Dokumen tersebut membahas tentang peran filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kedokteran. Filsafat berperan untuk memberikan penilaian kritis dan gagasan reflektif terhadap ilmu pengetahuan, tanpa bergerak pada ranah praktis. Filsafat juga membantu merefleksikan cara suatu ilmu bekerja apakah sesuai dengan kebenaran universal atau tidak.
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Tugas Filsafat.pdf
1. TUGAS
BERPIKIR FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN, DAN
KEDOKTERAN/KESEHATAN SEBAGAI ILMU
NAMA : dr. Dionesia Kidi Making
NIM : 2211082003
PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
TAHUN 2022/2023
2. Mengenal Filsafat dalam Dunia Kesehatan
Pendahuluan
Berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran
(kesehatan), telah mengantar ilmu kedokteran sebagai bagian dari ilmu pengetahuan
terapan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Sebagai sebuah ilmu, dan apa pun bidangnya
dalam lingkaran ilmu pengetahuan yang dipelajari manusia tidak ada satu bidang ilmu
pun yang menganggap dirinya paling sempurna dan tanpa cacat. Semua ilmu pengetahuan
selalu berada dalam relasi cakrawala dialektika, yang satu melengkapi yang lain untuk
melayani kebutuhan manusia dengan segala kompleksitas persoalan yang tak pernah usai
terjawab dari hari ke hari. Bidang kedokteran sebagai buah ilmu pun tidak terlepas dari
keterbatasannya untuk mampu merangkul segala realitas yang terkait dengan dunia dan
manusia.
Dalam keterbatasan nalar manusiawi di hadapkan dengan keinginan manusia
yang tampa batas ini menjadi polemik bagi manusia itu sendrii sepanjang babak sejarah
kehidupan ini. Manusia yang pada hakikatnya sebagai makhluk peziarah terus menelusuri
dunia, mencari, bertanya, berkehendak mendapat, tapi tak pernah selesai mendapatkan.
Manusia adalah makhluk pencari tanpa akhir. Di hadapkan pada keruwetan-keruwetan
pencarian manusia ini, relasi antara Ilmu-Ilmu dan Filsafat menjadi sebuah keniscayaan.
Hubungan filsafat dengan Ilmu kedokteran di sini berarti filsafat mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dunia ilmu kedokteran. Namun, sebagaimana
diungkapkan Made Wardhana filsafat tidak bergerak pada tataran praktis dengan
eksperimen dan percobaan-percobaan tetapi dalam upaya memberi argumentasi logis dan
3. tepat tentang alasan dari suatu masalah dan upaya memberi solusi yang rasional dan
bijak.1
Jean Paul Sartre seorang filsuf eksistensialis, berkaitan dengan keterbatasan ilmu-
ilmu dalam mengungkapkan misteri kehidupan mengatakan bahwa, ilmu bukanlah
sesuatu yang sudah selesai terpikirkan, sesuatu hal yang tidak pernah mutlak, sebab akan
selalu disisihkan dengan hasil penelitian dan pencobaan baru, yang dilakukan dengan
metode-metode baru atau karena adanya perlengkapan-perlengkapan yang lebih
sempurna, dan penemuan baru tersebut akan disisihkan pula oleh ahli-ahli yang lainnya.2
Bagaimana Berpikir Filsafat?
Filsafat adalah kata benda sedangkan berfilsafat adalah kata kerja yang
menunjukan aktifitas melakukan filsafat. Filsafat secara etimologis, berasal dari bahasa
Yunani philosophia dengan dua suku kata, yaitu philos artinya cinta, dan sophos artinya
kebijaksanaan. Dengan demikian secara harafiah filsafat dapat berarti cinta akan
kebijaksanaan.3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat didefinisikan sebagai
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab,
asal, dan hukumnya.4
Lalu bagaimana dengan berifilsafat?
Berfilsafat dalam penjelasan Eko Ariwidodo dilihat sebagai suatu aktifitas
intelektual sadar untuk bnerpikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran.5
Berpikir
dalam filsafat bukan sembarang berpikir, tetapi sering dikenal dengan ungkapan berpikir
secara radikal sampai kepada akar-akarnya. Dengan begitu dapat dikatakan, berfilsafat
itu identik dengan berpikir, namun tidak semua yang berpikir sedang berfilsafat.
1
Made Wardhana, Filsafat Kedokteran (Vaikuntha International Publication, 2016), hlm. 6.
