1. PERMASALAHAN KEBERAGAMAN DALAM
MASYARAKAT INDONESIA
BY MN. PAMUNTJAKS
Bentuk keberagaman masyarakat Indonesia
• Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
identitas akan kesatuan kebudayaan. Perbedaan suku bangsa satu dengan
suku bangsa yang lain di suatu daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut ini.
1. Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut, dan lain-lain.
2. Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa,
Bahasa Madura, dan lain-lain.
3. Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara
kematian.
4. Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele, dan
Tari Saudati.
5. Kekerabatan, misalnya patrilineal(sistem keturunan menurut garis
ayah) dan matrilineal(sistem keturunan menurut garis ibu).
6. Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.
2. Adat Istiadat
Adat merupakan peraturan tentang perbuatan manusia yang lazim dilakukan sejak zaman nenek moyang dan diikuti
oleh keturunannya. Adat yang telah melembaga disebut adat istiadat. Mr. van Vollenhoven mengklasifikasikan 19
wilayah hukum adat di Indonesia yaitu;
1. . Aceh (menurut Vollenhoven termasuk Aceh Besar, Pantai Barat Aceh, Singkel, Simeulue).
2. Gayo, Alas, dan Batak dimana Vollenhoven memasukkan wilayah :
a. Tanah Gayo (Gayo Lueus).
b. Tanah Alas.
c. Tanah Batak (Tapanuli)
Tapanuli Utara.
1.Pakpak-Batak (Barus).
2.Karo-Batak.
3.Simalungun-Batak.
4.Toba-Batak (Samosir, Balige, Laguboti, Lumban Julu).
Tapanuli Selatan.
1.Padang Lawas (Tano Sepanjng).
2.Angkola.
3.Mandailing (Sayurmatinggi).
d. Nias (Nias Selatan).
3. Daerah Minangkabau (Padang, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, Daerah Kampar, Kerinci).
4. Sumatera Selatan.
a)Bengkulu (Rejang).
b)Lampung (Abung, Peminggir, Pubian, Rebang, Gedongtataan, Tulangbawang).
c)Palembang (Anak-Lakitan, Jelma Daya, Kubu, Pasema, Semendo).
d)Enggano.
5. Daerah Melayu (Lingga Riau, Indragiri, Pantai Timur Sumatera Utara, orang-orang Banjar).
6. Bangka dan Belitung.
7. Kalimantan (Pembagian Vollenhoven meliputi Dayak, Bagian Barat Kalimantan, Kapuas Hulu, Kalimantan Tenggara,
Mahakam Hulu, Pasi, Dayak Kenya, Dayak Klementen, Dayak Landak dan Tayan, Dayak-Lawang, Lepo-Alim, Lepo-
Timei, Long Glatt, Dayak-Maanyan-Pantai, Dayak Maan Siung, Dayak-Ngaju, Dayak-Ot-Danum, Dayak-Penyabung
Punan).
8. Minahasa (Manado Indonesia).
9. Gorontalo (Bolaang Mongondow, Boalemo).
3. 10. Daerah/Tanah Toraja (Vollenhoven memasukan wilayah Sulawesi bagian
Tengah, Toraja, orang Toraja berbahasa Baree, Toraja Barat, Sigi, Kaili,
Tawaili, Toraja Sadan, To Mori, To Lainang, Kepulauan Banggai Indonesia).
11. Sulawesi Selatan (Orang Bugis, Bone, Laikang, Ponre, Mandar, Makasar,
Selayar, Muna).
12. Kepulauan Ternate (Ternate, Tidore, Halmahera, Tobelo, Pulau Sula).
13. Maluku-Ambon (Ambon, Banda, orang Uliaser, Saparua, Buru, Seram, dan
juga Vollenhoven memasukkan Kepulauan Kai, Kepulauan Aru, Kisar).
14. Irian.
15. Vollenhoven merinci Kepulauan Timor termasuk kelompok Timor, Timur,
Bagian tengah Timor, Mollo, Sumba, Bagian tengah Sumba, Sumba Timur,
Kodi, Flores, Ngada, Roti, Savu Bima.
16. Bali dan Lombok (Bali, Tangan Parigsingan, Kastala, Karangasem, Buleleng,
Jembarana, Lombok, Sumbawa).
17. Jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk Madura (Jawa bagian tengah, Kedu,
Purworejo, Tulungagung, Jawa Timur, Surabaya, Madura).
18. Daerah Kerajaan (Solo-Yogyakarta).
19. Jawa Barat (Parahyangan, Tanah Sunda, Jakarta, Banten).
4. Sistem kekerabatan yang ada di masyarakat hukum adat di Indonesia dibagi menjadi:
1. Sistem kekerabatan unilateral
Sistem kekerabatan unilateral merupakan sistem kekerabatan yang angota-
anggotanya menarik garis keturunan hanya dari satu pihak saja yakni pihak ayah (Δ)
atau ibu (O).
Sistem kekerabatan unilateral ini dapat dibagi menjadi 2, yakni:
a. Sistem Kekerabatan Matrilineal
Sistem kekerabatan matrilineal merupakan sistem kekerabatan yang anggota-
anggotanya menarik garis keturunan hanya dari pihak ibu saja terus menerus ke atas
karena ada kepercayaan bahwa mereka semua berasal dari seorang ibu (O) asal.
Misal: masyarakat Minangkabau, Kerinci, Semendo (Sumatera Selatan), Lampung
Paminggir.
b. Sistem Kekerabatan Patrilineal
Sistem kekerabatan patrilineal merupakan sistem kekerabatan yang anggota-
anggotanya menarik garis keturunan hanya dari pihak laki-laki/ayah saja, terus
menerus ke atas karena ada kepercayaan bahwa mereka berasal dari seorang ayah
(Δ) asal.
Misal: masyarakat Alas (Sumatera Utara), Gayo, Tapanuli (Batak), Nias, Pulau Buru,
Pulau Seram, Lampung Pepadun, Bali, Lombok.
2. Masyarakat Bilateral/ Parental
Sistem kekerabatan bilateral/ parental merupakan sistem kekerabatan yang angota-
anggotanya menarik garis keturunan baik melalui garis ayah (Δ) maupun ibu (O).
5. Agama
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan lingkungannya
Agama Islam
Nama Kitab Suci : Al-Qur’an
Nama Pembawa : Nabi Muhammad SAW
Permulaan : Sekitar 1400 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Masjid
Hari Besar Keagamaan : Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul
Adha, Tahun Baru Hijrah, Isra’ Mi’raj
Jumlah Penganut : 207.176.162 jiwa (87,18%)
Agama Hindu
Nama Kitab Suci : Weda
Nama Pembawa : –
Permulaan : Sekitar 3000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Pura
Hari Besar Keagamaan : Hari Nyepi, Hari Saraswati, Hari
Pagerwesi
Jumlah Penganut : 4.012.116 jiwa (1,69%)
Agama Kristen ProtestanNama Kitab Suci : Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari
Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 16.528.513 jiwa (6,96%)
Agama BuddhaNama Kitab Suci : Tri Pitaka
Nama Pembawa : Siddharta Gautama
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Vihara
Hari Besar Keagamaan : Hari Waisak, Hari Asadha, Hari
Kathina
Jumlah Penganut : 1.703.254 jiwa (0,72%)
Agama KatolikNama Kitab Suci : Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari
Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 6.907,873 jiwa (2,91%)
Agama Kong Hu Cu
Nama Kitab Suci : Si Shu Wu Ching
Nama Pembawa : Kong Hu Cu
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Li Tang / Klenteng
Hari Besar Keagamaan : Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh
Jumlah Penganut : 117.091 jiwa (0,05%)
6. Dampak Positif Dampak Negatif
1. Terciptanya integritas nasional
2. Sarana memajukan pergaulan antar
suku, agama, budaya dan golongan
3. Memperkaya khasanah budaya
bangsa
4. Identitas nasional (Bhinneka Tunggal
Ika)
5. Menumbuhkan toleransi dan
kerukunan
1. Terjadi konflik dalam masyarakat
2. Sikap primordialisme, yaitu
pandangan yang berpegang teguh
pada tradisi, adat istiadat,
kepercayaan maupun segala sesuatu
yang ada dilingkungannya
3. Sikap etnosentrisme, yaitu
menganggap suku bangsanya lebih
unggul dari suku yang lainnya
4. Fanatisme yang berlebihan, yaitu
paham yang menganggap
keyakinannya sendiri yang benar dan
menganggap salah keyakinan orang
lain
5. Dis integrasi bangsa, yaitu keinginan
daerah-daerah tertentu untuk
melepaskan diri dari NKRI
Pengaruh keberagaman masyarakat Indonesia
7. Permasalahan Keberagaman Masyarakat Indonesia
Bentuk – bentuk permasalahan/konflik
Konflik antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan
suku yang lain. Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat
istiadat, budaya, sistem kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat.
Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan ini dapat menimbulkan
konflik dalam masyarakat.
Konflik antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki
keyakinan atau agama brbeda. Konflik ini bisa terjadi antara agama yang
satu dengan agama yang lain, atau antara kelompok dalam agama
tertentu.
Konflik antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras
yang lain. Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu
memperlakukan orang berbeda-beda berdasarkan ras.
Konflik antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam
masyarakat atau golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok
dalam masyarakat dapat dibedakan atas dasar pekerjaan, partai politik,
asal daerah, dan sebagainya.
8. Faktor Penyebab konflik dalam masyarakat
Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan
tujuan, cara melakukan sesuatu, dan sebagainya.
Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai
tujuan.
Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga
menimbulkan kebingungan bagi masyarakat.
Sanksi terhadap pelanggar atas norma tidak tegas atau lemah.
Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang
berlaku.
Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan tidak
sehat, tindakan kontroversial, dan pertentangan (konflik)
Akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya konflik
1. Perpecahan dalam masyarakat
2. Kerugian harta benda dan korban manusia
3. Kehancuran nilai-nilai dan norma sosial
4. Perubahan kepribadian manusia
5. Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan
9. Gejala dalam masyarakat yang memiliki potensi menjadi penyebab konflik antara lain
sebagai berikut.
Gejala menguatnya etnosentrisme dalam masyarakat. Etnosentrisme adalah perasaan
kelompok dimana kelompok merasa dirinya paling baik, paling benar, dan paling hebat
sehingga mengukur kelompok lain dengan norma kelompoknya sendiri. Sikap
etnosentrisme tidak hanya dalam kolompok suku, namun juga kelompok lain seperti
kelompok pelajar, partai politik, pendukung tim sepakbola dan sebagainya.
Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang dimiliki terhadap suatu
kelompok yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu kelompok identik dengan
kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya. Stereotip ini dapat terhadap
kelompok agama, suku, ras, maupun golongan, seperti geng sepeda motor, kelompok
remaja tertentu, organisasi kemasyarakatan, dan sebagainya. Stereotip mengakibatkan
sikap prasangka terhadap suatu kelompok sesuai dengan anggapan negatif tersebut.
Hubungan antar penganut agama yang kurang harmonis. Sikap fanatik yang berlebihan
terhadap keyakinan masing-masing, dapat menimbulkan sikap tidak toleran terhadap
agama lain. Berpegang teguh pada ajaran agama masing-masing adalah keharusan, namun
kita tidak boleh memaksakan suatu keyakinan kepada orang lain. Keberagaman agama
dapat menimbulkan perbedaan dalam mengatasi suatu persoalan dalam masyarakat.
Hubungan antara penduduk asli dan penduduk pendatang yang kurang harmonis dapat
menimbulkan berbagai masalah dalam masyarakat beragam. Ketidakharmonisan dapat
terjadi diawali rasa ketidakadilan dalam bidang ekonomi, politik, ketersinggungan,
keterbatasan komunikasi, dan sebagainya.
10. Upaya mengatasi konflik dalam keberagaman masyarakat
Cara preventif adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadi
masalah atau sebelum masalah terjadi. Seperti mengembangkan sikap
toleransi, kerjasama, latihan bersama, dan sebagainya.
Sedangkan cara represif yaitu upaya mengatasi pada saat atau setelah
terjadi masalah, seperti penangkapan, pembubaran paksa, dan
sebaginya.
Ada satu lagi yaitu kuratif, yaitu upaya tindak lanjut atau
penanggulangan akibat masalah yang terjadi. Cara ini bertujuan untuk
mengatasi dampak dari masalah yang terjadi. Misalkan pendampingan
bagi korban kerusuhan, perdamaian, kerjasama, dan sebagainya.