UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
Bsc, at, and cg
1. MAKALAH 23 Januari 2014
BALANCED SCORECARD, AGENCY THEORY,
DAN CORPORATE GOVERNANCE
Oleh:
Mahameru Rosy Rochmatullah
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2014
Abstract
Balanced Scorcard is a management accounting tool used to evaluate the performance of
both financial and non-financial . In this case the manager will use it for decision-making , in
order to obtain accurate information for decision making by managers must be done by the
right and good . The problem that occurs is a conflict of interest between managers ( agents )
and shareholders ( principals) . Impact of mutually beneficial interests between both of them
is the appearance of misleading information to other stakeholders . In order to solve these
problems will require the application of corporate governance which will eliminate applying
them correctly and can even remove practice’s of information manipulation either by
managers or shareholders . The conclusion of this paper is to increase the application of
corporate governance will support the accuracy of the data and information corporate
performance and benefit the company in terms of action to avoid opportunistic managers and
owners ( principals ) .
Key word: Balanced Scorecard, Corporate Governance, Agen, Principals.
A. Pendahuluan
Makalah ini secara khusus membahas tentang penerapan pengukuran kinerja seperti
balanced scorecard merupakan sebuah cara yang paling tepat
untuk mempelajari
permasalahan dari penerapan strategi perusahaan. (Campbell, Datar, Kulp, dan
Narayanan, 2002) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dengan pengukuran
kinarja maka perusahaan dapat :
1.
Melakukan evaluasi strategi operasi perusahaan.
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 1
2. MAKALAH 23 Januari 2014
2.
Mengidentifikasi potensi permasalahan dalam penerapan strategi.
3.
Melakukan penyusunan rencana untuk menyelesaikan permasalahan penerapan
strategi.
Berkaitan dengan balanced scorecard (Kaplan and Norton, 1992) telah menjelaskan
bahwa dalam perancangan balanced scorecard haruslah menerapkan analisis dari tiga (3)
hal diatas. Dengan kata lain dalam pengukuran kinerja haruslah mencerminkan:
1. Bagaimana cara kerja dari strategi perusahaan
2. Dimana permasalahan yang potensial terjadi
3. Bagaimana cara memperbaiki permasalahan tersebut.
Dalam hal ini selaku manajer dapat melakukan evaluasi kinerja baik keuangan dan non
keuangan. Dengan melakukan evaluasi kinerja secara tepat didukung oleh informasi
yang akurat, maka dalam pengambilan keputusan atas strategi –strategi yang digunakan
akan dapat tepat sasaran .
Penelitian terkait ketepatan dalam pengambilan keputusan seperti yang telah
dilakukan oleh (Kaplan and Norton, 1996) menemukan bahwa sistem pengukuran kinerja
seperti balanced scorecard dalam membantu pengambil kebijakan/keputusan dalam
melakukan evaluasi terkait keberhasilan dalam penerapan strategi dan mengidentifikasi
permasalahannya.
Permasalahan yang pasti muncul adalah dalam hal pemisahan pemilik dan
manajemen, atau sering disebut dengan Agency Theory /teori keagenan (Weston dan
Brigham, 1994). Teori ini berfokus pada perjanjian/ kontrak antara pemegang
saham/pemilik dan manajemen/manajer, dimana hubungan tersebut pada hakekatnya
diakibatkan oleh konflik kepentingan.
Pada kepentingan yang berbeda antara prinsipal dan agen akhirnya dapat
menimbulkan permasalahan dikenal sebagai asimetri informasi yaitu informasi yang
tidak akurat/samar yang disebabkan karena adanya akses informasi yang tidak sama
antara prinsipal dan agen. Kebutuhan atas laporan akuntansi oleh pihak eksternal
cenderung mengakibatkan manajer
untuk mencari keuntungan sendiri dengan cara
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 2
3. MAKALAH 23 Januari 2014
memanipulasi informasi kinerja yang dilaporkan untuk kepentingan diri sendiri.
Sehingga pengambilan keputusannyapun akan tidak akurat.
