Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan gastroenteritis akut meliputi patofisiologi, gejala klinis, sasaran dan strategi terapi, penatalaksanaan dan evaluasi obat, serta kasus klinik.
2. Terapi utama untuk gastroenteritis akut adalah rehidrasi cairan dan elektrolit yang diberikan secara oral atau intravena, disertai terapi simtomatik dan antibiotik bila diperlukan.
5. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat
inflamasi pada bagian mukosa dari saluran
gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah.
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari
dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair
(kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya
yaitu lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam).
Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset
mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam seha
ri disertai dengan muntah dan berlangsung kurang dari 1
4 hari
13. TERAPI REHIDRASI
Langkah pertama dalam menterapi diare adalah denga
n rehidrasi, dimana lebih disarankan dengan rehidrasi oral. Aku
mulasi kehilangan cairan (dengan penghitungan secara kasar d
engan perhitungan berat badan normal pasien dan berat badan
saat pasien diare) harus ditangani pertama. Hal yang penting di
perhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan ak
urat, yaitu:
• Jenis cairan
• Jumlah Cairan
• Jalur Pemberian Cairan
14. TERAPI SIMTOMATIK
Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati
dan setelah benar-benar dipertimbangkan karena lebih ban
yak kerugian daripada keuntungannya. Hal yang harus san
gat diperhatikan pada pemberian antiemetik, karena Metokl
opropamid misalnya dapat memberikan kejang pada anak d
an remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.
15. TERAPI ANTIBIOTIK
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda di
are infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses
, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten at
au penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong
dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotic dapat s
ecara empiris, tetapi antibiotic spesifik diberikan berdasarkan k
ultur dan resistensi kuman.
19. EVALUASIOBAT
1. Karena sebagian besar kasus gastroenteritis akut adalah self-limiting,
pengobatan khusus tidak diperlukan. Dari beberapa studi didapatkan
bahwa hanya 10% kasus membutuhkan terapi antibiotik. Tujuan utam
anya adalah rehidrasi yang cukup dan suplemen elektrolit. Hal ini dap
at dicapai dengan pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) atau larutan
intravena (misalnya, larutan natrium klorida isotonik, larutan Ringer La
ktat). Rehidrasi oral dicapai dengan pemberian cairan yang mengand
ung natrium dan glukosa. Obat absorben (misalnya, kaopectate, alum
inium hidroksida) membantu memadatkan feses diberikan bila diare ti
dak segera berhenti. Diphenoxylate dengan atropin (Lomotil) tersedia
dalam tablet (2,5 mg diphenoxylate) dan cair (2,5 mg diphenoxylate /
5 mL). Dosis awal untuk orang dewasa adalah 2 tablet 4 kali sehari (2
0 mg / d), digunakan hanya bila diare masif.
21. Tn. Erick (50 tahun) baru saja melakukan perjalanan dari NTT
menuju Yogyakarta melalui kapal laut. Di tengah perjalanan Tn. Erick
mengalami sakit perut yang luar biasa, diare, mual, muntah, mata cekung.
Tn. Erick sakit selama 5 hari. Sebagian penumpang yang ada 1 kapal dengan
Tn. Erick mengalami sakit yang sama dengan Tn. Erick. Setelah sampai di
Jogyakarta, Tn. Erick dibawa ke RS B. DI UGD Tn. Erick dianjurkan untuk
dilakukan pemasangan infus untuk memenuhi kebutuhan cairan karena
Tn. Erick lemas akibat kehilangan cairan, nadi sangat lemah, volume colaps
, hipotensi orthostatik, lidah keriput, jumlah urine menurun, mukosa bibir
kering, turgor kulit kurang elastis (kembali > 5 detik). Tn Erick mengalami
dehidrasi ringan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 10
mg/dl, HCt 49% dan didapatkan E. Coli (+). Istri Tn. Erick menanyakan
kondisi suaminya pada dokter jaga, didapatkan bahwa Tn. Erick mengalami
infeksi selama diperjalanan sehingga menyebabkan lambung dan ususnya
mengalami peradangan. Bagaimana tatalaksana terapinya ?
22.
23.
24. 1. Terapi Rehidrasi (IV NaCl 0,9%)
Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya
lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja.
Apabila tidak tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl
isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5%
50 ml pada setiap satu liter infus NaCl isotonik.
Jumlah Cairan dan cara pemberian
30. KIE DAN MONITORING
1.Memberikan Informasi Umum, interaksi obat
penyebab diare
2. Memberitahukan Makanan/nutrisi selama ter
api yang menjadi pantangan
3.Selama perawatan,perawat memberitahukan
kepada keluarga tentang kebiasan pemberian
carian
31. Monitoring
• Dilihat gejala yang dialami pasien setelah mengk
onsumsi obat. apakah frekuensi buang air besar m
asih sering atau tidak, dilihat karetkteristik feses. S
erta demam masih tinggi atau tidak.
• Dilihat efek samping obat yang terjadi apabila ter
dapat gejala seperti mual, muntah, nefrotoksisitas
, gangguan gastrointestinal, peril dilambung maka
segera hubungi dokter.