2. Matius 11:28-30 adalah suatu bagian penting
tentang istirahat di dalam Kristus.
Kita dapat lebih memahami makna perhentian yang
Yesus tawarkan dengan mempelajari perikop ini.
3. Menurut konteks langsung dari ayat ini (Mat. 11:27), kita dapat
menyimpulkan bahwa Yesus dapat memberi kita istirahat
karena Dia adalah Tuhan, dan Dia adalah satu dengan Bapa.
Yesus tidak memberikan istirahat otomatis dan tanpa syarat.
Ada syarat sederhana: “Marilah.”
Kita harus melakukan dua hal untuk datang
kepada Yesus. Yang pertama adalah yang
paling mudah: lelah dan berbeban berat,
dan memerlukan istirahat.
Yang kedua adalah menolak untuk
mengendalikan beban kita sendiri, dan
membawanya kepada Yesus sehingga Dia
dapat mengendalikannya.
4. Sebuah kuk biasanya diletakkan di pundak hewan untuk
memudahkan pekerjaan mereka (misalnya membajak).
Namun, kuk itu juga merupakan suatu batasan. Hewan itu
tidak bebas tetapi harus melakukan apa pun yang diinginkan
pengawasnya.
Yesus menempatkan kuk-Nya pada kita,
sehingga beban kita lebih mudah untuk dipikul.
Di lain sisi, kita tunduk pada kehendak-Nya
dengan menerima kuk-Nya, dan oleh karena itu
kita belajar bekerja seperti yang Dia inginkan.
Kita menjadi rekan kerja Kristus dengan
memikul kuk-Nya. Kita memiliki pekerjaan yang
harus dilakukan dengan Dia dan untuk Dia.
5. “Engkau aman hanya karena, dalam
kepatuhan dan ketaatan yang sempurna,
engkau menghubungkan diri mu dengan
Kristus. Kuk itu enak, karena Kristus memikul
bebannya. Saat engkau mengangkat beban
salib, itu akan menjadi ringan; dan salib itu
bagimu adalah jaminan hidup yang kekal.
Merupakan hak istimewa bagi setiap orang
untuk mengikuti Kristus dengan gembira.”
E. G. W. (Sons and Daughters of God, March 15)
6. Paulus menulis bahwa Yesus lemah lembut (2Kor 10:1),
seperti Musa (Bil 12:3). Kelemahlembutan adalah buah Roh
Kudus (Gal 5:22-23). Setiap orang percaya harus bertindak
dengan lemah lembut (Kol 3:12; 1Tim 6:11; Tit 3:2).
Kerendahan hati-Nya jelas terlihat ketika Ia menawarkan diri untuk
disalibkan (Flp 2:8). Dia menjadi Juruselamat kita. Dia adalah satu-
satunya yang dapat membebaskan kita dari beban dosa, meringankan
penderitaan kita, dan memberikan istirahat bagi jiwa kita.
Kelemahlembutan dan kerendahan hati Yesus tidak berarti
bahwa Dia tidak dapat menjawab secara terus terang
kepada lawan-lawan-Nya. Dia bertindak baik dan tidak
memaksakan kehendak-Nya dengan paksa.
7. Kuk telah digunakan sebagai gambaran perbudakan
atau ketundukan.
Dalam konteks ini, kita mungkin menemukan kuk
yang berat dan memperbudak. Misalnya, sunat (Kisah
15:10) atau keselamatan melalui perbuatan (Gal 5:1).
Tidak seperti kuk itu, kuk Yesus mudah dibawa. Kuknya adalah simbol dari
“hukum yang memerdekakan” (Yakobus 2:12). Ketika kita memahami tujuan
dari perintah-perintah Allah, maka semuanya itu “tidak berat.” (1Yoh 5:3).
Yesus memegang kita ketika kita dilindungi
oleh kebenaran-Nya dan berjalan bersama-
Nya. Dia mengangkat kita ketika kita jatuh
dan menuntun kita kepada kebenaran.
8. Kuk biasanya dikenakan oleh dua hewan, sehingga upaya
individu berkurang. Jika salah satu hewan lemah, yang lain
bisa membantu dengan kekuatannya.
Yesus adalah bagian yang kuat, dan kita dapat mempercayai-
Nya. Dia membuat beban menjadi ringan bagi kita.
Yesus adalah teladan kita. Yitro mengajar Musa untuk berbagi
beban dengan orang lain (Kel 18:13-22), dan kita juga harus
membantu orang lain: “Bertolong-tolonganlah menanggung
bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Gal 6:2)
Memikul beban orang lain berarti
memulihkan mereka yang jatuh, saling
membantu di masa-masa sulit, saling
mendukung... Berbagi beban adalah sesuatu
yang Tuhan perintahkan untuk kita lakukan
sebagai suatu Gereja. Hal itu membutuhkan
kelembutan dan menghasilkan belas kasih.
9. “Mengenakan kuk bersama Kristus, berarti bekerja di
barisan-Nya, menjadi rekan dengan Dia dalam
penderitaan dan kerja keras-Nya bagi umat manusia
yang terhilang. Ini berarti menjadi instruktur jiwa-jiwa
yang bijaksana. Kita akan menjadi apa yang kita
inginkan untuk dijadikan oleh Kristus dalam jam-jam
percobaan yang berharga ini. Kita akan menjadi
semacam bejana yang kita izinkan untuk dibentuk.
Kita harus bersatu dengan Tuhan dalam pekerjaan
pembentukan dan kebiasaan, dengan keinginan kita
tunduk pada kehendak ilahi.”
E. G. W. (SDA Bible Commentary, book 5, on Matthew 12:29, p. 1092)