Dalam pengambilan keputusan oleh seorang manajer, tentunya informasi yang akurat
atas pengelolaan perusahaan adalah hal yang mendasar yang hendak didapatkan.
tentunya diperlukan sebuah prosedur, atau aturan yang dapat mengatur para pelaku
perusahaan seperti karyawan, manajer, dan pemilik supaya dapat berperilaku secara
profesional dan bijaksana.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut diatas maka (Alijoyo, Antonius, Bouma,
Sutawinangun, dan Kusadrianto. 2004) menjelaskan bahwa corporate governance
merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi
atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap
stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate
governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan
bagi semua pengguna laporan keuangan.
Untuk selanjutnya, konsep yang hendak dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana
coorporate governance dapat membantu dalam pengukuran kinerja yang dapat
memberikan informasi yang akurat.
B. Pembahasan
Pengukuran kinerja ditujukan untuk evaluasi kinerja keuangan dan non keuangan,
adapun (Ittner and Larcker 1998) mencontohkan bahwa kinerja keuangan dinilai dari
ROI (Return On Investement) dan Profit, sedangkan untuk kinerja non keuangan diukur
dari kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, dan qualitas barang. Oleh karena itu
karena proses analisis permasalahan strategi yang diperoleh dari feedback dan
pembelajaran atas aturan pengukuran kinerja sudah dibahas dalam penelitan sebelumnya
maka dalam makalah ini akan lebih menitik beratkan pada kontribusi dari aturan sistem
pengukuran kinerja yang mana akan dijelaskan bagaimana balanced scorecard menguji
strategi operasi perusahaan, mengidentifikasi permasalahan yang potensial yang
berhubungan dengan penerapan strategi, peringkasan permasalahan dan solusi atas
permasalahan tersebut.
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 3
4. MAKALAH 23 Januari 2014
Dengan pengimplementasian strategi tersebut maka akan dipelajari lebih mendalam
tentang hubungan antara implementasi Balanced Scorecard dengan pengukuran yang
paling tepat terkait apakah manfaat yang diperoleh atas implementasi strategi tersebut.
Terkait dengan pelaku yang terlibat dalam perusahaan (Thiele, 2007) menjelaskan bahwa
banyak karyawan dibebankan untuk melakukan beberapa tugas yang berbeda- beda dan
tentunya memiliki kontribusi terhadap perusahaan yang berbeda pula. Dari pernyataan
tersebut mengandung makna bahwa seorang karyawan bisa mengupayakan
atas
penyelesaian semua tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Adapun cara yang
jelas dilakukan adalah dalam rangka mengoptimalkan insentif yang diterima, seperti
dengan melakukan mendorong intensitas usaha yang lebih optimal, dan melakukan
efisien di seluruh tugas guna mencapai profit yang optimal.
Dikaitkan dengan tujuan balanced scorecard dengan kondisi seperti tersebut diatas
maka perusahaan akan mampu mengidentifikasi kontribusi individu masing-masing
karyawan dan menerapkan pemberian insentif secara tepat. Oleh karena itu, pemberian
insentif berdasarkan ukuran kinerja akan mengarah pada seberapa besar upaya karyawan
dalam menyelesaikan seluruh tugas [Feltham dan Xie, 1994].
Pada evaluasi kinerja itu sendiri tentunya mengusahakan terjadinya efisiensi kerja,
akhirnya akan mengarahkan karyawan untuk melakukan kegiatan
dan penggunaan
sumber daya dengan efisien. Pada penelitian oleh (Datar, Kulp, dan Lambert, 2001)
menjelaskan bahwa ukuran kinerja dapat mengurangi untuk pemborosan usaha dan juga
mengurangi resiko.
