Dokumen tersebut membahas masalah-masalah yang timbul akibat pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Beberapa masalah utama yang disebutkan meliputi konversi lahan, degradasi lingkungan, polusi, pencemaran laut, dan perusakan ekosistem pesisir. Dokumen ini juga menguraikan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk menangani permasalahan tersebut, seperti restorasi terumbu kar
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
Pembangunan Pesisir dan Pulau Kecil
1. POTRET – POTRET
PEMBANGUNAN DI
WILAYAH PESISIR DAN
PULAU – PULAU KECIL
Permasalahan akibat dari pembangunan di
wilayah pesisir
2. PENDAHULUAN
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang kaya
dan beragam sumber daya alamnya telah
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai
salah satu sumber bahan makanan utama,
khususnya protein hewani, sejak berabad-abad
lamanya. Selain menyediakan berbagai sumber
daya tersebut, wilayah pesisir Indonesia memiliki
berbagai fungsi lain, seperti transportasi dan
pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan
agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta
kawasan pemukiman dan tempat pembuangan
limbah. (Dahuri Rokhmin, et all, Pengelolaan
Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara
Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta, 2008, hlm.
1)
3. PENELITIAN SEBELUMNYA
Pencemaran wilayah pesisir ( Studi kasus
kawasan pesisir Kabupaten Badung Bali )
oleh : Anih Sri Suryani ( Buku
Pembangunan Wilayah Pesisir, Penerbit :
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI dan
DIAN Rakyat )
4. PENELITIAN SEBELUMNYA
Kondisi Pencemaran Pesisir di Bali
Menurut Badan Lingkungan Hidup Provinsi
Bali kondisi lingkungan pesisir laut Bali yang
mengalami kritis akibat dari pemanasan
global. Air laut telah naik sebesar 142 cm di
mana 1 cm kenaikan air laut akan memakan
daratan sebesar 1 meter. Kondisi tersebut
diperparah dengan adanya abrasi pantai yang
cukup signifikan di mana dari luas total pantai
sekitar 430 km telah mengalami abrasi
sebesar 181,7 km.
5. PENELITIAN SEBELUMNYA
Dari segi habitat dan ekosistem lingkungan
pesisir, kerusakan terumbu karang pun perlu
mendapatkan perhatian serius. Diperkirakan dari
774.000 hektar terumbu karang yang ada, 15-20
persennya telah mengalami kerusakan. Begitu
pula dengan lahan mangrove, dari lahan
mangrove seluas 2.421 hektar sebanyak 12,5
persen telah mengalami kerusakan, serta luasan
dari padang lamun sebesar 1.360 hektar
sebanyak 13 persen telah mengalami kerusakan.
(http://kabardewata.com/headlines/pemanasan-
global-dan pencemaran-pesisir)
6. PENELITIAN SEBELUMNYA
Lebih lanjut lagi, selain karena efek
pemanasan global, kondisi pesisir pantai juga
dipengaruhi oleh banyaknya masyarakat Bali
yang tinggal di pesisir pantai di mana hingga
saat ini terdapat sekitar 175 desa dengan
jumlah penduduk sekitar 1 juta 351 ribu jiwa
yang tinggal di pesisir pantai yang tentu saja
akan menghasilkan pencemaran dari limbah
sampah yang dihasilkan. ( Ibid )
7. PENELITIAN SEBELUMNYA
Hal tersebut akan makin memperparah kondisi
pesisir di Bali apabila tidak diantisipasi sedini
mungkin.Selain limbah domestik, jenis limbah
lainnya yang mencemari pesisir bali berasal
dari industri. Kesadaran masyarakat akan
kebersihan lingkungan masih kurang termasuk
usaha industri kecil dan kerajinan rumah
tangga membuang limbah pencelupannya
begitu saja (http://www.antara
news.com/berita/40680/pencemaran-limbah-
sablon-di-bali-mencemaskan)
8. PENELITIAN SEBELUMNYA
Sumber pencemaran lainnya berasal dari
sektor pariwisata. Kemajuan industri
pariwisata berdampak buruk bagi pantai di
Bali. Sebanyak 13 pantai yang menjadi tujuan
wisata di Bali tercemar limbah hotel. Menurut
BLH Bali, secara umum pantai di Bali
mengalami pencemaran organik. Diduga
limbah yang mencemari pantai dibuang oleh
hotel yang berada di pesisir pantai 13 pantai di
Bali yang tercemar limbah Pantai tersebut
sebagian besar merupakan pantai yang
menjadi obyek wisata andalan Bali
9. PENELITIAN SEBELUMNYA
Pantai yang telah tercemar limbah adalah
Pantai Kuta, Pantai Sanur, Pantai Mertasari
(Sanur), Pantai Serangan (Denpasar), Pantai
Benoa (Denpasar), Pantai Lovina (Buleleng),
Pantai Soka (Tabanan), Pantai Tandjung
(Kuta), Pantai Candidasa (Karangasem).
