Kurikulum berdasarkan landasan psikologis harus memperhatikan perkembangan dan model belajar peserta didik. Pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan teori perkembangan dan psikologi belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap peserta didik.
4. Konsep Dasar Landasan Psikologis
Pada hakikatnya, konsep pengembangan kurikulum harus mengacu pada berbagai aspek.
Pengembangan tidak semata hanya mengembangkan sesuatu haltanpa ada pokok –pokok dasar
dan acuan yang jelas.Seller berpendapat bahwa, orientasi pengembangan kurikulum mencangkup
pada enam aspek, yaitu :
• Tujuan pendidikan yang menyangkup arah kegiatan pendidikan
• Pandangan tentang anak
• Pandangan tentang proses pembelajaran
• Pandangan tentang lingkungan
• Konsepsi peranan guru
• Evaluasi belajar.
Dapat kita pahami bahwa pengembangan kurikulum dilaksanakan atas keadaan dan realitas di
lapangan. Kegiatan pengembangan harus difokuskan kepada kebutuhan peserta didik, dan
disesuaikan dengan kemampuan peserta didik dalam menempuh kurikulum yang telah dibentuk.
Karena, potensi dan kemampuan setiap peserta didik berbeda. Apabila proses pengembangan
kurikulum tidak didasarkan pada peserta didik, maka tujuan pembelajaran akan sulit untuk dicapai
5. Oleh sebab itu, diperlukan adanya landasan –landasan dan acuan –acuan yang perlu diperhatikan
sebagai pemberi arah dan tujuan dalam proses pengembangan kurikulum. Secara teoritis, terdapat
empat asas yang mendasari proses pengembangan kurikulum, yaitu
landasan fisiologis
landasan psikologis
landasan sosiologis
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Psikologi sebagai sebuah ilmu yang menjelaskan kepribadian manusia memberikan kontribusi
terhadap pengembangan kurikulum. Menurut Meggi Ing (1978) terdapat dua kontribusi psikologi
dalam pengembangan kurikulum.
Pertama, model konseptual dan informasi yang akan membangun perencanaan pendidikan. Kedua,
berisikan berbagai metodologi yang dapat diaplikasikan dalam penelitian pendidikan.3Beberapa hal
terkait pengembangan model pembelajaran, metode pembelajaran dan mata pelajaran yang ditempuh
seringkali muncul karena kurangnya informasi –informasi yang berkaitan dengan sisi psikologis
peserta didik. Maka, peran psikologis sebagai sebuah disiplin ilmu yakni memberikan informasi –
informasi tambahan kepada guru dan pihak –pihak terkait dalam pengembangan kurikulum
berdasarkan teori –teori yang terdapat di dalamnya, dan berorientasi pada sisi kepribadian peserta
didik.
6. Dalam perspektif psikologis, peserta didik memiliki karakter –karakter yang unik. Karakter ini
berbeda dari satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut terdapat pada minat, bakat dan masa
perkembangan yang dialami oleh seorang peserta didik. Pemahaman tentang peserta didik harus
menjadi fokus utama bagi seorang pengembang kurikulum. Apabila pengembang tidak
memahaminya dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah kependidikan, dan
tentunya tujuan pendidikan yang ingin dicapai akan terhambat.
Di dalam mengambil keputusan tentang pengembangan kurikulum, pengetahuan tentang psikologi
peserta didik sangat dibutuhkan. Hal ini terkait dengan perkembangan psikologis dan model belajar
peserta didik. Berikut hal –hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum :
o Seleksi dan organisasi bahan –bahan pelajaran,
o Menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi dan efisien,
o Merencanakan kondisi belajar yang optimal sehingga tujuan pembelajaran
8. Unsur –unsur Landasan
Psikologis
Di dalam proses pengembangan kurikulum, setidaknya ada dua disiplin ilmu
psikologi yang bisa digunakan oleh seorang pengembang kurikulum ; (1)
Psikologi Perkembangan, dan (2) Psikologi Belajar.Psikologi perkembangan
meninjau peserta didik dari aspek perkembangan fisiknya, dan psikologi
belajar meninjau perkembangan peserta didik dari model –model dan caranya
dalam belajar.
9. Hal ini sesuai dengan pernyataan Print (1993) bahwa kontribusi psikologi
dalam kurikulum signifikan dan berkembang. Sebab, psikologi memberikan
gambaran terkait deskripsi, keterangan, prediksi dan investigasi tingkah laku
manusia. Dan menurut Berliner (1993) bahwa psikologi telah memberikan
perspektif berdasarkan pada temuan riset ilmiah tentang pengetahuan
bagaimana berpikir dan belajar saling berkaitan.
10. Berikut akan dijelaskan mengenai psikologi perkembangan dan psikologi
belajar yang terkait dengan pengembangan kurikulum
Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam proses pengembangan kurikulum adalah perkembangan
peserta didik. Pentingnya pemahaman terhadap peserta didik setidaknya didasarkan pada dua alasan. Pertama,
setiap anak didik memiliki tahapan dan perkembangan tertentu. Kedua, anak didik yang sedang berkembang
merupakan periode yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup mereka.Ketiga,
pemahaman akan perkembangan anak akan memudahkan dalam melaksanakan tugas –tugas
pendidikan.Perkembangan diartikan sebagai serangkaian proses dan perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat kematangan dan pengalaman.Perkembangan tidak bisa disamakan dengan pertumbuhan.
