Dokumen ini membahas upaya MTs Yaketunis untuk meningkatkan kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana dengan melibatkan Perkumpulan Lingkar. Proyek Sekolah Siaga Bencana ini bertujuan meningkatkan kapasitas sekolah melalui empat parameter: pengetahuan siswa dan guru, kebijakan sekolah, perencanaan darurat, dan mobilisasi sumber daya. Dokumen ini juga menjelaskan indikator verifikasi
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
1. SEKOLAH SIAGA BENCANA UNTUK ANAK PENYANDANG
DISABILITAS DI MTS YAKETUNIS
Johan Dwi Bowo Santosa1
, Pudji Santoso2
Email : johandwibowosantosa@gmail.com
Abstrak
Anak penyandang disabilitas merupakan kelompok paling rentan dalam kejadian bencana. Perhatian
yang telah difasilitasi berbagai pihak untuk kelompok ini di SLB Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra
Islam perlu dimutakhirkan secara regular untuk memastikan optimalnya upaya sekolah dan pihak-
pihak yang relevan dalam memberikan perlindungan terhadap peserta didik baik sebelum, saat dan
sesudah kejadian bencana. Proyek Sekolah Siaga Bencana ini ditujukan meningkatkan kapasitas
sekolah dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan tolok ukur pengetahuan, sikap dan tindakan,
kebijakan sekolah, perencanaan kesiapsiagaan dan mobilisasi sumber daya.
Kata Kunci
Sekolah Siaga Bencana, Disabilitas, Kebencanaan, Yaketunis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai supermarket bencana, dan di Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 27
Mei 2006 sekitar pukul 05.56 WIB terjadi gempa bumi tektonik dengan skala 5,9 SR yang
menyebabkan ribuan korban jiwa, kerugian harta benda, serta terbekukannya lini-lini kehidupan.
Di Kelurahan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, gempa bumi menghancurkan permukiman, sekolah-
sekolah, pertokoan dan lain sebagainya, gedung sekolah MTs Yaketunis rubuh. Gempa bumi terjadi
pada pagi hari sehingga peserta didik belum sampai di sekolah atau masih berada di asrama, asrama
MTs masih berdiri kokoh menyelamatkan peserta didik penyandang disabilitas gangguan penglihatan
ini.
Di sisi lain, anak merupakan kelompok rentan, tercatat 50-60% korban bencana adalah anak, dan
menyebabkan mulai dari hilangnya nyawa, luka, sakit hingga terpisah dari keluarga. Bencana juga
berpotensi menambah kerentanan anak, terutama anak penyandang disabilitas.
Menimbang potensi bencana dan kerentanan di MTs Yaketunis, MTs Yaketunis berinisiatif
melakukan kerjasama dengan Perkumpulan Lingkar untuk mengupayakan kesiapsiagaan di
komunitasnya. Perkumpulan Lingkar menyambut baik inisiatif ini dan mendedikasikan
sumberdayanya untuk mendukukung program.
Pembahasan dan Hasil
A. Sekolah Siaga Bencana
1 Johan Dwi Bowo Santosa,Perkumpulan Lingkar,Jl. Banteng Perkasa No. 40, Ngaglik,Sleman, Yogyakarta,
55581
2 Pudji Santoso,Perkumpulan Lingkar, Jl.Banteng Perkasa No. 40, Ngagli k,Sleman, Yogyakarta,55581
2. Di dalam upaya penanggulangan bencana, sekolah sebagai ruang publik memiliki peran dalam
membangun ketahanan masyarakat, sebagai satuan pendidikan tanggungjawabnya adalah
menyelenggarakan pendidikan, yaitu secara sadar dan terencana melakukan upaya mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya membangun budaya bangsa termasuk budaya kesiapsiagaan bencana. Saduran ini kiranya
yang mendasari implementasi sekolah siaga bencana di MTs Yaketunis.
Pengertian Sekolah Siaga Bencana
Sekolah Siaga Bencana merupakan sekolah yang secara standar minimum memenuhi kriteria dalam
pemberian respon pendidikan, mempunyai penanda yang menunjukkan standar telah tercapai baik
secara dampak, hasil, proses dan metode yang diterapkan, serta mampu menunjukkan bukti-bukti
untuk menunjukkan ketercapaian indikator. Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia menetapkan
parameter kesiapsiagaan sekolah berdasarkan empat faktor yaitu: sikap dan tindakan, kebijakan
sekolah, perencanaan kesiapsiagaan dan mobilisasi sumber daya.
