1. MAKALAH HIGIENE INDUSTRI
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1
DEBY FEBRIANTI AULIA
(1911102416075)
NADIA NUR JANNATI
(1911102416077)
FELLIN TATIANA
(1911102416084)
MIRANDA YUNIA FRANDINI
(1911102416085)
SYAHRIATI
(1911102416096)
SHARA APRIYANI
(1911102416102)
MUTIARA
(2011102416005)
NURSELA
(2011102416006)
FADHIL ARIYA PASAMPANG
(2011102416010)
JIDAN RAMADHAN
(2011102416014)
LUTHFI FASHHAN
(2011102416015)
RIKY MAULANA
(2011102416024)
RHANDA RAHMADANI
(2011102416026)
NUR AZZAHRA ATIKAH
(2011102416027)
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2023
2. KATA PENGANTAR
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen yang
telah membimbing dam memberikan ilmu dalam pelatihan hiperkes serta teman-
teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,
sehingga laporan hygiene industri ini dapat diselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan
Kami menyadari bahwa didalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan, olehnya itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-
makalah kami dilain waktu. Harapan yang paling besar dari penyusun dalam
penyusunan laporan ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini dapat
bermanfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari makalah ini
sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Samarinda 30 agustus 2023
3. DAFTAR ISI
MAKALAH HIGIENE INDUSTRI ....................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
BAB 1...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................... 4
2.1 Latar belakang .......................................................................................... 4
2.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
2.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 6
BAB II..................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Higiene Industri...................................................................... 7
2.2 Konsep Bahaya (Hazard).......................................................................... 8
A. Bahaya (Hazard)....................................................................................... 8
B. Bahaya Kerja .......................................................................................... 10
BAB III.................................................................................................................. 18
PENUTUP............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
4. BAB 1
PENDAHULUAN
2.1 Latar belakang
Dalam setiap pekerjaan selalu terkandung bahaya. Demikian juga
dialami dalam proses pekerjaan. Bahaya yang akan dihadapi dalam pekerjaan
tidak lebih baik juga tidak lebih buruk dibandingkan pekerjaan pada industri
lainya. Ada beberapa macam bahaya yang akan kita hadapi dalam bekerja
seperti radiasi, percikan api, asap-asap beracun, bahaya mekanik dan bahaya
manual. Secara umum bahaya dalam bekerja dibedakan dalam proses
pekerjaan. Kesehatan lingkungan kerja yang sering kali dikenal juga dengan
istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Higiene industri merupakan
aspek perlingan bagi kesehatan tenaga kerja. Selain itu kegiatannya bertujuan
agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan
kerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi
konsumen dari hasil-hasil produksi perusahaan, diantaranya melalui
pengenalan, evaluasi pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan yang
mungkin dapat dilakukan. Higiene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu
higiene beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab
penyakit secara kualitatif dan kuantitatif dilingkungan, serta pencegahan, agar
pekerja dan masyarakat disekitar perusahan terhindar dari bahaya akibat kerja
serta memungkinkan mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
5. Sehingga higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam
melakukan antisipasi, rekoginisi, evaluasi dan pengendalian terhadap faktor-
faktor lingkungan atau stress yang timbul di atau dari tempat kerja yang bisa
menyebabkan sakit gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau
ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat.
Sedangkan untuk potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat
dimana dilakukan sesuatu aktivitas baik dirumah, dijalan maupun di tempat
kerja. Apabila potensi bahaya tersebut tidak dikendalikan dengan tepat akan
menyebabkan kelelahan, kesakitan, cedera, dan bahkan kecelakaan yang
serius. Dalam Undang-Undang (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3), pengurus perusahaan mempunyai kewajiban untuk
menediakan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan
yang ditetapkan baginya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya-biaya
perawatan dan rehabilitas akibat kecelakaan dan sakit meningkatkan
produktivitas kerja meningkatkan moral dan hubungan atau relasi
perusahaan/industri yang lebih baik (Tarwaka, 2008).