Resiko sendiri selalu dikaitkan dengan investasi, kemudian dikaitkan dengan evaluasi
kinerja, maka principal dapat melakukan pengambilan keputusan apakan akan membeli
investasi atau menjualnya dengan melihan informasi evaluasi kinerja dari supervisor
perusahaan (Thiele, 2007). Hal ini dapat memberikan keuntungan kepada principal jika
supervisor mampu mengukur kinerja agen lebih tepat dan akurat. Namun,
mempekerjakan supervisor dengan tujuan untuk meningkatkan sistem informasi tentunya
akan menimbulkan masalah moral hazard. Dengan demikian, principal harus
menyediakan pengawas dengan insentif yang tepat untuk menjamin pelaksanaan
intensitas pengukuran yang diinginkan.
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 4
5. MAKALAH 23 Januari 2014
Jaminan ketepatan informasi dalam penerapan balanced scorecard oleh manajer
perusahaan tentunya diperlukan upaya – upaya tertentu dalam mendapatkannya, salah
satu konsep yang paling penting yang mendasari terwujudnya informasi yang akurat
kepada manajer atau pemilik perusahaan adalah dengan benar – benar mengaplikasikan
coporate governance secara benar.
(OECD,2004) mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan
yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk
memastikan bahwa supplier keuangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh
pengembalian atau return dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata
lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap
manajer.
Definisi diatas selaras dengan pendapat yang diutarakan oleh (Alijoyo dan Zaini, 2004
;50) yang mendefinisikan corporate governance dalam arti sempit, dimana corporate
governance dikelompokkan menjadi 2 aspek, yaitu aspek governance structure atau
board structure dan aspek governance process atau governance mechanism. Governance
structure
menjelaskan
tentang
bagaimana
mengatur
struktur
hubungan
pertanggungjawaban dan pembagian peran di antara berbagai organ utama perusahaan
yaitu Pemilik / Pemegang Saham, Pengawas / Komisaris, dan Pengelola /Direksi /
Manajemen, sedangkan governance mechanism menjelaskan tentang bagaimana
mekanisme kerja dan interaksi aktual di antara organ-organ tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan
pengendalian yang mengatur masalah – masalah yang berkaitan dengan konflik
kepentingan antara perusahaan dengan para stakeholdernya, sebagaimana (Becht, Bolton,
dan Roell, 2003) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa corporate governance
berkaitan dengan penyelesaian masalah tindakan konspirasi diantara kalangan investor
secara luas dan merekonsiliasi konflik kepentingan antara berbagai pemegang klaim
perusahaan.
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 5
6. MAKALAH 23 Januari 2014
Sebagai contoh permasalahan konflik kepentingan adalah tindakan “tunneling” yaitu
melakukan transfer sumber daya dari perusahaan untuk kepentingan pemegang saham
mayoritas (Johnson, et al. ,2000). Untuk lebih jelasnya (Jiang, et al., 2005)
mencontohkan tindakan tunneling pada perusahaan yang terdaftar di China, dimana
pemegang saham mayoritas menggunakan pinjaman perusahaan untuk mengambil
keuntungan pribadi oleh karena itu kemudian menuntut manajemen perusahaan untuk
melakukan manajemen laba yang opportunistic. Terkait tindakan tersebut manajer
sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh
karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik, akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang
diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya karena ada tekanan dari
pemegang saham mayoritas yang melakukan tindakan mempermainkan saham (Cheung
et al., 2005).
Kondisi tersebut diatas dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri
informasi (information asymmetric) antara manajemen dengan pemilik sehingga
memberikan
kesempatan
kepada
manajer
untuk
melakukan
manajemen
laba
(Richardson, 1998).
Berkaitan dengan permasalahan tersebut diatas maka (Alijoyo et al., 2004)
menjelaskan bahwa corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi
peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen
dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada
kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya
pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan.
Dalam hal penerapan konsep corporate governance, (Becht, et al.,2003)
menjelaskan bahwa corporate governance dalam sudut pandang perusahaan pada
suatu negara mengatur bagaimana dewan direksi beroperasi, peran kompensasi eksekutif
dalam menentukan kinerja perusahaan, hubungan antara kebijakan tenaga kerja dan
kinerja perusahaan, dan peran ganda pemegang saham. Artinya bahwa ketika konsep
corporate governance dimasukkan dalam penyusunan aturan – aturan secara institusional
yang ditujukan terhadap kontrak (principal-agen).
