1. Ratih Dani Killy Suci
215030901111013
Mata Kuliah
Pengantar Studi Organisasi
2. Inovasi adalah sebuah keniscayaan yang tidak boleh diabaikan oleh organisasi, apabila organisasi itu ingin ada, (exist),
bahkan untuk menciptakan organisasi yang dapat berkembang secara berkesinambungan dari waktu kewaktu.
Innovasi organisasi adalah merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan oleh pihak manajemen guna
mengantisipasi atas terjadinya dinamika lingkungan, baik itu lingkungan global, lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal agar eksistensi organisasi dapat bertahan bahkan dapat mencapai kemajuan sebagaimana yang
diharapkan.
Innovasi organisasi adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan secara berkesinambungan yang menurut Morris
(2006) diistilahkan sebagai permanent Innovation. Tindakan inovatif dalam organisasi harus tetap dilakukan oleh
organisasi dalam kondisi apapun, dengan tujuan untuk memberikan kepuasan bagi semua anggota organisasi
manupun bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) yang berhubungan dengan organisasi itu.
Organization stakeholders menurut Daft (2013) adalah beberapa kelompok atau pihak baik yang terdapat di dalam
dalam omaupun yang berada di luar organisasi, yang memiliki harapan maupun kepentingan langsung dengan kinerja
organisasi. Daft (2013) menyusun rincian tentang pihak-pihak yang disebut sebagai organization stakeholders, yang
sangat berkepentingan dengan keberhasilan innovasi organisasi itu, diantaranya adalah (1) Pemilik dan pemegang
saham (2) Pengusaha (3) Pelanggan (4) Kreditur (5) Pemerintah (6) Serikat Pekerja (7) Masyarakat (8) Manajemen (9)
Pemasok.
3. Wood et al (1998) menjelaskan bahwa, Innovasi/pembaharuan organisasi itu secara garis besar selalu
mengandung 2 aspek yakni :
1. Aspek Produk, “Inovasi produk adalah inovasi yang menghasilkan penciptaan barang atau jasa yang baru atau
lebih baik”
2. Aspek Proses, proses pembaharuan/innovasi adalah merupakan suatu pembaharuan yang dapat
menghasilkan suatu cara atau metode baru yang lebih baik yang dapat digunakan dalam melakukan atau
menyelesaikan suatu pekerjaan
Morris (2006) mengatakan bahwa innovasi organisasi sebagai innovasi yang permanen secara ideal harus selalu
mengandung 4 konsep utama yang terdiri dari;
1. Berbagai Tipe atau bentuk-bentuk innovasi yang meliputi; innovasi inkremental, terobosan teknologi baru,
innovasi model bisnis, tindakan tindakan baru yang penuh resiko.
2. Metodologi Innovasi, yakni suatu pengetahuan atau cara yang harus dipahami secara seksama dan
kemampuan yang tinggi tentang bagaimana Innovasi itu harus dilaksanakan oleh semua anggota organisasi.
3. Metode penerapan praktis pelaksanaan innovasi, yang hanya bisa diterapkan secara gemilang apabila
dilakukan melalui 5 (lima) tahapan yang terdiri dari; pencetusan ide-ide baru, penetapan target,
pengembangan innovasi, perluasan jaringan pasar dan normalisasi.
4. strategi innovasi dalam kontek yang luas, yang dapat menyentuk keseluruh aspek yang dibutuhkan oleh
organisasi. Tindakan ini menurut Morris (2006) terdiri dari beberapa strategi yang terdiri dari; atas-bawah
(top-down), bawah-atas (bottom-up), luar-dalam (outside-in), rekan-rekan (peer to peer).
4. Menurut Morris (Dey, 2013) dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori utama
yang Ia istilahkan sebagai; growth seeking process dan growth relizing
process.
a) Proses mencari pertumbuhan (growth seeking process), yakni seluruh
proses dari beberapa langkah yang diposisikan sebagai pedoman
strategis dalam mengambil kesempatan “tertentu” dan penetapan
cara yang terbaik diantara beberapa cara yang ada. Tujuannya
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan melalui penerapan
berbagai sumber daya dan segala kemampunan yang dimiliki oleh
organisasi.
b) Proses merealisasikan pertumbuhan (growth realizing process), yaitu
suatu proses dalam mewujudkan pertumbuhan yang meliputi
berbagai langkah yang dapat digunakan untuk mendapatkan
kesempatan terbaik dalam memasarkan produk dari tindakan
pembaharuan. Tujuannya menciptakan produk baru, baik yang
berupa barang maupun jasa yang memiliki kualitas lebih baik
dibandingkan dengan produk sebelumnya sehingga dapat
memenangkan persaingan pasar, dibandingkan dengan organisasi
lain yang menjadi rival/pesaingnya.
