UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
akulturasi, enkulturasi, proses pembudayaan dan teori belajar.docx
1. Masalah 1
Enkulturasi Menurut Para Ahli
Havilland
Menurut Havilland, enkulturasi adalah pendidikan ditinjau dari pembelajaran yang bersumber dari
kebutuhan sehari-hari manusia seperti sandang, pakan, pangan, dan perlindungan. Adat atau kebiasaan
dalam hal tersebut akan membentuk perilaku serta kepribadian anak di masa mendatang.
Talcott Parsons
Dilansir dari Southern Nazarene University, Talcott Parsons menganggap bayi adalah orang yang tidak
berbudaya dan bersosialisasi yang kemudian melakukan enkulturasi untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan mereka menjadi anggota masyarakat yang
berfungsi.
Proses enkulturasi terjadi dari mulai bayi baru lahir yang diurus oleh keluarganya. Kemampuan motorik
dan bahasa bayi akan tumbuh sesuai apa yang diajarkan oleh orang tuanya. Mereka akan tumbuh dengan
meniru perilaku dan kebiasaan anggota keluarga yang serumah. Beranjak ke usia kanak-kanak, mereka
akan mulai mempelajari budaya dari lingkungan tempatnya tinggal seperti sekolah dan tempatnya bermain.
Pada masa ini anak-anak akan mencontoh budaya yang berlaku di kedua tempat tersebut dan
menyesuaikan diri karenanya. Enkulturasi tersebut akan terus berlangsung selama manusia masih hidup.
Mereka akan mempelajari budaya apa yang terjadi di lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan hal
tersebut. Mereka menjadi tahu mana hal baik, hal tidak baik, hal yang melanggar hukum, bagaimana
berkomunikasi, berperilaku, dan bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan. Hal tersebut dilakukan
semata-mata agar bisa menjalani hidup dengan baik dan bersosialisasi dengan sekitar.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Enkulturasi: Pengertian Ahli, Fungsi, Tujuan,
Proses, dan Contohnya", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2021/05/27/145356769/enkulturasi-pengertian-ahli-fungsi-
tujuan-proses-dan-contohnya?page=all.
Akulturasi budaya adalah berpadunya dua kebudayaan berbeda yang menyatu, tanpa menghilangkan ciri
khas kebudayaan itu sendiri. Menurut Wina Puspita Sari dan Menati Fajar Rizki dalam buku Komunikasi
Lintas Budaya (2021), akulturasi budaya adalah bersatunya berbagai unsur kebudayaan yang berbeda dan
membentuk kebudayaan baru, tanpa menghilangkan ciri khas budaya aslinya. Koentjaraningrat
mendefinisikan akulturasi budaya sebagai suatu proses, yakni ketika sekelompok orang dengan budaya
tertentu menghadapi elemen budaya asing. Elemen tersebut akan diterima dan diproses menjadi budaya
mereka tanpa menghilangkan budaya itu sendiri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengertian Akulturasi Budaya dan Contohnya", Klik
untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2022/03/31/120000369/pengertian-akulturasi-budaya-
dan-contohnya.
Proses pembudayaan disini dijadikan sebuah istilah yang tepat, sebab dalam proses pendidikan
khususnya dalam kegiatan belajar mengajar antara peserta didik dengan pendidik di kelas inilah
terjadi sebuah proses transfer of knowledge and value (suatu sistem pengetahuan dan nilai
kebenaran diberikan oleh pendidik pada peserta didik). Kedua hal tersebut merupakan wujud
kebudayaan yang pertama, yakni idea atau gagasan. Semua Gagasan tersebut akan lenyap
seiring dengan perkembangan zaman jika tidak ada yang mengajarkannya atau meneruskan
kembali kepada generasi miliineal (generasi penerus bangsa). Karenanya, pendidikan sudah
melekat didalam masyarakat dan dijadikan alat pemenuhan kebutuhan manusia dalam hal
2. pewarisan adat tradisi serta kebudayaan ke generasi selanjutnya. Manan (1989:8) mengatakan
bahwa kebudayaan hidup selamanya melalui generasi satu ke generasi yang lainnya sebab pada
dasarnya makna kebudayaan ialah hasil karya manusia yang dapat berkembang dari masa ke
masa, itulah mengapa kebudayaan berbeda dari hasil unsur biologis manusia. Untuk membantu
dalam proses pembudayaan melalui pendidikan, pastilah terdapat sebuah lembaga yang
berperan untuk mengatur berjalannya prosesi pembudayaan di kehidupan sosial khususnya
pada generasi milineal yang nantinya akan bertanggung jawab menjaga serta mempertahankan
nilai-nilai kebudayaan yang telah tercipta di masyarakat.