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 6
7. MAKALAH 23 Januari 2014
C. Kesimpulan:
Balanced scorecard dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja secara akurat
kepada seluruh stakeholder dengan didukung oleh informasi yang akurat atas
pengukuran kinerja yang dihasilkan . Secara konsep penerapan balanced scorcard Dapat
menciptakan pemahaman strategi perubahan dengan menyusun atau menetapkan
indikator-indikator non-finansial
dan indikator-indikator finansial. Dampak dari
penerapannya adalah dapat dimanfaatkan oleh principal sebagai informasi yang relevan
sehingga dapat keraguan dalam menjalankan investasinya. Disisi lain seorang manajer
dapat melakukan pembelajaran organisasi dengan menerapkan balanced scorecard.
Namun demikian permasalahan yang muncul dari penerapan balanced scorecard salah
satunya adalah permasalahan konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan Agen
(manajer). Kedua belah pihak menginginkan sebuah keuntungan pribadi dengan cara –
cara yang merugikan stakeholder yang lain, sebagai contoh manajer dan karyawan
tentunya mereka menginginkan bonus atau insentif yang lebih, disisi lain pemegang
saham atau principal menginginkan keuntungan saham yang lebih.
Informasi yang tidak akurat oleh manajer terkadang merupakan tekanan dari para
pemegang saham agar nilai sahamnya terus naik, maka munculah suatu tindakan
opportunistik oleh manajer dengan memberikan informasi yang tidak akurat guna
mencapai harga saham yang tinggi. Dalam hal ini kedua belah pihak sama – sama
mendapatkan keuntungan namun merugikan para stakeholder lainnya.
Salah satu konsep yang paling tepat guna penyelesaian permasalahan tersebut adalah
dengan diberlakukannya corporate governance yang tentunya akan menghasilkan
pengelolaan perusahaan yang transparan, akuntabel, adil, tanggung jawab, dan mandiri.
Ketika keempat prinsip dijalankan dengan benar maka kepengaturan perusahaan akan
jauh lebih baik karena terdapat tentunya dapat mengeliminasi tidakan – tindakan
konspirasi oleh para manajer dan investor.
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 7
8. MAKALAH 23 Januari 2014
Bagan 1. Skema Makalah
Jual saham (Jiang, et al., 2005)
Principals
(majority shareholder)
Saham
Cheung et al., 2005
Informasi Relevan
Tekanan
eliminasi
independen
independen
t t
Akuntabilita
Akuntabilita
s publik
s publik
eliminasi
informasi tidak relevan
Agen
(Manajer/Karyawan)
Menerapkan
Weston dan Brigham, 1994
eliminasi
Moral
Hazard
Balanced
Scorecard
Kaplan and Norton,
1996
Transparan
Transparan
si si
Dan adil
Dan adil
Manipulasi
eliminasi
eliminasi
Asimerti Informasi
• Mendeteksi
potensi
masalah
dengan strategi
• menentukan
penyebab potensi
masalah,
• menilai strategi
• Financial
• ROI
• Ukuran
kinerja
upaya karyawan
Ittner and Larcker 1998
Feltham dan Xie, 1994
Thiele, 2007
Campbell, Datar, Kulp,
dan Narayanan, 2002)
bermanfaat
Principals
(minority shareholder and
others stakeholders)
Governance structure,
Governance mechanism
(Alijoyo, et al., 2004 ;50.)
ATURAN
Becht, et al., 2003
Becht, et al., 2003
Pencegahan perilaku
opportunistic
Watts & Zimmerman,
1986
Beli (Investasi)
Weston dan Brigham, 1994
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
CORPORATE GOVERNANCE
Warfield,et al., 1995;
Dechow, et al., 1996 ;
Beasley, 1996
Page 8
9. MAKALAH 23 Januari 2014
D. Daftar Pustaka
Datar, S., S.C. Kulp and R.A. Lambert. 2001. Balancing performance measures. Journal
of Accounting Research 39 (1): 75-92.
