SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Assalaamu ’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Syalom,
Om Swastyastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan
ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT
PERRY BOY CHANDRA SIAHAAN
Etika
 kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu.
 peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar.
 berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kewajiban moral.
 berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang
mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena
etika mempunyai tanggung jawab moral  menyimpang dari kode
etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral
yang baik.
3 pengertian dari etika
 Etika dalam arti nilai atau moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau kelompok untuk mengatur tingkah laku yang di
dalam hal ini bisa disamakan dengan adat istiadat, ataupun
kebiasaan.
 Etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang juga
lebih dikenal dengan kode etik.
 Etika yang mempunyai arti sebagai ilmu tentang baik dan buruk. Di
dalam hal ini etika baru menjadi ilmu apabila kemungkinan-
kemungkinan etis yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat
menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.
Prinsip-Prinsip Etika Kesehatan
Filosofi moral etika kesehatan dijelaskan dalam Prinsip Dasar Etika
Kesehatan sebagai berikut:
A. Autonomy (otonomi )
Prinsip “Autonomy” (self-determination) yaitu prinsip yang menghormati
hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self
determination) dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk
memutuskan suatu prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian
melahirkan konsep Informed consent.
Beberapa contoh prinsip otonomi adalah sebagai berikut :
• Pasien berhak menentukan tindakan-tindakan baru dapat dilakukan atas
persetujuan dirinya.
• Seorang warga menentukan sikap untuk ikut penyuluhan ataupun
kegiatan kesehatan yang diselenggrakan oleh Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM).
Lanjutan
B. Beneficience (Berbuat baik )
Beneficience (Berbuat baik ) adalah prinsip moral yang mengutamakan
tindakan yang bertujuan untuk kebaikan pasien atau penyediaan
keuntungan dan menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan risiko
dan biaya. Dalam Beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk
kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat)
lebih besar daripada sisi buruknya. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
Contohnya dapat dilihat sebagai berikut :
• Dokter memberi obat gatal tetapi mempunyai efek yang lain, maka
dokter harus mempertimbangkan secara cermat atas tindakannya
tersebut.
• Seorang sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM ) memberikan
pelayanan kepada seoarang pasien yang menderita penyakit TBC,
maka SKM tersebut harus mempertimbangkan dan berkonsultasi
dengan ahlinya dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Lanjutan
C. Non Maleficience (Tidak merugikan)
Prinsip tidak merugikan “Non-maleficence” adalah prinsip menghindari
terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum
non nocere” atau “above all do no harm”. Prinsip ini berarti tidak
menimbulkan bahaya atau cidera fisik dan psikologis pada klien atau
pasien. Contoh:
• Pendapat dokter dalam memberikan pelayanan tidak dapat diterima
oleh pasien dan keluarganya sehingga jika dipaksakan dapat
merugikan pasien.
• Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) memberikan
pelayanan yang terbaik dalam usaha penyembuhan pencegahan
tanpa merugikan masyarakat.
Lanjutan
D. Confidentiality ( kerahasiaan)
Institusi kesehatan akan menjaga kerahasiaan informasi yang bisa
merugikan seseorang atau masyarakat. Aturan dalam prinsip
kerahasiaan adalah informasi tentang pasien harus dijaga. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tidak ada seorang pun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh pasien
dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang pasien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang pasien
dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari. Contoh:
• Seorang dokter maupun tenaga medis yang menangani pasien
menjaga setiap data informasi yang dimiliki dari pasien tersebut, baik
itu nama, alamat, panyakit yang diderita, dan sebagainya.
• Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) merahasiakan segala
bentuk data terkait dengan data survei yang bersifat pribadi ( tidak
dipublikasikan )
Lanjutan
E. Fidelity ( Menepati janji )
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Tenaga Kesehatan setia pada
komitmen dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari tenaga kesehatan
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan. Contoh:
• Seorang dokter berjanji dengan sungguh untuk menjaga setiap
rahasia pasiennya, dan sampai kapanpun akan tetap menjaga
komitmennya untuk menjaga kerahasiaan setiap pasiennya
• Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) menepati janjinya
dalam usaha peningkatan dan perbaikan kesehatan di masyarakat
sesuai dengan program yang telah dibuat.
Lanjutan
F. Fiduciarity ( Kepercayaan )
Adalah hukum hubungan atau etika kepercayaan antara dua atau lebih
pihak. Kepercayaan dibutuhkan untuk komunikasi antara professional
kesehatan dan pasien. Seseorang secara hukum ditunjuk dan diberi
wewenang untuk memegang aset dalam kepercayaan untuk orang lain.
Para fidusia mengelola aset untuk kepentingan orang lain daripada
untuk keuntungan sendiri. Contoh:
• Seorang dokter dipercaya oleh pasiennya untuk melakukan operasi
pengangkatan sel kanker dalam tubuhnya.
• Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) diberi kepercayaan
oleh masyarakat dalam memberantas wabah DBD dan malaria.
Lanjutan
G. Justice (Keadilan)
Yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive
justice) atau pendistribusian dari keuntungan, biaya dan risiko secara
adil. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama rata dan
adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal
dan kemanusiaan. Contoh:
• Tenaga kesehatan medis tidak boleh diskriminatif dalam memberikan
pelayanan kesehatan antara pasien kelas III dan pasien VVIP.
• Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) memberikan
pelayanan kesehatan seperti imunisasi, penyuluhan, pemberantasan
jentik – jentik pada semua lapisan masyarakat.
Lanjutan
G. Veracity (Kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
Walaupun demikian, terdapat beberapa pendapat yang mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik
bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
Contoh:
• Tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurnya penyakit pasien
namun tidak dapat diutarakan semua kecuali kepada keluarga pasien.
• Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) meberikan informasi
tekait dengan kondisi kesehatan masyrakat dengan transparan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT
Pengertian
Etika kesehatan masyarakat adalah suatu tatanan
moral berdasarkan sistem nilai yang berlaku secara
universal dalam eksistensi mencegah perkembangan
resiko pada individu, kelompok dan masyarakat yang
mengakibatkan penderitaan sakit dan kecacatan, serta
meningkatkan keberdayaan masyarakat untuk hidup
sehat dan sejahtera.
Prinsip Etika Kesehatan Masyarakat
1. Kesehatan masyarakat terutama harus membahas penyebab
dasar penyakit dan persyaratan untuk kesehatan, yang
bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan.
2. Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan
masyarakat dengan cara yang menghormati hak-hak individu
dalam masyarakat.
3. Kebijakan kesehatan masyarakat, program, dan prioritas
harus dikembangkan dan dievaluasi melalui proses yang
menjamin kesempatan untuk masukan dari anggota
masyarakat.
4. Kesehatan masyarakat harus mengadvokasi, atau bekerja untuk
pemberdayaan anggota masyarakat, memastikan bahwa sumber
daya dasar dan kondisi yang diperlukan untuk kesehatan dapat
diakses oleh semua orang di masyarakat.
5. Kesehatan masyarakat harus mencari informasi yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kebijakan yang efektif dan program yang
melindungi dan meningkatkan kesehatan.
6. Institusi kesehatan masyarakat harus menyediakan informasi yang
mereka miliki kepada masyarakat yang diperlukan untuk keputusan
tentang kebijakan atau program-program dan harus mendapatkan
persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.
7. Lembaga kesehatan masyarakat harus bertindak secara tepat waktu
sesuai informasi yang mereka miliki dalam sumber daya dan mandat
yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat.
8. Program kesehatan masyarakat dan kebijakan harus menggabungkan
berbagai pendekatan yang mengantisipasi dan menghormati nilai-
nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9. Program kesehatan masyarakat dan kebijakan harus dilaksanakan
dengan cara yang paling meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.
10. Institusi kesehatan masyarakat harus melindungi kerahasiaan
informasi yang dapat merugikan individu atau komunitas jika
dipublikasikan. Pengecualian hanya dibenarkan atas dasar tingginya
kemungkinan yang membahayakan individu atau orang lain.
11. Institusi kesehatan masyarakat harus memastikan kompetensi
profesional karyawan mereka.
12. Lembaga kesehatan masyarakat dan karyawan mereka harus terlibat
dalam kerja sama dan berhubung dengan cara yang membangun
kepercayaan publik dan efektivitas lembaga.
Etika kesehatan masyarakat sangat berbeda dengan etika
kedokteran yang menyatakan bahwa dalam menjalankan
pekerjaan kedokteran seorang dokter janganlah dipengaruhi
oleh pertimbangan-pertimbangan pribadi, seorang dokter harus
senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk
insani.
Dokter berkewajiban menyimpan rahasia kedokteran yang
dipercayakan kepadanya dan dituangkan ke dalam medical
record sebagai kewajiban profesinya, di sini penerjemahan etika
profesi kedokteran. Hal ini sejalan dengan doktrin profesinya
bahwa “saya akan merahasikan segala sesuatu yang saya ketahui
karena pekerjaan saya sebagai dokter”.
Rahasia kedokteran diterjemahkan sebagai segala
sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut pada
waktu atau selama melakukan pekerjaan dalam
lapangan pengobatan.
Segala sesuatu yang diketahui adalah segala fakta yang
di dapat dalam pemeriksaan penderita, intrepretasinya
untuk menegakkan diagnosa dan melakukan
pengobatan dari anamnesa, pemeriksaan jasmaniah,
dan pemeriksaan dengan alat-alat kedokteran.
Dalam dimensi kesehatan masyarakat rahasia tidak
dikenal, bahkan tranparansi merupakan kekuatan dari
penyelesaian problema.
Prosedur kerja tenaga kesehatan masyarakat adalah
akuntabiltas dari masyarakat sebagai indikator dari
kualitas.
Ketika terjadi suatu upaya penyembuyian fakta-fakta
dari tenaga kesehatan masyarakat, maka di situlah
kegagalan dari pekerjaannya, karena fakta-fakta
masalah kesehatan akan terus berkembang dan hadir
sebagai sesuatu yang kongkrit
Konsep Etika
Etika adalah usaha manusia dalam memakai akal budi
dan daya pikirnya untuk menyelesaikan masalah
bagaimana ia harus hidup, kalau ia mau menjadi baik
Alasan etika dibutuhkan saat ini adalah:
1. Masyarakat semakin pluralistic, termasuk dalam hal moralitas, norma-
norma moral sendiri masih diperdebatkan misalnya dalam bidang etika
seksual, hubungan anak dan orang tuanya, kewajiban terhadap negara,
sopan santun dalam pergaulan.
2. Desakan transformasi pada dimensi kehidupan manusia, sehingga
manusia secara evolusi, dan radikal menganut nilai-nilai baru yang
sesungguhnya tidak sesuai dengan tatanan sosialnya.