Sumber : https://blog.unnes.ac.id/nikendheasyearyani/2017/12/02/pendidikan-sebagai-
proses-pembudayaan-sekolah-menjadi-sarana-proses-pengembangan-kebudayaan/
Masalah 2
Teori belajar mengacu pada seperangkat pernyataan umum yang digunakan untuk
menggambarkan realitas pembelajaran. Ada banyak teori belajar dalam pendidikan.
Dalam kesempatan ini akan membahas tentang 3 teori belajar yaitu teori belajar
behavioristik, teori belajar kognitif dan teori belajar humanistik.
A. Teori Belajar Behavioristik
Tokoh-tokoh aliran behavioristik dan akan dibahas karya-karya para tokoh aliran
behavioristik.
1. Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaktif antara rangsangan dan
tanggapan. Stimulus merangsang terjadinya aktivitas belajar seperti pikiran, emosi,
dan hal-hal lain yang dapat dirasakan. Respon adalah reaksi yang ditimbulkan oleh
siswa ketika mereka belajar, tetapi dapat juga berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
kegiatan belajar dapat bersifat konkrit yaitu dapat diobservasi atau nonkonkret yaitu
tidak dapat diobservasi. Behaviorisme menekankan pengukuran, tetapi gagal
menjelaskan bagaimana mengukur perilaku yang tidak dapat diamati. Teori
Thorndike juga dikenal sebagai teori koneksionisme. (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3)
hukum kesiapan. Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat
memperkuat respon.
2. Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara rangsangan dan
tanggapan, tetapi rangsangan dan tanggapan yang dimaksud harus dapat diamati
dan diukur. Dia mengakui bahwa perubahan mental terjadi ketika seseorang belajar,
tetapi menganggap faktor-faktor ini tidak dapat diamati dan karena itu tidak perlu.
Watson adalah seorang behavioris murni karena studinya tentang pembelajaran
konsisten dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika dan biologi. Fisika dan biologi sangat
terfokus pada pengalaman pengalaman saja. Artinya, sejauh mana hal itu dapat
diamati dan diukur.
3. Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel relasional antara rangsangan dan tanggapan
untuk menggambarkan pentingnya belajar. Namun, ia sangat dipengaruhi oleh teori
3. evolusi Charles Darwin. Untuk Hal, seperti evolusi, semua fungsi perilaku bekerja
terutama untuk menjaga organisme tetap hidup. Dengan demikian, Hull berpendapat
bahwa kebutuhan biologis (impuls) dan kepuasan keinginan biologis (pengurangan
dorongan) adalah penting dan sentral untuk semua aktivitas manusia, sehingga
rangsangan dalam belajar (dorongan stimulan) hampir selalu saya katakan itu terkait
dengan hasrat biologis. ditampilkan dalam berbagai format. Penguatan tingkah laku
juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell,
Gredler, 1991).
Belajar menurut teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respon, adapun akibat
adanya interaksi antara dengan respon siswa mempunyai pengalaman baru yang
menyebabkan mereka mengadakan tingkah laku dengan cara yang baru.
Ciri – ciri teori belajar behavioristik yaitu :
1) Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)
2) Mementingkan bagian-bagian (elementaristis)
3) Mementingkan peranan reaksi (respon)
4) Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5) Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6) Mementingkan pembentukan kebiasaan
7) Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal” atau trial
and error.
Pembelajaran dengan teori ini adalah Teacher Centered Learning. Aplikasi yang
salah menyebabkan pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa. Kejelian
dan kepekaan seorang guru terhadap situasi membaca dan kondisi belajar sangat
penting sebelum memutuskan apakah akan menggunakan metode ini. Tidak semua
mata pelajaran dapat menggunakan metode ini. Materi yang cocok untuk metode ini
antara lain materi yang memerlukan latihan dan pembiasaan, seperti: B. Materi
percakapan bahasa asing, penanganan komputer, dll.