Ittner, C.D. and Larcker, D.F. 1998a. Innovations in Performance Measurement: Trends
and Research Implications. Journal of Management Accounting Research 6:
205-238.
Ittner, C.D. and Larcker, D.F. 1998b. Are non-financial measures leading indicators of
financial performance?: An analysis of customer satisfaction. Journal of
Accounting Research 36: 1-35.
Kaplan, R.S. and Norton, D.P. 1992 The balanced scorecard – Measures that drive
performance. Harvard Business Review. 70 (1): 71-79.
Alijoyo, Antonius, Elmar Bouma, TB M Nazmudin Sutawinangun, dan M Doddy
Kusadrianto. 2004. Review of Corporate Governance in Asia: Corporate
Governance in Indonesia. Forum for Corporate Governance in Indonesia
Abdelghany, K.E., 2005, Measuring the quality of earnings, Managerial Auditing
Journal Vol. 20 No. 9, 2005 p. 1001-1015
Beasley, M.S., 1996, An empirical analysis of the relation between the board of director
composition and financial statement fraud, Accounting Review 71, p.443–465.
Cadbury, A. 1992. Committee on the Financial Aspects of Corporate Governance,
Section 2.5, p-15, Gee and Co. Ltd, C/O, The London Stock Exchange, United
Kingdom, (http://www.ecgi. org/codes/documents/cadbury.pdf, diakses 1 Juli
2012).
Cheung, Y., Jin, L., Rau, R., Stouraitis, A., 2005.Guanxi, Political Connections, and
Expropriation: The Dark Side of State Ownership in Chinese Listed
Companies,Working Paper. City University of Hong Kong.
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 9
10. MAKALAH 23 Januari 2014
Cornett, M.M., A.J. Marcus dan H. Tehranian, 2008,Corporate governance and payforperformance:The impact of earningsmanagement, Journal of Financial
Economics 87 p.357–373
Brigham, Eugene F, J Fred Weston. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan . Jilid 2.
Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
Dechow, P.M., Sloan, R.G., Sweeney, A.P., 1995.Detecting earnings management,
AccountingReview 70, p.193–226.
Dechow, P.M., Sloan, R.G., Sweeney, A.P., 1996,Causes and consequences of earning
smanipulation: an analysis of firms subject to enforcement actions by the SEC,
Contemporary Accounting Research 13, p.1–36.
Fama, E.F. and Jensen,MC. 1983, Sepration of Ownership and Control, Journal of law
and Economics, 26, pp. 301-325
Healy, P., Wahlen, J., 1999. A review of the earnings management literature and its
implications for standard setting, Accounting Horizons 13, p.365–383.
Healy, P. M., & Palepu, K. G. (1993). The effect of firms' financial disclosure policies on
stock prices, Accounting Horizons, 7, p.1−11.
Jensen, M.C., and W. H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Manajerial Behaviour,
Agency Cost, and Ownership Structure”. Journal of Financial and Economics,
3, 305-360.
Jiraporn, P., G.A. Miller, S.S. Yoon dan Y.S. Kim, 2006, Is earnings management
pportunistic or beneficial? An agency theory perspective,International Review
of Financial Analysis,doi:10.1016/j.irfa.2006.10.005
Johnson, S., La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F.,Shleifer, A., 2000. Tunneling, American
Economic Review Papers and Proceedings XC, p. 22–27.
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 10
11. MAKALAH 23 Januari 2014
Jones, J., 1991. Earnings management during importrelief investigations, Journal of
AccountingResearch 29, p.193–228.
Klein, A., 2002, Audit committee, board of director characteristics, and earnings
management,Journal of Accounting and Economics 33,p.375–400.
La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer,A.,1999.Corporate ownership around the
world, Journal of Finance 54, p. 471–517.