3. Eksploitasi modernisasi dari kelompok tertentu untuk kepentingan
sepihak, dan seringkali manusia tidak sadar, bahwa modernisasi
bukanlah untuk mengabaikan tata nilai, tetapi justeru memberikan
kemudahan dalam pencapaian derajat kesejahteraan.
4. Kaum agama memubutuhkan perbandingan tata nilai yang bersumber
dari norma-norma budaya secara universalistic dalam kapasitas untuk
memberikan kemudahan logic pada manusia dalam memahami
keyakinan agama.
Di tengah masyarakat terdapat banyak norma
yang berlaku secara khusus dan umum.
Norma-norma tersebut adalah:
1. Norma sopan santun, yaitu tentang sikap
lahiriah manusia yang bersifat moral.
2. Norma hukum, yaitu norma yang tidak boleh
dilanggar karena memiliki sanksi.
3. Norma moral, yaitu norma yang mengatur
tentang tuntutan suara hati dalam suatu
kesadaran tertinggi yang memiliki substansi
sopan santun dan norma hokum.
Permasalahan
• Pelaksana kesehatan masyarakat berhubungan dengan masalah
penderita penyakit dan penyakit itu sendiri di masyarakat, dan
dengan demikian menyentuh beberapa masalah etika yang unik.
• Secara umum, pelaksana dan kebijakan kesehatan masyarakat
berusaha untuk meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat,
dimana hal ini kadang-kadang bertentangan dengan hak pribadi
perorangan. Konflik ini mungkin klinis, seperti dalam kasus imunisasi,
atau hukum, seperti dalam kasus kewajiban pelaporan medis dan
pengobatan penyakit menular.
• Selanjutnya, kesehatan masyarakat dalam menangani kesehatan dan
penyakit harus melibatkan keadaan sosial, lingkungan, faktor-faktor
politik, dan ekonomi. Penyedia layanan kesehatan memiliki
kesempatan dalam tindakan mereka untuk membentuk kebijakan
kesehatan publik.
Kapan sebaiknya penyakit dilaporkan kepada
pihak berwenang di bidang Kesehatan
Masyarakat?
• Setiap negara memiliki undang-undang khusus yang
mengidentifikasi penyakit tertentu dengan implikasi kesehatan
masyarakat, seperti penyakit menular, yang memerlukan pelaporan.
Selain ini persyaratan hukum terletak pertanyaan kapan itu
dibenarkan untuk berpotensi melanggar kerahasiaan untuk
melindungi kesehatan publik.
Hal ini dibenarkan secara etis untuk mengungkapkan diagnosis kepada
otoritas kesehatan publik jika risiko kepada publik memiliki fitur
berikut:
 risiko tinggi dalam probabilitas
 risiko serius dalam dampaknya
 resiko berhubungan dengan individu atau kelompok dapat
diidentifikasi
• Misalnya, jika pekerja restoran yang menangani makanan menderita
hepatitis akut meminta diagnosanya dirahasiakan, dokter tetap harus
mengungkapkan diagnosis ini kepada Balai POM atau Dinas
Kesehatan , karena resiko penularan kepada masyarakat yang tinggi,
dengan akibat yang serius.
Dapatkah pasien menolak untuk menjalani langkah-
langkah rutin pencegahan di bidang kesehatan?
 Ada sejumlah intervensi kesehatan preventif yang hanya
memberikan efek minimal bagi kesehatan individu namun
memberikan manfaat besar bagi kesehatan kolektif publik. Sebagai
contoh, imunisasi memberikan perlindungan tetapi melibatkan
beberapa resiko bagi individu. Namun, jika program kesehatan
masyarakat dapat mencapai vaksinasi universal, kesehatan
keseluruhan masyarakat dapat tercapai.
• Jika seorang pasien menolak imunisasi yang secara hukum diwajibkan
(misalnya, dalam yurisdiksi di mana imunisasi diamanatkan secara
hukum), ini menjadi masalah hukum. Jika tidak diamanatkan secara
hukum, adanya informasi penolakan, bertentangan dengan keyakinan
agama atau pribadi, maka keputusan tersebut dapat dihormati.
Dapatkah dokter menolak untuk mengikuti
mandat kesehatan publik yang dia tentang?
• Kebanyakan peraturan dan hukum mengenai kesehatan masyarakat
mencerminkan proses kebijakan publik yang melibatkan pengorbanan.
Jarang ada kepastian dalam rekomendasi kebijakan akhir, yang sering
menghasilkan posisi kompromi dari kelompok yang berbeda.
• Akibatnya, dokter dan pekerja kesehatan lainnya mungkin
menemukan posisi mereka sendiri bertentangan dengan peraturan
atau hukum pelayanan kesehatan. Profesional memiliki kewajiban
untuk melakukan penilaian dan tidak mengikuti hukum yang tidak
adil atau tidak bermoral.
 Dengan demikian, profesional pelayanan kesehatan harus mencari
cara lain selain tidak mentaati peraturan secara langsung namun
mencoba untuk mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan yang
dia tidak setujui. Tidak ada penyedia pelayanan kesehatan yang
dipaksa untuk memberikan layanan yang bertentangan dengan
moralnya, tapi ia juga tidak boleh menghalangi orang lain yang
mendukungnya. Cara terbaik dan paling membangun untuk
mempengaruhi kebijakan kesehatan adalah untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembuatan kebijakan.
Kapan pasien dapat “dipaksa” untuk mendapatkan
perawatan medis yang berlawanan dengan
keinginannya?
•Ini adalah wilayah kontroversial dalam hukum, dan
hukum diatur oleh negara. Pembenaran etis untuk
pengobatan pasien yang berlawanan dengan
kehendaknya didasarkan pada perbandingan antara
risiko publik versus menghormati kebebasan pribadi
pasien. Jika berisiko besar kepada publik, banyak
negara yang mengizinkan untuk melakukan
pengobatan paksa.
 Sebagai contoh, pasien dengan TB paru aktif yang resisten terhadap
beberapa obat anti-TB menimbulkan risiko besar bagi masyarakat
jika kondisinya tidak diobati. Hal ini timbul karena tingginya
infektivitas TB paru aktif padahal hanya sedikit resiko yang dapat
timbul pada pasien yang mendapatkan obat oral sebagai terapi TB.
Kondisi lain yang memerlukan pengobatan namun sedikit atau tidak
menimbulkan ancaman bagi publik, seperti leukemia akut yang tidak
diobati, tidak dapat dipaksa untuk melakukan pengobatan.
"Ketika muda kita habisi dengan bermalas-
malasan, maka tua juga akan malas-malasan
lalu tak terasa besok mati. Namun kalau kita
banyak belajar dan banyak analisis maka
saat dia tua dia menang.“
-BJ Habibie-
Terima Kasih