Perkembangan.cenderung kepada hal –hal yang bersifat kepribadian seperti sikap, kematangan berpikir dan
sebagainya. Sedangkan pertumbuhan terkait pada fisik manusia.Seorang pakar psikologi, Robert J. Harvighust
(1961) membagi perkembangan manusia ke dalam enam tahapan. Di setiap tahapan perkembangan, manusia
memiliki permasalahan –permasalahanyang harus diselesaikan. Dan upaya untuk mengatasi masalah –masalah
tersebut disebutnya sebagai development tasks.
11. Berikut tahapan –tahapan perkembangan manusia menurut Robert J.
Harvighust (1961) :
a) Masa Kanak –kanak
Periode perkembangan pada tahapan ini berlangsung sejak umur 2 tahun sampai 12 tahun.
Pada tahapan ini, anak –anak cenderung akan mulai mengalami penurunan masa pertumbuhan
fisik, dan mulai mengenal pola –pola permainan dan keterampilan.Menurut J. Pikunas (1976),
“play enhances self –teaching as the child often attempts to organize and master, to think and to
plan, through the medium of playing it out. Sejalan dengan hal itu, Piaget8juga mengemukakan
bahwabermain adalah proses asimilasi antara kenyataan dengan diri anak. Dalam proses
bermain, anak merespons dengan apa yang telah diketahuinya dan apa yang dianggap baru
olehnya
12. Tugas –tugas perkembangan tahap anak –anak menurut Havighurst (1972)
1) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan umum
2) Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh
3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman –teman sebaya
4) Mulai mengembangkan peran sosial atau wanita
5) Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung,
6) Mengembangkan pengertian –pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
7) Mengembangkan kebebasan pribadi, dan 8) mengembangkan sikap terhadap kelompok –
kelompok sosial
13. b) Masa Remaja
Masa remaja berlangsung mulai usia 12 –18 tahun. Pada umumnya, pada usia ini anak mulai mengalami
pubertas, yakni perubahan fisik dan perangai yang sudah mulai terbentuk dan akan mencapai puncaknya
pada usia dewasa.Tugas –tugas perkembangan menurut Havighurst adalah :
1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
2. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab
5. Mencapai kemandirian emosional dariorang tua dan orang –orang dewasa
6. Mempersiapkan karier ekonomi
7. Mempersiapkan perkawinan dan membentuk keluarga
8. Memperoleh peringkat nilai dan sistem etika sebagai dasar perilaku dalam mengembangkan ideology
14. c) Masa Dewasa
Masa dewasa berlangsung mulai umur 18 tahun sampai 40 tahun.Beberapa tugas
perkembangan pada masa dewasa, yakni :
• Mulai bekerja
• Memilih pasangan untuk berumah tangga
• Belajar hidup bersama pasangan
• Mulai berkeluarga
• Mengasu anak
• Mengelola ruma tangga
• Mengambil tanggung jawab sebai warga negara
• Mencari kelompok yang menyenangkan
15. d) Masa Tua
Pada tahap ini, Havighurst membagi perkembangan ke
dalam dua fase, yakni fase usia pertengahan (40 –60 tahun),
dan fase lanjut usia (60 tahun ke atas). Menurutnya, pada
setiap fase manusia masih memiliki tanggung jawab untuk
mencapai suatu perkembangan dalam hidup. Berikut
penjelasannya :
16. a. Usia Pertengahan, memiliki tanggung jawab perkembangan sebagai berikut
Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara dewasa
Membantu anak-anak dan remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab
Mengembangkan kegiatan kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang.
Menghubungkan diri dengan pasangan hidup sebagai individu
Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologi yang berlangsung
Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan.
17. b.Usia Lanjut, memiliki tanggung jawab perkembangan sebagai berikut:
• Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan
• Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan penghasilan keluarga
• Menyesuaikan dengan kematian pasangan hidupnya
• Membentuk hubungan dengan orang-orang seusianya. e) Mengatur kehidupan
fisik yang memuaskan
• Menyesuaikan diri dengan peran sosial
18. Psikologi Belajar Peserta Didik
Di dalam proses pengembangan kurikulum pendidikan, selain memperhatikan faktor
perkembangan fisik peserta didik juga harus memperhatikan gaya dan model belajar yang
dimiliki oleh mereka.
Satu orang dengan yang lain pasti memiliki karakter yang berbeda beda, ada yang belajar
menggunakan metode audio, visual maupun audiovisual. Oleh karena itu, pembentukan dan
pengembangan kurikulum juga harus memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan
metode belajar peserta didik. Maka, untuk memetakan kondisi - kondisi belajar peserta didik,
terdapat beberapa teori belajar yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan kondisi belajar
peserta didik. sebagai berikut:
1. Teori Behaviorisme
2. Teori Gestalt
3. Teori Perkembangan Kognitif