2
Eko Ariwidodo, Dasar-Dasar Filsafat Ilmu (Media Publishing, 2018), hlm. 135.
3
Made Wardhana, op.cit., hlm. 6.
4
Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (KBBI Edisi V).
5
Eko Ariwidodo, op.cit., hlm. 14.
4. Berfilsafat menurut Shabri Shale Anwar berarti berpikir secara mendalam dan sungguh-
sungguh.6
Berfilsafat dengan demikian suatu upaya untuk mencapai kebenran dengan
mempertimbangkan segala pendekatan dan teori agar sampai kepada kesimpulan yang
lebih mendekati kebenaran. Diktum Rene Descartes, tentang keraguan (kesangsian)
metodis adalah salah satu ungkapan lain dari proses berfilsafat. Dengan meragukan
sesuatu, kita didorong untuk semakin giat membuka jalan menuju kebenaran.
Prof. Endry Boeriswati dan Fernandes Arung menulis perihal Ruang Lingkup
Filsafat dengan memaparkan karakteristik berpikir filsafat sebagai berikut: menyeluruh
(mengkaji suatu objek tidak dari satu sisi saja), mendasar, spekulatif, refketif, kritis, dan
postulatif.7
Dengan pemahaman singkat tentang berpikir filsafat, sekarang lebih jauh mesti
diketahui apa saja ciri-ciri berpikir filsafat? Berikut beberapa ciri berpikir filosofis
sebagaimana dikemukakan oleh Craig, 2002; Kebung, 2011; dan Kattsoff, 2004 dalam
Endry dan Arung:
1. Komprehensif dan mendalam
2. Konseptual
3. Koheren dan konsisten
4. Rasional
5. Bebas dan Kritis, dan
6. Bertanggung jawab.8
6
Shabri Shale Anwar, Aliran dan Pemikiran Filsafat Pendidikan (N.p., Yayasan Do'a Para
Wali , 2021), hlm. 2.
7
Endry Boeriswati dan Fernandes Arung, Ruang Lingkup Filsafat (IDIK4006/Modul 1),
1.10 poin B, diakses dari https://www.slideshare.net/alvinkasenda/ilmu-dan-pengetahuan,
pada Minggu, 25 September 2022.
8
Ibid.
5. Penalaran dalam Filsafat
Aktifitas berpikir dalam filsafat sering juga disebut atau dikenal dengan
penalaran. Penalaran adalah aktifitas otak untuk menemukan alasan logis dan tepat
sebagai jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan untuk memecahkan persoalan.
Penalaran adalah upaya untuk menelusuri makna dan penyebab utama atau dasar
dari segala pengetahuan. Keraf dalam Junihot Simanjuntak berpendapat, penalaran adalah
suatu proses berpikir, dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden,
menuju kepada satu kesimpulan.9
Penalaran untuk mendekati suatu persoalan dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu model induktif dan model deduktif. Metode
penalaran induktif bergerak dari contoh-contoh khusus yang khas untuk dibuat
kesimpulan umum. Sedangkan, metode deduktif yaitu penalaran yang berpangkal pada
suatu peristiwa umum yang sudah diketahui dan berakhir pada satu kesimpulan baru yang
bersifat khusus.10
Ciri-ciri penalaran sebagaimana terdapat dalam Junihot Simanjuntaj sebagai
berikut:
➢ Dilakukan dengan sadar,
➢ Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui,
➢ Sistematis,
➢ Terarah atau bertujuan,
➢ Menghasilkan keputusan atau pengetahuan baru,
➢ Premis berupa pengelaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah
diperoleh,
9 Junihot M. Simanjuntak, Filsafat Ilmu dan Penalaran Teologi. (N.p., PenerbitAndi, 2022), hlm. 443.
10
Ibid., hlm. 446, 448.
6. ➢ Pola pemikiran tertentu,
➢ Sifat empiris rasional.11
Dari pengertian dan ciri-ciri penalaran ini, berikut gambaran singkat perihal
proses penalaran untuk menghasilkan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan
Hartono (2013; 202) dalam kutipan Junihot Simanjuntak:
1. Mengumpulkan fakta,
2. Membangun dan menetapkan asumsi,
3. Menilai atau menguji asumsi,
4. Menetapkan generalisai,
5. Membangun argumentasi yang mendukung,
6. Memeriksa atau menguji kebenran argumentasi, dan
7. Menetapkan kesimpulan.12
Peran Filsafat untuk Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan adalah dua suku kata berbeda yang sering disebut sebagai satu
rumpun dengan satu konsep yang dipahami sebagai sesuatu yang diperoleh dari aktifitas
rasio dengan teori dan pendekatan tertentu untuk mengetahui sesuatu. Untuk lebih jelas
perlu ditelusuru arti etimologis dan terminologis dari kedua kata ini.