Parameter, Indikator dan Verifikasi Sekolah Siaga Bencana (Konsorsium Pendidikan Bencana
Indonesia.
Terdapat empat parameter sekolah siaga bencana, masing-masing parameter saling terkait
mendukung kesiapsiagaan sekolah;
- Pengetahuan, sikap dan tindakan, meliputi persepsi, pengetahuan dan ketrampilan baik
individu maupun kolektif warga sekolah untuk menghadapi bencana secara cepat dan tepat guna.
Indikator Veririkasi
Tersedianya pengetahuan mengenai Bahaya (jenis
bahaya, sumber bahaya dan besaran bahaya);
Kerentanan; Kapasitas; Risiko dan Sejarah Bencana
yang terjadi di lingkungan sekolah atau daerahnya.
Struktur dan Muatan Kurikulum (pada
Dokumen I KTSP) serta Silabus dan RPP
dari SKKD (pada dokumen II KTSP)
memuat pengetahuan mengenai Bahaya
(jenis, sumber dan besaran); Kerentanan;
Kapasitas; Risiko dan Sejarah yang terjadi
di lingkungan sekolah atau daerahnya.
Kegiatan sekolah bagi peserta didik untuk
mengobservasi Bahaya jenis, sumber dan
besaran); Kerentanan; Kapasitas dan
Risiko yang ada di lingkungan sekolah,
termasuk yang bersumber pada lokasi dan
infrastruktur sekolah.
Keterampilan seluruh komponen sekolah dalam
menjalankan rencana tanggap darurat
Komponen sekolah untuk menjalankan
rencana tanggap darurat pada saat simulasi.
Terlaksananya sosialisasi mengenai pengetahuan PRB,
SSB dan kesiapsiagaan kepada warga sekolah dan
pemangku kepentingan sekolah
Jumlah sosialisasi rutin dan berkelanjutan
di sekolah.
Terlaksananya pelatihan pengintegrasian PRB ke dalam
KTSP.
Jumlah pelatihan yang dilaksanakan oleh
sekolah.
Terlaksananya kegiatan simulasi drill secara berkala di
sekolah dengan melibatkan masyarakat sekitar.
Frekwensi pelaksanaan simulasi drill dalam
1 tahun.
- Kebijakan sekolah, keputusan formal oleh sekolah mengenai hal-hal yang perlu didukung dalam
pelaksanaan pengurangan risiko bencana di sekolah, baik secara khusus maupun terpadu yang
bersifat mengikat. Kebijakan ini merupakan landasan, panduan, arahan pelaksanaan kegiatan
pengurangan risiko bencana di sekolah.
Indikator Verifikasi
3. Adanya kebijakan, kesepakatan dan/atau peraturan
sekolah yang mendukung upaya pengurangan risiko
bencana di sekolah.
Dokumen I KTSP (termasuk didalamnya
Visi, Misi dan Tujuan Sekolah) yang memuat
dan/atau mendukung upaya pengurangan
risiko bencana di sekolah. Dokumen
kebijakan sekolah yang memuat dan/atau
mengadopsi persyaratan konstruksi
bangunan dan panduan retrofit yang ada
atau yang berlaku
Tersedianya akses bagi seluruh komponen sekolah
terhadap informasi, pengetahuan dan pelatihan untuk
meningkatkan kapasitas dalam hal PRB (materi acuan,
ikut serta dalam pelatihan, musyawarah guru,
pertemuan desa, jambore murid, dsb.)
Media informasi sekolah (contoh: majalah
dinding, perpustakaan, buku, modul) yang
memuat pengetahuan dan informasi PRB
dan dapat diakses oleh warga sekolah.
Jumlah kesempatan dan keikutsertaan warga
sekolah dalam pelatihan, musyawarah guru,
pertemuan desa, jambore murid, dll.