La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A.,Vishny, R., 2000. Investor protection and
corporate governance, Journal of Financial Economics 58, p. 3–28.
Lio, Q, dan Z. Lu, 2007, Corporate governance and earnings management in the
Chinese listed companies: A tunneling perspective, Journal of Corporate
Finance 13, p.881–906.
Lin, J.W., J.F. Li dan J.S. Yang, 2006, The effect of audit committee performance on
earnings quality, Managerial Auditing Journal Vol. 21 No. 9, 2006 p. 921-933.
Nasution, M., & Setyawan, D. 2007. Pengaruh Cor-porate Governance Terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Makalah SNA X di
Makasar.
OECD, 2004. Corporate Governance; A Survey of OECD Countries. OECD Publication
Service, France.
Ortega, W.R. and Grant, G.H. (2003), Maynard manufacturing: an analysis of GAAPbased and operational earning management techniques, Strategic Finance,
July, pp. 50-6.
Park, Y.W. & Shin, H.H. 2004. Board Composition and Earnings Management in
Canada. Journal of Corporate Finance, 10: 431-457.
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 11
12. MAKALAH 23 Januari 2014
Richardson V.J. 1998, Information Asymetry and Earning Management SomeEvidence,
http:/www.ssrn.com.
Schipper, K. and Vincent, L. (2003), Earnings quality, Accounting Horizons, Annual, p.
97-111.
Scott, William R. 2003, Financial Accounting Theory., Scarborough, Ontario: Prentice
Hall Canada, Inc
Sylvia Veronica dan Siddharta Utama 2005, Pengaruh Struktur Kepemilikan,Ukuran
Perusahaan, dan Praktek Croporate Governace TerhadapPengelolaan Laba
(Earnings Management), Simposium Nasional Akuntansi VIII: 475-488.
Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman (1986), Positive Accounting Theori,
Englewood Cliefs, New Jersey: Prentice-Hall.
Nanda, A. 1996. Resources, Capabilities, and Competencies. In Organizational
Learning and Competitive Advantage. Moingeon, B. and Edmondson, A. eds.
London: Sage Publications.
White, H. 1980. A Heteroskedacticity-Consistent Covariance Matrix Estimator and a
Direct Test for Heteroskedacticity. Econometrica, 4: 817-838.
Campbell, Datar, Kulp, and Narayanan. 2002. Using the Balanced Scorecard as a
Control System for Monitoring and Revising Corporate Strategy. Harvard
Business School. Harvard NOM Research Paper No. 02-35
Banker, R.D., and S.M. Datar. 1989. Sensitivity, precision, and linear aggregation of
signals forperformance evaluation. Journal of Accounting Research 27 (1):
21-39.
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 12
13. MAKALAH 23 Januari 2014
Banker, R., G. Potter, and D. Srinivasan. 2000. An empirical investigation of an
incentive planthat included non-financial performance measures. The
Accounting Review 75 (1): 65-92.
Baron, J., and J. Hershey, J. 1988. Outcome bias in decision evaluation. Journal of
Personality and Social Psychology 54 (4): 569-579.
Bellows, R.M. 1954. Psychology of personnel in business and industry. Englewood
Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Atkinson, A. A., R. Balakrishnan, P. Booth, J.M. Cote, T. Groot, T. Malmi, H. Roberts, E.
Uliana, and A. Wu. 1997. New directions in management accounting research.
Journal of Management Accounting Research 9: 70-108.
Grant, R. 1991. The resource-based theory of competitive advantage. California
Management Review 33: 114-135.
Heneman, R.L., M.L. Moore, and K.N. Wexley. 1987. Performance-rating accuracy: a
criticalreview. Journal of Business Research 15 (5): 431-448.
Johnson, H. T. 1992. Relevance Regained: From Top-Down Control to Bottom-Up
empowerment. New York, NY: The Free Press.
Johnson, H. T., and R. S. Kaplan. 1987. Relevance Lost: The Rise and Fall of
Management Accounting. Boston, MA: Harvard Business School Press
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Page 13