Dokumen tersebut membahas penentuan lokasi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di Kota Denpasar menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP). Metode ini digunakan untuk mempertimbangkan beberapa kriteria seperti volume sampah, jumlah penduduk, dan aksesibilitas lokasi. Beberapa tahapan meliputi identifikasi kriteria dan alternatif lokasi, penentuan bobot kriteria, perhitungan skor lokasi
1. PENENTUAN LOKASI TEMPAT
PEMBUANGAN SEMENTARA
(TPS) DENGAN MENGGUNAKAN
Fuzzy Analytical Hierarchy
Process (F-AHP)
NI MADE PUTRI SASMADIYANI
NIM. 1208605047
2. Latar Belakang
• Tempat Pembuangan Sementara (TPS) merupakan tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang,
pengolahan dan atau tempat pengelolaan sampah terpadu.
(UU No.18 Tahun 2008).
• Denpasar masih menggunakan TPS.
• TPS digunakan sebagai salah satu sarana untuk
menertibkan masyarakat dalam hal pengumpulan sampah
warga secara komunal.
• Penempatan TPS sendiri masih sulit dilakukan karena
kurangnya kerjasama dari masyarakat dan sulitnya mencari
lokasi yang sesuai dengan kriteria dan juga agar TPS ini
bisa diterima oleh masyarakat.
3. Rumusan Masalah
• Bagaimana penerapan Fuzzy Analytical Hierarchy
Process (F-AHP) untuk menentukan lokasi Tempat
Pembuangan Sementara (TPS)?
4. Tujuan Penelitian
• Tujuan Penelitian ini adalah untuk membuat sistem
yang dapat memberikan referensi lokasi TPS pada
user yang dalam hal ini adalah Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar
dengan menggunakan Fuzzy AHP.
5. Batasan Masalah
• Batasan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:
• Penentuan lokasi TPS hanya untuk wilayah Denpasar
Timur.
• Sistem ini menggunakan F-AHP untuk menentukan
lokasi peletakan TPS.
• Data yang digunakan merupakan data mengenai
masalah sampah dan TPS yang dimiliki oleh Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar.
• Alternatif/calon lokasi yang digunakan dari penelitian ini
adalah sebanyak 40 buah, dengan lebar jalan minimal
4m.
6. Manfaat Penelitian
• Dapat membantu pemerintah dalam menentukan
lokasi TPS yang optimal, sehingga permasalahan
mengenai sampah dapat memperoleh penanganan
yang baik.
• Dapat membantu masyarakat untuk mengatasi
keluhan mengenai tidak adanya TPS yang tersedia
di lingkungannya dan membantu mengurangi
munculnya penyalahgunaan lahan menjadi TPS liar.
8. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini antara lain :
1. Data TPS dari Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan
2. Data Jumlah Penduduk
3. Data Jumlah Kendaraan
4. Data Jalan Kota Denpasar
5. Data Kriteria
9. Pengolahan Data
Terdapat 4 kriteria yang digunakan yaitu:
• Volume Sampah
Untuk mengetahui volume sampah digunakan
persamaan berikut:
10. Pengolahan Data
• Jumlah Kendaraan yang melewati calon lokasi
• Jangkauan Warga
• Truk bisa memasuki jalan yang menjadi calon
lokasi TPS
kriteria ini tidak dimasukkan dalam perhitungan,
hanya digunakan sebagai penentu alternatif yang
akan digunakan nantinya. Lebar jalan minimal
yang digunakan adalah berukuran 4 meter.
14. TPS/altrnatif ke TPS yang sudah ada
(existing)
• Pada tahap awal ini user akan diminta untuk menginputkan nilai radius yang diinginkan ke
sistem, lalu user memilih calon lokasi TPS pada map. Setelah itu, akan dilakukan perhitungan
jarak antara calon lokasi TPS ke TPS existing dengan menggunakan Euclidean
Distance.Euclidean Distance adalah perhitungan jarak dari dua buah titik. Untuk menghitung
jarak dari dua buah lokasi dalam permukaan bumi, digunakan persamaan berikut:
• Keterangan:
• : Latitude tujuan.
• : Latitude asal.
• : Longitude tujuan.
• : Longitude asal.
• Hasil dari perhitungan ini ada dua yaitu nilai jarak dari perhitungan dan TPS existing mana yang
merupakan TPS terdekat dengan calon lokasi.Jika calon lokasi TPS memiliki jarak kurang dari
radius yang telah diinputkan, makan calon lokasi tersebut tidak bisa masuk ke dalam
perhitungan.
