2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Presentation BBQ 'mengenal ALLAH'
1.
2.
3.
4.
5. a. Muqqadimah
Ma’rifah berasal dari kata ‘arafa – ya’rifu
ma’rifah yang berarti mengenal. Dengan
demikian ma’rifatullah berarti usaha manusia
untuk mengenal Allah baik wujud maupun
sifat-sifat-Nya. Manusia sangat
berkepentingan untuk mengetahui siapa
penciptanya dan untuk apa ia diciptakan.
MA’RIFATULLAH (MENGENAL ALLAH)
6. Karena itu, manusia pun mulai melakukan
penelitian dan mencari-cari siapa gerangan
Tuhannya. Allah yang Maha Rahman dan
Maha Rahim tentu tidak akan membiarkan
kita terkatung-katung tanpa adanya
pembimbing yaitu utusan-utusan-Nya para
nabi dan rasul yang akan menunjukkan kita
ke jalan yang benar. Maka di antara
manusia ada yang berhasil mengetahui
Allah dan banyak pula yang tersesat,
berjalan dengan angan-angannya sendiri.
7. “Maka berpalinglah kamu dari orang yang
telah berpaling dari peringatan Kami dan dia
tidak menghendaki, kecuali kehidupan dunia.
Itulah kesudahan pengetahuan mereka.
Sungguh Tuhanmu lebih mengetahui orang
yang telah sesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih
mengetahui orang yang dapat petunjuk”. (QS.
An Najm: 29-30).
8. b. Urgensi Ma’rifatullah
Secara umum, manusia mengetahui bahwa suatu
ilmu dikatakan penting dan dirasakan mulia
sebetulnya tergantung kepada dua hal yaitu
apakah yang menjadi obyek ilmu itu dan seberapa
besar manfaat yang dihasilkan darinya.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, kita dapat
menarik kesimpulan bahwa ma’rifatullah
merupakan ilmu yang paling mulia dan penting
karena materi yang dipelajarinya adalah Allah.
Manfaat yang dihasilkannya pun tidak saja untuk
kepentingan dunia tapi juga untuk kebahagiaan
akhirat.
9. Orang yang mempelajari ma’rifatullah
akan menjadi insan yang beriman dan
bertaqwa bila Allah memberi hidayah
kepadanya. Dan bagi muslim yang
mempelajarinya, insya Allah akan
menaikkan keimanan dan ketaqwaannya
(raf’ul iman wat taqwa). Sebagai balasan
atas keimanan dan ketaqwaan mereka,
Allah SWT menjanjikan kebaikan-
kebaikan bagi mereka, di antaranya:
10. Pertama, Al Khalifah. Bahwa Allah SWT
menjanjikan kepada mereka untuk menjadi
penguasa di muka bumi ini.
“Dan Allah telah menjanjikan bagi orang-orang
yang beriman di antaramu dan mengerjakan
amal shaleh, bahwa Allah sungguh-sungguh
akan mengangkat mereka menjadi khalifah di
muka bumi, sebagaimana orang-orang dahulu
menjadi khalifah…” (QS. An Nur: 55).
11. Kedua, Tamkinuddin. Yaitu diteguhkannya agama Islam di
muka bumi.
“…dan Allah sungguh-sungguh akan meneguhkan agama
mereka yang diridhai-Nya…” (QS. An Nur: 55).
“Dia-lah yang telah mengutus rasul-Nya (dengan
membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar
untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai”.(QS. At Taubah: 33
dan QS. Ash Shaf: 9).
“Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa
petunjuk dan agama yang hak, agar dimenangkan-Nya
terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi”
(QS. Al Fath: 28).
12. Ketiga, Al Amnu. Bahwa Allah SWT akan mengkondisikan
orang-orang yang beriman rasa aman dan tentram setelah
sebelumnya mereka selalu ditimpa keresahan dan
ketakutan.
“Dan Allah sungguh-sungguh akan menggantikan
ketakutan mereka dengan keamanan…” (QS. An Nur: 55).
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan
berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya
yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari
kemudian”. (QS. Al Baqarah: 126).
13. “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu
berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat)
mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan
kepada mereka), “Masuklah ke dalamnya dengan
sejahtera lagi aman”. (QS Al Hijr: 45-46).
