2. “Ketika Rasulullah saw kembali dari suatu peperangan, atau bepergian,
baginda datang ke masjid untuk shalat dua rakaat, kemudian memuji
Fatimah, r.a., setelah itu mendatangi istri-istri baginda. Apabila
kembali, baginda keluar dari masjid, maka Fatimah menemui baginda di
pintu rumah, kemudian beliau mencium kedua bibirnya, dengan kedua
mata berkaca-kaca, menangis. Baginda bertanya kepadanya : ‘Wahai
puteriku, gerangan apakah yang menyebabkan kamu menangis?’
Fatima r.a., mejawab : ‘Wahai Rasulullah, bukankah aku melihat dirimu
kusut dan letih, dengan bajumu yang kumal !’. Baginda saw menjawab :
‘Janganlah menangis. Sebab, Allah Azza wa Jalla telah mengutus
ayahmu untuk suatu urusan yang tidak tersisa di muka bumi ini satupun
rumah di kota dan kampung, kecuali dengannya Dia memasukkan
kemuliaan atau kehinaan, sehingga (urusan ini) akan sampai
sebagaimana sampainya malam.”
Al Hakim telah mengeluarkan hadits dari Abi Tsa’labah al
Khasyani yang mengatakan :
[Al Hakim, al-Mustadrak ‘ala as-Sahihayni, juz III, hal 169]
3. Perjuangan dan pengorbanan Rasulullah saw
itu—atas ijin Allah swt-- akhirnya berhasil
dengan wujudnya sebuah tatanan kehidupan
manusia yang agung, penuh dengan kemuliaan,
menyejahterakan rakyatnya, disegani dan
berperadaban tinggi dibawah naungan Daulah
Khilafah al Islamiyyah.
Tayangan :
‘sejarah emas’
4. Namun kini…
Keindahan itu telah hilang seiring dengan
penderitaan, penganiayaan, kezaliman, kemiskinan,
dan kebobrokan yang makin menyengsarakan !
Tayangan :
‘problematika’