More Related Content

Similar to ETIKA

Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdfEtika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdfpromkesseyegan
 
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatifPelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatifOperator Warnet Vast Raha
 
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatifPelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatifOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah Keperawatan Profesional
Makalah Keperawatan ProfesionalMakalah Keperawatan Profesional
Makalah Keperawatan ProfesionalFirdika Arini
 
PERTEMUAN 3 PRINSIP ETIK OK.ppt
PERTEMUAN 3 PRINSIP ETIK OK.pptPERTEMUAN 3 PRINSIP ETIK OK.ppt
PERTEMUAN 3 PRINSIP ETIK OK.pptRamaitaHanifa
 
Konsep dasar etika profesi keperawatan
Konsep dasar etika  profesi keperawatanKonsep dasar etika  profesi keperawatan
Konsep dasar etika profesi keperawatanAde Rahman
 
Konsep legal dan etik keperawatan gerontik
Konsep legal dan etik keperawatan gerontikKonsep legal dan etik keperawatan gerontik
Konsep legal dan etik keperawatan gerontikCandra Wiguna
 
Kb 3 m 2 konsep dasar praktik keperawatan profesional
Kb 3 m 2 konsep dasar praktik keperawatan profesionalKb 3 m 2 konsep dasar praktik keperawatan profesional
Kb 3 m 2 konsep dasar praktik keperawatan profesionalUwes Chaeruman
 
Ltm kolaborasi
Ltm kolaborasiLtm kolaborasi
Ltm kolaborasiayudewik
 
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanPelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanCsii M'py
 
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm i
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm iIpe40 1306414311-ayudewi komala -ltm i
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm iayudewik
 
