1. LAPORAN KELOMPOK 5B
MAKALAH TUTORIAL KEPERAWATAN JIWA
CEMAS, KARENAMU
TUTOR: Fevi Padhila.,S.kep.,Ns
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2019/2020
2. PENYUSUN
1. SOFIYATUL ADAWIYAH 04184681 KETUA
2. SISKA 04184678 SEKRETARIS
3. SERLIN SAFITRI 04184677 ANGGOTA
4. SISKA 04184678 ANGGOTA
5. SITI HALIMATUN 04184679 ANGGOTA
6. SITI RABIDAH R 04184680 ANGGOTA
7. SRI LESTARI 04184682 ANGGOTA
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Penulisan Kasus
Ny. Ayu usia 23 tahun terlihat diam, menatap sebuah kertas dengan pandanan yang
terlihat fokus.Terlihat suaminya Ny Ayu tampak jalan bolak-balik di depan sebuah
ruang operasi rumah sakit. Terlhat beberapa kali orang tua Ny. Ayu berbicara kepada
Ny Ayu akan tetapi tidak ada respon dari Ny Ayu. Setelah 60 menit operasi, suami Ny
Ayu dipanggil oleh dokter. Setelah 30 menit, suami Ny Ayu keluar dengan keadaan
yang lemas dan menangis. Suami Ny Ayu menjelaskan kepada keluarga jika, adik Ny.
Ayu yang menjalani operasi dinyatakan meninggal. Mendengar berita tersebut Ny
Ayu langsun berteriak dan menangis serta berkata “Tidak mungkin…Tidak mungkin
adiku meninggal”.
B. Daftar Pertanyaan
a. Pertanyaan Kasus
1. Apa itu cemas dan apa dampak kecemasan ?
2. Bagaimana seorang perawat mengatasi masalah yang di alami Ny Ayu ?
3. Apa ciri-ciri kecemasan ?
4. Bagaimana peran keluarga dan orang terdekat ?
5. Faktor yang mempengaruhi kecemasan ?
6. Bagaimana tahapan dari strees ?
7. Fase kehilangan ?
4. BAB II
HASIL
A. Jawaban Pertanyaan
a. Pertanyaan kasus
1. Apa itu cemas dan apa dampak kecemasan ?
Respon tubuh terhadap ancaman dari lingkungan seperti kehilangan
keluarga,suatu keadaan, kekhawatiran yang tidak jelas dan perasaan tidak nyaman.
Dampak nya bias menganggu pola tidur, mudah mara, kecemasan yang berlebihan
bias menganggu tekanan jiwa, tidak selerah makan, aktifitas terganggu, menaikan
tekanan darah, tidak bias berfikir jerni, susah konsentrasi
2. Bagaimana seorang perawat mengatasi masalah yang di alami Ny Ayu ?
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik untuk membentuk hubungan
perawat dengan pasien dan keluarga pasien dalam kebutuhan rasa aman, nyaman
dan dalam pendidikan, perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat
berlanjut, memberi edukasi kepada pihak keluarganya agar menerima atas
musibah yang dialami oleh keluarganya, perawat melakukan pendekatan melalui
komunikasi keperawatan sehingga menciptakan saling percaya antara perawat dan
pasien.
3. Apa ciri-ciri kecemasan ?
Degdegan, gelisa, berkeringat, gelisa, mules dan pusing, sakit kepala, ngos-
ngosan, tremor, ketegangan otot, tidak percaya diri atau takut, mudah marah,
wajah memerah, merasa terancam.
4. Bagaimana peran keluarga dan orang terdekat ?
memberikan dukunan dan energy positif kepada pasien atau orang yang merasa
cemas untuk memberikan rasa aman, nyaman sehingga pasien merasa mendapat
dukungan yang besar dari pihak keluargan dan orang terdekatnya, membantu
untuk menjalani keseharannya
5. Faktor yang mempengaruhi kecemasan ?
Faktor lingkungan keluarga, lingkungan social
faktor fisik
faktor trauma/konflik
5. Pengalaman negative pada masalalu, pikiran yang tidak rasional seperti
kegagalan yaaitu adanya asumsi dari individu bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi pada dirinya individu yang mengalami keecemasan serta perasaan
ketidakmampuan dan ketidak sanggupan dalam mengatasi permasalahannya,
ketidak sempurnaan seperti mengharapkan dirinya untuk berperilaku
sempurna dan tidak memiliki kecacatan. Faktor kematian orang yang
disayang, keceraian bencana alam, factor kondisi dan keadaan seperti pasien
mengalam sakkit, faktor genetic juga bias menyebabkan gangguan kecemasan.