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur
adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah orang-orang yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk”. (QS. Al An’am: 82).
14. Keempat, Al Barakat (keberkahan yang melimpah).
“Kalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan
bertaqwa, niscaya Kami tumpahkan kepada mereka
keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka itu
mendustakan, sebab itu Kami siksa mereka disebabkan
usahanya itu”. (QS. Al A’raf: 96).
Kelima, Al Hayatun thayyibah (kehidupan yang baik).
“Barangsiapa melakukan kebaikan-kebaikan, laki-laki
maupun perempuan dan dia beriman, pasti Kami akan
memberinya kehidupan, kehidupan yang menyenangkan.
Dan Kami akan memberinya pahala, sesuai dengan apa
yang mereka lakukan secara lebih baik”. (QS. An Nahl: 97).
15. Keenam, Al Jannah (surga)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shalih, bagi mereka surga
Firdaus-lah tempatnya, mereka kekal di
dalamnya tak hendak berpindah darinya”. (QS. Al
Kahfi: 107-108).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
beramal shalih, untuk mereka itu surga na’im.
Mereka kekal di dalamnya. Itulah janji Allah yang
sebenarnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. (QS. Lukman: 8-9).
16. Kesemua ayat-ayat tersebut menunjukkan
bahwa ma’rifatullah bila dipelajari dengan
benar akan menambah keimanan dan
ketaqwaan. Orang-orang yang bijak dan
memiliki akal sehat tentu akan memilih
beriman dan bertaqwa kepada Allah
daripada mengingkari atau
mempersekutukan-Nya dengan ilah-ilah
yang lain.
17. Berikut ini dalil-dalil tentang wajibnya
berma’rifatullah dan beriman kepada-Nya.
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada
Ilah kecuali Allah, dan minta ampunlah untuk dosa-
dosamu dan untuk dosa-dosa orang-orang yang
beriman laki-laki dan perempuan. Allah mengetahui
tempat bolak-balikmu dan tempat diammu”. (QS.
Muhammad: 19).
“Tiada Kami utus seorang rasulpun sebelum engkau,
melainkan Kami wahyukan bahwa sesungguhnya
tidak ada Ilah kecuali Aku, sebab itu beribadahlah
kepadaku”. (QS. Al Anbiya: 25).
18. Sabda rasulullah saw:
Dari Abbas ra bahwa Nabi saw ketika mengutus Muadz
bin Jabal ra ke Yaman, bersabda, “Sesungguhnya kamu
akan mendatangi kaum ahli kitab, maka ajaklah mereka
kepada kesaksian bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah, dan
sesungguhnya saya Rasulullah. Kalau mereka telah
mentaati yang demikian itu, maka ajarkanlah mereka
bahwa Allah azza wa jalla mewajibkan mereka shalat
lima waktu sehari semalam”. (HR. Jamaah).
Barangsiapa yang mengatakan aku ridha Allah
sebagai Rabbku, Islam sebagai dinku, dan Muhammad
saw sebagai nabiku, maka surga wajib baginya. (HR.
Bukhari, An Nasa’i dan Abu Daud).
19. Merasakan nikmatnya iman, barangsiapa yang ridha
Allah sebagai Rabb, Islam sebagai din, dan
Muhammad sebagai rasul. (HR. Muslim dan
Tirmidzi).
Berkata Ibnu Umar, “Kami hidup pada suatu masa
dan seseorang dari kami diberikan iman sebelum Al
Qur’an dan kemudian turunlah surat-surat dari Al
Qur’an, maka dipelajarilah darinya yang halal,
haram, perintah dan larangannya dan apa-apa yang
harus dilakukannya. Dan aku lihat orang-orang
sekarang ini diberikan Al Qur’an dahulu sebelum
adanya iman. Maka dibacalah surat dari Al Fatihah
hingga surat yang terakhir dan dia tidak tahu apa
perintah dan larangannya. Lalu dia campakkan Al
Qur’an itu bagai kurma busuk.” (HR. Imam Thabrani
dalam kitab Al Ausath).