Secara etimologis kata ilmu berasal dari Bahasa Arab, ‘ilm yang memiliki arti
mengetahui atau perbuatan untuk mengetahui. Sedangkan secara terminologis ilmu
berarti bentuk pengetahuan yang datang dari Allah yang mana ilmu ini diturunkan melalui
seluruh ciptaan. Ilmu juga dapat berarti pengetahuan sistematis yang bersifat ilmiah.13
11
Ibid., hlm. 444.
12 Ibid.
13
Cahyonosastro354, https://brainly.co.id/tugas/22420851.
7. Pengetahuan secara etimologis berasal dari bahwa Inggris knowledge artinya fakta,
kebenaran atau informasi yang diperoleh melalui pengalaman atau pembelajaran disebut
aposteriori, atau melalui introspeksi diebut apriori. Secara terminology, pengetahuan
diartikan sebagai semua milik atau isi pikiran, perasaan, dan semua bentuk kerja
pengindraan atas sesuatu.14
Peran filsafat dalam ilmu pengetahuan secara garis besar sudah digambarkan
pada bagian pendahuluan. Pada dasarnya filsafat berperan memberikan penilaian kritis
dan gagasan reflektis terkait sumbangan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Dan
pertanyaan terkait sejauh mana peran filsafat, sudah dijelaskan sebelumnya bahwa filsafat
tidak bergerak pada rana praktis dari ilmu-ilmu pengetahuan seperti membuat percobaan
dan praktik, karena itu filsafat bergerak dalam ruang lingkup gagasan, untu merefleksikan
cara suatu ilmu bekerja apakah sesuai dan tgepat dengan hukum-hukum dan kebenaran
yang berlaku universal atau tidak.
Berikut akan dibahas juga terkait cara memperoleh pengetahuan dengan metode
ilmiah menurut Prof. Dr. Bambang Sugem. Menurut dia, sebuah ilmu dapat dikatakan
sebagai kumpulan pengetahuan ilmiah, kalau tersusun secara konsisten, sistematis, dan
komulatif yang berfungsi untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan
fenomena tertentu yang menjadi bidang kajiannya. Bambang melanjutkan bahwa,
terdapat dua syarat suatu pengetahuan disebut sebagai pengetahuan ilmiah:
a. Pengetahuan harus konsisten dengan premis-premis dan teori-teori yang sudah
ada sebelumnya, terutama dalam bidang ilmu yang bersangkutan. Syarat ini berpijak
pada kebenaran ilmiah menurut Aristoteles mengenai teori koherensi, yang
menegaskan bahwa suatu pengetahuan dianggap benar apabila koheren dan konsisten
14
https://www.slideshare.net/alvinkasenda/ilmu-dan-pengetahuan.
8. dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
b. Pengetahuan itu harus didukung atau sesuai dengan fakta-fakta empiris. Hal ini
terkait dengan tegori korespondensi Betrand Russel, yang menyatakan bahwa suatu
pernyataan dianggap benar jika berkorespondensi atau sesuai dengan objek atau fakta
yang dimaksud.15
Dengan pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah ini, maka sampailah
pada yang disebut dengan kebenaran ilmiah. Poedjawijatna, dalam Hamdan Akromullah
(2018: 51) kebenaran ilmiah tidak dapat dipisahkan dari karakteristik yang bersifat ilmiah
yang memenuhin syarat atau kaidah pengetahuan seperti, objektivitas, metodologis,
universal, dan sistematis.16
Ilmu kedokteran pada dasarnya adalah suatu ilmu karena mengikuti prinsip-prinsip atau
kaidah keilmuan, baik dari aspek epistemiologi, ontologi dan aksiologi. Demikian juga
halnya penemuan-penemuan dibidang kedokteran modern telah mengikuti kaidah ilmu
pengetahuan. Namun yang paling penting dalam ilmu kedokteran objeknya adalah
manusia dengan berbagai latar belakang dan menderita suatu penyakit. Oleh karena itu
sangat penting terlebih dahulu dibicarakan tentang hakekat manusia baik dari aspek
biologis dan metafisika. Ilmu Kedokteran dari perspektif filsafat, berarti menelaah dari 3
komponen utama filsafat, yaitu; ontologi, epistemologi dan aksiologi
Komponen-Komponen Filsafat dalam Perspektif Ilmu Kedokteran
a. Ontology : adalah salah satu bagian penting dalam filsafat yang membahas atau
15
Bambang Sugeng, Fundamental Metodologi Penelitian Kuantitatif (Eksplanatif)
(N.p., Deepublish, 2022), hlm. 17.
