Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya memperhatikan latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan politik peserta didik dalam pendidikan. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap perkembangan psikologi dan motivasi belajar peserta didik. Guru perlu menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dengan menggunakan media dan metode yang kreatif dan interaktif.
1. NITA OKTAVIANI
BAHASA INDONESIA
Sosiokultural
Filosofi Pendidikan
projek
kepemimpinan
Pemahaman Peserta Didik dan
Pembelajarannya
Asesmen
Pendidikan harus memperhatikan
latar belakang peserta didik yang
meliputi latar belakang sosial,
budaya, ekonomi, dan politik. Faktor
sosiokultural berpengaruh terhadap
perkembangan psikologi dan biologi
peserta didik. Psikologis tersebut
berkaitan dengan motivasi belajar.
Kurangnya minat membaca
dipengaruhi faktor lingkungan yang
minim budaya membaca. Jika
peserta didik berada di lingkungan
yang senang membaca akan
membuat peserta didik tersebut
menjadi senang membaca.
Sesuai dengan peran guru abad 21 dan
pemikiran Ki Hajar Dewantara, yakni
pendidikan dan pengajaran harus berpegang
pada kodrat alam dan kodrat zaman peserta
didik, guru harus mampu menjadi teladan bagi
siswa, menjadi fasilitator dan mediator
terhadap kendala yang dihadapi siswa,
mampu menyelenggarakan pembelajaran
yang menarik dan bermakna, serta memiliki
kecakapan dalam berkomunikasi dan
berliterasi digital.
Berkaitan dengan visi guru profesional
“mewujudkan pembelajaran yang efektif
untuk menumbuhkan motivasi belajar dan
kesadaran akan arti penting pendidikan”
Guru harus menjadi prakarsa perubahan
kegiatan pembelajaran di kelas. Yang tadinya
mata pelajaran Bahasa Indonesia terkesan
membosankan, menjadi kegiatan yang
menyenangkan, menantang, bermakna. Selain
itu, guru juga harus lebih adaptif terhadap
teknologi agar dapat menciptakan media
pembelajaran yang kreatif dan inovatif, serta
menumbuhkan kesadaran dan minat literasi
dalam diri peserta didik.
Guru harus mampu memahami
karakteristik dan perkembangan
peserta didik untuk dapat menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan
dengan media yang kreatif dan
interaktif. Hal tersebut akan membantu
guru dalam menentuan media dan
metode pembelajaran yang sesuai
dengan gaya belajar peserta didik.
Selain itu, guru dapat memberikan
motivasi belajar.
●Pada pembelajaran paradigma baru,
pendidik harus bisa menciptakan
pembelajaran yang berpusat kepada peserta
didik dengan melakukan pembelajaran
berdiferensiasi. Tujuannya agar bisa
menyesuaikan dengan kemampuan peserta
didik. Sehingga pendidik dapat memberikan
lembar kerja sesuai tingkat kemampuan
peserta didik (mahir, sedang, kurang)
●Sebelum pembelajaran pendidik melakukan
asesmen diagnostik terlebih dahulu, sehingga
teks pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta didik dapat disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik.
●Perangkat dan modul ajar pendidik harus
lebir bervariatif, agar hasil asesmen
menjadi lebih baik dan efektif
design thingking
Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan
pendekatan dengan menggunakan 5 fase
Design Thinking, yaitu Empathize, Define,
Ideate, Prototype, dan Test/Evaluate.
Dengan menerapkan fase-fase tersebut,
pendidik akan lebih mudah dalam menggali
informasi mengenai peserta didik. Informasi
tersebut akan digunakan dalam merancang
pembelajaran yang efektif, menyenangkan,
dan interaktif.