20. Selain dalil-dalil di atas, ada hal lain lagi yang perlu
kita camkan yaitu bahwa ma’rifatullah dan iman
kepada-Nya merupakan furqan (pembeda)
antaranya dengan mereka yang tidak beriman.
Padahal keimanan inilah yang menjadi titik tolak
diterimanya amal seseorang.
“Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air
oleh orang-orang yang dahaga. Tetapi ketika
didatanginya air itu, ia tidak mendapatinya suatu
apapun. Dan didapatinya ketetapan Allah di sisinya,
lalu Allah memberitakan kepadanya perhitungan
amal-amalnya dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungannya.” (QS. An Nur: 39).
21. c. Jalan Menuju Pengenalan Kepada Allah
Agar manusia dapat mengenal Allah, ia harus tahu
jalan yang benar untuk menujunya. Karena bila
jalannya salah bisa jadi ia akan kesasar. Orang yang
benar jalannya hingga ia sampai pada tujuan yang
sebenarnya, ia menjadi orang yang ma’rifah dan
semakin yakin serta membenarkan keimanannya.
Sedangkan orang-orang yang tersesat jalannya,
tentu tidak akan sampai pada tujuan yang
sebenarnya, yaitu berma’rifah kepada Allah.
Mereka kemudian menjadi orang yang penuh
keragu-raguan (al irtiyab), hingga kemudian
menjadi orang-orang kafir mengingkari keberadaan
Allah.
22. 1. Jalan yg dilalui bukan atas dasar petunjuk Islam
Dari dahulu hingga sekarang ada orang-orang yang
masih beranggapan bahwa Allah tidak ada, hanya
gara-gara mereka tidak dapat melihat-Nya dengan
panca inderanya sendiri (al hawas), dengan alasan
mereka tidak mempercayai sesuatu yang ghaib.
Padahal panca indera kita sangat terbatas
kemampuannya dalam menganalisa benda-benda
yang nampak, apalagi terhadap benda-benda yang
tidak nampak.
23. Kedua jalan tersebut, yaitu al hawas (panca
indera) dan aqli (akal pemikiran) karena
tidak diikuti dengan keimanan terhadap
hasil pencariannya itu, timbullah
sakwasangka dan keragu-raguan (al irtiyab)
dan pada akhirnya membuat mereka
menjadi kafir.
24. 2. Jalan yang dilalui berdasarkan petunjuk Islam
Jalan mengenal Allah telah ditunjukkan oleh Islam
dengan menggunakan prinsip keimanan dan akal
pemikiran melalui tanda-tanda (al ayat), yaitu melalui
ayat-ayat qauliyah (Al Qur’an dan hadits), ayat-ayat
kauniyah (alam semesta), dan melalui mu’jizat.
Dari ayat-ayat qauliyah, Allah mewahyukan firman-
Nya kepada para utusan-Nya. Ada yang berupa
shuhuf, al kitab dan juga hadits qudsi. Dalam Al
Qur’an kita dapati maklumat Allah mengenai
keberadaan diri-Nya.
25. “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah
selain Aku, maka mengabdilah pada-Ku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat-Ku”. (QS. Thaha: 14).
Dari ayat-ayat kauniyah, kita dapati keyakinan adanya
Allah melalui apa-apa yang ada di alam semesta dan
juga pada diri kita sendiri. (lihat QS. Adz Dzariyat : 21-
22 dan QS. Fushshilat :53).
Misalnya adalah yang ada pada telapak tangan kita.
Ruas-ruas tulang jari (tapak tangan maupun telapak
kaki) kita terkandung jejak-jejak nama Allah, Tuhan
yang sebenar pencipta alam semesta ini.
26. Perhatikan salah satu tapak tangan kita (bisa kanan bisa
kiri). Perhatikan lagi dengan seksama:
Jari kelingking membentuk huruf alif
Jari manis, tengah dan jari telunjuk membentuk huruf
lam (double)
Jari jempol (ibu jari) membentuk huruf ha
Jadi jika digabung, maka bagi Anda yang mengerti huruf
Arab akan mendapati bentuk tapak tangan itu bisa dibaca
sebagai Allah (dalam bahasa Arab).