2.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian higiene industri?
2. Apa yang dimaksud konsep bahaya (Hazards)?
3. Apa saja bahaya kerja?
4. Apa yang dimaksud lingkungan kerja?
5. Apa saja faktor-faktor yang memperngaruhi lingkungan kerja?
6. Apa saja indikator lingkungan kerja?
6. 7. Apa manfaar lingkungan kerja?
8. Apa yang dimaksud dengan organ sasaran?
2.3 Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian higiene industri.
2. Memahami konsep bahaya (hazard).
3. Memahami bahaya kerja.
4. Memahami konsep lingkungan kerja.
5. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja.
6. Memahami indikator lingkungan kerja.
7. Memahami manfaat lingkungan kerja.
8. Memahami pengertian organ sasaran.
7. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Higiene Industri
Higiene industri merupakan aspek perlindungan bagi kesehatan tenaga
kerja. Higiene Industri menurut Soeripto (2008) adalah ilmu dan seni yang
mampu mengantisipasi, mengenal, mengevaluasi dan mengendalikan faktor
bahaya yang timbul di lingkungan kerja dan dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan dan ketidak efisienan
kepada masyarakat yang berada di lingkungan kerja tersebut maupun kepada
masyarakat yang berada di luar industri. Suma'mur (2013) menyatakan
higiene industri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya
yang lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur dan melakukan
penilaian terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam
lingkungan kerja dan perusahaan.
OSHA (1998) mendefinisikan higiene industri sebagai ilmu pengetahuan
dan seni yang ditujukan untuk mengantisipasi, mengenali, mengevaluasi dan
mengendalikan faktor lingkungan atau tekanan yang terjadi di atau dari
tempat kerja yang dapat menyebabkan penyakit, gangguan kesehatan dan
kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang signifikan di kalangan pekerja atau
masyarakat sekitar.
Sementara Soedirman (2012) menjelaskan higiene industri merupakan
ilmu dan seni beserta penerapannya dalam pengenalan dan penilaian
8. potensipotensi bahaya lingkungan kerja yang selanjutnya digunakan untuk
implementasi teknologi pengendalian agar tenaga kerja memperoleh
kenyamanan serta kemudahan dalam pelaksanaan aktivitasnya, sehingga
masyarakat tenaga kerja dan masyarakat umum terhindar dari faktor-faktor
bahaya sebagai efek samping kemajuan teknologi.
Tujuan higiene industri adalah melindungi pekerja dan masyarakat di
sekitar industri dari risiko potensi bahaya yang dapat terjadi akibat suatu
proses produksi. Kegiatan higiene industri adalah melakukan identifikasi
bahaya dan pengukuran untuk mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif
bahaya yang sedang dihadapi atau yang dapat terjadi dan dengan pengetahuan
yang tepat mengenai risiko faktor bahaya serta pencegahan secara
menyeluruh.
2.2 Konsep Bahaya (Hazard)
A. Bahaya (Hazard)
Beberapa definisi bahaya sebagai berikut: Menurut OHSAS 18001,
bahaya adalah: sumber, situasi, atau tindakan yang berpotensi bahaya
dalam hal cederamanusia atau gangguan kesehatan. Menurut Frank Bird
(1990), suatu bahaya adalah sumber potensi bahaya dalam hal cedera
manusia, gangguan kesehatan, kerusakan alat dan lingkungan. Berdasarkan
definisi tersebut dapat diartikan bahwa bahaya adalah segala sesuatu
termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
atau cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.
9. Pemahaman yang benar terhadap bahaya atau hazard sangat penting
dikarenakan sering menimbulkan analisa yang kurang tepat dalam
melaksanakan program K3 karena sumber bahaya yang sebenarnya tidak
diperhatikan dan dipahami. Bahaya dan risiko berhubungan erat, dimana
bahaya menjadi sumber terjadinya kecelakaan atau kejadian yang
menyangkut manusia, energi dan lingkungan. Risiko menggambarkan
besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan kecelakaan serta
besarnya keparahan yang dapat diakibatkannya. Besarnya risiko ditentukan
oleh berbagai energi seperti besar paparan, lokasi, pengguna, kuantiti, serta
unsur yang terlibat.