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-pptYeniRimadeni
 
TANGGUNGJAWAB PROFESI KEPERAWATAN
TANGGUNGJAWAB PROFESI KEPERAWATAN TANGGUNGJAWAB PROFESI KEPERAWATAN
TANGGUNGJAWAB PROFESI KEPERAWATAN pjj_kemenkes
 
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-iIpe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-iacmanihuruk
 
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_iIpe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_iacmanihuruk
 

Similar to ETIKA (20)

Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdfEtika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
 
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatifPelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif
 
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatifPelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif
Pelayanan kesehatan promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif
 
Makalah Keperawatan Profesional
Makalah Keperawatan ProfesionalMakalah Keperawatan Profesional
Makalah Keperawatan Profesional
 
PERTEMUAN 3 PRINSIP ETIK OK.ppt
PERTEMUAN 3 PRINSIP ETIK OK.pptPERTEMUAN 3 PRINSIP ETIK OK.ppt
PERTEMUAN 3 PRINSIP ETIK OK.ppt
 
Konsep dasar etika profesi keperawatan
Konsep dasar etika  profesi keperawatanKonsep dasar etika  profesi keperawatan
Konsep dasar etika profesi keperawatan
 
Konsep legal dan etik keperawatan gerontik
Konsep legal dan etik keperawatan gerontikKonsep legal dan etik keperawatan gerontik
Konsep legal dan etik keperawatan gerontik
 
etik-hukum-kritis.pptx
etik-hukum-kritis.pptxetik-hukum-kritis.pptx
etik-hukum-kritis.pptx
 
Kb 3 m 2 konsep dasar praktik keperawatan profesional
Kb 3 m 2 konsep dasar praktik keperawatan profesionalKb 3 m 2 konsep dasar praktik keperawatan profesional
Kb 3 m 2 konsep dasar praktik keperawatan profesional
 
Ltm kolaborasi
Ltm kolaborasiLtm kolaborasi
Ltm kolaborasi
 
Bioetika
BioetikaBioetika
Bioetika
 
Makalah prinsip etika keperawatan akper raha
Makalah prinsip etika keperawatan akper rahaMakalah prinsip etika keperawatan akper raha
Makalah prinsip etika keperawatan akper raha
 
Makalah prinsip etika keperawatan akper raha
Makalah prinsip etika keperawatan akper rahaMakalah prinsip etika keperawatan akper raha
Makalah prinsip etika keperawatan akper raha
 
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanPelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
 
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm i
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm iIpe40 1306414311-ayudewi komala -ltm i
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm i
 
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
 
TANGGUNGJAWAB PROFESI KEPERAWATAN
TANGGUNGJAWAB PROFESI KEPERAWATAN TANGGUNGJAWAB PROFESI KEPERAWATAN
TANGGUNGJAWAB PROFESI KEPERAWATAN
 
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-iIpe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-i
 
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_iIpe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_i
 
Makalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatanMakalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatan
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 