15. Perhitungan Concistency Ratio
untuk Kriteria
Langkah – langkah untuk melakukan perhitungan
Consistency Ratio (CR) berdasarkan teori Analytical
Hierarchy Process yang ditbuat oleh Saaty (Widartha,
Saiful dan Nelly , 2013) adalah sebagai berikut:
• Memberikan skala prioritas terhadap kriteria. Penilaian
skala prioritas didasarkan pada Skala Saaty.
• Membuat matriks perbandingan berpasangan (pairwise
comparison). Matriks ini merupakan perbandingan antar
masing – masing kriteria. Nilai pada matriks
perbandingan ini berlaku nilai kebalikan. Apabila kriteria
a menghasilkan nilai x terhadap b, maka nilai kriteria b
terhadap a bernilai 1/x.
16. Perhitungan Concistency
Ratio untuk Kriteria
• Menghitung bobot prioritas. Bobot prioritas merupakan
bobot yang digunakan dalam proses perkalian matriks
untuk menghasilkan rekomendasi. Langkah – langkah
dalam mendapatkan bobot prioritas antara lain:
Menjumlahkan nilai pada satu kolom dan
melakukannya pada setiap kolom.
Membagi setiap nilai pada satu kolom dengan jumlah
nilai pada kolom tersebut. Jumlah nilai pada setiap
kolom yang baru adalah satu.
Bobot didapatkan melalui penjumlahan nilai pada
setiap baris kemudian dibagi dengan banyaknya
kriteria atau alternatif.
17. Perhitungan Concistency
Ratio untuk Kriteria
• Menghitung uji konsistensi
Uji konsistensi dihitung untuk mengetahui kekonsistenenan inputan
skala prioritas. Pengulangan proses inputan akan dilakukan apabila
hasil inputan skala prioritas tidak konsisten. Uji kekonsistensi dapat
dilakukan melalui perhitungan berikut:
Mengalikan matriks perbandingan berpasangan dengan bobot
prioritas. Hasil perkalian tersebut dibagi dengan
bobot prioritas yang bersesuaian untuk mendapatkan nilai
lambda (λ).
Menghitung Nilai
Kemudian hitung konsistensi indeks (CI) dan konsistensi rasi
(CR) dengan rumus berikut
18. Perhitungan Concistency
Ratio untuk Kriteria
Matriks perbandingan disebut konsisten apabila nilai
CR<0.1.Ulangi pemberian nilai skala apabila nilai
CR belum < 0.1.
19. Perhitungan Fuzzy Analytical
Hierarchy Process untuk tiap Kriteria
Dari matriks Triangular Fuzzy Number (TFN)
ditentukan nilai sintesis fuzzy (Si) , dengan persamaan
20.
21. • Menentukan Nilai Prioritas tiap alternatif atau calon
lokasi terhadap kriteria.
• Pada bagian ini, dilakukan penentuan nilai prioritas
dari setiap alternatif, berdasarkan masing – masing
kriteria yang dipresentasikan dalam matriks
Pairwise Comparison. Berikut ini merupakan
contoh, sebanyakn alternatif yang dinotasikan
dengan (A1, A2, ….., An) yang akan dinilai
berdasarkan nilai prioritasnya terhadap kriteria C
yang dipresentasikan dalam matriks Pairwise
Comparison . Nilai prioritas ini diperoleh dari nilai
Skala Saaty.
22. • Perhitungan Aternatif
• Setelah menentukan Nilai Prioritas tiap alternatif atau
calon lokasi terhadap kriteria, lakukan perhitungan nilai
alternatif menggunakan F-AHP kembali, Sebelumnya
konversikan nilai prioritas yang di dapat dari Skala Saaty
ke dalam bentuk TFN, kemudianikuti langkah yang sama
dengan perhitungan F-AHP pada perhitungan kriteria.
• Perhitungan Akhir
• Untuk mendapatkan nilai akhir, kalikan nilai alternatif
yang telah didapatkan sebelumnya dengan nilai kriteria
masing – masing. Kemudian jumlahkkan hasil perkalian
tersebut.
23. Pengujian
• Pengujian yang digunakan adalah untuk
menentukan banyaknya TPS yang mudah di
jangkau oleh warga, menggunakan persamaan
berikut :