16
Hamdan Akromullah, “Kebenaran Ilmiah Dalam Perspektif Filsafat Ilmu (Suatu Pendekatan Historis
Dalam Memahami Kebenaran Ilmiah dan Aktualisasinya Dalam Bidang Praksis)”, Majalah Ilmu
Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid, 21(1), hlm. 48-64.
9. mempermasalahkan hakikat-hakikat semua yang ada baik abstrak maupun riil.
Ontologi disini membahas semua yang ada secara universal, berusaha mencari inti
yang dimuat setiap kenyataan meliputi semua realitas dalam segala bentuknya.
Ontologi kerap disebut juga metafisika atau filsafat pertama. Dengan kata lain,
ontologi adalah cabang filsafat yang mengupas masalah keberadaan. Jika dua kata
tersebut digabungkan, maka kata ontolgi memiliki arti ilmu yang mempelajari
hakekat atau wujud atau keberadaan. Suatu pemikiran ontologi dapat ditemukan dari
seorang filosof Yunani bernama Thales. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Ilmu kedokteran adalah kumpulan pengetahuan yang terstruktur secara sistematik,
konsisten & rasional dengan menggunakan Metode Ilmiah. Dengan demikian, ada 2
hal esensial dalam ontologi ilmu kedokteran; a. jenis ilmu: eksakta (fenomena alam),
non eksata (fenomena sosial), b. ruang lingkup; manusia sehat & sakit (hakekat
manusia), c. humaniora kedokteran, serta d. upaya penyembuhan. Kedokteran adalah
suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujkan kepada
individu, keluarga atu masyarakat,yang sehat atupun sakit yang menyangkut siklus
hidup manusia.(Lokal kary a kedokteran nasional 1983). Kedokteran dapat di
pandang sebagai suatu profesi karena mempunyai body of knowledge, pendidikan
berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi memberikan pelayanan kepada
masyarakat melalui praktek dalam profesi,memiliki perhimpunan, memberlakukan
kode etik kedokteran ( aksiologi kedokteran ), otonomi,dan motivasi bersifat
altruistik (sikap tanpa pamrih).
10. b. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan,
pertanyaan mendasar dalam wacana filsafat adalah apakah pengetahuan itu?
Bagaimana metode mendapatkannya? Bagaimana membuktikan kebenaran suatu
pengetahuan? Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan.
Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batasan, sumber
pengetahuan, metode memperoleh pengetahuan, kebenaran suatu pengetahuan
berdasarkan bukti ilmiah, serta perkembangan ilmu kedokteran untuk kesejahteraan
manusia. Jadi, dapat di simpulkan ilmu kedokteran adalah ilmu yang ditujukan untuk
merawat orang sakit atupun sehat namun merawatnya bukan sekedar merawat secara
biasa namun ada ilmunya yang spesifik yang di dapat melalui jenjang Pendidikan.
c. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filfasat membahas tentang nilai atau teori tentang nilai,
meliputi nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran dengan kata lain, aksiologi membahas tentang; etika dan estetika. Etika
yang membahas secara kritis dan sistematis masalahmasalah moral, kajian etika lebih
fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Sejak masa Sokrates dan para
kaum shopis dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan
sebagianya. Franz Magnis Suseno mengartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari
pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-
norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri,
etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan
sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia
11. mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Dalam hal
ini akan dibicarakan dalam kode etik kedokteran, etika biomedis, etika penelitian dan
sebagainya.
Perspektif kedokteran/kesehatan sebagai ilmu (dapat dikaji dari berbagai konsep
rentang sehat - sakit) dari dimensi psiko edukatif, sosial, budaya, dan spiritual.
Definisi kedokteran sebagai ilmu atau science. Ada banyak definisi tentang ilmu.