- Perencanaan kesiapsiagaan, ditujukan menjamin adanya tindakan cepat dan tepat guna pada
saat kejadian bencana dengan memadukan dan mempertimbangkan sistem penanggulangan
bencana di daerah dan disesuaikan kondisi wilayah setempat. Bentuk perencanaan kesiapsiagaan
adalah dokumen-dokumen seperti prosedur tetap kesiapsiagaan, rencana kedaruratan/rencana
kontinjensi, dokumen pendukung termasuk sistem peringatan dini dengan mempertimbangkan
akurasi dan kontekstualitas lokal.
Indikator Verifikasi
Tersedianya dokumen penilaian risiko bencana yang
disusun bersama secara partisipatif dengan warga
sekolah dan pemangku kepentingan sekolah.
Dokumen penilaian risiko bencana yang
disusun secara berkala sesuai dengan
kerentanan sekolah.
Dokumen penilaian kerentanan gedung
sekolah yang dinilai/diperiksa secara berkala
oleh Pemerintah dan/atau Pemda.
Catatan: Kerentanan sekolah yang dinilai
berdasarkan aspek struktur dan non-struktur.
Tersedianya rencana aksi sekolah dalam
penanggulangan bencana (sebelum, saat, dan sesudah
terjadi bencana).
Dokumen rencana aksi sekolah yang dibuat
secara berkala, direview dan diperbaharui
secara partisipatif dan diketahui oleh Dinas
Pendidikan setempat.
Tersedianya Sistem Peringatan Dini yang dipahami
oleh seluruh komponen sekolah, meliputi:
• Akses terhadap informasi bahaya, baik dari
tanda alam, informasi dari lingkungan, dan
dari pihak berwenang (pemerintah daerah
dan BMKG)
• Alat peringatan serta biaya
pemeliharaannya dan tanda bahaya yang
disepakati dan dipahami seluruh komponen
sekolah.
• PROTAP penyebarluasan informasi
peringatan bahaya di lingkungan sekolah.
• Petugas yang bertanggungjawab dan
berwenang mengoperasikan alat peringatan
dini.
PROTAP mengenai pelaksanaan sistem
peringatan dini yang telah diuji dan
diperharui melalui kegiatan simulasi/drill
yang dilaksanakan secara berkala oleh
sekolah.
Adanya peta evakuasi sekolah, dengan tanda dan
rambu yang terpasang, yang mudah dipahami oleh
Sekolah memiliki peta evakuasi dengan tanda
dan rambu yang terpasang yang mudah
4. seluruh komponen sekolah dipahami oleh seluruh komponen sekolah dan
dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan
sekolah
Kesepakatan dan ketersediaan lokasi evakuasi/ shelter
terdekat dengan sekolah, disosialisasikan kepada
seluruh komponen sekolah dan orangtua murid,
masyarakat sekitar dan pemerintah daerah.
Sekolah memiliki lokasi evakuasi/shelter
terdekat yang tersosialisasikan serta
disepakati oleh seluruh komponen sekolah,
orangtua murid, masyarakat sekitar dan
pemerintah daerah.
Adanya prosedur tetap kesiapsiagaan sekolah yang
disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh komponen
sekolah, diantaranya meliputi/contohnya:
• Penggandaan dan penyimpanan dokumen
penting sekolah pada tempat yang aman.
• Pencatatan nomer telepon penting yang
mudah diakses seluruh komponen sekolah
(a.l. Puskesmas/rumah sakit terdekat,
pemadam kebakaran, dan aparat terkait).
PROTAP kesiapsiagaan sekolah yang
direview dan dimutakhirkan secara rutin dan
partisipatif.
- Mobilisasi sumberdaya, yaitu penyiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta
finansial untuk menjamin kesiapsiagaan yang didasarkan pada kemampuan sekolah dan
pemangku sekolah serta terbuka terhadap partisipasi pemangku kepentingan lainya.
Indikator Verifikasi
Adanya bangunan sekolah yang tahan terhadap
bencana.
Bangunan Sekolah yang berkarakteristik
sebagai berikut:
- Struktur bangunan sesuai dengan
standar bangunan yang tahan
terhadap bencana
- UKS memiliki ruang tersendiri
yang terpisah dari ruang kelas dan
pusat sumber bela.
- Tata letak dan desain kelas yang
aman.
- Desain dan tata letak yang aman
untuk penempatan sarana dan
prasarana kelas dan sekolah.
Jumlah dan jenis perlengkapan, suplai dan kebutuhan
dasar pasca bencana yang dimiliki sekolah.