Garis utama kedua telapak tangan kita, bertuliskan dalam
angka Arab yaitu : IV pada telapak tangan kanan, artinya :
18; dan ɅI pada telapak tangan kiri, artinya : 81. Jika kedua
angka ini dijumlahkan, 18+81 = 99, 99 adalah jumlah
nama/sifat Allah, Asmaul Husna yang terdapat dalam Al-
Quran !
27. Mengenai sidik jari, polisi dapat mengidentifikasi
kejahatan berdasarkan sidik jari yang ditinggalkan
oleh pelaku di tubuh korban. Hal ini disebabkan
struktur sidik jari setiap orang berbeda satu dengan
lainnya. Bila kelak penjahat itu telah ditemukan maka
untuk membuktikan kejahatannya sidik jarinya akan
dicocokkan dengan sidik jari yang ada dalam tubuh
korban.. Maka si penjahat tidak dapat memungkiri
perbuatannya di hadapan polisi.
Keistimewaan pada jari jemari manusia menunjukkan
kebenaran firman Allah yang menyatakan bahwa
segala sesuatu ada bekasnya. Allah tidak akan
menyia-nyiakan bekas-bekas ini untuk dituntut di
yaumil akhir nanti.
28. Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang
mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka
tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan
dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).
(QS. Yaasin:12).
Adapun mengenai mu’jizat yang Allah berikan
kepada para rasul dan nabi-Nya, telah cukup
memperkuat eksistensi Allah. Mu’jizat terbesar
yang hingga kini masih ada adalah Al Qur’an.
Berikut adalah beberapa contoh mu’jizat yang
terdapat dalam Al Qur’an.
29. - Asal mula alam raya :
“Kemudian Dia menuju pada penciptaan langit dan
langit itu masih merupakan kabut, lalu Dia berkata,
“Datanglah kepada-Ku baik dengan suka maupun
terpaksa”. Keduanya berkata, “Kami datang dengan
suka hati.” (QS. Fushshilat : 11).
Tak seorangpun ahli saint mengira bahwa langit,
bintang dan planet-planet itu dasarnya adalah kabut
(dukhan) setelah alat-alat ilmiah berkembang pesat.
Para peneliti menyaksikan sisa-sisa kabut yang
hingga kini selalu membentuk bintang-gemintang.
30. - Bulan dan mentari :
“Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami
hapuskan tanda malam, kami jadikan tanda siang itu terang”.
(QS. Al Isra: 12).
Para pakar ilmu astronomi pada saat ini telah menemukan
bahwa rembulan dulunya menyala kemudian padam dan
sinarnya sirna. Cahaya yang keluar dari rembulan di malam hari
hanyalah pantulan dari lampu (siraj) lain yaitu matahari.
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan
bintang Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan
yang bercahaya.” (QS.Al Furqan: 61).
Di sini Allah menyatakan bahwa matahari bersinar, sehingga
dikatakannya “pelita/lampu”. Jika bulan bersinar pula, tentu
Allah akan berkata ‘dua lampu” (as sirajain).
31. - Kurangnya oksigen di langit :
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya,
niscaya Dia menjadikan dadanya sesak lagi sempit
seolah-olah sedang mendaki ke langit”. (QS. Al
An’am: 125).
Dahulu orang-orang beranggapan bahwa orang yang
naik ke atas merasa sesak napas karena udara buruk
yang tidak sehat. Tetapi manakala manusia berhasil
membuat pesawat ruang angkasa super canggih dan
ia mampu naik ke langit, diketahuilah bahwa orang
yang naik ke langit dadanya terasa sesak, bahkan
amat sesak, dikarenakan udara (oksigen) berkurang
dan bahkan hampa. Karena itu para astronot harus
memakai tabung oksigen ketika mengangkasa.
32. Setelah mengkaji beberapa contoh hubungan
kitabullah dengan sains modern, pahamlah kita
bahwa Al Qur’an benar-benar suatu mukjizat
yang tiada bandingnya. Mereka yang memiliki
hati nurani akan merasa takjub dengan
keangungan-Nya. Sungguh benar firman Allah :
“Sesungguhnya telah Kami datangkan kepada
kamu suatu kitab yang telah Kami jelaskan
berdasarkan ilmu (dari kami), sebagai petunjuk
dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Al
A’raf: 52).
