1. Tugas Mata Kuliah
Reklamasi Lahan
“REKLAMASI & REHABILITASI LAHAN PASCA TAMBANG”
Eka Sulastri Aris -
Dosen Pengampu :
Program Studi Kehutanan Sekolah Tinggi Pertanian
Kutai Timur
2. Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan.
Perubahan kimiawi berdampak terhadap air tanah dan air permukaan.
Perubahan morfologi dan topografi lahan.
Perubahan iklim mikro yang disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat
biologi berupa flora dan fauna.
Penurunan produktivitas tanah dengan akibat menjadi tandus atau gundul.
Mengacu kepada perubahan tersebut perlu dilakukan upaya reklamasi.
Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
PENDAHULUAN
3. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
DASAR HUKUM
• UU No. 4/2009: Pertambangan Mineral dan Batubara
Peraturan Pemerintah No. 78Tahun 2010: Reklamasi dan PascaTambang
Permen ESDM No 18/2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang
Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tahun 2018
tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik
• UU No. 32/2009 : Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Permen LH No. 4/2012: Indikator Ramah Lingkungan Untuk Usaha dan/atau Kegiatan
Penambangan Terbuka Batubara
Peraturan Daerah Kalimantan Timur No. 8Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Reklamasi
PascaTambang
4. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
DEFINISI
Reklamasi Lahan Pasca
Tambang adalah Kegiatan
yang bertujuan memperbaiki
atau menata kegunaan lahan
yang terganggu sebagai akibat
kegiatan usaha pertambangan,
agar dapat berfungsi dan
berdaya guna sesuai
peruntukannya.
Rehabilitas Lahan Pasca Tambang adalah upaya manusia untuk
memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan kondisi lahan setelah guna
pertambangan agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi,
media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam dan lingkungan
5. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
KERUSAKAN LAHAN
Manusia merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan (ekosistem):
• Semakin bertambahnya jumlah populasi manusia, kebutuhan hidupnya pun meningkat,
akibatnya terjadi peningkatan permintaan akan lahan seperti di sektor pertanian dan
pertambangan.
• Sejalan dengan hal tersebut dan dengan semakin hebatnya kemampuan teknologi untuk
memodifikasi alam.
6. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
KERUSAKAN LAHAN
Bentuk Kerusakan Lahan adalah sebagai berikut:
• Penurunan mutu lingkungan, berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam
dan membahayakan kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
• Kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi buruk, seperti contohnya lapisan tanah
tidak berprofil, terjadi bulk density (pemadatan), kekurangan unsur hara yang penting, pH
rendah, pencemaran oleh logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta
penurunan populasi mikroba tanah.
7. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
REKLAMASI
• Reklamasi tidak berarti akan mengembalikan seratus persen sama dengan kondisi rona
awal.
• Reklamasi juga bertujuan membentuk bentang alam (landscape) yang stabil terhadap
erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang ke
kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif.
8. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
ISU REKLAMASI
Permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan rencana reklamasi
meliputi:
• Pengisian kembali bekas tambang, penebaran tanah pucuk dan penataan kembali lahan
bekas tambang serta penataan lahan bagi pertambangan yang kegiatannya tidak
dilakukan pengisian kembali
• Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing, kestabilan lereng dan permukaan
timbunan, pengendalian erosi dan pengelolaan air
• Keamanan tambang terbuka, longsoran, pengelolaan B3 dan bahaya radiasi
• Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang,
• Penanganan potensi timbulnya gas metan dan emisinya dari tambang batubara
• Penanganan/penyimpanan bahan galian yang masih potensial untuk menjadi bernilai
ekonomi baik dalam kondisi in-situ, berupa tailing atau waste.
10. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
TAHAPAN
REKLAMASI RekonstruksiTanah
Rekonstruksi Tanah Untuk mencapai tujuan restorasi perlu dilakukan upaya seperti
rekonstruksi lahan dan pengelolaan tanah pucuk.
Pada kegiatan ini, lahan yang masih belum rata harus ditata dengan penimbunan
kembali (back filling) dengan memperhatikan jenis dan asal bahan urugan, ketebalan,
dan ada tidaknya sistem aliran air (drainase) yang kemungkinan terganggu.
Lereng dari bekas tambang dibuat bentuk teras, selain untuk menjaga kestabilan
lereng, diperuntukan juga bagi penempatan tanaman revegetasi
11. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
TAHAPAN
REKLAMASI Revegetasi
• Perbaikan kondisi tanah meliputi: perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah pucuk dan
bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian kapur.