Adanya perlengkapan dasar dan suplai
kebutuhan dasar pasca bencana yang dapat
segera dipenuhi dan diakses oleh warga
sekolah, seperti: alat PP dan evakuasi,
terpal, tenda dan sumber air bersih.
Adanya gugus siaga bencana sekolah yang melibatkan
perwakilan peserta didik. Adanya kerjasama antara
dewan guru sekolah dengan asosiasi profesi guru
lainnya di wilayahnya seperti forum MGMP terkait
upaya PRB di sekolah.
Jumlah peserta didik yang terlibat dalam
gugus siaga
bencana sekolah. Frekwensi dan jenis
kegiatan kerjasama diantara dewan guru
sekolah dan asosiasi
profesi guru lainnya terkait upaya PRB di
sekolah.
Adanya kerjasama dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana di kota/kabupaten dengan
pihak-pihak terkait setempat (seperti perangkat
desa/kelurahan, kecamatan, BPBD, dan lembaga
pemerintah lainnya).
Jumlah kegiatan dan mitra kerjasama.
Pemantauan dan evaluasi partisipatif mengenai
kesiapsiagaan dan keamanan sekolah secara
Sekolah memiliki mekanisme pemantauan
dan evaluasi kesiapsiagaan dan keamanan
5. rutin(menguji atau melatih kesiapsiagaan sekolah
secara berkala).
sekolah partisipatif secara rutin.
B. Sekolah Siaga Bencana untuk Anak Penyandang Disabilitas di MTs Yaketunis
Menurut informasi yang dihimpun dari sekolah, MTs Yaketunis pernah dijangkau oleh Rumah
Zakat berupa sosialisasi penanggulangan bencana. Hal ini mendekatkan sekolah terhadap
pemahaman-pemaham yang melandasi sekolah tentang perlunya kesiapsiagaan sekolah secara
lebih lanjut. Perkumpulan Lingkar menindaklanjuti dengan melakukan penilaian kebutuhan
sekolah dalam kerangka sekolah siaga bencana. Program Sekolah Siaga Bencana ini selanjutnya
merupakan kerjasama antara Perkumpulan Lingkar dengan MTs Yaketunis, Yogyakarta dan
diinisiasi pada Januari 2015 dan direncanakan selesai pada akhir tahun yang sama.
Program ditujukan mewujudkan sekolah siaga bencana dengan cara (a). meningkatkan kapasitas
dan partisipasi warga sekolah dalam praktik-praktik sekolah siaga bencana, (b). mendorong
kebijakan sekolah dengan tersusunya rencana kontinjensi sekolah, (c). mengintegrasikan prakarsa
pengurangan risiko bencana ke dalam rencana strategis sekolah, dan (d). memadukan
pengurangan risiko bencana sekolah ke dalam kurikulum pembelajaran. Tujuan dan hasil ini
diterjemahkan ke dalam kesepakatan dengan sekolah antara lain berupa estimasi waktu
pelaksanaan sebagai berikut:
N
o
Kegiatan Bulan
XII I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
1 Desain Program
2 Pelatihan Personil
3 Baseline
4 Sosialisasi Program
5 Workshop Kajian Risiko
6 Pelatihan PPGD
7 Workshop Penyusunan &
Finalisasi Renkon Sekolah
8 Pengadaan Perlengkapan
Penunjang
9 Simulasi Penyelamatan
10 Pelatihan Integrasi PRB
dalam kurikulum
11 Kunjungan Rutin
pendampingan
12 Evaluasi Akhir
13 Penyusunan Laporan
Hingga Mei 2015 sebanyak 8 (delapan) kegiatan telah dilaksanakan yaitu:
Desain program: berupa kerangka implementasi program, persiapan sumber daya manusia,
keuangan dan rencana alokasi waktu.
Pelatihan personil: pembekalan staf dan non-staf mengenai kesiapsiagaan sekolah khusus
untuk penyandang disabilitas di MTs Yaketunis
Baseline: pendataan awal mengukur tingkat kesiagaan sekolah
Sosialisasi Program: sosialisasi mengenai pentingnya kesiapsiagaan sekolah yang sekaligus
sebagai informed consent kepada komponen sekolah.