Pantal Padangbai (Karangasem), Pantai
Tulamben (Karangasem), Pantai
Pengambengan, dan Pantal Gilimanuk
(Jembrana).
10. PENELITIAN SEBELUMNYA
Pantai-pantai tersebut disebut tercemar
karena kualitas airnya dan kadar airnya sudah
melebihi baku mutu. Beberapa pantai, kadar
Biological Oxygen Demand (BOD) dan
Chemical Oxygen Demand (COD) rata ratanya
mencapai lebih dari tujuh ppm, yaitu sudah di
atas ambang batas Selain kandungan fosfat,
nitrat dan nitrit pantai-pantai tersebut juga
melebihi baku mutu lingkungan
(http://news.detik.com/berita /1630668/13-
pantai-wisata-di-bali-tercemar-limbah-hotel)
11. PENELITIAN SEBELUMNYA
Upaya pemerintah daerah
Untuk kedepannya dalam menanggulangi
permasalahan lingkungan yang ada di Bali
khususnya mengenai masalah pesisir pantai perlu
diambil terobosan terobosan baru diantaranya
dengan melakukan penanaman pohon mangrove
lebih banyak lagi serta melakukan kajian ilmiah
tentang pembentukan pulau-pulau yang fungsinya
nanti untuk mengurangi abrasi pantai dan
kedepannya dapat dimanfaatkan oleh generasi
muda sebagai perlindungan terhadap tsunami.
12. PENELITIAN SEBELUMNYA
Pemerintah Kabupaten Badung menargetkan
pemulihan (restorasi) terumbu karang di
sepanjang Pantai Selatan Bali bersumber baik
dari dukungan Pusat, APBD maupun bantuan
pihak-pihak seperti kalangan dunia usaha dan
perhotelan lewat (Corporate Social
Responsibility). Salah satu jenis kegiatannya
adalah "Coral Restoration don Body Painting
Competition" di Pantai Peninsula, Nusa Dua.
13. PENELITIAN SEBELUMNYA
Sebagai langkah awal pengembangan Kima
Garden, telah ditempatkan 20 terumbu buatan
atau artificial reef berbentuk hexadome dan
transplantasi karang di lokasi Kima Garden
yang telah ditentukan di Pantai Mengiat Nusa
Dua pada kedalaman 3-5 meter.
(Wawancara dengan Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Badung )
14. Fenomena
Konversi lahan
Degradasi lingkungan
Polusi
Pencemaran laut
Perusakan ekosistem kepesisiran pantai
15. Pembahasan
Konversi lahan.
Proses terjadinya konversi lahan hutan mangrove,
hutan rawa dan hutan dataran rendah
terfragmentasi karena dikonversi menjadi
penggunaan lain. Demikian pula lahan gumuk
pasir dan laguna banyak dikonversi menjadi
penggunaan lahan yang lain.
Degradasi lingkungan.
Adanya degradasi ekosistem terumbu karang,
padang lamun dan mangrove menyebabkan
menurunnya populasi biota laut.
16. Pembahasan
Polusi.
Proses terjadinya polusi telah terjadi di
beberapa areal kepesisiran. Polusi ini nampak
semakin berat, karena sumber cemaran juga
bertambah terus Daerah kepesisiran telah
banyak dikembangkan untuk kawasan industri
dan membangun berbagai fasilitas yang dapat
menjadi sumber cemaran.
17. Pembahasan
Pencemaran laut
Pencemaran laut ini seringkali terjadi,
pemaparan yang tersebar meluas hingga
sampai ke pantai. Pencemaran laut adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya menurun sampai pada
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
laut tidak sesuai dengan baku mutu dan/atau
fungsinya (BAPEDAL 1999).
18. Pembahasan
Perusakan ekosistem kepesisiran pantai
Kerusakan yang banyak terjadi akibat
pembangunan di pesisir antara lain: abrasi yang
berakibat semakin sempit luas pesisir, akresi garis
pesisir yang mengakibatkan pesisir semakin
meluas. Peningkatan luas lahan pesisir yang
berubah semakin luas, kadang-kadang ditumbuhi
jenis tumbuhan yang tidak sesuai dengan
penutupan vegetasi alaminya. Sementara itu pada
areal pesisir, terjadinya intrusi air laut yang masuk
sampai pada sumur sumur penduduk juga
merupakan suatu kerusakan areal pantai
19. Kesimpulan
Setiap pembangunan pasti memiliki dampak
positif dan negatif. Dampak negatif yaitu
permasalahan yang mucul akibat dari suatu
pembangunan oleh karena itu diperlukannya
upaya penanggulangan yang tepat untuk
mengatasi persoalan tersebut. Agar dampak
positif dari pembangunan yang telah
dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.