Keterkaitan antara proses mencari pertumbuhan dengan proses
merealisasikan pertumbuhan tersebut oleh Dey (2013) diilustrasikan
melalui diagram di bawah ini;
Berkembang Luncurkan Pelajari
5. Berbeda dengan pandangan Dey, menurut Wood et al (1998) mengatakan bahwa secara garis besar terjadinya proses innovasi dalam suatu organisasi
selalu melewati empat tahapan aktivitas yang terdiri dari empat langkah, meliputi;
1. Penciptaan ide produk atau proses baru, ide muncul dari kreativitas spontan, kecerdikan, dan pemrosesan informasi”.
2. Eksperimen awal ide-ide baru pertama-tama diperiksa dalam konsep untuk menetapkan nilai potensial dan penerapannya”
3. Penentuan kelayakan studi formal untuk menentukan kelayakan mengadaptasi produk atau proses baru, termasuk biaya dan manfaat.
4. Aplikasi akhir produk atau jasa baru diproduksi dan dipasarkan, atau proses baru diterapkan sepenuhnya aplikasi akhir
Gambar tersebut, menunjukkan bahwa terjadinya pembaharuan
dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh sensitivitas dari sisi
internal sebuah organisasi, yang diakibatkan oleh adanya perubahan
lingkungan yang ada disekitar organisasi (lingkungan internal atau
lingkungan eksternal). Organisasi yang sensitifitasnya rendah
pembaharuan organisasinya pun menjadi rendah, dan apabila
sensitivitasnya tinggi maka pembaharuannya akan menajdi tinggi
pula, karena sensitivitas inilah yang dapat memupuk terhadap
munculnya idea creation, initial experimentation, feasibility
determination dan final application, bagi semua anggota organisasi.
Dengan demikian inti pokok dari sebuah proses pembaharuan
organisasi itu terletak pada adanya ide-ide kreatif yang dapat
menghasilkan produk baru dan proses baru yang dapat
mendatangkan keuntungan nyata bagi organisasi bisnis maupun
terjadinya perluasan pasar.
Adapun proses kerja dari ke 4 (empat) tahapan pembaharuan tersebut oleh John R. Schermerhorn
6. 1. Strategi organisasi dan budaya mendukung proses inovasi. Tanpa
didukung oleh adanya dua fator tersebut secara positif dan
progresif, pengembangan organisasi akan sangat sulit untuk
dilakukan di dalam menghadapi lingkungan yang sedang berubah.
2. Struktur organisasi mendukung proses inovasi. Tanpa adanya
dukungan yang cukup dari struktur organisasi, maka mustahil
proses pembaharuan dalam organisasi dapat dilakukan secara
optimal, efisien dan efektif.
3. Organisasi memiliki staf untuk mendukung proses inovasi. Tanpa
adanya dukungan yang maksimal dari para staff yang ada dalam
organisasi, pembaharuan tidak mungkin dapat dilaksanakan
dengan baik oleh semua pihak yang ada dalam organisasi.
4. Manajemen puncak organisasi untuk mendukung proses inovasi.
Sekuat dan sebaik apapun kemampuan anggota tanpa
mendapatkan dukungan yang memadai dari pihak pimpinan
tertinggi, maka proses pembaharuan dalam organisasi tidak
mungkin dapat dilaksanakan.
7. 1
Menciptakan kebutuhan akan
ide-ide baru
2
Menjelajahi pasar untuk
mencari solusi
3
Menggelar orang-orang yang
terampil untuk memberikan
solusi inovatif
.
Kemampuan dalam memunculkan atau
menghasilkan kreativitas untuk
menemukan ide-ide atau pemikiran
baru yang dibutuhkan oleh organisasi
dalam rangka untuk mencapai tujuan
organisasi.
Kemampuan dalam menemukan solusi
yang tepat dan akurat, yang
dapatdigunakan untuk menangkap
kesempatan yang ada, sehingga
keberdaanorganisasi semakin eksis dan
dikenal serta dipercaya secara meluas
dikalangan masyarakat.
Kemampuan dalam meningkatkan
keahlian anggota organisasi melalui
solusi inovatif yang ditemukan, yang
dapat dimanfaatkan secara optimal
oleh organisasi
8. Isolasi Manajemen Puncak. Apabila kita menjumpai situasi seperti ini, maka mustahil dapat
melakukan pembaharuan organisasi secara cepat dan tepat karena pihak pucuk pimpinan tidak
memberikan dukungan pada program ini dan bahkan cenderung untuk melakukan penolakan.
Intoleransi terhadap perbedaan. Apabila sebagian besar ‘orang’, terutama pihak pimpinan yang ada
dalam organisasi itu cenderung tidak memberikan toleransi terhadap perbedaan pendapat, maka
usulan dan upaya pembaharuan akan berjalan alot, bahkan gagal sama sekali karena sebagian besar
anggota organisasi cenderung tidak mentolerir terjadinya perubahan organisasi.