Workshop kajian risiko: menghimpun informasi mengenai karakter ancaman bencana,
kerentanan, kapasitas dan pemrioritasan ancaman.
Pelatihan Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat/PPGD
6. Workshop Penyusunan & Finalisasi Renkon Sekolah I:
o Pengembangan skenario dan analisis dampak
o Prosedur tetap peringatan dini dan prosedur tetap evakuasi( di dalam ruang kelas, di
ruang asrama, di luar ruang, di luar jam sekolah), prosedur tetap pelepasan siswa dan
prosedur penyelenggaraan sekolah darurat.
o Pembentukan tim siaga bencana sekolah, perencanaan dan analisis kebutuhan sektor
dalam tim siaga bencana sekolah
Pengadaan Perlengkapan Penunjang: berdasarkan pemetaan daerah aman dan rawan, secara
partisipatif telah disepakati dan disusun peta dan jalur evakuasi sekolah dengan
memperhatikan kemudahan akses bagi penyandang disabilitas.
Hasil
Hingga tengah program berjalan, sejumlah hasil telah dapat dipetakan berdasarkan parameter Sekolah
Siaga Bencana. Meskipun belum maksimal oleh karena program masih berjalan sehingga sejumlah
capaian belum terupayakan serta pekerjaan rumah terkait dengan keberlanjutan (sustainability) yang
juga terkait dengan enabling environment, berikut adalah tampilannya;
1. Pengetahuan,
Sikap dan Tindakan
Pada saat data
baseline dihimpun di
bulan Januari, dalam
skala 1(satu) hingga
5(lima), sebagai
contoh, belum
ditemukan adanya
struktur dan muatan
kulikulum serta
Silabus dan RPP
yang memuat
pengetahuan
mengenai bahaya,
kerentanan, kapasitas,
risiko serta sejarah
bencana. Pada bulan
April dan Mei ditemukan adanya upaya untuk mengenalkan hal tersebut oleh sejumlah guru di
kelas. Siswa juga belum secara aktif diajak untuk mengobservasi bahaya, kerentanan, kapasitas
dan risiko selain dalam gladi kotor simulasi penyelamatan diri.
2. Kebijakan Sekolah
7. Meski telah terjadi beberapa perubahan, namun belum cukup signifikan kebijakan atau
kesepakatan atau peraturan sekolah yang mendukung upaya pengurangan risiko bencana juga
belum terjadi hingga saat ini. Kegiatan yang diharapkan mampu memberikan perubahan lain akan
diimplementasikan di bulan selanjutnya pada tahun program berjalan.
3. Perencanaan Kesiapsiagaan
Perencanaan Kesiapsiagaan menempati perubahan yang paling kentara mengingat kegiatan dalam
program ini masih berkutat pada penyusunan rencana kedaruratan.
8. 4. Mobilisasi
Sumberdaya
Semenjak runtuh oleh
gempa, sekolah telah
mendirikan bangunan
yang secara struktur
jauh lebih kokoh,
berupaya mengikuti
standar bangunan
tahan gempa,
meskipun secara tata
letak, desain masih
memiliki beberapa
catatan. Namun untuk jumlah, jenis perlengkapan belum banyak mengalami perubahan baik oleh
swadaya sekolah maupun oleh intervensi luar.
Kesimpulan
Upaya pengurangan risiko bencana di MTs Yaketunis telah dilakukan, dari 13 (tiga belas) kegiatan
yang direncanakan telah terlaksana 8 (delapan) kegiatan. Dari parameter, indikator dan verifikasi
dapat dilihat adanya perubahan peningkatan kapasitas sekolah. Implementasi program selanjutnya
diharapkan meningkatkan dapat meningkatkan kapasitas untuk meredam risiko sekolah sesuai
parameter sekolah siaga bencana.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam
berjalannya program Sekolah Siaga Bencana ini:
1. Keluarga Madrasah Tsanawiyah Yaketunis
2. Forum Pengurangan Risiko Bencana Kelurahan Mantrijeron
3. BPBD Kota Yogyakarta
Referensi
_, (2011), Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana,KonsorsiumPendidikan Bencana Indonesia
Bild. Emily. & Ibrahim. Maggie, (2013), Towards the resilient future children want: a review of progress in
achieving the Children’sCharter for Disaster Risk Reduction, World vision UK.