkan dengan rerata jam orang tua mendampingi anak lebih
rendah jika ibu bekerja di rumah (penuh maupun parsial) atau
bekerja dari kantor. Di sisi lain, rerata jam pendampingan ini tidak
dipengaruhi oleh status pekerjaan (dari rumah/dari kantor) ayah.
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1, rata-rata waktu
mendampingi anak lebih tinggi jika ibu tidak berada di angkatan
kerja atau sedang mengganggur (di atas 4,5 jam). Sementara itu,
rata-rata waktu mendampingi anak berkurang menjadi 4 hingga 4,4
jam jika ibu bekerja di rumah (secara penuh maupun parsial). Jika
ibu bekerja di kantor secara penuh, rerata waktu orang tua
mendampingi anak berada di bawah 4 jam.
2 Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab | Southeast Asia
Comment [p10]: Kalimat ini dapat
dipahami tetapi sesungguhnya keliru.
Yang mengumpulkan data adalah
peneliti bukan studi.
Comment [p11]: Sebaiknya
pemaparan semacam ini menggunakan
kalimat/penjelasan yang setingkat.
Jika yang pertama disebutkan “medote
kualitatif melalui survei, yang kedua
supaya setara sebaiknya disebut
“metode kualitatif melalui
wawancara”. Atau sebaliknya
mengikuti pola yang pertama.
Comment [p12]: Jika tanggal survei
bukan informasi utama yang hendak
ditekankan, sebaiknya tidak diletakkan
di depan. Akan lebih jelas kalau alinea
ini menggunakan kalimat-kalimat aktif
Comment [p13]: Pernyataan ini
berpotensi bertabrakan dengan
penjelasan sebelumnya bahwa yang
diwawancai adalah mereka yang
setuju. Perlu ada penjelasan
tambahan.
Comment [p14]: Jika tanggal
penting, sebagaimana yang tergambar
pada di alinea di atasnya, akan lebih
efektif kalau bagian ini diturunkan jadi
alinea baru.
Comment [p15]: Ada empat
pertanyaan tapi pemaparan hasil hanya
dalam dua sub judul. Akan lebih
efektif kalau dibuat tiga-empat sub
judul, masing-masing memaparkan
temuan terkait masing-masing
pertanyaan.
Comment [p16]: Apakah ini istilah
baku “wawancara kualitatif telepon”?
Jika tidak sebaiknya ditulis secara
jelas, mislanya “wawancara kualitatif
melalui telepon”.
Comment [p17]: Kalimat ini terlalu
panjang, memuat beberapa pokok
pikiran sekaligus, menyulitkan
pembaca. Sebaiknya dipisah dalam
beberapa kalimat, satu kalimat satu
pokok pikiran.
Comment [p18]: Hati-hati dengan
frasa semacam ini, barangkali
maksudnya “…dialami secara lebih
konsisten..”
Comment [p19]: Saya merasa lebih
terbantu dan cepat mengerti grafik di
atasnya, setelah membaca alinea ini.
Karena itu menurut saya lebih baik
grafik mengikuti alinea yang dia
jelaskan, bukan sebaliknya.
3. Guru Mengombinasikan Beragam Metode
Penyampaian Materi Selama PJJ
Survei daring menunjukkan bahwa guru di Sekolah Kemiskinan
Tinggi dan Sekolah Kemiskinan Rendah menggunakan metode
daring asinkron sebagai metode pembelajaran utama. Namun,
persentase guru yang menggunakan pembelajaran daring sinkron
lebih tinggi di sekolah kemiskinan rendah (Lihat Gambar 2).
GAMBAR 2.
METODE PENYAMPAIAN MATERI OLEH GURU SELAMA PJJ
Merujuk kepada catatan awal dari wawancara telepon,
pembelajaran luring masih dilakukan secara terbatas selama
periode PJJ sebagai langkah penyesuaian untuk anak yang
mengalami kesulitan koneksi internet/kuota dan keterbatasan
smartphone. Pada kondisi ini, guru memberikan tugas dan
menyampaikan materi secara langsung di sekolah maupun rumah
siswa.
Lalu, bagaimana guru menjelaskan materi pembelajaran selama PJJ?
Temuan awal dari wawancara telepon menunjukkan bahwa guru
mengombinasikan berbagai metode penyampaian materi. Misalnya,
untuk menjelaskan materi penjumlahan matematika guru mengirimkan
penjelasan melalui voice notes (pesan suara) WhatsApp yang
kemudian dibantu dengan video penjelasan pendek yang
didapatkan dari Youtube. Pada situasi lain, guru menggunakan
materi pada buku cetak, kemudian jika siswa belum mengerti maka
guru akan merekam dan mengirimkan video penjelasan materi. Jika
siswa masih belum paham, maka guru akan mengirimkan pesan
suara yang berisi penjelasan tambahan.
Temuan awal dari studi PJJ yang dilakukan J-PAL SEA bersama Dinas
Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
diharapkan dapat memberikan gambaran awal mengenai
pelaksanaan PJJ pada tingkat sekolah dasar di DKI Jakarta.
J-PAL SOUTHEAST ASIA
J-PAL Asia Tenggara (J-PAL SEA), yang secara resmi mulai
beroperasi tahun 2013, bernaung di bawah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB UI). J-PAL SEA memiliki
misi untuk menanggulangi tantangan pembangunan dengan
cara memastikan bahwa kebijakan terinformasi dengan bukti
ilmiah.
J-PAL SEA telah bekerja sama dengan berbagai institusi, di
antaranya Kementerian PPN/ Bappenas, Kementerian
Keuangan, Kementerian Sosial, Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), BPJS Kesehatan, serta
Bank Dunia.
povertyactionlab.org/southeast-asia 3
FEB UI.
Comment [p20]: Kata „metode‟ bisa
hilangkan satu, „.. menggunakan
daring asinkron sebagai metode
pembelajaran utama‟. Apakah istilah
metode „daring asinkron‟ dan „daring
sinkron‟ pasti dimengerti oleh target
pembaca? Kalau tidak sebaiknya ada
definisi atau penjelasannya.
Comment [p21]: Sedikit bertanya
soal data, apa poin pernyataan ini
kalau ternyata seperti pada grafik, SKR
lebih tinggi di semua metode belajar?
Mungkin sedikit penjelasan penting di
sini. Atau datanya keliru?
Comment [p22]: Lagi, kerancuan
yang tercipta lantaran kelimat pasif:
yang mendapatkan video penjelasan
pendek ini guru atau anak-anak?
Comment [p23]: Ini bukan
kesimpulan yang baik dari sisi konten.
Tapi kalau tujuan laporan ini sekadar
untuk mengatakan: kami sudah
menyelesaikan tahap awal dari tugas,
maka penutup semacam ini tidak
masalah.