33. Manusia yang beriman dan berakal lurus
akan merasakan keberadaan Allah dan
membenarkan keimanannya kepada Allah
(tashdiqul mu’min ilallah) . Sehingga rukun
iman yang enam perkara yang selalu kita
hapalkan itu, bukan hanya keimanan
dalam lafadz semata, tapi juga telah
tertashdiq (dibenarkan) dalam hati dan
pola tingkah kita sehari-hari. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat
53:11 ,”Hatinya tidak mendustai apa yang
telah dilihatnya”.
34. D. PENGHALANG DALAM MENGENAL ALLAH
Ada beberapa hal yang menghalangi seseorang mengenal
Allah, di antaranya :
1. Al Kubru (sombong)
Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti
pertemuan(nya) dengan Kami, ”Mengapakah tidak
diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita
(tidak) melihat tuhan kita ?” Sesungguhnya mereka
menyombongkan diri mereka dan mereka benar-benar
telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman. (Al
Furqan, 25: 21).
2. Azh Zhulmu (zalim)
Dan barangsiapa di antara mereka mengatakan,
“Sesungguhnya aku adalah tuhan selain daripada Allah”,
maka orang itu Kami beri balasan dengan jahannam,
demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-
orang zalim. (Al Anbiya, 21: 29).
35. 3. Al Kadzibu (dusta)
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih
(dari syrik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung
selain Allah (berkata), “Kami tidak mnyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah
dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan
memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka
berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki
orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS. Az
Zumar,39: 3).
4. Al Fusuqu (fasik)
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai
kaumku, mengapa kalian menyakitiku padahal kalian tahu
bahwa aku adalah utusan Allah untuk kalian”. Maka tatkala
mereka berpaling (dari kebenaran), Allah palingkan hati
mereka dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum
yang fasik. (QS. Ash Shaf, 61: 5).
36. 5. Al Kufru (ingkar)
Wahai Rasul, janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang
yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di
antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut
mereka , “Kami telah beriman”, padahal hati mereka belum
beriman…(QS. Al Maidah, 5: 41).
6. Al Fasadu (fasad)
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan
sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. Kemudian jika mereka berpaling (dari
kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Ali Imran, 3: 62-
63).
37. 7. Al Ghaflah (lengah)
Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam
kebanyakan dai jin dan manusia, mereka mempunyai hati
tapi tak digunakan untuk memahami, mempunyai mata tapi
tak digunakan untuk melihat, dan mempunyai telinga tapi
tak digunakan untuk mendengar. Mereka itu bagaikan
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf, 7: 179).
8. Katsratul Ma’ashi (banyak berbuat durhaka)
Dan ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta
mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu karena mereka
selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para
nabi tanpa alibi yang benar. Demikian itu karena mereka
selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al
Baqarah, 2: 61).
38. 9. Al Irtiyab (ragu-ragu)
Dan sesungguhnya mereka telah
mengingkari Allah sebelum itu, dan mereka
menduga-duga tentang yang ghaib dari
tempat yang jauh. Dan dihalangi antara
mereka dengan apa yang mereka ingini
sebagaimana yang dilakukan terhadap
orang-orang yang serupa dengan mereka
pada masa dahulu. Sesungguhnya mereka
dahulu (di dunia) dalam keraguan yang
mendalam. (QS. Saba’, 34: 53-54).
39. E. DALIL ADANYA ALLAH
Allah SWT memberikan berbagai sarana dan jalan hingga
kita dapat memiliki kepercayaan kepada-Nya sampai
kadar keyakinan yang ilmiah, sebagaimana keyakinan
kita melihat benda yang dapat ditangkap dengan indra.
Secara umum, ilmu ada dua katagori, yaitu ilmu dharuri
(aksiomatis) dan ilmu nazhari (teoritis). Ilmu dharuri
adalah pengetahuan akan sesuatu yang tidak
membutuhkan dalil, karena keberadaannya dapat
disentuh dengan indra. Ketika kita berada di dpn suatu
masjid, kita tidak memerlukan dalil untuk mengatakan
bahwa masjid itu ada. Sedangkan ilmu yang hanya dapat
diperoleh dengan dalil disebut ilmu nazhari. Misalnya
luas segitiga adalah setengah kali alas kali tinggi (1/2 X a
X t).