ETIKA

  • 1. Assalaamu ’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh, Selamat pagi, Salam sejahtera bagi kita semuanya, Syalom, Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan
  • 2. ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT PERRY BOY CHANDRA SIAHAAN
  • 3. Etika  kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok tertentu.  peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar.  berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral.  berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral  menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
  • 4. 3 pengertian dari etika  Etika dalam arti nilai atau moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok untuk mengatur tingkah laku yang di dalam hal ini bisa disamakan dengan adat istiadat, ataupun kebiasaan.  Etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang juga lebih dikenal dengan kode etik.  Etika yang mempunyai arti sebagai ilmu tentang baik dan buruk. Di dalam hal ini etika baru menjadi ilmu apabila kemungkinan- kemungkinan etis yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.
  • 5. Prinsip-Prinsip Etika Kesehatan Filosofi moral etika kesehatan dijelaskan dalam Prinsip Dasar Etika Kesehatan sebagai berikut: A. Autonomy (otonomi ) Prinsip “Autonomy” (self-determination) yaitu prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination) dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan konsep Informed consent. Beberapa contoh prinsip otonomi adalah sebagai berikut : • Pasien berhak menentukan tindakan-tindakan baru dapat dilakukan atas persetujuan dirinya. • Seorang warga menentukan sikap untuk ikut penyuluhan ataupun kegiatan kesehatan yang diselenggrakan oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
  • 6. Lanjutan B. Beneficience (Berbuat baik ) Beneficience (Berbuat baik ) adalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang bertujuan untuk kebaikan pasien atau penyediaan keuntungan dan menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan risiko dan biaya. Dalam Beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi. Contohnya dapat dilihat sebagai berikut : • Dokter memberi obat gatal tetapi mempunyai efek yang lain, maka dokter harus mempertimbangkan secara cermat atas tindakannya tersebut. • Seorang sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM ) memberikan pelayanan kepada seoarang pasien yang menderita penyakit TBC, maka SKM tersebut harus mempertimbangkan dan berkonsultasi dengan ahlinya dalam memberikan pelayanan kesehatan.
  • 7. Lanjutan C. Non Maleficience (Tidak merugikan) Prinsip tidak merugikan “Non-maleficence” adalah prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “above all do no harm”. Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cidera fisik dan psikologis pada klien atau pasien. Contoh: • Pendapat dokter dalam memberikan pelayanan tidak dapat diterima oleh pasien dan keluarganya sehingga jika dipaksakan dapat merugikan pasien. • Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) memberikan pelayanan yang terbaik dalam usaha penyembuhan pencegahan tanpa merugikan masyarakat.
  • 8. Lanjutan D. Confidentiality ( kerahasiaan) Institusi kesehatan akan menjaga kerahasiaan informasi yang bisa merugikan seseorang atau masyarakat. Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang pasien harus dijaga. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tidak ada seorang pun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh pasien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang pasien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang pasien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari. Contoh: • Seorang dokter maupun tenaga medis yang menangani pasien menjaga setiap data informasi yang dimiliki dari pasien tersebut, baik itu nama, alamat, panyakit yang diderita, dan sebagainya. • Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) merahasiakan segala bentuk data terkait dengan data survei yang bersifat pribadi ( tidak dipublikasikan )
  • 9. Lanjutan E. Fidelity ( Menepati janji ) Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Tenaga Kesehatan setia pada komitmen dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari tenaga kesehatan adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan. Contoh: • Seorang dokter berjanji dengan sungguh untuk menjaga setiap rahasia pasiennya, dan sampai kapanpun akan tetap menjaga komitmennya untuk menjaga kerahasiaan setiap pasiennya • Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) menepati janjinya dalam usaha peningkatan dan perbaikan kesehatan di masyarakat sesuai dengan program yang telah dibuat.
  • 10. Lanjutan F. Fiduciarity ( Kepercayaan ) Adalah hukum hubungan atau etika kepercayaan antara dua atau lebih pihak. Kepercayaan dibutuhkan untuk komunikasi antara professional kesehatan dan pasien. Seseorang secara hukum ditunjuk dan diberi wewenang untuk memegang aset dalam kepercayaan untuk orang lain. Para fidusia mengelola aset untuk kepentingan orang lain daripada untuk keuntungan sendiri. Contoh: • Seorang dokter dipercaya oleh pasiennya untuk melakukan operasi pengangkatan sel kanker dalam tubuhnya. • Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) diberi kepercayaan oleh masyarakat dalam memberantas wabah DBD dan malaria.
  • 11. Lanjutan G. Justice (Keadilan) Yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice) atau pendistribusian dari keuntungan, biaya dan risiko secara adil. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama rata dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Contoh: • Tenaga kesehatan medis tidak boleh diskriminatif dalam memberikan pelayanan kesehatan antara pasien kelas III dan pasien VVIP. • Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) memberikan pelayanan kesehatan seperti imunisasi, penyuluhan, pemberantasan jentik – jentik pada semua lapisan masyarakat.