Salah satu definisi ilmu menurut Harsojo, Guru Besar Antropologi, Universitas
Padjajaran, ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang telah
disistematisasikan. Sebagai ilmu, kedokteran juga telah memenuhi sifat-sifat
keilmuannya seperti:
• Berdiri secara satu kesatuan
• Tersusun secara sistematis,
• Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan disertai
sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),
• Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.
• Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan
dipahami maknanya.
• Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan
kapan saja di seluruh alam semesta ini
• Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan dan
penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan pemikiran-
pemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya.
Sehat (health) adalah fenomena yang tidak mudah dijabarkan sekalipun dapat dirasakan
12. dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik
dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa
orang yang gemuk adalah orang yang sehat, dan sebagainya. Jadi faktor subyektifitas dan
kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.
Konsep sakit adalah suatu fenomena biopsikososial-spiritual yang yang terintegral
dengan kehidupan manusia. Konsep sehat dan sakit merupakan bahasa kita sehari-hari,
terjadi sepanjang sejarah manusia, dan dikenal di semua kebudayaan. Meskipun demikian
untuk menentukan batasan-batasan secara eksak tidaklah mudah. Kesamaan atau
kesepakatan pemahaman tentang sehat dan sakit secara universal adalah sangat sulit
dicapai.
Menurut WHO (1948) sehat adalah a state of complete physical, mental,and
social well being and not merely the absence of illness or indemnity (suatu keadaan yang
sempurna baik fisik mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan).
Dalam definisi tersebut meliputi 3 karakteristik :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3. Sehat diartikan sebagi hidup yang kreatif dan produktif.
c. Psiko-edukatif Adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua (ayah dan ibu)
termasuk pendidikan agama. Orang tua merupakan tokoh imitasi dan identifikasi
anak terhadap orang 86 Kedokteran Sebagai Ilmu tuanya. Perkembangan kepribadian
anak melalui dimensi psiko-edukatif ini berhenti hingga usia 18 tahun.
c. Sosial-budaya, Selain dimensi psiko-edukatif di atas kepribadian seseorang juga
13. dipengaruhi oleh kultur budaya dari lingkungan sosial yang bersangkutan dibesarkan.
d. Spiritual Yang merupakan fitrah manusia. Ini merupakan fitrah manusia yang
menjadi kebutuhan dasar manusia (basic spiritual needs), mengandung nilai-nilai
moral, etika dan hukum. Atau dengan kata lain seseorang yang taat pada hukum,
berarti ia bermoral dan beretika, seseorang yang bermoral dan beretika berarti ia
beragama (no religion without moral, no moral without law). Undang-undang
No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu
kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya
kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Dalam pengertian yang paling
luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektua,
spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi) dalam
mempertahankan kesehatannya.
14. DAFTAR PUSTAKA
1.
Made Wardhana, Filsafat Kedokteran (Vaikuntha International Publication,
2016), hlm. 6
2. Eko Ariwidodo, Dasar-Dasar Filsafat Ilmu (Media Publishing, 2018), hlm.135.
3. Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (KBBI Edisi V).
4. Eko Ariwidodo, Dasar-Dasar Filsafat Ilmu (Media Publishing, 2018), hlm.14.
5. Shabri Shale Anwar, Aliran dan Pemikiran Filsafat Pendidikan (N.p., Yayasan
Do'a Para Wali , 2021), hlm. 2.
6. Endry Boeriswati dan Fernandes Arung, Ruang Lingkup Filsafat
(IDIK4006/Modul 1), 1.10 poin B, diakses dari
https://www.slideshare.net/alvinkasenda/ilmu-dan-pengetahuan, pada Minggu,
25 September 2022.
7. Junihot M. Simanjuntak, Filsafat Ilmu dan Penalaran Teologi. (N.p., Penerbit
Andi, 2022), hlm. 443.
8. Cahyonosastro354, https://brainly.co.id/tugas/22420851.
9.
https://www.slideshare.net/alvinkasenda/ilmu-dan-pengetahuan.
10.
Bambang Sugeng, Fundamental Metodologi Penelitian Kuantitatif (Eksplanatif)
(N.p., Deepublish, 2022), hlm. 17.
11. Hamdan Akromullah, “Kebenaran Ilmiah Dalam Perspektif Filsafat Ilmu (Suatu
Pendekatan Historis Dalam Memahami Kebenaran Ilmiah dan Aktualisasinya
Dalam Bidang Praksis)”, Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan
Tajdid, 21(1), hlm. 48-64.