Kepentingan pribadi. Terdapat kepentingan individu atau kelompok yang sangat kuat tanpa
memperhatikan kepentingan organisasi secara keseluruhan, dimana mereka merasa bahwa dirinya
atau pihaknyalah yang paling mengusai berbagai permasalahan organisasi.
Cakrawala waktu singkat. Terdapat sikap lebih mementingkan tujuan organisasi yang bersifat
jangka pendek ketimbang jangka menengah dan jangka panjang. Tanpa memperhatikan
kepentingan organisasi dalam jangka menengah dan jangka panjang, mustahil bagi organisasi itu
untuk menawarkan adanya pembaharuan, terutama untuk melakukan perubahan yang terkait
dengan hal-hal yang bersifat strategis.
Pemikiran yang terlalu rasional. Terdapat sikap yang lebih mementingkan sistem kerja rutin dengan
alasan ‘rasionalitas’, dan kurang memperhatikan terhadap pertimbangan yang bersifat strategis
dalam menangkap peluang atau kesempatan yang mestinya bisa diraih oleh organisasi.
Insentif yang buruk. Terdapat sikap yang kurang memberikan perhatian terhadap sistem
penggajian, reward dan insentif bagi pekerja/anggota yang berprestasi, sehingga tidak dapat
menjaga dan membangkitkan work spiritness bagi para anggota organisasinya.
Birokrasi yang berlebihan. Terdapatnya sikap yang terlalu birokratis, menekankan pada peraturan
yang kaku, sikap efisiensi yang berlebihan, yang justru dapat meningkatkan perasaan frustrasi bagi
anggota dan dapat membelenggu kreatifitas anggota organisasi.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
9. Apabila ditelusuri secara cermat terjadinya penolakan tersebut, sebaian besar
disebabkan oleh 2 (dua) aspek dasar.
Aspek pertama, adalah adanya “rasa kekhawatiran/ketakutan” individual yang
berlebihan bahwa innovasi tersebut akan mengancam kedudukan atau kekuasaan
maupun kewenangan yang selama ini telah banyak memberikan keuntungan pribadi bagi
dirinya.
Aspek kedua, adanya ketidaktahuan bahwa situasi dan kondisi organisasi yang ada pada
saat ini sudah kurang bahkan tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi serta tuntutan
lingkungan eksternal organisasi, sehingga kualitas lingkungan internal organisasi harus
dirubah melalui program innovasi organisasi. Selain itu, disebabkan oleh ketidaktahuan
mereka bahwa program innovasi yang dicanangkan oleh organisasi justru akan dapat
memberikan keuntungan yang lebih besar bagi organisasi, yang berdampak pada
peningkatan keuntungan yang bisa diterima oleh masing-masing anggota organisasi.
10. 4. Berikan diseminasi yang cukup dengan menggunakan informasi yang
memadai dan fasilitasi mereka untuk melakukan dialog secara intensif
dalam menyikapi atas dilaksanakannya program innovasi organisasi. (5)
Berikan keyakinan bahwa pelaksanaan program innovasi ini akan
dilakukan dengan menggunakan alokasi waktu yang memadai, dan
tidak dilakukan secara mendadak. (6) Berikan kesempatan kepada
mereka untuk menyaksikan “demonstrasi” dari pelaksanaan program
innovasi, sehingga mereka tahu atas kelebihan program ini
dibandingkan dengan keadaan organisasi yang telah berjalan selama
ini. (7) Berikan keyakinan kepada mereka bahwa program innovasi ini
akan dapat meningkatkan kinerja organisasi dan kinerja para anggota
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Apabila berbagai langkah tersebut dapat dilakukan secara sistematis
dan bertahap maka resistensi/keengganan para anggota organisasi
dalam menyikapi atas program innovasi akan bisa dieliminir sampai
pada batas yang paling rendah.
Adapun beberapa langkah kongkrit yang dapat dilakukan oleh
organisasi untuk mengeliminir dan bahkan menghilangkan
resistensi dan keengganan para anggota organisasi terhadap
program innovasi tersebut diantaranya adalah:
1. Berikanlah informasi yang cukup bahwasannya program innovasi
ini tidak dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah, tetapi lebih
ditujukan untuk mencari apa yang tidak benar, untuk diperbaiki
demi kepentingan bersama. (2) Berikan keyakinan bahwa
organisasi akan memberikan fasilitas yang memadai bagi seluruh
anggota organisasi yang inging meningkatkan kompetensi dan
keahliannya, untuk disesuaikan dengan kompetensi dan keahlian
baru yang dibutuhkan oleh organisasi, berkaitan dengan program
innovasi. (3) Berikan dorongan atau semangat bahwa mereka pasti
memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan metode dan
program kerja baru berdasarkan hasil inovasi organisasi, karena
mereka akan diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang
cukup sesuai kebutuhan.