  • 12. Lanjutan G. Veracity (Kejujuran) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Walaupun demikian, terdapat beberapa pendapat yang mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya. Contoh: • Tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurnya penyakit pasien namun tidak dapat diutarakan semua kecuali kepada keluarga pasien. • Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) meberikan informasi tekait dengan kondisi kesehatan masyrakat dengan transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.
  • 13. ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT Pengertian Etika kesehatan masyarakat adalah suatu tatanan moral berdasarkan sistem nilai yang berlaku secara universal dalam eksistensi mencegah perkembangan resiko pada individu, kelompok dan masyarakat yang mengakibatkan penderitaan sakit dan kecacatan, serta meningkatkan keberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan sejahtera.
  • 14. Prinsip Etika Kesehatan Masyarakat 1. Kesehatan masyarakat terutama harus membahas penyebab dasar penyakit dan persyaratan untuk kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan. 2. Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan masyarakat dengan cara yang menghormati hak-hak individu dalam masyarakat. 3. Kebijakan kesehatan masyarakat, program, dan prioritas harus dikembangkan dan dievaluasi melalui proses yang menjamin kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat.
  • 15. 4. Kesehatan masyarakat harus mengadvokasi, atau bekerja untuk pemberdayaan anggota masyarakat, memastikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi yang diperlukan untuk kesehatan dapat diakses oleh semua orang di masyarakat. 5. Kesehatan masyarakat harus mencari informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan yang efektif dan program yang melindungi dan meningkatkan kesehatan. 6. Institusi kesehatan masyarakat harus menyediakan informasi yang mereka miliki kepada masyarakat yang diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau program-program dan harus mendapatkan persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.
  • 16. 7. Lembaga kesehatan masyarakat harus bertindak secara tepat waktu sesuai informasi yang mereka miliki dalam sumber daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat. 8. Program kesehatan masyarakat dan kebijakan harus menggabungkan berbagai pendekatan yang mengantisipasi dan menghormati nilai- nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam masyarakat. 9. Program kesehatan masyarakat dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang paling meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.
  • 17. 10. Institusi kesehatan masyarakat harus melindungi kerahasiaan informasi yang dapat merugikan individu atau komunitas jika dipublikasikan. Pengecualian hanya dibenarkan atas dasar tingginya kemungkinan yang membahayakan individu atau orang lain. 11. Institusi kesehatan masyarakat harus memastikan kompetensi profesional karyawan mereka. 12. Lembaga kesehatan masyarakat dan karyawan mereka harus terlibat dalam kerja sama dan berhubung dengan cara yang membangun kepercayaan publik dan efektivitas lembaga.
  • 18. Etika kesehatan masyarakat sangat berbeda dengan etika kedokteran yang menyatakan bahwa dalam menjalankan pekerjaan kedokteran seorang dokter janganlah dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadi, seorang dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Dokter berkewajiban menyimpan rahasia kedokteran yang dipercayakan kepadanya dan dituangkan ke dalam medical record sebagai kewajiban profesinya, di sini penerjemahan etika profesi kedokteran. Hal ini sejalan dengan doktrin profesinya bahwa “saya akan merahasikan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya sebagai dokter”.
  • 19. Rahasia kedokteran diterjemahkan sebagai segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut pada waktu atau selama melakukan pekerjaan dalam lapangan pengobatan. Segala sesuatu yang diketahui adalah segala fakta yang di dapat dalam pemeriksaan penderita, intrepretasinya untuk menegakkan diagnosa dan melakukan pengobatan dari anamnesa, pemeriksaan jasmaniah, dan pemeriksaan dengan alat-alat kedokteran.
  • 20. Dalam dimensi kesehatan masyarakat rahasia tidak dikenal, bahkan tranparansi merupakan kekuatan dari penyelesaian problema. Prosedur kerja tenaga kesehatan masyarakat adalah akuntabiltas dari masyarakat sebagai indikator dari kualitas. Ketika terjadi suatu upaya penyembuyian fakta-fakta dari tenaga kesehatan masyarakat, maka di situlah kegagalan dari pekerjaannya, karena fakta-fakta masalah kesehatan akan terus berkembang dan hadir sebagai sesuatu yang kongkrit
  • 21. Konsep Etika Etika adalah usaha manusia dalam memakai akal budi dan daya pikirnya untuk menyelesaikan masalah bagaimana ia harus hidup, kalau ia mau menjadi baik
  • 22. Alasan etika dibutuhkan saat ini adalah: 1. Masyarakat semakin pluralistic, termasuk dalam hal moralitas, norma- norma moral sendiri masih diperdebatkan misalnya dalam bidang etika seksual, hubungan anak dan orang tuanya, kewajiban terhadap negara, sopan santun dalam pergaulan. 2. Desakan transformasi pada dimensi kehidupan manusia, sehingga manusia secara evolusi, dan radikal menganut nilai-nilai baru yang sesungguhnya tidak sesuai dengan tatanan sosialnya. 3. Eksploitasi modernisasi dari kelompok tertentu untuk kepentingan sepihak, dan seringkali manusia tidak sadar, bahwa modernisasi bukanlah untuk mengabaikan tata nilai, tetapi justeru memberikan kemudahan dalam pencapaian derajat kesejahteraan. 4. Kaum agama memubutuhkan perbandingan tata nilai yang bersumber dari norma-norma budaya secara universalistic dalam kapasitas untuk memberikan kemudahan logic pada manusia dalam memahami keyakinan agama.