B. Teori Belajar Kognitif
Belajar menurut teori belajar kognitif selalu didasarkan pada kognisi, tindakan
mempersepsikan atau memikirkan keadaan di mana perilaku itu terjadi.
Menurut teori ini, proses belajar berjalan dengan baik bila materi baru (terus
menerus) beradaptasi dengan tepat dan mengikuti struktur kognitif siswa yang
sudah ada. Oleh karena itu, sains dibangun melalui proses interaksi berkelanjutan
dengan lingkungan. Proses ini tidak terjadi secara sendiri-sendiri atau sepotong-
sepotong, melainkan melalui proses yang cair, berkesinambungan dan menyeluruh.
Misalnya, ketika seseorang membaca teks, alih-alih membaca huruf satu per satu,
kata-kata, kalimat, atau paragraf semuanya tampak menjadi satu, dan
keseluruhannya mengalir dan mengalir pada saat yang bersamaan. Menurut teori
kognitif, beginilah seharusnya belajar.
4. Dalam pembelajaran dengan teori pembelajaran kognitif, pembelajaran lebih
berpusat pada siswa, bersifat analitis, dan lebih terfokus pada proses pembentukan
pengetahuan dan penalaran.
Ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan kognitif adalah sebagai berikut :
1) Memberikan pengalaman belajar dengan menghubungkan pengetahuan yang ada
pada siswa saat siswa belajar melalui proses penciptaan pengetahuan.
2) Menawarkan berbagai alternatif pengalaman belajar.Tidak semua melakukan
pekerjaan yang sama.Misalnya, masalah dapat diselesaikan dengan cara yang
berbeda.Mengintegrasikan pelajaran dengan situasi yang realistis dan relevan
dengan pengalaman.
4) Integrasi pengajaran untuk memungkinkan terjadinya komunikasi sosial, yaitu
interaksi dan kolaborasi individu dengan orang lain atau lingkungannya.
5) Menggunakan berbagai media, termasuk komunikasi lisan dan tertulis, untuk
membuat pembelajaran lebih efektif.
C. Teori Belajar Humanistik
Tokoh penting dalam teori pembelajaran humanistik teoretis adalah Arthur W.
Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Menurut teori humanis, tujuan belajar
adalah humanisasi. Proses pembelajaran dianggap berhasil apabila siswa
memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini mencoba memahami
perilaku belajar dari perspektif pelaku bukan dari perspektif pengamat.
Tujuan utama pendidik di sini adalah membantu siswa mengembangkan diri. Ini
tentang mengenali diri kita sebagai manusia yang unik dan membantu mereka
menyadari potensi yang ada di dalam diri mereka. Para ahli humaniora percaya ada
dua bagian dalam proses pembelajaran. proses memperoleh informasi baru dan
proses personalisasi informasi tentang individu.
Dalam studi teori humanistik, guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa bertindak
sebagai protagonis yang menafsirkan proses pengalaman belajar mereka sendiri.
Tujuan belajar adalah proses belajar, bukan hasil belajar.
1. Tetapkan tujuan pembelajaran yang jelas.
2. Menjamin partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang jujur, jelas dan
positif.
3. Mendorong pengembangan kemampuan belajar motivasi diri siswa.
4. Mendorong siswa untuk peka, berpikir kritis dan mandiri memaknai proses
pembelajaran.
5. Siswa didorong untuk berbicara dengan bebas, membuat keputusan sendiri,
melakukan apa yang mereka inginkan dan mempertaruhkan tindakan mereka
sendiri.
6. Guru menerima siswa apa adanya, mencoba memahami apa yang mereka
pikirkan, tidak menilai secara preskriptif, dan mendorong siswa untuk
bertanggung jawab atas perilaku dan risiko mereka dalam proses
pembelajaran.
7. Biarkan siswa maju dengan kecepatan mereka sendiri.
5. 8. Evaluasi dilakukan secara individual sesuai dengan prestasi akademik.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik cocok diterapkan pada bahan ajar yang
berkaitan dengan pembentukan karakter, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
fenomena sosial.
Sumber : https://umsu.ac.id/teori-belajar-dan-penerapannya-dalam-
pembelajaran/#:~:text=Dalam%20kesempatan%20ini%20akan%20membahas,kogni
tif%20dan%20teori%20belajar%20humanistik.