Risiko digambarkan sebagai kemungkinan bahaya terjadi kecelakaan
serta tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan jika kecelakaan terjadi.
Maka dari itu, dalam konsep keselamatan kerja sasaran utama adalah
mengendalikan atau meminimalkan bahaya sehingga secara otomatis
risikonya dapat dikurangi atau dihilangkan. Pemahaman dan pengertian
tentang identifikasi bahaya diperlukan bagi ahli higiene lingkungan kerja
dan ahli keselamatan kerja. Dengan memahami bagaimana proses
terjadinya kecelakaan yang berkaitan dengan keberadaan suatu bahaya,
kejadian kecelakaan dan cidera ditempat kerja bisa diminimalkan.
Identifikasi bahaya dapat menjelaskan bagaimana keterkaitan antara
energi dan kecelakaan. Kejadian kecelakaan selalu berhubungan dengan
salah satu bentuk energi. Energi terdapat dalam berbagai bentuk seperti
energi panas, listrik, fisika, kimia, bio energi, dan mekanis. Energi juga
10. dapat menimbulkan risiko cedera seperti energi gravitasi, risiko atau
cedera dapat terjadi saat suatu benda jatuh menimpa orang atau jika
seseorang jatuh dari ketinggian dan cedera yang ditimbulkan dapat berupa
terkilir, luka hingga kematian di tempat kerja.
B. Bahaya Kerja
Bahaya kerja merupakan setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang
berpotensi untuk timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan akibat
kerja. Bahaya kerja terdiri dari:
a) Bahaya fisika : bahaya fisika terdiri dari pencahayaan, kebisingan,
vibrasi, tekanan panas atau suhu lingkungan kerja yang ekstrim, radiasi,
dan getaran.
b) Bahaya kimia : bahaya kimia meliputi konsentrasi uap, gas, atau aerosol
dalam bentuk debu atau fume yang berlebihan di lingkungan kerja.
Pajanan oleh bahaya kimiawi dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara
terhirup, tertelan, absorsi melalui kulit atau dengan mengiritasi kulit dan
injeksi.
c) Bahaya biologi : Bahaya biologis di lingkungan kerja dapat berupa
virus, bakteri, cacing, serangga, jamur, riketsia, klamidia. Para pekerja
yang dapat terpapar bahaya ini contohnya adalah para pekerja di rumah
sakit, pekerja yang menangani atau memproses sediaan biologis
tumbuhan atau hewan, pegawai laboratorium, mengolah bahan
makanan, pengangkut sampah dan pengolah limbah, petani, pengrajin
yang menggunakan bahan dasar tanah
11. d) Bahaya ergonomi : Bahaya ergonomis dapat berupa desain peralatan
kerja, mesin, dan tempat kerja yang buruk, aktivitas mengangkat beban,
jangkauan yang berlebihan, penerangan yang tidak memadai, gerakan
yang berulang-ulang secara berlebihan yang dapat mengakibatkan
timbulnya gangguan muskuloskeletal pada pekerja.
e) Bahaya psikologi : Bahaya psikologis dapat berupa kepemimpinan dan
komunikasi yang buruk, konflik antar personal, konflik peran, motivasi
kerja, kurangnya sumber daya untuk menyelesaikan pekerjaan, beban
tugas yang terlalu berat, dan lingkungan tempat kerja yang tidak
mendukung produktivitas kerja.