  • 23. Di tengah masyarakat terdapat banyak norma yang berlaku secara khusus dan umum. Norma-norma tersebut adalah: 1. Norma sopan santun, yaitu tentang sikap lahiriah manusia yang bersifat moral. 2. Norma hukum, yaitu norma yang tidak boleh dilanggar karena memiliki sanksi. 3. Norma moral, yaitu norma yang mengatur tentang tuntutan suara hati dalam suatu kesadaran tertinggi yang memiliki substansi sopan santun dan norma hokum.
  • 24. Permasalahan • Pelaksana kesehatan masyarakat berhubungan dengan masalah penderita penyakit dan penyakit itu sendiri di masyarakat, dan dengan demikian menyentuh beberapa masalah etika yang unik. • Secara umum, pelaksana dan kebijakan kesehatan masyarakat berusaha untuk meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat, dimana hal ini kadang-kadang bertentangan dengan hak pribadi perorangan. Konflik ini mungkin klinis, seperti dalam kasus imunisasi, atau hukum, seperti dalam kasus kewajiban pelaporan medis dan pengobatan penyakit menular. • Selanjutnya, kesehatan masyarakat dalam menangani kesehatan dan penyakit harus melibatkan keadaan sosial, lingkungan, faktor-faktor politik, dan ekonomi. Penyedia layanan kesehatan memiliki kesempatan dalam tindakan mereka untuk membentuk kebijakan kesehatan publik.
  • 25. Kapan sebaiknya penyakit dilaporkan kepada pihak berwenang di bidang Kesehatan Masyarakat? • Setiap negara memiliki undang-undang khusus yang mengidentifikasi penyakit tertentu dengan implikasi kesehatan masyarakat, seperti penyakit menular, yang memerlukan pelaporan. Selain ini persyaratan hukum terletak pertanyaan kapan itu dibenarkan untuk berpotensi melanggar kerahasiaan untuk melindungi kesehatan publik.
  • 26. Hal ini dibenarkan secara etis untuk mengungkapkan diagnosis kepada otoritas kesehatan publik jika risiko kepada publik memiliki fitur berikut:  risiko tinggi dalam probabilitas  risiko serius dalam dampaknya  resiko berhubungan dengan individu atau kelompok dapat diidentifikasi
  • 27. • Misalnya, jika pekerja restoran yang menangani makanan menderita hepatitis akut meminta diagnosanya dirahasiakan, dokter tetap harus mengungkapkan diagnosis ini kepada Balai POM atau Dinas Kesehatan , karena resiko penularan kepada masyarakat yang tinggi, dengan akibat yang serius.
  • 28. Dapatkah pasien menolak untuk menjalani langkah- langkah rutin pencegahan di bidang kesehatan?  Ada sejumlah intervensi kesehatan preventif yang hanya memberikan efek minimal bagi kesehatan individu namun memberikan manfaat besar bagi kesehatan kolektif publik. Sebagai contoh, imunisasi memberikan perlindungan tetapi melibatkan beberapa resiko bagi individu. Namun, jika program kesehatan masyarakat dapat mencapai vaksinasi universal, kesehatan keseluruhan masyarakat dapat tercapai.
  • 29. • Jika seorang pasien menolak imunisasi yang secara hukum diwajibkan (misalnya, dalam yurisdiksi di mana imunisasi diamanatkan secara hukum), ini menjadi masalah hukum. Jika tidak diamanatkan secara hukum, adanya informasi penolakan, bertentangan dengan keyakinan agama atau pribadi, maka keputusan tersebut dapat dihormati.
  • 30. Dapatkah dokter menolak untuk mengikuti mandat kesehatan publik yang dia tentang? • Kebanyakan peraturan dan hukum mengenai kesehatan masyarakat mencerminkan proses kebijakan publik yang melibatkan pengorbanan. Jarang ada kepastian dalam rekomendasi kebijakan akhir, yang sering menghasilkan posisi kompromi dari kelompok yang berbeda.
  • 31. • Akibatnya, dokter dan pekerja kesehatan lainnya mungkin menemukan posisi mereka sendiri bertentangan dengan peraturan atau hukum pelayanan kesehatan. Profesional memiliki kewajiban untuk melakukan penilaian dan tidak mengikuti hukum yang tidak adil atau tidak bermoral.
  • 32.  Dengan demikian, profesional pelayanan kesehatan harus mencari cara lain selain tidak mentaati peraturan secara langsung namun mencoba untuk mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan yang dia tidak setujui. Tidak ada penyedia pelayanan kesehatan yang dipaksa untuk memberikan layanan yang bertentangan dengan moralnya, tapi ia juga tidak boleh menghalangi orang lain yang mendukungnya. Cara terbaik dan paling membangun untuk mempengaruhi kebijakan kesehatan adalah untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan kebijakan.
  • 33. Kapan pasien dapat “dipaksa” untuk mendapatkan perawatan medis yang berlawanan dengan keinginannya? •Ini adalah wilayah kontroversial dalam hukum, dan hukum diatur oleh negara. Pembenaran etis untuk pengobatan pasien yang berlawanan dengan kehendaknya didasarkan pada perbandingan antara risiko publik versus menghormati kebebasan pribadi pasien. Jika berisiko besar kepada publik, banyak negara yang mengizinkan untuk melakukan pengobatan paksa.
  • 34.  Sebagai contoh, pasien dengan TB paru aktif yang resisten terhadap beberapa obat anti-TB menimbulkan risiko besar bagi masyarakat jika kondisinya tidak diobati. Hal ini timbul karena tingginya infektivitas TB paru aktif padahal hanya sedikit resiko yang dapat timbul pada pasien yang mendapatkan obat oral sebagai terapi TB. Kondisi lain yang memerlukan pengobatan namun sedikit atau tidak menimbulkan ancaman bagi publik, seperti leukemia akut yang tidak diobati, tidak dapat dipaksa untuk melakukan pengobatan.
  • 35. "Ketika muda kita habisi dengan bermalas- malasan, maka tua juga akan malas-malasan lalu tak terasa besok mati. Namun kalau kita banyak belajar dan banyak analisis maka saat dia tua dia menang.“ -BJ Habibie-