• Kendala yang dijumpai dalam merestorasi lahan bekas tambang yaitu masalah fisik
(tekstur dan struktur tanah), kimia (reaksi tanah (pH), kekurangan unsur hara, dan
mineral toxicity), dan biologi (penutupan vegetasi dan tidak adanya mikroorganisme
potensial.
• Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim setempat tetapi
tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies yang cocok dengan
kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang cepat tumbuh, misalnya sengon, yang
telah terbukti adaptif untuk tambang.
• Dengan penanaman sengon minimal dapat mengubah iklim mikro pada lahan bekas
tambang tersebut. Untuk menunjang keberhasilan dalam merestorasi lahan bekas
tambang, maka dilakukan langkah-langkah seperti perbaikan lahan pra-tanam,
pemilihan spesies yang cocok, dan penggunaan pupuk.
• Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan bekas
tambang, dapat ditentukan dari persentasi daya tumbuhnya, persentasi penutupan
tajuknya, pertumbuhannya, perkembangan akarnya, penambahan spesies pada lahan
tersebut, peningkatan humus, pengurangan erosi, dan fungsi sebagai filter alam.
12. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
TAHAPAN
REKLAMASI Penanganan Potensi Air AsamTambang
• Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah penambangan, hal ini
dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan mengandung sulfida pada udara
bebas.
• Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir sebaran mineral sulfida
sebagai bahan potensial pembentuk air asam dan menghindarkan agar tidak terpapar
pada udara bebas. Sebaran sulfida ditutup dengan bahan impermeable antara lain
lempung, serta dihindari terjadinya proses pelarutan, baik oleh air permukaan maupun air
tanah.
• Produksi air asam sulit untuk dihentikan sama sekali, akan tetapi dapat ditangani untuk
mencegah dampak negatif terhadap lingkungan. Air asam diolah pada instalasi pengolah
untuk menghasilkan keluaran air yang aman untuk dibuang ke dalam badan air.
Penanganan dapat dilakukan dengan bahan penetral misalnya batugamping, yaitu air
asam dialirkan melewati bahan penetral untuk menurunkan tingkat keasaman.
13. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
REHABILITASI
• Lahan bekas tambang tidak selalu dikembalikan ke peruntukan semula. Hal ini
bergantung pada penetapan tata guna lahan wilayah tersebut.
• Perkembangan suatu wilayah menghendaki ketersediaan lahan baru yang dapat
dipergunakan untuk pengembangan pemukiman atau kota.
4 pendekatan dalam
perbaikan lahan terganggu
(modifikasi dari Bradshaw,
1987)
14. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
REHABILITASI
Langkah dalam proses rehabilitasi:
1. Penyiapan lahan melalui konstruksi fisik
2. Konstruksi fisik yang baik akan menciptakan stabilitas lahan & tanah
3. Stabilitas ini bermanfaat untuk proses biologis, yang didukung oleh usaha manusia
4. Tercapainya tujuan rehabilitasi yang dinyatakan sebagai keragaman biologis dan fungsi yang memiliki peran
ekologis dan ekonomis yang berkesinambungan
16. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
CONTOH
REHABILITASI RehabilitasiTambang PT KPC
Survey flora dan fauna
pada area alami
Survey flora dan fauna
pada area rehabilitasi
1. Perencanaan
2. Pengembangan bibit tanaman
3. Pengambilan tanah
4. Pembentukan lapisan penutup
5. Penyebaran tanah
6. Penggaruan dan pembuatan saluran air
7. Penanaman, perawatan dan pemanfaatan
8. Pemantauan
18. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
CONTOH
REHABILITASI RehabilitasiTambang PT KPC
LANGKAH 2 – PENGEMBANGAN BIBITTANAMAN
Luas: 3 hektar
Koleksi bibit: 67 spesies, 33 diantaranya spesies lokal dari hutan sekitar. Produksi: 30,000 bibit/bulan
Kerjasama dengan community melalui MitraTani untuk produksi 10,000 bibit/bulan
LANGKAH 3 – PENGAMBILANTANAH
• Dilakukan dengan menggunakan alat dan kendaraan khusus
untuk menghindari pemadatan, agar benih tanaman yang
terdapat pada tanah tersebut bisa tumbuh lagi.
• Tanah dipindahkan dan disebarkan kembali di daerah rehabilitasi
atau disimpan untuk sementara.
• Penyimpanan sementara dilakukan jika daerah rehabilitasi belum
siap.