2.3 Lingkungan Kerja
A. Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah suasana dimana karyawan melakukan aktivitas
setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman
dan menyenangkan karyawan untuk dapat bekerja optimal. Beberapa ahli
mendefinisikan lingkungan kerja antara lain sebagai berikut:
1) Menurut (Nitisemito dalam Nuraini 2013:97) lingkungan kerja adalah
segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan dapat mempengaruhi
dalam menjalankan tugas yang diembankan kepadanya misalnya
dengan adanya air conditioner (AC), penerangan yang memadai dan
sebagainya.
2) Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja
yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas seperti
12. temperatur, kelembapan, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebersihan
tempat kerja dan memadai tidaknya alat-alat perlengkapan
kerja.(Isyandi, 2004:134).
Dari definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja
adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja/karyawan yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya sehingga akan diperoleh hasil kerja yang maksimal, dimana
dalam lingkungan kerja tersebut terdapat fasilitas kerja yang mendukung
karyawan dalam penyelesaian tugas yang bebankan kepada karyawan guna
meningkatkan kerja karyawan dalam suatu perusahaan.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik ada beberapa hal yang
diperhatikan yaitu (Siagian 2006:63):
1) Bangunan tempat kerja.
2) Ruang kerja yang lega.
3) Ventilasi pertukaran udara.
4) Tersedianya tempat-tempat ibadah keagamaan.
5) Tersedianya sarana angkutan khusus maupun umum untuk karyawan
nyaman dan mudah.
Menurut (Sedarmayanti dalam Wulan, 2011:21) Menyatakan
bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua
faktor yaitu:
13. 1. Faktor Lingkungan Kerja Fisik yang terdiri dari: pewamaan,
penerangan, udara, suara bising, ruang gerak, keamanan, kebersihan.
2. Faktor Lingkungan Kerja Non Fisik terdiri dari struktur kerja,
tanggung jawab kerja, perhatian dan dukungan pemimpin, kerja
sama antar kelompok, kelancaran komunikasi
C. Indikator Lingkungan Kerja
Menurut (Sedarmayanti: 2004:46) indikator lingkungan kerja adalah
sebagai berikut:
1) Penerangan/cahaya ditempat kerja.
2) Temperatur/suhu udara ditempat kerja.
3) Kelembapan udara ditempat kerja.
4) Sirkulasi udara ditempat kerja.
5) Getaran mekanis ditempat kerja.
6) Bau tidak sedap ditempat kerja.
7) Tata warna ditempat kerja.
8) Dekorasi ditempat kerja.
9) Musik ditempat kerja.
10) Keamanan ditempat kerja.
D. Manfaat Lingkungan Kerja
Manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja, sehingga
produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh
karena bekerja dengan orang- orang yang termotivasi adalah pekerjaan
dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai
14. standar yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Kinerjanya
akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan
membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan
tinggi(Arep, 2003:103).
2.4 Organ Sasaran
Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan
sesuatu yang dapat menyebabkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika
terjadi pajanan ("exposure") yang berlebihan. Bahaya kesehatan dapat
menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh pajanan suatu sumber bahaya di
tempat kerja, Potensi bahaya kesehatan yang biasa di tempat kerja berasal
dari lingkungan kerja antara lain faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi,
faktor ergonomis dan faktor psikologi. Risiko kesehatan timbul dari pajanan
berbagai bahan kimia.
A. Faktor Kimia
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki
aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ
lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas,
debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara
utama antara lain:
1. Inhalasi (menghirup) : Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat
beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. Beberapa zat, seperti
fiber/serat, dapat langsung melukai paru-paru. Lainnya diserap ke
dalam aliran darah dan mengalir ke bagian lain dari tubuh
15. 2. Pencernaan (menelan) : Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan
makanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang
terkontaminasi atau makan di lingkungan yang terkontaminasi. Zat di
udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir
dari mulut, hidung atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang
sama sebagai makanan bergerak melalui usus menuju perut.
3. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif : Beberapa di antaranya
adalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya
melalui tangan dan wajah. Kadang-kadang, zat-zat juga masuk melalui
luka dan lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan medis).