6. Bagaimana tahapan dari strees ?
Tahap strees pertama yaitu orang yang terlihat biasa saja seperti
semangatnya bagus
Tahapan strees kedua yaitu seseorang yang masi merasa semangatnya
bagus pada pagi hari namun setelah siang hari atau sore hari semangatnya
menurun ini juga biasanya ada peningkatan asam lambung
terjadi ketika kamu dihadapkan dengan sesuatu yang baru kemudia, berada
pada tingkat strees yang akan membuatmu lelah, kondisi fisik atau
emosional turut berpengaruh, membuat hari-hari yng kamu jalaniterasa
sulit atau susa, menjadi lelah fisik atau mental, menimbulkan
kecenderungan untuk menghindari dunia luar atau lebih sering menyendiri
di dalam rumah.
7. Fase kehilangan ?
dalam faseh kehilangan ada fase penyangkalan yaitu seseorang akan mengalami
kehilangan seperti kehilangan keluarga atau orang yang di sayanginya, fase
kemarahan dimana fase ini tidak dapat menerima keadaan sehingga mengalami
perubahan emosinal, fase depresi yaitu seseorang yang mengalami kehilangan
cenderung menarik diri dari lingkungan menjadi pendiam, susah makan, susah
tidur, fase penerimaan yaitu ketika seseorang mengorganisasikan lagi pikiran dan
perasaannya dan berusaha menerima kehilangan dan bangkita dari keterpurukan.
b. Pertanyaan LO
1. IRK ?
QS. Abaqara :112
“Tidak demikianlah, bahkan barang siapa yang menyerahkan diri
kepada Allah, sedang dia berbuat kebajikan maka bainya pahala pada
sisi tuhannya dan tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.”
6. QS. Al-Zumair :23
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-quran
yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada tuhannya, kemudian
menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.”
2. Definisi kecemasan dan kehilangan ?
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum,
dimanaseseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri
yang tidak jelasasal maupun wujudnya (Sutardjo Wiramihardja,
2005:66).
Kecemasan/anxieties adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas
sebabnya. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar untuk
menggerakkan tingkah laku baik tingkah laku normal maupun tingkah
laku yang menyimpang, yang terganggu dan kedua-duanya merupakan
pernyataan, penampilan, penjelmaan, dari pertahanan terhadap
kecemasan (Gunarso, 2003: 27).
Kecemasan menurut Freud (1933/1964) adalah suatu keadaan perasaan
efektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik
yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang.
Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit
menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan.
Di lihat dari pendekatan belajar pengertian kecemasan adalah suatu
respons ketakutan yang terkondisi secara klasik dan gangguan-
gangguan kecemasan terjadi bila respons ketakutan itu diasosiasikan
dengan suatu stimulus yang seharusnya tidak menimbulkan kecemasan
(Semiun, 2006: 87).
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau
memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut.
Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga,
sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan
7. sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan,1985,h.35).
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak
lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda (Yosep,
2011). Kehilangan adalah situasi aktual atau potensial ketika sesuatu
(orang atau objek) yang dihargai telah berubah, tidak ada lagi, atau
menghilang. Seseorang dapat kehilangan citra tubuh, orang terdekat,
perasaan sejahtera, pekerjaan, barang milik pribadi, keyakinan, atau
sense of self baik sebagian ataupun keseluruhan. Peristiwa kehilangan
dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap sebagai sebuah pengalaman
traumatik. Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi krisis, baik
krisis situasional ataupun krisis perkembangan (Mubarak & Chayatin,
2007).
3. Faktor penyebab kecemasan ?
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian
besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa
peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan
kecemasan.
Menurut Savitri Ramaiah (2003:11) ada beberapa faktor yang
menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan
keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut
merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama
8. jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang
sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama
ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul,
dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan
beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering
pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang
terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
4. Gejala kecemasan ?
Gail W. Stuart (2006: 149) mengelompokkan kecemasan (anxiety) dalam
respon perilaku, kognitif, dan afektif, diantaranya.
1. Perilaku, diantaranya: gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut,
bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik
diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,
menghindar, hiperventilasi, dan sangat waspada.
2. Kognitif, diantaranya: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa,
salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir,
lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun,
bingung, sangat waspada, keasadaran diri, kehilangan objektivitas,
9. takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera atau
kematian, kilas balik, dan mimpi buruk.
3. Afektif, diantaranya: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang,
gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati
rasa, rasa bersalah, dan malu.
