KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SEDATI, CANDI DAN JABON) KABUPATEN SIDOARJO
1. Tugas Mata Kuliah Metode Pengelolaan Kebencanaan
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Dan Pembangunan (PSLP)
Universitas Brawijaya
Dibuat oleh :
Hermawan Meidy Kurnianto
NIM 166150102111004
2. Perubahan iklim juga menyebabkan
meningkatnya intensitas dan frekuensi badai di
lautan dan pesisir (Miller, 2009).
Hal ini tentunya juga menyebabkan terganggunya
aktivitas melaut para nelayan, bagian dari masyarakat
pesisir yang memiliki ketergantungan yang sangat
besar terhadap sumberdaya laut dan pesisir.
Perubahan iklim juga mempengaruhi ekologi dan
ekosistem di kawasan pesisir kelautan.
3. • Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.
• Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik.
N A W A C I T A
4. Potensi perikanan sebagai berikut ;
• Luas areal Budidaya air payau / tambak : 15.530,409 Ha
• Komoditas yang dibudidayakan di tambak : Udang windu, Udang
vanamei, Ikan Nila, ikan Bandeng dan rumput laut ( Gracilaria sp )
• Komoditi unggulan yang bisa dikembangkan ialah Udang windu,
Ikan Bandeng dan rumput laut ( Gracillaria sp )
KAWASAN MINAPOLITAN ADALAH
Kawasan yang dikembangkan melalui pembentukan titik tumbuh suatu
kluster kegiatan perikanan dengan sistem agribisnis berkelanjutan yang
meliputi produksi, pengolahan dan pemasaran serta lembaga tersendiri
sampai jasa lingkungan sebagai sistem kemitraan di dalam satu wilayah
Sidoarjo Sebagai Kota Minapolitan di Indonesia
Pusat kawasan minapolitan di Kabupaten Sidoarjo berada di Kecamatan
Candi, dengan sub pusat kawasan pada Kecamatan Sedati dan Kecamatan
Sidoarjo, serta kawasan penyanggah minapolitan berada di kecamatan Waru,
Kecamatan Buduran dan Kecamatan Jabon.
(Keputusan Bupati Sidoarjo No. 188/34/404.1.3.2/2012)
6. • Rehabilitasi Jalan Akses/Produksi
• Rehabilitasi Saluran Tambak
• Pengendalian Mutu Kualitas Lingkungan (kualitas air sungai)
• Bantuan Paket Pemberdayaan kepada kelompok (pelatihan)
• Pendalaman Dasar Tambak
• Perbaikan Pintu Air Tambak
• Beberapa bantuan mesin untuk perahu guna membawa hasil panen
• Pembangunan Bangsal Pengolahan Skala Kecil di Kecamatan Candi
• Demfarm (di lokasi pendukung ) Minapolitan yaitu Kecamatan Jabon
Program Kerja Minapolitan yang rutin dilakukan oleh pemerintah meliputi :
7. • Dampak fisik ;
Peningkatan kerusakan karena banjir dan gelombang pasang, erosi pantai dan
sedimentasi. Bagi Indonesia, dampak kenaikan muka air laut dan banjir lebih
diperparah dengan pengurangan luas hutan tropis dan mangrove yang cukup
signifikan akibat pembukaan lahan.
• Dampak ekologis ;
Hilang/berkurangnya ekosistem khas di wilayah pesisir, intrusi air laut, evaporasi
kolam garam, hilangnya habitat pesisir.
• Dampak sosio-ekonomis ;
Terpengaruhnya lingkungan permukiman, terjadi konflik sosial, munculnya
kepenguasaan wilayah dan hilangnya lahan-lahan budidaya seperti sawah, kolam
ikan, dan mangrove
WILAYAH PESISIR DI INDONESIA
3 (tiga) macam kemungkinan dampak perubahan iklim yang
harus diadaptasi masyarakat pesisir
8. • Pasal 65 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
menyatakan: “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia".
• Pasal 67 Undang-Undang menyatakan:“Setiap orang
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup".
Dasar Kebijakan Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Pesisir
9. Perbandingan luas mangrove (Ha) per-3 tahun (2010-2013)
Dinas Kelautan dan Perikanan
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Tahun 2010
Tahun 2013
10. Kerapatan dan jenis mangrove
Berdasarkan perhitungan Dinas Kelautan dan Perikanan, hampir 50%
kerapatan mangrove yang ada di kabupaten sidoarjo mengalami kerusakan.
Kerusakan terbanyak pada jenis api-api, hal ini dikarenakan jenis kayu
tersebut bernilai ekonomi lebih tinggi, disisi lain tumbuh kembang tanaman
jenis ini 4 berbanding 1 dari tanaman jenis lainnya (bakau/tanjang)
16. Lokasi Kerentanan Tambak
Lokasi tambak yang sangat dekat
dengan pemukiman serta karakteristik
pemukiman dengan tipe berkelompok
mendekati areal lahan budidaya tambak
menjadi salah satu faktor kerentanan
terhadap masyarakat pesisir
Lokasi pembukaan lahan tambak sangat
luas dan berbatasan langsung dengan
kawasan mangrove
17. Upaya komunikasi yang perlu ditingkatkan
Komunikasi lintas sektor (pemerintahan,
akademisi, LSM dan sektor swasta)
dilakukan secara intents dan disupport
oleh BAPPEDA sebagai regulator
pemerintahan
Komunikasi berlanjut kepada lapisan
masyarakat (masyarakat petambak,
penyuluh dan pemerintahan di tingkat
desa) yang dilakukan oleh LSM lokal
18. Dilakukan identifikasi terkait pengembangan teknologi, pengembangan kapasitas
dan pendanaan
Sekolah Lapang Iklim di Coastal Areas melalui penguatan kapasitas masyarakat
yang dilakukan oleh kelembagaan masyarakat bekerja sama dengan instansi
pemerintah dalam melakukan pelatihan TANGGAP DARURAT
Pengembangan Informasi iklim/EWS, dalam hal ini BMKG dengan instansi terkait
diharapkan cepat memberikan informasi iklim dan cuaca kepada masyarakat
tambak (dapat melalui media radio komunitas maupun online).
Diversifikasi jenis usaha yang mungkin dapat dikembangkan oleh pembudidaya
tambak sehingga saat bencana melanda, ekonomi masyarakat tidak terpuruk
Penguatan kerja sama dengan lembaga keuangan dan sosial masyarakat
Pengembangan Silvofisheries di kawasan tambak hutan Mangrove
Penguatan kapasitas berbasis gender untuk meningkatkan nilai ekonomi tambak
Dilakukan penilaian kerentanan terkait dengan pengembangan kota minapolitan
Saran dan Rekomendasi