B. Faktor Fisik
1. Kebisingan
Suara keras, berlebihan atau berkepanjangan dapat merusak jaringan
saraf sensitif di telinga, menyebabkan kehilangan pendengaran
sementara atau permanen.
2. Penerangan
Penerangan di setiap tempat kerja harus memenuhi syarat untuk
melakukan pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk
peningkatan kualitas dan produktivitas. Bila penerangan kurang sesuai,
para pekerja terpaksa membungkuk dan mencoba untuk memfokuskan
penglihatan mereka, sehingga tidak nyaman dan dapat menyebabkan
masalah pada punggung dan mata pada jangka panjang.
16. 3. Getaran
Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating), memantul ke
atas dan ke bawah atau ke belakang dan ke depan. Gerakan tersebut
terjadi secara teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari
kedudukannya. Hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap semua
atau sebagian dari tubuh. Misalnya, memegang peralatan yang bergetar
sering mempengaruhi tangan dan lengan pengguna, menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah dan sirkulasi di tangan. Sebaliknya,
mengemudi traktor di jalan bergelombang dengan kursi yang dirancang
kurang sesuai sehingga menimbulkan getaran ke seluruh tubuh, dapat
mengakibatkan nyeri punggung bagian bawah
4. Radiasi
Radiasi gelombang elektromagnetik yang berasal dari radiasi tidak
mengion antara lain gelombang mikro dan sinar ultra ungu (ultra
violet). Gelombang mikro digunakan antara lain untuk gelombang
radio, televisi, radar dan telepon. Radiasi gelombang mikro yang
pendek < 1 cm yang diserap oleh permukaan kulit dapat menyebabkan
kulit seperti terbakar. Sedangkan gelombang mikro yang lebih panjang
(> 1 cm) dapat menembus jaringan yang lebih dalam.
C. Faktor Biologi
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti
pekerja di pertanian, perkebunan dan kehutanan termasuk di dalam
perkantoran yaitu indoor air quality, banyak menghadapi berbagai
17. penyakit yang disebabkan virus, bakteri atau hasil dari pertanian, misalnya
tabakosis pada pekerja yang mengerjakan tembakau, bagasosis pada
pekerja - pekerja yang menghirup debu-debu organik misalnya pada
pekerja gandum (aspergillus) dan di pabrik gula,. Penyakit paru oleh jamur
sering terjadi pada pekerja yang menghirup debu organic, demikian juga
"grain asma" sporotrichosis adalah salah satu contoh penyakit akibat kerja
yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur kuku sering diderita para
pekerja yang tempat kerjanya lembab dan basah atau bila mereka terlalu
banyak merendam tangan atau kaki di air seperti pencuci.
18. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan higiene industri adalah melakukan identifikasi bahaya dan
pengukuran untuk mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif bahaya yang
sedang dihadapi atau yang dapat terjadi dan dengan pengetahuan yang tepat
mengenai risiko faktor bahaya serta pencegahan secara menyeluruh. Bahaya
kerja merupakan setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi
untuk timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja.
Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja
yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas seperti
temperatur, kelembapan, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebersihan tempat
kerja dan memadai tidaknya alat-alat perlengkapan kerja. Dari defenisi para
ahli dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang
ada disekitar para pekerja/karyawan yang dapat mempengaruhi kepuasan
kerja karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga akan diperoleh
hasil kerja yang maksimal, dimana dalam lingkungan kerja tersebut terdapat
fasilitas kerja yang mendukung karyawan dalam penyelesaian tugas yang
bebankan kepada karyawan guna meningkatkan kerja karyawan dalam suatu
perusahaan
19. 3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, keterbatasannya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
20. DAFTAR PUSTAKA
Setyaningsih, Yuliani. 2018. Buku Ajar Higiene Lingkungan Industri. Universitas
Diponegoro. Semarang
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB II.pdf diunduh Minggu tanggal 25 Januari
2021 pukul 15.05 WIB.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-