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164)
mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala,
diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh
bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang,
merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi
dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera
terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.
5. Dampak kecemasa dalam hubungan social ?
Fitri Fauziah & Julianty Widuri (2007:77) membagi gangguan kecemasan
dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena
kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan
menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu
menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang
membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-
tanda kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Panik Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya
serangan panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang
dapat muncul pada gangguan panik antara lain ; sulit bernafas, jantung
berdetak kencang, mual, rasa sakit didada, berkeringat dingin, dan
gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan panik adalah
10. bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan pertanda
datangnya kematian atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang
berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom somatik,
yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau
pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.
Anak remaja seringkali cemas bila berada di hadapan orang banyak,
tidak hanya di hadapan orang yang tidak dikenalnya tetapi juga dengan
orang yang dikenalnya. Rasa cemas mereka timbul dari ketakutan akan
penilaian orang lain terhadap perubahan tubuh dan perilaku mereka.
Pada masa remaja, rasa cemas diekspresikan dalam perilaku yang
mudah dikenal seperti murung, gugup, mudah tersinggung, tidur yang
tak nyenyak, cepat marah, dan kepekaan yang luar biasa terhadap
perkataan atau perbuatan orang lain. Remaja yang merasa cemas tidak
bahagia karena merasa tidak tenteram, mereka mungkin
mempersalahkan diri sendiri karena merasa bersalah atas
ketidakmampuan mereka memenuhi harapan orang tua, guru, dan
teman sebaya, dan sering merasa kesepian serta disalahmengertikan
(Hurlock, 1999).
6. Sumber koping ?
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan
sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai
modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan
keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
berhasil.
individu biasanya menghadapi kecemasan menggunakan mekanisme yang
berfokus pada masalah, berfokus pada kognitif dan berfokus pada emosi.
koping dapat diedintifikasi,melalui respon manifestasi, tanda dan gejala,
koping dapat dikaji melalui beberapa aspek yaitu fisiologis, psikologos,
koping yang efektif menghasilkan adaktif sedangkan yang tidak efektif
menyebabkan maladaktif (stword 2013).
11. 7. Penatalaksanaan ?
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone
HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.
8. Masalah Keperawatan ?
- Ansietas berhubungan dengan finansial
12. - Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara
kandung
- Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan
gagal mengambil keputusan
- Konsep diri yaitu harga diri rendah berhubungan dengan koping individu
tidak efektif sekunder terhadap respon kehilangan anggota keluarga. dari
kasusu masalah kecemasan yaitu gangguan pola tidur, gangguan harga
diri, strees dan isolasisosial
9. Intervensi ?
a. Komunikasi teraupetik :
Ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan panik berlalu,
konsentrasikan diir untuk mengatasi ansietas bukan pada gejala
fisik,rileks,latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan.
Diskusikan cara menghadapi rasa cemas dan kehilangan
b.Medikasi :
Bila serangannya sering tau sampai dalam keadaan depresi beri
antidepresan sesuai dengan dosisnya dan bila seragannya jarang maka
beri anti anxietas sesuai dengan dosisnya
c. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian
saudara kandung
- Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang telah
berhasil digunakan pada masa lampau
- Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif
- Bntu klien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan
- Bonseling dan penyuluhan keluarga atau orang terdekat tentang
penyebab biologis
- Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan
membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak
adekuat.
- Dorong klien untuk menggunakan koping adaptif dan efektif yang telah
berhasil digunakan pada masa lampau.
- Bantu klien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.
- Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.
- Konseling dan penyuluhan keluarga ataupun orang terdekat tentang
penyebab biologis.
- Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan
membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak
adekuat.
10. Tingkat kecemasan ?
13. Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu
yaitu sebagai berikut:
a. Pertama, Kecemasan Ringan yaitu dihubungkan dengan ketegangan yang
dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas,
menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu
memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas. Contohnya: Seseorang yang menghadapi ujian akhir, pasangan
dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan, individu yang akan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, individu yang tiba-tiba
di kejar anjing menggonggong.
b. Kedua, Kecemasan Sedang yaitu Individu terfokus hanya pada pikiran yang
menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Contohnya : pasangan suami
istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan resiko tinggi, keluarga
yang menghadapi perpecahan (berantakan), individu yang mengalami konflik
dalam pekerjaan.
c. Ketiga, Kecemasan Berat yaitu lapangan persepsi individu sangat sempit.
Pusat perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir
tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi
kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.
Contoh: individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang
dicintai karena bencana alam, individu dalam penyanderaan.
d. Keempat, Panik yaitu individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian
hilang. Karena hilangnya control, maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,
berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan
persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif.
Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. Contoh: individu dengan
kepribadian pecah/despersonalisasi (Suliswati, 2005: 48).
11. Peran keluarga dan lingkungan dalam kecemasan dan kehilanan (ebn)?
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 40 sampel11 responden
denganperan keluarga yang baik, terdapat 4 orang (36,4%) mengalami
cemas, dari 10 responden dengan peran keluarga yang cukup baik, terdapat
4 orang (40 %) mengalami cemas dan dari 19 responden dengan peran
14. keluarga yang kurang baik, terdapat 3 orang (15,9%) tidak cemas.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi - Squaredi peroleh
Pvalue sebesar 0,012 yang berarti P-value
Peran keluarga adalah tingkah laku yang spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu (Setiadi, 2008). mampu menjadi
pendorong semangat dimana dia merasa aman dan nyaman.
12. Dampak era digitalis dengan kecemasan+EBN ?
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Young (2011), bahwa individu
dengan ketergantungan media sosial adalah individu yang memiliki
kecenderungan yang kuat dalam melakukan aktivitas-aktivitas pada media
sosial dan membatasi aktivitas sosialnya dalam dunia nyata. Ketergantungan
media sosial dapat terlihat dari intensitas waktu yang digunakan oleh
seseorang untuk terus terpaku pada media sosialnya yang berada pada
smartphone atau segala macam alat elektronik yang memiliki akses terhadap
media sosial. Akibatnya adalah banyak waktu yang digunakan untuk
mengakses media sosial membuat individu tidak peduli dengan kehidupan di
dunia nyatanya
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasi
prediktif. Adapun variabel yang akan diteliti adalah kecemasan sosial sebagai
variabel prediktor dan ketergantungan media sosial sebagai variabel kriterion.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa mahasiswa yang menggunakan media
sosial untuk tujuan coping dalam melakukan interaksi dengan lingkungan
sekitarnya akan lebih cenderung mengungkapkan diri di media sosial, tetapi di
kehidupan sehari-hari individu tersebut memiliki rasa takut untuk
mengungkapkan diri atau mempunyai pengungkapan diri yang rendah.
Terdapat dua alasan mengapa seseorang menjadi ketergantungan kepada
media sosial.
1. media sosial dapat digunakan untuk mendukung interaksi sosial bagi individu
yang kurang memiliki keterampilan sosial di dunia nyata sehingga media
sosial digunakan untuk kompensasi sosialnya
2. karena keterampilan bersosialisasi di media sosial dapat dimanfaatkan untuk
dukungan sosial.
15. Menunjukkan adanya dampak negatif ketergantungan media sosial terhadap
kehidupan sosial individu tersebut dalam hal fungsi interpersonalnya.
berhubungan antara kecemasan sosial dengan ketergantungan media sosial
bahwa kecemasan sosial, depresi, dan rasa kesepian secara signifikan
berpengaruh terhadap timbulnya ketergantungan pada media social.
17. DAFTAR PUSTAKA
Gunarso, Singgih. Psikologi Perawatan, Jakarta: Gunung Mulia, 2003
Musfir, Konseling Terapi, Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
SemiunOFM, Yustinus. Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud, Yogyakarta:
Kanisius, 2006
Suliswati, S.Kp, M.Kes, dkk, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta:
Encourage Creativity, 2005.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 1(2) :131-139 (2015)
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 2, AGUSTUS 2018 | Halaman
70
18. FORM PENILAIAN LAPORAN/PAPER
Nama kelompok/kelas : 5B KP IV Hari/Tanggal : Rabu,
Nama mahasiswa : Mata kuliah : Kep. Jiwa
1. Serlin safitri 5. Sofiyatul adawiyah
2. Siska 6. Sri lestari
3. Siti halimatun 7. Windy purnama
4. Siti rabidah
NO ITEM PENILAIAN 5 4 3 2 1
1 Penulisan laporan sesuai format yang diberikan
2 Menjelaskan kelengkapan data terkait topic
3 Kesesuaian topic dengan data penunjang
4 Menjelaskan isi topic secarajelas dan rinci
5 Menampilkan data terbaru
6 Menampilkan critical analisis terhadap topic
7 Menempilkan literature/referensi yang adekuat berdasarkan evidence
8 Menyimpulkan topic secara jelas dan rinci
9 Menggunakan penulisan yang benar (EYD) dan kesalahan penulisan
10 Menampilkan konsistensi penulisan (topic, tujuan dan evaluasi)
Total Skor
Nilai Akhir