• Dilakukan penyebaran biji tanaman di tempat penyimpanan
untuk menjaga kualitas tanah.
19. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
CONTOH
REHABILITASI RehabilitasiTambang PT KPC
LANGKAH 4 – PEMBENTUKAN LAPISAN PENUTUP
LANGKAH 5 – PENYEBARANTANAH
Upaya dalam mencegah pembentukan air asam batuan
Klasifikasi batuan:
• berpotensi membentuk air asam (Potentially Acid Forming = PAF)
• tidak berpotensi membentuk air asam (Non Acid Forming = NAF)
Pemadatan dengan tanah liat atau batuan penutup, atau batuan
penutup lepas dengan ketebalan tertentu
Pemadatan harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan
Tanah sangat penting sebagai media tumbuh
tanaman
Ketebalan penyebaran tanah adalah 1 meter
20. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
CONTOH
REHABILITASI RehabilitasiTambang PT KPC
LANGKAH 6 – PENGGARUAN DAN PEMBUATAN SALURAN AIR
LANGKAH 7 – PENANAMAN DAN PERAWATAN
Penggaruan dilakukan tegak lurus arah kemiringan lereng, untuk
mencegah timbulnya erosi permukaan
Erosi juga dapat melarutkan zat organic yang ada dalam tanah
Saluran air dibuat untuk menangkap aliran permukaan yang terjadi dan
mengarahkannya pada tempat yang aman untuk mencegah terjadinya
erosi
1. Penanaman tanaman penutup tanah (cover crop)
2. Penanaman tanaman pelindung dan buah-buahan
3. Penanaman tanaman Dipterocarpaceae
Komposisi jenis tanaman: 25 – 50 jenis/hektar
Pioner : 40 %
Primer : 40 %
Wild Life : 20 %
21. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
CONTOH
REHABILITASI RehabilitasiTambang PT KPC
LANGKAH 7 – PENANAMAN DAN PERAWATAN
Luas Penanaman Jenis Berdaur Panjang
22. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
CONTOH
REHABILITASI RehabilitasiTambang PT KPC
LANGKAH 8 – PEMANTAUAN
Program pemantauan daerah rehabilitasi bertujuan untuk mengevaluasi dan memastikan perkembangan
daerah rehabilitasi mengarah kepada terbentuknya kembali ekosistem yang secara fungsi dan struktur
dapat memenuhi kriteria keberhasilan daerah rehabilitasi.
Kegiatan pemantauan flora sampai saat ini telah
mengidentifikasi sebanyak 107 spesies tanaman yang
telah tumbuh di daerah rehabilitasi.
23. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
CATATAN PENTING
Proses rehabilitasi dapat dilakukan sejalan dengan proses penambangan (progressive
rehabilitation)
Kondisi lahan yang aman dan stabil merupakan prasyarat keberhasilan pembentukan
ekosistem daerah rehabilitasi
Daerah rehabilitasi dapat diarahkan pada tujuan konservasi dan pemanfaatan
Hubungan flora dan fauna sangat erat dalam meningkatkan keanekaragaman hayati
daerah rehabilitasi
Komitmen perusahaan (dana, SDM, teknologi, dll) merupakan kunci keberhasilan
seluruh proses rehabilitasi
24. Eka SulastriAris Kehutanan | 2019
KESIMPULAN
• Kegiatan utama pada lahan pasca tambang Reklamasi lahan yang dilakukan dengan
mengurug kembali lubang tambang serta melapisinya dengan tanah pucuk, dan
revegetasi lahan serta diikuti dengan pengaturan drainase dan
penanganan/pencegahan air asam tambang.
• Penataan lahan bekas tambang disesuaikan dengan penetapan tataruang wilayah bekas
tambang. Lahan bekas tambang dapat difungsikan menjadi kawasan lindung ataupun
budidaya.
• Lahan pasca tambang memerlukan penanganan yang dapat menjamin perlindungan
terhadap lingkungan, khsususnya potensi timbulnya air asam tambang, yaitu dengan
mengupayakan batuan mengandung sulfida tidak terpapar pada udara bebas, serta
mengatur drainase.
• Diupayakan agar tidak ada bahan tambang ekonomis yang masih tertinggal. Hal ini
terutama bahan galian yang potensial mengundang masyarakat untuk
memanfaatkannya, sehingga akan mengganggu proses reklamasi, maka perlu
disterilkan terlebih dahulu dengan menambang dan mengolahnya.