40. Dan sesungguhnya, fenomena alam dan
perangkat kehidupan yang dianugerahkan
Allah SWT dapat menuntun kita pada
ma’rifat kepada-Nya dengan ma’rifat yang
sangat dekat, sebagaimana ilmu dharuri
yang dapat dilihat dengan mata kepala.
Berikut ini kita bahas dalil-dalil yang dapat
menguatkan keyakinan kita akan
keberadaan Allah SWT.
41. 1. Ad dalil al fithri (dalil fitrah)
Ketika kita menghadapi musibah berat yang tak
mampu kita hadapi, spontan kita akan meminta
perlindungan dan pertolongan kepada “kekuatan
ghaib” di balik alam ini. Inilah ‘fitrah imaniah’
(karakter dasar keimanan) yang pasti muncul
pada saat-saat seseorang tidak sanggup
menghadapi ujian duniawi. (lihat QS. Az Zumar
ayat 8, Ar Rum ayat 33, An Naml ayat 62, Al
Ankabut ayat 65, Lukman ayat 32, An Nahl ayat
53).
42. 2. Ad dalil al hassiy (dalil panca indera)
Panca indra manusia diciptakan sebagai alat untuk
mengenal alam benda di sekitar kita. Namun apa yang ada
pada diri kita itu memiliki banyak sekali keterbatasan. Mata
kita misalnya. Ada hal-hal yang sebenarnya ada di dunia ini,
tetapi mata tidak mampu melihatnya. Misalnya arus listrik,
udara, aroma dan sebagainya. Apa yang kita lihat juga
kadang tidak menunjukkan fakta yang sebenarnya.
Misalnya pensil yang dimasukkan dalam segelas air terlihat
patah padahal sebenarnya tidak. Rel kereta api bila kita
lihat semakin jauh terlihat bertemu pada satu ujung,
padahal tidak demikian faktanya. Lautan terjauh yang kita
lihat seolah-olah bertemu dengan ujung dunia, padahal
realitanya tidaklah demikian.
43. Keterbatasan indra inilah yang justru menjadi dalil bahwa
sesungguhnya di balik dunia yang kita tangkap dengan
indra masih terdapat dunia lain. Termasuk di dalamnya
adalah dunia ghaib, di mana Allah SWT termasuk bagian
darinya. Dengan demikian, barangsiapa mengingkari wujud
Allah SWT hanya karena indra tidak menangkapnya, maka
ia harus juga mengingkari banyak sekali realita yang ada di
dunia ini, yang tidak bisa ditangkap oleh indra manusia.
Benarlah apa yang Allah firmankan,
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia
dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah yang
Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’am, 6: 103).
44. 3. Ad dalil al ‘aqli (dalil akal)
Akal memiliki keistimewaan berupa kemampuan membuat
kesimpulan dari data-data yang tertangkap panca indra
kita. Kesimpulan inilah yang akan menghadirkan berbagai
hakikat penting yang sangat dibutuhkan manusia dalam
beragama.
Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya
Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa api neraka.” (QS. Ali Imron, 3: 190-191).
45. 4. Ad dalil al wahyu (dalil wahyu)
Pendekatan dalili akal hanya sampai pada
kesimpulan aan adanya dzat ghaib yang berada
di balik alam semesta ini. Namun siapakah dia ?
Nash (teks) wahyu Al Quran
memperkenalkannya dengan sangat jelas. Ayat-
ayat Al Quran telah menunjukkan kepada kita
akan keberadaan Sang Maha Pencipta. Ayat-
ayat yang terangkai dalam Al Quran merupakan
untaian mukjizat untuk menunjukkan
keberadaan-Nya.
46. Allah SWT berfirman dalam beberapa ayat-Nya berikut
ini ;
Sesungguhnya tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu
Dia sengaja menciptakan Arsy. Dia tutup malam dengan
siang yang mengikutinya dengan cepat. Matahari,
bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-
Nya. Ketahuilah, mencipta dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Berkat Allah, tuhan semesta alam. (QS.
Al Araf, 7: 54).
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan
melainkan Aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat-Ku. (QS. Thaha, 20: 14)
47. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang
Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah
Allah yang tiada tuhan selain Dia. Raja yang Mahas
Suci, yang Maha Sejahtera, yang mengkaruniakan
keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha
Perkasa, yang Maha Esa, yang memiliki segala
keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang
Mengadakan, yang Membentuk rupa, yang
Mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih
kepada-Nya apa yang di langit dan apa yang di
bumi. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (QS. Al Hasyr: 22-24).
48. 5. Ad dalil at tarikhi (dalil sejarah)
Peninggalan situs-situs sejarah yang masih dapat kita
saksikan hingga kini, menunjukkan adanya kepercayaan
umat manusia akan keberadaan Tuhannya. Ritual haji di
depan Ka’bah oleh musyrikin Arab, candi Borobudur di
Indonesia, Pagoda Songkla dan lainnya menunjukkan
pengakuan manusia akan adanya Sang Pencipta.
Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di
muka bumi, sehingga mereka dapat memperhatikan
bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka.
Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan
orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.
(QS. Muhammad,47: 10).
49. F. KHATIMAH
Ma’rifatullah merupakan jalan pembuka mengapa kita perlu
beribadah kepada-Nya dan mengapa jalan-Nya yang kita ambil
dalam menapaki kehidupan kita sehari-hari di alam fana ini.
Kita harus memahami dan mengenal Allah dengan benar
(shahih) melalui sandaran yang benar pula. Dalam pandangan
Islam, faktor iman kepada yang ghaib, yang tak dapat kita lihat
dengan mata kepala, merupakan faktor yang dominan dalam
upaya mengenal Allah, di samping faktor akal dan ayat-ayat Allah
yang Allah turunkan melalui utusan-Nya dan juga yang
terhampar di seluruh alam mayapada ini. Pengenalan Allah yang
benar akan menghasilkan peningkatan iman dan taqwa (raf’ul
iman wat taqwa), juga pribadi merdeka dan bebas yang
membebaskan kita dari penghambaan kepada makhluk menuju
penghambaan kepada pencipta makhluk. Dengan mengenal
Allah, akan tumbuh ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang
baik, serta di akhirat dibalas dengan surga-Nya.
50. Ada banyak hal yang menyebabkan manusia tak
mengenal Allah dan tak mau mengakui
keberadaan-Nya. Ada yang karena
kesombongannya, lalai, bodoh, ragu-ragu dan
lainnya. Padahal banyak sekali dalil yang
menguatkan keberadaan Allah dan
menyakinkan kita untuk beriman kepada-Nya.
Tanda-tanda kekuasaan-Nya bukan saja
terdapat di alam semesta ini, bahkan dalam diri
kita pun, hal itu tampak dengan jelas.
51. Akan Kami perlihatkan kepada mereka tanda-
tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Dan
apakah Rabb-mu tidak cukup, bahwa
sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu
? (QS. Fushilat, 41: 53).
Pada akhirnya, pemahaman pada ma’rifatullah,
akan menjadi furqan (pembeda) antara orang-
orang yang beriman dan yang mengingkarinya.
Moga kita dirahmati Allah SWT bukan saja untuk
lebih kenal kepada-Nya, tapi juga dapat lebih
meningkat iman dan taqwa kita.
52. KESIMPULAN
Dalam mengenal Allah, kita dituntut menjadi seorang
yang beriman dan beramal sholeh. Allah sangat
menyayangi manusia yang seantiasa mengingat-Nya.
Allah menjanjikan surga, keberkahan, keridhoan,
kemerdekaan, sera kemuliaan di dalam hidup kita.
Mengenal Allah yang benar adalah dengan menimbulkan
rasa malu, cinta dan takut kepada-Nya. Yang dimaksud
malu, karena merasa membawa beban dosa. Cinta yaitu
rindu untuk menghadap Allah dan senang memperoleh
pahala-Nya. Dan takut kepada Allah ialah takut terkena
siksa-Nya. Jika hal tersebut telah timbul di dalam hati
kita, insyaAllah kita telah mampu mengenal Allah
dengan cinta.